Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedy Akhfa
"Averrhoa carambola L. atau biasa disebut belimbing manis merupakan salah satu tanaman yang sangat berguna di Indonesia sebagai tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula granul dan tablet eferfesen dengan bahan berkhasiat tepung belimbing manis yang dapat digunakan sebagai minuman sehat komersial. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi kering pada kondisi kelembaban relatif (RH) 35% dengan suhu 20oC. Formulasi granul dan tablet eferfesen dilakukan dengan memvariasikan kadar konsentrasi bahan pengisi yaitu maltodekstrin dalam dua formula.
Dari hasil evaluasi sediaan granul dan tablet eferfesen didapat bahwa dari dua formula yang ada memenuhi syarat uji evaluasi sediaan. Pada uji analisis kesukaan dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna terhadap kesukaan penampilan dan rasa antara kedua formula granul dan tablet eferfesen belimbing manis. Penilaian tabulasi silang menunjukkan bahwa kedua formula granul dan tablet eferfesen yang dihasilkan secara umum disukai oleh panelis.

Averrhoa carambola L. is one of the essensial herbs in Indonesia which could be used as a medicine. The aim of this research was to obtain the suitable formulation of effervescent granule and tablet containing averrhoa carambola powder for a commercial healthy drink. In this research, tablets were produced with dry method granulation at specific condition with 35% of relative humidity (RH) and 20oC of temperature. Formulation of effervescent granules and tablets were done by modified concentration of excipients (maltodextrin) in two formulas.
The evaluation result showed that both of those formulas have eligibled as effervescent tablet. The hedonic test with Mann-Whitney showed that there were significant differences of appereances and tastes between those granule formulas and effervescent tablet also there were relationship between appearences and tastes for each effervescent tablet formulas.the crosstabulation showed that those two granule formulas and effervescent tablet were generally most liked by panelist."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33046
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Octarina
"Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) merupakan buah yang banyak manfaatnya tapi penggunaannya kurang optimal. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh formula granul dan tablet effervescent dengan bahan berkhasiat ekstrak kering buah belimbing wuluh dengan variasi konsentrasi aspartam sebagai pemanis sehingga dapat dikonsumsi sebagai minuman suplemen sehat komersial. Granul dan tablet dibuat dengan metode granulasi kering pada kondisi kelembaban relatif (RH) 40 % dengan suhu 25 0C. Ketiga formula granul dan tablet effervescent yang dibuat memenuhi syarat evaluasi granul dan tablet effervescent. Hasil analisis kesukaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kesukaan dari ketiga formula granul dan tablet effervescent dari penampilan, rasa dan aroma.

Averrhoa bilimbi is fruit that has many benefits but the usage is not optimal. That is why the aim of the research is to get formulation of effervescent granule and tablet containing dry Averrhoa bilimbi extract with modified concentration of aspartame as sweetening agent for commercial healthy drink. Granules and tablets were produced with dry method granulation with 40 % of relative humidity (RH) and 25 0C of temperature. The three of formulations were qualified as effervescent granules and tablets. Favorite tests showed that no significant differences of appearances, tastes and flavors for three of effervescent granules and tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ainina Al Shadrina
"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2012, Depok merupakan produsen buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) terbesar di Jawa Barat, yakni sekitar 33% belimbing di Jawa Barat dihasilkan oleh Kota Depok. Belimbing mengandung senyawa antioksidan alami seperti asam L-askorbat, epikatekin, dan asam gallat dalam bentuk gallotanin. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian aktivitas antioksidan sari buah belimbing manis dan membuat sediaan sabun wajah transparan dari sari buah belimbing yang berfungsi sebagai antioksidan serta mengevaluasi sabun yang telah dibuat. Sari buah belimbing diperoleh dengan metode pengepresan dan dilanjutkan dengan sentrifugasi 3000 rpm selama 15 menit lalu digunakan bagian supernatannya.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) terhadap sari buah belimbing mentah dan sari buah belimbing matang. IC50 sari buah belimbing mentah adalah 95,5947 ppm. Sedangkan IC50 sari buah belimbing matang adalah 107,3812 ppm. Hasil evaluasi sabun wajah transparan menunjukkan sabun yang berwarna kuning transparan; pH 10,45-10,54; ketinggian busa 4,2-4,7 cm; kekerasan 60-70 1/10 mm, tidak terjadi oksidasi asam lemak selama penyimpanan 8 minggu pada suhu kamar (hasil Uji Kreis negatif), titik leleh 51-54,1°C, persen transmisi (%T) 76,6320–92,0730, dan hasil uji stabilitas fisik yang baik.

Based on data from Central Bureau of Statistics of West Java Province in 2012, Depok is the biggest producer of starfruit (Averrhoa carambola L.) in West Java, which is approximately 33% of starfruit in West Java produced by Depok. Starfruit contains natural antioxidant compounds such as L-ascorbic acid, epicatechin, and gallic acid in the form of gallotanin. The aims of this study were to test the antioxidant activity of starfruit fruit extract and to make transparent facial soap of starfruit fruit extract as antioxidant. Starfruit fruit extract obtained by pressing method and followed by centrifugating at 3000 rpm for 15 minutes.
Antioxidant activity test was conducted using DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) against unripe and ripe starfruit fruit extract. IC50 of unripe starfruit fruit extract was 95,5947 ppm. While IC50 of ripe starfruit fruit extract was 107,3812 ppm. The resulting facial soap showed transparent yellow soap; pH values between 10,45 to 10,54; foam height of 4,2 to 4,7 cm; and hardness ranging from 60 to 70 1/10 mm. There was no oxidation of fatty acids during the 8 weeks of storage at room temperature (Kreis Test result was negative), melting point of 51 to 54,1° C, percent transmission (%T) of 76,6320 to 92,0730, and showed good physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Eka Yudita
"ABSTRAK
Buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) diketahui memiliki potensi aktivitas antioksidan yang baik karena mengandung berbagai senyawa fenol, flavonoid, serta vitamin C. Potensi ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai produk kosmetika salah satunya yaitu sabun cair pembersih wajah. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sari buah belimbing manis ke dalam tiga formula sabun pembersih wajah yaitu sebesar 1%, 3%, dan 5% yang kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan serta evaluasi dan uji stabilitas fisik dari sabun tersebut. Metode peredaman DPPH digunakan untuk mengetahui nilai IC50 baik dari sari buah belimbing manis maupun sabun cair. Hasil penelitian menunjukan kandungan fenol total sari buah belimbing manis adalah 8,681 mg GAE/g dan kandungan flavonoid total sebesar 9,206 mg QE/g. sementara nilai IC50 dari sari buah belimbing manis sebesar 97,0405 ppm. Sabun cair yang memiliki nilai IC50 terendah yaitu yang mengandung sari buah belimbing manis sebanyak 5% dengan nilai IC50 sebesar 18.071,91 ppm. Berdasarkan hasil uji stabilitas fisik sabun cair dengan kandungan sari 1% dan 3% stabil secara fisik dalam penyimpanan berbagai suhu dan cycling test. Sabun cair dengan kandungan sari 5% stabil secara fisik dalam penyimpanan suhu rendah dan suhu kamar serta cycling test, namun mengalami perubahan warna pada penyimpanan suhu tinggi setelah 6 minggu.

ABSTRACT
Star fruit (Averrhoa carambola L.) are known to have potential antioxidant activity because it contains a variety of phenolic compounds, flavonoids and vitamin C. This potency can be utilized in a variety of cosmetic products, one of them is a face wash. This study aims to formulate a star fruit essence into three face wash formulas: 1%, 3%, and 5% then tested the antioxidant activity and evaluate them, then the physical stability test is carried out. DPPH method used to determine the IC50 value both from star fruit essence and face wash. The results showed the total phenol content of star fruit juice is 8,681 mg GAE/g and total flavonoid content is 9,206 mg QE/g, while the IC50 value of star fruit essence is 97,0405 ppm. Face wash that has the lowest IC50 value is the one that containing 5% star fruit essence, with IC50 values 18.071,91 ppm. The physical stability test result showed, face wash that contain 1% and 3% star fruit essence are physically stable in storage at various temperatures and cycling test. Face wash with 5% star fruit essence is physically stable in storage at low temperature and room temperature as well as the cycling test, but the color changes on storage at high temperatures after 6 weeks.
;"
2016
S65305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahmi
"ABSTRAK
Proses standardisasi dan kontrol sangat diperlukan untuk menjaga kualitas suatu obat herbal, khususnya analisis kandungan dan pengujian toksisitas dari bahan alam tersebut. Selain itu, kualitas ekstrak juga dapat dipengaruhi faktor lain, seperti waktu ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengaruh waktu ekstraksi terhadap besar kandungan total flavonoid dan sifat toksisitas ekstrak air daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Pada metode uji I (AlCl3 tanpa penambahan NaNO2), didapatkan kandungan total flavonoid dari variasi waktu ekstraksi 30,45,60,75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 0,1638%, 0,1716%, 0,1681%, 0,1642%, dan 0,1784%. Sedangkan, pada metode uji II (AlCl3 dengan penambahan NaNO2), didapatkan sebesar 0,1856%, 0,2113%, 0,2296%, 0,2097%, dan 0,2042%. Pada pengujian toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), didapatkan nilai LC50 dari variasi waktu ekstraksi 30, 45, 60, 75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 8232,46 μg/ml, 4175,42 μg/ml, 4885,27 μg/ml, 1056,99 μg/ml, dan 9908,32 μg/ml. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan total flavonoid dari ekstrak air daun belimbing manis bersifat relatif konstan dan mengalami perubahan yang tidak signifikan seiring bertambahnya waktu ekstraksi. Selain itu, nilai LC50 bersifat fluktuatif dan tidak memiliki aktivitas biologi sebagai toksik seiring bertambahnya waktu ekstraksi.

ABSTRACT
Proses standardisasi dan kontrol sangat diperlukan untuk menjaga kualitas suatu obat herbal, khususnya analisis kandungan dan pengujian toksisitas dari bahan alam tersebut. Selain itu, kualitas ekstrak juga dapat dipengaruhi faktor lain, seperti waktu ekstraksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengaruh waktu ekstraksi terhadap besar kandungan total flavonoid dan sifat toksisitas ekstrak air daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Pada metode uji I (AlCl3 tanpa penambahan NaNO2), didapatkan kandungan total flavonoid dari variasi waktu ekstraksi 30,45,60,75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 0,1638%, 0,1716%, 0,1681%, 0,1642%, dan 0,1784%. Sedangkan, pada metode uji II (AlCl3 dengan penambahan NaNO2), didapatkan sebesar 0,1856%, 0,2113%, 0,2296%, 0,2097%, dan 0,2042%. Pada pengujian toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), didapatkan nilai LC50 dari variasi waktu ekstraksi 30, 45, 60, 75, dan 90 menit secara berurutan sebesar 8232,46 μg/ml, 4175,42 μg/ml, 4885,27 μg/ml, 1056,99 μg/ml, dan 9908,32 μg/ml. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan total flavonoid dari ekstrak air daun belimbing manis bersifat relatif konstan dan mengalami perubahan yang tidak signifikan seiring bertambahnya waktu ekstraksi. Selain itu, nilai LC50 bersifat fluktuatif dan tidak memiliki aktivitas biologi sebagai toksik seiring bertambahnya waktu ekstraksi."
2016
S64277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurazizah Putri
"Resistensi antimikroba semakin sulit diatasi karena keterbatasan obat sehingga dibutuhkan sumber lain untuk dijadikan pengobatan alternatif. Telah diketahui bahwa ekstrak daun Averrhoa carambola (A. carambola) atau belimbing manis memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi. Penelitian ini bertujuan menguji potensi antimikroba dari fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap tiga mikroorganisme yang berasal dari golongan yang berbeda, yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida krusei. Penelitian dilakukan dengan menentukan nilai konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal. Selain itu, dilakukan pengujian efek kombinasi antara fraksi etil asetat daun A. carambola dan obat yang sudah ada. Metode yang digunakan adalah mikrodilusi. Berdasarkan hasil penelitian ini, fraksi etil asetat daun A. carambola tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa ketika digunakan sebagai zat tunggal. Ditemukan efek indifferent ketika fraksi etil asetat daun A. carambola dikombinasikan dengan gentamisin terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 15,625 µg/ml dan 31,25 µg/ml dan efek antagonis ketika melebihi konsentrasi tersebut. Efek indifferent juga diamati pada kombinasi fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap Pseudomonas aeruginosa. Aktivitas antifungi fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap Candida krusei masih belum dapat disimpulkan.

Antimicrobial resistance has been increasingly difficult to treat because of limited drug choices. One of the natural resources known to possess antibacterial and antifungal activities is the leaf extract of Averrhoa carambola (A. carambola) or star fruit. This study aims to evaluate the potential of ethyl acetate fraction of the leaf extract of A. carambola as an antimicrobial against three distinguished microorganisms, which are Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Candida krusei. This is conducted by determination of minimal inhibitory concentration and minimal bactericidal/fungicidal concentration. The effect of the A. carambola leaves’ ethyl acetate fraction when combined with existing drugs is also evaluated. The method used is microdilution. Based on this study's results, the ethyl acetate fraction of A. carambola leaves does not possess antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa when used alone. When combined with gentamicin, the fraction showed indifference against Staphylococcus aureus at concentrations 15,625 µg/ml and 31,25 µg/ml, but showed antagonism when the concentration is higher than that. Indifference was also observed in the combination of the fraction and gentamicin against Pseudomonas aeruginosa. The antifungal activity of ethyl acetate fraction of A. carambola leaf's extract against Candida krusei could not be determined.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitriani
"Daun Belimbing Manis Averrhoa carambola L. merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak khasiat, termasuk untuk kesehatan kulit manusia. Dalam upaya pengembangan obat tradisional, proses penjaminan mutu dan keamanan obat perlu dilakukan standardisasi yang terdiri dari parameter spesifik dan non spesifik. Pengujian dilakukan terhadap simplisia dan fraksi etil asetat daun belimbing manis berasal dari tiga daerah berbeda yakni Depok, Subang, dan Sukabumi. Kadar senyawa terlarut dalam air 14,32, kadar senyawa terlarut dalam etanol 9,69, dan kadar flavonoid total 0,12-0,18 mgQE/gram simplisia. Susut pengeringan 9,70, kadar abu total 7,14, dan kadar abu tidak larut asam 0,31.
Proses ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Kemudian dilakukan partisi cair-cair sehingga didapatkan fraksi etil asetat. Rendeman fraksi etil asetat daun belimbing manis 4,2-6,2. Kadar air berkisar antara 4,79, kadar abu total 1,55, kadar abu tidak larut asam 0,064, dan kadar flavonoid total 14,63-22,14 mgQE/gram fraksi. Pola kromatogram dari simplisia dan fraksi etil asetat daun belimbing manis yang berasal dari tiga daerah berbeda dilakukan dengan fase gerak kloroform:metanol:air 8:2:0,5 dengan apigenin sebagai standar. Hasil pengujian residu pelarut dan cemaran logam berat Hg, Pb, Cd, As menunjukan bahwa fraksi etil asetat daun belimbing manis tidak mengandung residu pelarut dan cemaran logam berat.

Starfruit Leaf Averrhoa carambola L. is one of the plants that has many benefits, including for human skins health. In efforts to develop traditional medicine, the process of quality assurance and drug safety needs to be done is to standardize consisting of specific and nonspecific parameters. The test was performed on simplicia and fraction of ethyl acetate of starfruit leaves from three different areas Depok, Subang Sukabumi. The water soluble extract 14,32, the ethanol soluble extract 9.69 total flavonoid levels 0.12 0.18 mgQE gram simplicia. Drying losses 9.70, ash content 7.14 acid soluble ash content 0.31.
The process of extract was done by maceration. Liquid partitions was then performed to obtain fraction of ethyl acetate. The yield fraction of ethyl acetate starfruit leaves 4.2 6,2. Water content 4.79, total ash content 1.55, acid soluble ash content 0.064, and total flavonoid levels 14.63 22.14 mgQE gram fraction. The chromatogram pattern of simplicia and ethyl acetate fraction of sweet starfruit leaves from three different regions was performed with chloroform methanol water 8,2 0,5 with apigenin as standard. The results of solvent residues and heavy metal contaminants Hg, Pb, Cd, As showed that the fraction of ethyl acetate did not contain solvent residue and heavy metal contamination.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atan Tuahta
"Hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80 ? 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 ? 160 mg /dl darah. Salah satu tumbuhan herbal yang berpotensi sebagai anti hiperglikemik adalah tumbuhan belimbing manis (Averrhoa carambola L.). Daun belimbing manis memiliki khasiat sebagai anti hiperglikemik. Ekstrak daunnya mengandung flavonoid dari jenis c-glikosida seperti apigenin-6-C-β-L-fucopyranosida dan katekin yang diyakini dapat mengurangi kadar gula darah. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh waktu ekstraksi optimal untuk mendapatkan kadar katekin maksimum di dalam ekstrak daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), yang kemudian akan diujikan aktivitasnya secara in vivo sebagai herbal anti hiperglikemik. Pada penelitian ini, ekstrak daun belimbing manis diperoleh menggunakan metode ekstraksi refluks. Selanjutnya, ekstrak daun belimbing manis diuji kandungannya secara kualitatif untuk menentukan keberadaan senyawa kimia yang terkandung di dalam daun belimbing manis. Analisis kandungan dari ekstrak tersebut menggunakan metode HPLC dan spektrofotometer UV-VIS, sedangkan untuk menguji aktivitas sebagai zat anti hiperglikemik dilakukan secara in-vivo. Hasil pembacaan menggunakan HPLC menunjukkan bahwa terdapat katekin dari setiap sampel dari 5 variasi waktu yang dilakukan (30. 45, 60, 75, 90 menit), sedangkan sampel dengan variasi waktu 90 menit menunjukkan keberadaan katekin yang paling banyak dibandingkan dengan sampel yang lain, yaitu sebesar 24.455 ppm. Pengujian efek anti hiperglikemik dilakukan dengan menggunakan glucometer. Ekstrak Belimbing Manis diberikan setiap hari pada mencit, dan pengukuran kadar gula darah dilakukan setiap hari ketiga. Pada penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok mencit, yakni mencit hiperglikemik tanpa perlakuan, mencit hiperglikemik yang diberikan metmorfin sebagai control positif, dan mencit yang diberikan ekstrak Daun Belimbing Manis dengan 3 variasi Dosis. Metmorfin memberikan dampak penurunan glukosa yang terbesar, yaitu mencapai 82.2 mg/dl, dan 3 variasi dosis 0.0095,mg/30 g bb, 0.0127 mg/30 g bb, 0.0158 mg/g bb memberikan hasil berturut-turut sebesar 52 mg/dl, 41,6 mg/dl, 42 mg/dl.

Hyperglycemia or high sugar?s content in a blood is a condition where there is exceed number of glucose on blood plasma. Hyperglycemia is a condition where the increase of glucose from 80-90 mg/dl in normal condition ,or up to 140-160mg/100 dl in fast condition. One of herbs that have potential to act as anti hyperglycemic is starfruits (Averrhoa carambola L.). The extract of it?s leaves contain flavonoid from c-glucoside likes apigenin-6-C-β-L-fucopyranosida and catechin that can reduce sugar contain on blood. The main purpose of the these research is to gain the optimal extraction time that contain catechin in starfruit?s extract ,which will be tested in vivo as anti hyperglycemic herbs. In this study, the sweet star fruit leaf extract obtained using reflux extraction methods. Furthermore, starfruit sweet leaf extract its contents tested qualitatively to determine the presence of chemical compounds contained in the leaves of sweet star fruit. Content analysis of the extract using HPLC and UV-VIS spectrophotometer, while for testing as an anti-hyperglycemic activity performed in-vivo. Extraction of catechin compounds from Averrhoa Carambola?s leaves using reflux system and water as its solvent with five variations of timing (30 minutes, 45 minutes, 60 minutes, 75 minutes, 90 minutes) showed that the extraction time of 75 minutes produces the highest catechin content, which amounted to 24.455 ppm. HPLC (High Performance Liquid Chromatgography) analysis results obtained extracts using groups of compounds that are generally contained in catechin compounds of phenols, aromatic, and ether. Anti-hyperglycemic effect of Averrhoa Carambola leaves extract then measured using glucometer. The extract is given every day, then the glucose level inside the blood of mice calculated on every third days. The antihiperglycemic activity groups test was negative control group, positive control group using metmorfin, and three dose groups; TE1 (0.009538 mg/30 g mouse weight), TE2 (0.012717 mg/30 gram weight of mice), and TE3 (0.015896 mg/30 g mouse weight). Metmorfin is the most efficient drugs in case of decreasing the blood glucose level (up to 82.2 mg/dl) while the usage of three dose groups; TE1 (0.009538 mg/30 g mouse weight), TE2 (0.012717 mg/30 gram weight of mice), and TE3 (0.015896 mg/30 g mouse weight) decrease blood glucose level up to 52 mg/dl; 41.6 mg/dl; 42 mg/dl.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggit Puji Astuti
"ABSTRAK
Oxalidaceae is family of star fruit consist of 6 genera with around 775 species distributed in tropical areas. Averrhoa is a genus among all genera. To 2007 only two species were known as member of the genus, namely Averrhoa bilimbi L. and Averrhoa carambola L. Based on data of garden books at registration collection sub division, center for plant concervation botanic garden, Indonesian Institute of science, A. bilimbi has been recorded as a collection since 1823. It was cultivated at VII.D.3 3a under the name belimbing besi as a local name, originated from java."
Bogor: Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, 2017
580 WKR 15:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Made Laksmi Dewi Dhyaksa
"ABSTRAK
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. merupakan salah satu tanaman yang berpotensi untuk dijadikan sumber antioksidan. Kandungan antioksidan alaminya seperti vitamin C, karotenoid, flavonoid, tannin, dan senyawa polifenol lain dipercaya dapat mencegah terjadinya peristiwa photoaging. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanolik belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. ke dalam bentuk nanoemulsi gel dan menguji stabilitas fisik serta aktivitas antioksidannya menggunakan metode peredaman DPPH 2,2,-difenil-1-pikril hidrazil . Nanoemulsi gel dibuat dengan metode high pressure homogenizer dalam berbagai konsentrasi ekstrak yaitu 1 , 2 , dan 3 . Sediaan nanoemulsi gel yang diformulasikan dengan 5 isopropil miristat sebagai fase minyak, 30 Tween 80-Span 20 sebagai surfaktan, dan 30 propilenglikol sebagai kosurfaktan menunjukkan penampilan fisik yang stabil selama penyimpanan 8 minggu pada suhu ruang 25 2oC dan suhu tinggi 40 2oC , cycling test, serta uji mekanik. Namun, pada uji stabilitas fisik jangka panjang suhu rendah 4 2oC , keempat formula mengalami fenomena Ostwald Ripening. Hasil pengujian aktivitas antioksidan keempat formula secara in vitro menghasilkan nilai IC50 yang kurang baik, yaitu 20520,09 g/mL F0 ; 18392,29 g/mL F1 ; 17868,80 g/mL F2 ; dan 17287,625 g/mL F3. Sehingga, formula tersebut bukan merupakan formula yang optimal untuk menghasilkan nanoemulsi gel dengan kestabilan fisik dan aktivitas antioksidan yang baik.

ABSTRACT
Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. is one of the plants that is potentially used as a source of antioxidants. Natural antioxidant content such as vitamin C, carotenoids, flavonoids, tannins, and other polyphenol compounds are believed to prevent the photoaging process. This study aims to formulate the ethanolic extract of Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. into nanoemulsion gel dosage form and test its physical stability and antioxidant activity using DPPH damping method 2,2, diphenyl 1 picryl hydrazil . Nanoemuldel was prepared by high pressure homogenizer method in various extract concentrations ie 1 , 2 , and 3 . Nanoemulgel formulated with 5 isopropyl myristate as an oil phase, 30 Tween 80 Span 20 as a surfactant, and 30 propylenglycol as a cosurfactant showing stable physical appearance for 8 weeks at room temperature 25 2oC , high temperature 40 2oC , cycling test, and mechanical test. However, in the low temperature 4 2 C of long term physical stability test, all nanoemulgel undergo the Ostwald Ripening phenomena. The results of in vitro antioxidant activity study showed poor IC50 value, respectively 20520.09 g mL F0 18392.29 g mL F1 17868.80 g mL F2 and 17287.625 g mL F3. Thus, the formula is not an optimal formula to produce a nanoemulgel with good physical stability and antioxidant activity"
2017
S69212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>