Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galih Prakasa
"Sabun digunakan sebagai kosmetik pembersih kulit, memiliki keunggulan diantaranya daya pembersih yang kuat terutama dalam air, kurang berbahaya, dan harganya murah. Sabun mengandung zat berkhasiat salah satunya adalah senyawa asam alfa hidroksi (AHA). AHA berfungsi sebagai pelembab, exfoliant dan chemical peeling. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis asam glikolat dan asam laktat yang valid menggunakan kromatografi gas (KG), dan untuk mengetahui kadar asam glikolat dan asam laktat dalam sabun cair. Sebelum disuntikkan pada KG, derivatisasi metilasi dilakukan terhadap sabun cair menggunakan metanol dan asam sulfat. Kondisi optimal untuk analisis menggunakan detektor ionisasi nyala, kolom kapiler VB-Wax, suhu injektor 200°C, suhu detektor 200°C, suhu kolom terprogram dengan suhu awal kolom 100°C dengan kenaikan suhu 2°C/menit sampai 150°C dan dipertahankan selama 5 menit, dan laju alir gas pembawa (He) 0,8 mL/menit. Waktu retensi asam laktat pada menit ke 6,4 dan waktu retensi asam glikolat pada menit ke 7,1. Hasil validasi metode analisis asam laktat memiliki linearitas(r) sebesar 0,9997 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 24,09 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 80,29 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam laktat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2% dan hasil uji perolehan kembali asam laktat sebesar 99,76 ± 1,17%. Untuk asam glikolat memiliki linearitas (r) sebesar 0,9993 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 27,01 μg/mL dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 90,04 μg/mL. Hasil uji keterulangan asam glikolat memberikan nilai koefisien variasi di bawah 2%. Kadar asam laktat dalam sampel A (0,09 ± 0,00%)%; sampel B (0,39 ± 0,01)%; dan sampel C (2,93 ± 0,14)%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verra Watty
"Virgin Coconut Oil (VCO) diolah dengan pemanasan pada suhu rendah atau tanpa melalui proses pemanasan, sehingga produk yang dihasilkan murni, alami dan mempunyai stabilitas yang tinggi. VCO mengandung asam lemak jenuh, terutama asam lemak jenuh rantai sedang. Untuk menganalisis kandungan asam lemak tersebut digunakan metode kromatografi gas dengan terlebih dahulu diderivatisasi menggunakan reagen pemetilasi (metanol-toluen-asam sulfat pekat).
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar asam laurat dan asam miristat pada VCO dengan kondisi analisis optimum campuran metil laurat dan metil miristat pada tekanan gas pembawa 80 kPa, suhu injektor 200ºC, suhu detektor 200ºC, menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 80ºC dipertahankan selama 5 menit sampai suhu 150ºC dipertahankan selama 10 menit dan menggunakan heksan sebagai pelarut.
Dari 3 sampel yang diperiksa, kandungan asam laurat dan asam miristat pada sampel A berturut-turut sebesar (48,49 ±0,7134)%b/b dan (13,75 ±1,4971)%b/b, sampel B berturut-turut sebesar (43,91±0,2787)%b/b dan (12,19±0,9200)%b/b, dan sampel C berturut-turut sebesar (43,52±0,8944)%b/b dan (10,58±0,1626)%b/b.

Virgin Coconut Oil (VCO) is produced with heating by low temperature or without heat processing, this results in a pure, natural, and highly stable. VCO are contain of saturated fat with medium chain, also called mediumchain fatty acids. To analyze saturated fat contents, the gas chromatography methods is used by derivatization with methylating agent (methanol-toluensulfuric acid).
This research is purposed to determine the lauric acid and myristic acid contents in virgin coconut oil with optimum analytical condition of methyl laurate and methyl myristic with 80 kPa carrier gas pressure, 200ºC injector temperature, 200ºC detector temperature within temperature programmed with beginning temperature is 80ºC which maintaining for 5 minutes until the temperature 150ºC that maintaining for 10 minutes and using hexan as a solvent.
From the 3 samples, contain lauric acid and myristic acid in sample A with contents are (48,49 ±0,7134)%b/b and (13,75 ±1,4971)%b/b, in sample B with contents are (43,91±0,2787)%b/b dan (12,19±0,9200)%b/b and in sample C with contents are (43,52±0,8944)%b/b dan (10,58±0,1626)%b/b.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vilka Fitriati
"DHA (asam dokosaheksaenoat) dan EPA (asam eikosapentaenoat) merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang omega-3 yang terdapat dalam susu bubuk dan dibutuhkan oleh tubuh dengan kadar tertentu untuk perkembangan otak dan retina mata. Karena kadarnya yang kecil, maka diperlukan metode analisis yang sensitif dan selektif. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar DHA dan EPA dalam matriks susu bubuk secara kromatografi gas yang terlebih dahulu diderivatisasi menggunakan reagen pemetilasi. Kondisi analisis optimum untuk campuran DHA metil ester dan EPA metil ester yaitu pada kecepatan alir gas 1,35 ml/menit, suhu injektor 230°C, suhu detektor 250°C, menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 120°C, kenaikan suhu 20C/menit sampai mencapai suhu 2300C dipertahankan selama 100 menit. Heksan digunakan sebagai pelarut. Hasil pemeriksaan terhadap 3 sampel, menunjukkan kandungan DHA dan EPA pada sampel A berturut-turut sebesar 0,0024 dan 0,0019 %b/b, sampel B berturut-turut sebesar 0,0041 dan 0,0191 %b/b, dan sampel C berturut-turut sebesar 0,0068 dan 0,0018%b/b.

DHA (docosahexaenoic acid) and EPA (eicosapentaenoic acid) are a long chain polyunsaturated fatty acid omega-3 that consist in powder milk and needed for our body with certain concentration for brain and eyes development. Because of a small rate, so it is required sensitive and selective analyze method. The purposed of this research was to determine DHA and EPA contents in powder milk matrix by gas chromatography which was derivatisized with methylating agent. Optimum analytical condition of DHA methyl ester and EPA methyl ester were flow rate at 1.35 ml/minute, injector at 230°C, detector at 250°C, and using temperature programmed which beginning temperature at 120°C, followed by increasing temperature 20C/minute until the temperature 2300C which was maintaining for 100 minutes. Hexane used as a solvent. The result from 3 samples, showed DHA and EPA contents in sample A were 0.002393 and 0.001864 %b/b, in sample B were 0.004091 and 0.019134 %b/b, and in sample C were 0.006822 and 0.001778%b/b."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32954
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurhayati
"Asam kojat digunakan dalam sediaan kosmetik untuk membantu proses depigmentasi kulit seperti penghilangan flek akibat penuaan dan kasus hiperpigmentasi. Metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor UV untuk menganalisis asam kojat dalam kosmetik telah banyak dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi analisis optimum asam kojat secara KCKT dan validasinya untuk penetapan kadar asam kojat dalam kosmetik. Sampel diekstraksi dengan KH2PO4 0,05 M (pH 2,5) dan dianalisis menggunakan kolom C18-RP, Whatman. Campuran 0,05 M KH2PO4-metanol (95:5), pH 2,5 sebagai fase gerak dengan laju alir 1,2 ml/menit.
Detektor UV pada panjang gelombang 270 nm. Waktu retensi asam kojat adalah 6,0 menit. Uji linieritas pada rentang konsentrasi 12-36 ppm memberikan nilai koefisien korelasi (r) 0,9998. Batas deteksi 0,42 ppm dan batas kuantitasi1,39 ppm. Metode ini memberikan hasil uji perolehan kembali asam kojat adalah 101,72% ± 1,4689%. Kadar asam kojat dalam tiga sampel kosmetik adalah 0,767%b/b (sampel Dw), 1,079%b/b (sampel Cv), dan 0,765 % b/b (sampel Wk).
Kojic acid is used in cosmetics formulation for helping depigmentation of skin including whitening age spots and hyperpigmentation. A high performance liquid chromatographic method with UV detector for analyses of kojic acid in cosmetic was developed. The aim of this research was to find out optimum condition of kojic acid and validate an analytical method for the quantification of kojic acid in cosmetics by HPLC. Samples were extracted with 0,05 M KH2PO4 buffer solution (pH 2,5) and analyzed using a Whatman C18-RP column. A mixture of 0,05 M KH2PO4 and methanol 95:5 ratio (pH 2,5) was used as mobile phase at flow rate 1,2 ml/minute.
The UV detector was set at 270 nm. The retention time needed by kojic acid is 6,0 minute. Linearity was established for range of concentration 12 - 36 ppm with coefficient of correlation of 0,9998. The limit of detection (LOD) and the limit of quantitation (LOQ) were 0,42 ppm and 1,39 ppm. This method have kojic acid recovery was 101,72% ± 1,4689%. Acid kojic detected in three samples of cosmetics is 0,767% w/w for sample Dw, 1,079% w/w for sample Cv and 0,765% w/w for sample Wk.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred S. Santosa
"Kosmetika di akhir millennium kedua berkembang dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Penggunaan asam alfa hidroksi (AHA) dalam berbagai kosmetika pemutih turut berkembang dan menjadi sensasi pada dekade terakliir dari millennium kedua ini. Walaupun pemakaian AHA relatif aman untuk menggantikan asam retinoat dalam memperbaiki struktur kulit, namun pada kadar tinggi dapat menyebabkan irilasi dan pengelupasan kulit yang parah. AHA dengan kadar tinggi seringkali dipakai untuk memperoleh basil dengan cepat tanpa memperhatikan efek samping yang timbul. Di Indonesia banyak beredar produk kosmetika pemutih yang diduga mengandung AHA tanpa mencantumkan jenis AHA yang digunakand dan kadarnya. Analisis AHA baik secara kualitatif maupun kuantitatif menggunakan metode kromatografi pertukaran ion secara KCKT. AHA dianalisis pada dua kolom resin penukar ion yang disambungkan berturut-turut: shim-pack IC-A2 (5 cm x 5 mm) dan shim-pack IC-Al (15 cm x 4,6 mm) menggunakan guard kolom shim-pack IC-GAl dengan fase gerak dapar ftalat (pH=4,3) ditambah asetonitril 6%; kecepatan aliran 2 '"^/mcnit menggunakan detektor konduktivitas (gain 1, range 4) pada temperatur 40°C. Dari sepuluh sampel yang dianalisis, dua di antaranya mengandung AHA, dimana sampel pertama mengandung glikolat 0,581% Vb dan yang lainnya mengandung laktat 6,789% \"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1999
S70492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Meyer
"Dengan semakin banyak beredarnya campuran asam asetil salisilat dan asam askorbat dalam sediaan tablet efervesen, maka perlu dikembangkan suatu metode yang sensitif dan mudah didalam menganalisis kadar sediaan tersebut. Metode yang digunakan adalah Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan kolom C-18 ODS (3,9 mm x 300 mm); detektor UV-Vis (panjang gelombang 280 nm); fase gerak asetonitrildapar fosfat pH 3,5 (30:70, v/v) dengan laju alir 1,2 mL/menit.Parameterparameter analitik menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam asetil salisilat dan asam askorbat secara bersamaan. Pada penetapan kadar sampel diperoleh hasil kadar asam asetil salisilat 94,59 ± 1,33% dan kadar asam askorbat 104,58 ± 1,01%."
Universitas Indonesia, 2007
S32625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lianne Cynthia Carolina Lie
"Asam valproat adalah obat antikonvulsi yang umum digunakan pada terapi epilepsi. Penggunaannya dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kegagalan hati. Analisis dengan kromatografi gas secara langsung menghasilkan kromatogram dengan puncak yang berekor besar, sehingga perlu dilakukan derivatisasi sebelum dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh baku dalam yang sesuai dan kondisi analisis optimum agar diperoleh metode yang valid yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan kadar asam valproat dalam sampel sirup. Derivatisasi dilakukan dengan metode esterifikasi Lepage menggunakan reagen metanol-toluen 4:1 (v/v) dan katalis asetil klorida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kolom VB-wax (60 m x 0,32 mm), suhu kolom terprogram 120-180°C, kenaikkan 2°C/menit dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor dan suhu detektor masing-masing 230 dan 250°C; laju alir gas helium 1,2 ml/menit, volume penyuntikkan 1,0 μl, dan dideteksi dengan detektor ionisasi nyala. Baku dalam terpilih adalah asam nonanoat. Pada kondisi optimum waktu retensi valproat termetilasi adalah 4,2 menit dengan faktor ikutan 1,0. Waktu retensi baku dalam termetilasi adalah 5,0 menit, faktor ikutan 1,1. Metode yang diperoleh valid pada rentang konsentrasi 11,03-66,18 μg/ml, dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) 0,9999. Batas deteksi (LOD) 0,94 μg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 3,13 μg/ml. Presisi (KV) antara 0,35-1,6%, dan uji perolehan kembali 98,27-101,44%. Kadar asam valproat dalam sirup adalah 4,9 + 0,01%.

Valproic acid is an anticonvulsant drug which is commonly used in epilepsy treatment. The longterm use of valproic acid can lead to hepatic failure. Direct analysis of valproic acid by gas chromatography shows peaks with considerable tails, therefore necessary to do derivatization on valproic acid before analysis. This study aims to obtain an appropriate internal standard and the optimum analysis conditions in order to obtain a valid method which then used to determine levels of valproic acid in syrup. Derivatization was carried out with Lepage esterification method, using the reagent methanol-toluene 4:1 (v/v) and catalyst acetyl chloride. Analysis was performed using gas chromatography with VB-wax column (60 m x 0,32 mm), column temperature was programmed 120-180°C, increased by 2°C/minute and held for 5 minutes. The temperature of injector and detector were 230 and 250°C; helium gas flow rate was 1,2 ml/minute; injection volume was 1,0 μl, and detected with a flame ionization detector. The selected internal standard was nonanoic acid. At this optimum condition, retention time of methylated valproic was 4,2 minutes with tailing factor 1,0. Retention time of methylated internal standard was 5,0 minutes, tailing factor 1,1. Linearity was established for range concentration of 11,03-66,18 μg/ml with coefficient correlation (r) was 0,9999. Limit of Detection (LOD) was 0,94 μg/ml and Limit of Quantification (LOQ) was 3,13 μg/ml. Precision (CV) ranged 0,35-1,16%, and recovery ranged 98,27-101,44%. Valproic acid levels in the syrup was 4.9 + 0.01%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Magdalena
"Benzena adalah senyawa kimia organik yang bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan leukemia pada manusia. International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan benzena sebagai Grup 1 yaitu senyawa karsinogen pada manusia. Mekanisme pembentukan benzena dalam minuman ringan adalah sebagai hasil dari dekarboksilasi asam benzoat oleh radikal hidroksi. Pemanasan dapat mempercepat terbentuknya benzena.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar benzena yang terbentuk dalam minuman ringan yang mengandung asam benzoat, asam sitrat dan vitamin C yang telah dipaparkan sinar matahari selama 2 minggu. Analisis pembentukan benzena dilakukan dengan kromatografi gas detektor ionisasi nyala, dengan suhu injektor, dan detektor berturut-turut 200°C, 230°C; suhu awal kolom 60°C sampai 120°C dengan kecepatan kenaikan suhu 3°C/menit dan laju alir gas pembawa 1,5 mL/menit. Kadar benzena dalam sampel A sebesar 7,66 bpm; sampel B sebesar 12,55 bpm dan sampel C sebesar 12,97 bpm. Kadar benzena dalam sampel A masih dibawah jumlah maksimum yang diijinkan WHO sedangkan pada sampel B dan C berada diatas jumlah maksimum yang diijinkan WHO yaitu 10 bpm.

Benzene is a carcinogenic organic chemical compound and it can cause leukemia to human. International Agency for Research on Cancer (IARC) classifies benzene as Group 1 which is carcinogenic in human. The mechanism of benzene formation in soft drinks is a result from decarboxylation of benzoic acid by hydroxy radicals. Heating can accelerate benzene formation.
Therefore, it is necessary to determine the level of benzene that forms in soft drinks which contains benzoic acid, citric acid and vitamin C which has exposed to the sunlight for 2 weeks. Analysis of benzene formation was done by gas chromatography flame ionization detector, a temperature of injector, and detector with 200°C, 230°C respectively; first coloumn temperature was 60°C to 120°C with speed increase from 3oC/minute, and flow rate of 1.5 ml/minute. Levels of benzene formed in sample A was 7.66 ppb; sample B was 12.55 ppb and sample C was 12.97 ppb. Level of benzene in the sample A was below the maximum level allowed by WHO requirement while in sample B and C were above the maximum level allowed by WHO which is 10 ppb."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S32910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>