Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Limanto
"Pada tahun 2007, terjadi waban avian influenza di Indonesia yang menyebabkan
tingkat kematian nampir 85%. Melinat tingginya tingkat kematian yang terjadi di
Indonesia dibandingkan dengan negara Iainnya yang mengalami waban avian
influenza, WHO kemudian mengumumkan banwa virus HPAI H5N1 Indonesia memiliki
tingkat patogenisitas tertinggi. Hal ini menjelaskan banwa mutasi yang terjadi baik
berupa antigenic drift maupun antigenic shift dapat mempengaruhi tingkat patogenisitas
dari virus influenza. Studi dilakukan terhadap hemagglutinin (HA), neuraminidase (NA),
dan matrix2 (M2) karena ketiga protein ini mempunyai peranan penting pada proses
infeksi virus avian influenza. Analisis mutasi secara in silico dilakukan dengan
menggunakan metode multiple allignment disertai pembuatan phylogenetic tree. Mutasi
yang diamati untuk hemagglutinin dilakukan pada daerah cleavage site dan active site,
sedangkan untuk neuraminidase dan matrix2 dilakukan pada active site. Perubanan
sifat asam amino dari hidrofilik menjadi hidrofobik memberikan pengaruh terhadap
tingkat patnogenisitas. Hasil analisis mutasi dilanjutkan dengan prediksi pemotongan
olen pro-P (furin) khusus untuk HA, prediksi struktur 3D, molecular docking dan
molecular dynamic. Berdasarkan hasil analisis mutasi pada daerah cleavage site HA,
didapatkan pola untuk H5N1 Indonesia dan Hongkong adalan R-X-KlR-R, nasil prediksi
pro-P Furin menunjukkan banwa memang benar pola ini menyebabkan HA H5N1
mudah terpotong olen furin. Hasil analisis struktur 3D menggunakan molecular docking
dan molecular dynamic juga menunjukkan HA dan NA yang berasal dari virus H5N1
Indonesia berikatan dengan Iebin baik dengan reseptor sialic acid pada manusia,
sedangkan untuk protein M2 virus H5N1 menunjukkan adanya resistensi ternadap obat
jenis amantadine dan rimantadine.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, adanya mutasi pada HA, NA, dan M2
memiliki keterkaitan dengan tingkat patogenisitas dari virus avian influenza H5N1 di
Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30461
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Feimmy Ruth Pratiwi
"ABSTRAK
Sejak Tahun 2003-2013, Indonesia menempati urutan teratas dalam jumlah kasus dan mortalitas yang mencapai 192 kasus avian influenza dan mengakibatkan 160 orang meninggal dunia. Avian influenza disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1. Virus H5N1 memiliki dua target utama dalam netralisasi virus, yaitu hemaglutinin dan neuraminidase. Hemaglutinin dan neuraminidase bersifat antigenik menyebabkan sifat patogenitas virus H5N1 dari unggas ke manusia. Salah satu intervensi imun yang paling efektif dalam mengurangi jumlah kasus avian influenza yaitu vaksin. Beberapa vaksin influenza yang diimunisasikan tidak memberikan perlindungan sistem imun secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena vaksin tersebut tidak mengikat epitope patogen. Perancangan epitope sebagai vaksin dari hemaglutinin dan neuraminidase dilakukan dengan pendekatan secara immunoinformatika, untuk memprediksi epitope yang berikatan dengan sel B dan sel T (HLA kelas I dan kelas II). Server BCPred digunakan untuk memprediksi sel B, serta server Propred, Propred I, netMHCpan dan netMHCIIpan digunakan untuk memprediksi epitope sel T. Hasil prediksi memperoleh 2 kandidat epitope hemaglutinin dan 1 kandidat epitope neuraminidase sel B yang akan terikat dengan sel T CD4+ (HLA kelas II), serta 5 kandidat epitope hemaglutinin dan 4 kandidat epitope neuraminidase sel T yang akan berikatan dengan sel T CD8+ (HLA kelas I). Visualisasi epitope menggunakan MoE 2008.10, dilakukan untuk menunjukkan afinitas ikatan epitope-HLA berdasarkan nilai minimum energi bebas (ΔG). Visualisasi epitope hemaglutinin menghasilkan 4 epitope terbaik (MEKIVLLLA, CPYLGSPSF, KCQTPMGAI, dan IGTSTLNQR) dan 2 epitope neuraminidase (NPNQKIITI dan CYPDAGEIT) yang memiliki afinitas pengikatan yang terbaik dari ligand HLA.0

ABSTRACT
From 2003 to 2013, Indonesia has the highest number of human cases and mortality for avian influenza A, 192 cases with 160 fatalities. Avian influenza is caused by influenza A virus subtype H5N1. This virus has two primary target to neutralize the virus, namely haemagglutinin and neuraminidase. They were antigenically inducing the pathogenicity of birds to human. The most effective immunologic intervention is vaccine. Some of the existing influenza vaccines were not providing sufficient protection for human?s immune system. It is caused by inability of the vaccine binding to the pathogenic epitope. Designing epitope based vaccine from haemagglutinin and neuraminidase has been done by immunoinformatic approach, in order to predict the binding of epitope cell B and T (class I and class II HLA). BCPred server was utilized to predict B cell epitope and Propred, Propred I, netMHCpan, netMHCIIpan were utilized to predict T cell epitope. Two B cell epitope of haemagglutinin candidates and one B cell epitope of neuraminidase candidates were obtained to bind T cell CD4+ (class II HLA), and also fiveT cell epitope haemagglutinin and four T cell epitope neuraminidase were obtained to bind T cell CD8+ (class I HLA). The visualization of epitope was using MoE 2008.10. It shows the binding affinity of epitope- HLA based on minimum free energy (ΔG). Based on the result visualization, four epitopes haemaglutinin (MEKIVLLLA, CPYLGSPSF, KCQTPMGAI, and IGTSTLNQR) and two epitopes neuraminidase (NPNQKIITI and CYPDAGEIT) were computed as having the best binding affinity from HLA ligand."
2013
T35520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Febry Witanto
"Avian influenza (H5N1) merupakan suatu penyakit yang disebabkan
olen virus influenza tipe A yang dapat menyebabkan kematian cukup tinggi.
Kasus virus influenza A yang mematikan bagi manusia antara lain H1 N1
tahun 1918, H2N2 tahun 1957-1958, H3N2 pada tahun 1987-1988, dan
kasus terbaru adalah H1 N1 tahun 2009. Hal ini menjelaskan banwa mutasi
yang terjadi dapat mempengaruhi tingkat patogenisitas dari virus influenza.
Analisis mutasi secara in silico dapat dilakukan dengan menggunakan
metode multiple allignment disertai pembuatan phylogenetic tree. Mutasi
yang diamati untuk Hemagglutinin (HA) dilakukan pada daerah deavage site,
sedangkan untuk Non Struktural (NS) 1 dan Matrik(M) 1 dilakukan pada
seluruh daerah pada sekuen. Pola untuk H5N1 Indonesia dan Hongkong
pada cleavage site HA adalah R-X-K/R-R, sedangkan sekuen subtipe H1 N1,
H1 N2, dan H3N2 tidak memiliki pola ini. Pola ini menyebabkan HA H5N1
mudan terpotong oleh furin sesuai hasil prediksi pro-P (furin). Mutasi spesifik
pada sekuen NS1 untuk kontrol (A/Indonesia/5/2005 (H5N 1),
A/Indonesia/CDC1 032/2007 (H5N 1), A/Hong Kong/1 56/97 (H5N 1), A/Brevig
Mission/1/18 (H 1N 1), A/Mexico/InDRE4487/2009 (H 1N 1) ) ternaclap subtipe
H1 N1, H1 N2, dan H3N2 terdapat di posisi 53. Pada M1 tidak ditemukan
posisi mutasi spesifik untuk kontrol yang identik untuk ketiga subtipe tersebut
Sekuen NS1 dan M1 kontrol maupun subtipe H1 N1, H1 N2, dan H3N2 memiliki nilai IC5O dibawan 5OnM sehingga masih dapat dikenali dengan baik
oleh sistem imun host. Mutasi spesifik tidak terjadi pada daerah pengenalan
epitope. Hasil mutasi spesifik yang terjadi ini baik untuk NS1 dan M1 tidak
mempengaruhi perubahan struktur sekunder maupun struktur tersier protein
secara signifikan dari kontrol dengan sekuen H1N1, H1N2, dan H3N2. Hal ini
terlihat dari nilai RMSD (Root Mean Square Deviation) setelah dilakukan
superimpose terhadap struktur protein 3D nasil prediksi"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30462
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Dharmayanti
"Latar Belakang
Di Indonesia, virus AI HSN] telah bersirkulasi lebih dari lima tahun. Tingginya kasus AI HSNI pada manusia dan status endemis AI pada peternakan di Indonesia memungkinkan munculnya virus AI subtipe H5N1 yang lebih mudah beradaptasi dengan manusia. Semeniara itu, data penelitian tentang karakter virus AI subtipe HSN] asal unggas yang menginfeksi manusia maupun yang berasal dari sektor peternakan masih sangat terbatas. Keterbatasan dalam beberapa hal rncmbuat penelitian tentang virus AI asal Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Pada penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter molekuler virus AI dari berbagai lata: belkang yang berbeda. Latar belakang tersebut diantaranya adalah virus asal unggas tanpa vaksinasi, virus yang berasal dari petemakan yang melalcukan vaksinasi AI serta virus asa] unggas disekitar kasus infeksi AI subtipe' HSNI pada manusia.
Metodologi
Dua puluh isolat virus AI subtipe H5N1 asal imggas yang koleksi tahun 2003 sampai dengan 2008 digunakan dan dianalisis pada penelitian Empat belas virus diisolasi dari wabah/dugaan AI pada unggas dan enam virus diisolasi dari unggas disekitar kejadian infeksi virus AI subdpc HSN I pada rnanusia. Selcuensing dan analisis dilakukan lerhadap hemagglutinin (HA), neuraminidase (NA), matrix (M) dan non struktuxal (NS) karena berkaitan dengan perannya sebagai binding reseptor, epitop, patogenisitas, virulensi dan resistensi amantadin. Uji amantadin secara in vitro dilakukan menggunakan metode cell-based virus reduction assay.
Hasil Penelitian
Hasil pmlélitian menunjukkan bahwa dua puluh virus AI yang dianalisis merupakan virus I-IPAI, masih mengenal avian reseptor, dan sebagian besar mempunyai motif PDZ asal unggas dan dua virus lainnya mempunyai motif PDZ asal manusia. Analisis sekuen menunjukkan satu virus adalah virus reassortant (A/Ck/Pessel/BPPVRII/07) yang merupakan hasil generic reassortmenl antara virus HSNI Indonesia dengan virus H3N2 Hong Kong. Virus yang diisolasi dan ayam yang divaksinasi AI memperlihatkan rnutasi pada gen I-IA, NA, M dan NS Iebih tinggi dibandingkan virus AI asal unggas yang tidak divaksinasi. Virus tahun 2008 yang diisolasi asal unggas yang divaksinasi mempunyai mutasi yang tidak dimiliki oleh virus asal 11I1gg3S yang divaksinasi yang diisolasi pada tahun 2006-2007. Pada penelitiau ini virus yang diisolasi dari unggais disekitar kasus manusia terinfeksi I-l5N1 memperlihatkan adanya substitusi yang spesifik pada protein M yang juga ditemukan pada virus AI asal rnanusia dan virus asal unggas yang divaksinasi. Motif ini diperkirakan dapat dijaidikan sebagai petanda molekuler virus AI yang dapatmenginfeksi manusia.
Hasil analisis resistensi virus terhadap amantadin menunjukkan bahwa sekitar 62,58% (92/ 147) vims mengalami resistensi terhadap amantadin dan 10 diantaranya mengalami mutasi ganda (V27A and S3lN). Hasil uji 'in vitro yang dilakukan menunjukkan virus dengan mutasi ganda tidak lebih resisten tierhadap amantadin.

Background
In indonesia, the avian influenza HSN 1 subtype had circulating more than tive years. Endemic status in domestic poultry and the large number of HSN l human cases can create virus that more adaptive to human. The data of character of AI HSN] from Indonesia still limited. The purpose of the study to characterize the viruses from different backgrounds, such as from vaccinated chickens, non-vaccinated chickens and surrounding H5N1 human cases in Indonesia on the molecular level.
Methods
We used twenty of AI H5Nl subtype viruses which were collected during 2003-2008. Fourteen viruses were isolated from avian species outbreak of AI and six viruses isolated horn avian species around the HSNI human cases. The DNA sequencing was conducted to analyze the genes namely hemagglutinin (HA), neuraminidase (NA), matrix (M) and non structural (NS) that responsible to receptor binding, pathogenicity, virus virulence and amantadinc resistance. The amantadine sensitivity test was conducted using cell-based virus reduction assay.
Result
Result of study showed that all of the viruses were I-IPAI, recognize avian receptor and most of them possessed avian origin of PDZ motif and two other viruses have human origin motiti We found that the one from twenty viruses used in this study probably was a first genetic shift virus in Indonesia. In this study revealed that the viruses from vaccinated chickens had higher mutation in the HA molecule compared to poultry or other avian species, without vaccination. The mutation not only occurred in the HA gene but also at NA, Ml and NSI genes. Viruses from vaccinated chickens in 2008 have different substitution that only found in those viruses.
The other result from this study showed that the AI viruses isolated from birds around humans infected by HSNI virus and viruses which were isolated from vaccinated chickens had specific characteristics namely the presence of several amino acid substitutions especially on the Ml and M2 proteins. The substitutions were similar in most of HSN! human cases in Indonesia. Furthermore, the study found that the M2 protein of I47 Indonesian avian influenza (Al) viruses data available in public database (NCBI) inciuding twenty AI isolates used in this study showed that around 62.5 8% (92/ 147) of AI viruses in Indonesia have experienced resistances to amantadine and ten of them have dual mutations at V27A and S31N.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D-1893
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Elfidasari
"Further detailed research is required to obtain deeper information on the role of wild birds on the distribution of Avian influenza in Asia. A research has been carried out on February?June 2007 focused on blood sampling (serosurveillance) of wild birds in Pulau Dua Nature Reserves (CAPD), Serang, Banten. The research is aimed to investigate the infection of AI virus sub-tye H5N1 on the studied wild birds. The blood samples were taken from studied aquatic birds, followed by HI (haemagglutination-inhibition) test. A total of 183 samples represent 7 water bird species were taken i.e Cattle egret Bubulcus ibis,Javan pond-heron Ardeola speciosa, Little egret Egretta garzetta, Intermediate egret Egretta intermedia, Black-crowned night heron Nycticorax nycticorax, Great egret Casmerodius albus and Grey heron Ardea cinerea. The result revealed that 41 (23.27%) samples showed the present of AIV antibodies serotype H5N1 which is identified as positive. Data showed 5 positive-test species, including B. ibis (29.27%), E. garzetta (29.27%), E. intermedia (4.88%), Ardeola speciosa (7.32%), and N. nycticorax (29.27%). A total of 41.46% were infected adult individual, whereas 58.54% were juveniles."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
"Avian influenza A (H5N1), or highly pathogenic avian influenza (HPAI), has become the world's attention because of possibility of global pandemic. This review describes the features of human infection, pathogenesis, transmission, and clinical management of avian influenza A (H5N1)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Muchlisoh
"Saat inl virus A/H5Nl Avian Influenza adalah anca:man bagi kesehatan masyarakat karena potensi pandeminya. Dimana pandemi Influenza menjadi ancaman yang akan menyebabkan meningkatkan angka kesakitan dan kematian, kelumpuhan pelayanan kesehatan, kekacauan sosial, kerugian besar dalam bidang ekonomi (perdagangan, pariwisata, dan lain-lain). Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan retrospektif menggunakan rancangan kualitatif dengan metode wawancara mendalam, diskusi ke!ompok terarah, telaah dokumen dari institusi dan publikasi dari media terhadap content. context, actors dan process kebijakan penggunaan Antiviral Oseltamivir dalam pcnanggulangan Flu Burung di Indonesia tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Oseltamivir saat ini menjadi satu-satunya alternatif pengobatan flu burung di Indonesia. Kebijakan ini diambil dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah karena Oseltamivir ini merupakan obat yang direkomendasikan WHO untuk pengobatan flu burung, selain itu pada awal terjadinya kasus, pemerintah Indonesia belum memiliki persiapan untuk pengadaan obat, sedangkan bantuan obat yang datang adalah Oseltamivir dengan merk dagang "Tamiflu", sebagai merek dagang yang secara tersurat dalam pedoman teknis penggunaan Oseltamivir di Puskesmas. Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 1991 tentang penanggulangan wabah penyakit menular sebagai jabaran dar! UU No. 4 tahun 1984 tentang wabah, saat ini dinilai kurang relevan dengan kejadlan kasus Flu Burung dengan kondisi desemralisasi dan otonomi daerah saat ini. Sehingga perlu direvisi atau dibuatkan PP baru yang terkait dengan penatalaksaan kejadian pandemi atau Undang undang tentang flu burung. Saat ini Departemen kesehatan dinllai be!um menerapkan pendekatan integral dan holistik baik dalam keilmuan maupun koordinasi lintas sektor dalam penanggulangan Flu Burung secara umum. Rendahnya upaya keterlibatan organisasi lain seperti partai, LSM, organisasi masa, tokoh agama, dan petinggi negara di luar institusi kesehatan dan institusi pertanian yang peduli secara teknis dalam pengaturan dan pelaksanaan kebijakan di Depkes. Upaya sosialisasi dan peningkatan pengetahuan tentang Flu Burung ke masyarakat secara terus menerus perlu dilakukan di samping upaya peningkatan hidup bersih dan sehat, serta penyiapan sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau dan SDM kesehatan yang dapat bersahabat dengan masyarakat. Aktor kebijakan penentu penggunaan Antiviral OseUamivir ini terdiri dari aktor lntemasional dan aktor nasional dimana WHO. Oeparternen kesehatan, Komnas FBPI dan lndustri obat BUMN memegang peranan penting. Proses pembuatan kebijakan penggunaan antiviral Oseltamivir inl dipengaruhi oleh lingkungan lnternasional terutama oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sehingga yang seharusnya menjadi fokus pemerintah selain Rumah Sakit adalah Puskesmas sebagai pintu masuk utama.

In this time virus of A/HSN1 Avian of Influenza is threat for health socialize because potency pandemic. Where pandemic of Influenza become threat to cause to improve number of painfulness and death, paralysis of health service, social chaos, big loss in the field of economics (commerce, tourism, and others). This research represent research of policy of retrospective use device qualitative with method of circumstantial interview, discussion of directional group, analyze document from institution and publicizing from media to content, context, actors and process of policy of use of Antiviral Oseltamivir in handling Flu of Bird in Indonesia year 2007. Result of this research indicate that Oseltamivir in this time become the single mwdication Flu Bird alternative in Indonesia. This policy is taken because of several things, among other things because this Oseltamivir represent drug recommended by WHO for medication Flu Bird, at the others early the happening case, governmental of Indonesia not yet owned preparation for the levying medicine, while incoming drug aid from various state is Oseltamivir with trademark "Tamiflu", as trademark which in letter in tech reference manual use Oseltamivir in Puskesmas. In this time the health Department assessed not yet applied integrating approach good and holistic in science and also co-ordinate to pass by quickly sector in handling Flu Bird in general. Lower strive organizational involvement other like party, NGO, organization a period, religion figure, and bureaucrat outside agriculture institution and health institution which care technically in policy execution and arrangement in Depkes. Strive socialization and improvement of knowiedge about flu of Bird to society continually require to be conducted beside strive clean improvement live and make healthy, and also preparation of medium of service of health reached and SDM of health which can make friends with society. Actor of Policy of determinant of this use Antiviral Oseltamivir is consisted of the International actor and actor of national where organization of world health (WHO), health Department, Komnas FBPl and Industry medicine BUMN play a part important. Process of policy of this use antiviral Oseltamivir is influenced by International environment especially by organization of world health (WHO). In Autonomous context of Area in this time, Puskcsmas have very vital role as institution of technical executor. claimed to own ability of managerial and knowledge far forwards to increase quaHty of health service. So that which ought to become governmental focus besides Hospital is Puskesmas as especial entrance. Suggestion from this research is that economic analysis (cost benefit and cost effectiveness) related/relevant with overseas aid acceptance and use policy to antiviral Oseltarnlvir very required to reply policy efficiency and effectiveness in the future, governmental Regulation, or the arranging peculiarly about Flu Bird need immediately to create, function Puskesmas reinforcement very needed in health service in society, needed by a knowledge improvement and socialization effort about Flu Bird to society continually and serious commitment of government shall with powerfully co-ordinate and cooperation multidiscipline and multisector to overcome. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T31991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamaluddin Latief
"Avian influenza pertama kali menyerang manusia dilaporkan di Hong Kong pada tahun 1997. di Indonesia, penyakit ini pertamakali ditemukantezjadi pada unggas di Pekalongan dan Tangerang pada Agustus 2003, dan kasus pada manusia pertama di Indonesia teljadi di bulan Juli 2005 di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatanke WHO, sampai tanggal 31 Januari 2008 tercacat ada 124 kasus confirmed avian influenza dan I 01 kematian akibat avian influenza, atau sekitar 35% kasus dari total kasus di dunia dan 45% dari total kematian akibat avian influenza di dunia. Angka ini adalah angka tertinggi di dunia. Daritotal kasus yang ada di Indonesia, 67,7% kasus berada di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Selama ini yang dianggap deterrninan terjadinya avian influenza adalah kontak dengan unggas atau perilaku kondisi tertentu yang berhubungan dengan unggas, namun temuan ilmiah yang menunjukkan hal tersebut masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deterrninan yang berhubungan dengan kejadian avian influenza di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan metode kasus kontrol. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap responden. Sedangkan data sekunder diambil dari Depkes/DinasKesehatan Propinsil Dinas Kesehatan Propinsi Kahupaten di mana terdapat kasus avian influenza. Sampel seluruhnya berjumlah 201 orang dengan perhandingan kasus dengan kontrol adalah 1:2.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji multiplelogistic regression. Hasil analisis diperolehhubunganyang signifikanantaraumurdengankejadianavianinfluenza setelah dikontrol kontak dengan unggas dan pekerjaan, nilaip value 0.000, OR 20.117, 95% CI 7.731-52.345. Variabel kontak dengan unggas juga berhubungan dengankejadian avian influenza, p value 0.014, OR 9.060, 95% CI 1.571-52.249, setelah dikontrololeh umur dan pekeijaan. Variabel pekerjaan juga berhubungan dengan kejadian avian influenza, pvalue 0.041, OR 3.818, 95% CI 1.059-13.767, setelah dikontrol umur dan kontak dengan unggas.
Dari penelitian ini disarankan perlunya rancangan program pencegahan avian influenza dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang implementatif dan secara jelas mengatur keterlibatan berbagai sektor, Pengawasan yang ketal terhadap sistem peternakan dimasyarakat dan mengintensifkan pelaksanaan vaksinasi terutama pada peternakan sektor4, adanya penelitian lanjutan, perlunya peningkatan pengetahuan tentang avian influenza di masyarakat dan penerapkan pola peternakan dan lingkungan yang sehat.

The first documentedavian influenza cases in humans originatedin Hong Kong in 1997. In Indonesia, avian influenza cases for the first time documented inpoultryin Pekalongan and Tangerang in August 2003, and in humans cases on July 2005 in Tangerang district Based on reported of Ministry of Health to WHO until on 31 Januari 2008, there were 124 conflrnled avian influenza cases and I 01 died because of avian influenza, or around 35% and 45% cases in the world died because of avian influenza, This is the higher number in the world. Cases total in Indonesia,67.7%casesarein DKI Jakarta,Jawa Barat and Banten province. During a day, contact with poultry is assumed as determinant of avian influenza disease, however study about this condition is very limited.
The purpose of study is to understand about determinant of avian influenza disease in DKI Jakarta, Jawa Barat and Banten province, 2006-2008. Study desain is analysis with case control method. Primary data was collected by interview respondent. Secondary data taken by Ministry of Health Health Service Province/Health Service District where reported avian influenza cases. The total sample were 201 responden with comparison among case and control is I :2.
Data analysis using multiple logistic regression analysis. Results study finding association between an age and avian influenza disease after controled by contact with poultry andoccupation, pvalue0.000, OR20.117, 95%CI7.731-52.345. Contact with poultry variabe1 also related with avian influenza disease, p value 0.014, OR 9.060, 95% CI 1.571-52.249, after contro1ed by an age and occupation. Occupation variabe1 also related with avian influenza disease, p value 0.041, OR 3.818, 95% CI 1.059-13.767, after controled by an age and contact with poultry.
This research recomended to government to make rule (in order to protect community from disease), quality control of backyard, other research in the future and improvement of community knowledge about health environment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11512
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepoe, Mangku
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
616.203 SIT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Untuk memahami epidemiologi terkait perjalanan natural penyakit, manajemen dan hasil terapi pada kasus Avian influenza (AI) manusia di Indonesia. Metode Studi observasional ini menggunakan data 93 kasus AI pada manusia yang memiliki konfirmasi laboratorium test terinfeksi H5N1 antara bulan September 2005?Agustus 2009. Kasus diidentifikasi melalui data yang didapat dari Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten. Data kategori dianalisis dengan distribusi frekuensi, chi-square, relative risks, dan data kontinu dianalisa dengan univariate statistics dan wilcoxon tests. Hasil Hampir seluruh kasus, 54%, diterima pertama kali di klinik dan tempat praktek dokter. Semua kasus dirawat RS dan mayoritas, 85%, dengan gejala gangguan pernafasan pada saat diperiksa. Tidak terlihat adanya hubungan antara karakteristik kasus, yaitu: fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi, dirawatnya kasus di RS, dan gejala klinis yang paling sering muncul,dengan tingkat keselamatan/survival. Kasus yang terpajan langsung dengan unggas memiliki peluang 2,8 kali untuk mendapatkan pengobatan dengan oseltamivir dibandingkan dengan yang tidak terpajan (RR = 2.89, 95% CI 1.44 ? 5.78). Jumlah kasus selamat kecil. Kasus-kasus yang menerima pengobatan oseltamivir memiliki peluang 24% lebih tinggi untuk selamat dari pada yang tidak menerima pengobatan ini (RR =1.24, 95% CI 0.34-4.58). Kasus yang mendapatkan pengobatan oseltamivir memiliki waktu median dari mulai timbul gejala sampai mendapatkan pengobatan antiviral 2,5 hari di antara kasus yang selamat, dibandingkan dengan 7 hari untuk kasus yang meninggal. Fatalitas dapat berhubungan dengan keterlambatan pemberian antiviral sejak pertama diterima di fasilitas kesehatan. Kesimpulan Pengobatan dini dengan antiviral memiliki kontribusi untuk keselamatan penderita. Namun tingkat kecurigaan yang rendah terhadap penyakit ini akan tetap menjadi faktor penting dalam diagnosa dini. Perlu kebijakan yang terimplementasi secara meluas tentang protokol diagnosa dini dan pengobatan terhadap influenza.

Abstract
Aim The study set out to better understand the epidemiology, natural history, therapeutic management and outcomes associated with confirmed human cases of Avian Influenza (AI) in Indonesia Methods This observational study utilized data from 93 cases with laboratory-confirmed H5N1 Influenza between September 2005 and August 2009. Cases were identified through records obtained from the Ministry of Health, as well as the Provincial health office and district health office records. Categorical data were analyzed with frequency tables, chi-square tests, and relative risks, and continuous data were analyzed using univariate statistics and Wilcoxon tests. Results Most subjects (54%) first presented to a physician?s office or clinic. All of the subjects were hospitalized, and the vast majority (85%) had respiratory symptoms as their predominant symptom at presentation. There was no clear association of any of these case characteristics with survival. Cases with direct poultry exposure were 2.8 times more likely to receive oseltamivir treatment than those without direct exposure (RR = 2.89, 95% CI 1.44 ? 5.78). While the overall number of survivors was small, cases with documented oseltamivir treatment were approximately 24% more likely to survive than cases for which oseltamivir treatment was not documented (RR 1.24; 95% CI: 0.34-4.58). In oseltamivir treated cases, the median time from symptom onset to start of antiviral treatment was 2.5 days in survivors compared to 7.0 days for those who died. Fatality, therefore, may be related to delay in initiation of treatment after presentation. Conclusions The data suggest that early treatment with the antiviral drug oseltamivir may play an important role in survival. However, a low clinical suspicion of disease likely remains an important impediment to early diagnosis. Therefore, a clear policy for the protocol of early diagnosis & treatment of febrile illness including influenza is necessary."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>