Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199903 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hardi Montana
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insan Nur Cahyo
"ABSTRAK
Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa transportasi udara sekarang ini tengah menghadapi tingkat persaingan yang tajam, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Adanya deregulasi kebijaksanaan pemerintah di sektor perhubungan udara yang meliputi jetisasi perusahaan swasta nasional dan kebijaksanaan limited open sky semakin menambah tingginya persaingan. Persaingan juga diwarnai dengan perang tarif baik oleh maskapai penerbangan nasional maupun maskapai penerbangan asing, disamping adanya tuntutan penumpang terhadap layanan yang memuaskan dan maskapai penerbangan.
Agar bisa bertahan dan unggul dalam kondisi persaingan tersebut, tidak ada jalan lain bagi setiap airline untuk berusaha menjadi airline yang efisien (low-cost airline) untuk bisa memperoleh keuntungan yang wajar. Salah satu upaya yang ditempuh Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingari tersebut adalah dengan melakukan pembenahan dalam jajaran armada. Perencanaan armada ditinjau kembali dengan tujuan untuk merampingkan jenis armada yang dimiliki dan melalui peremajaan armadanya.
Strategi pengadaan pesawat yang sebelumnya dilakukan melalui pembelian secara langsung, sekarang ini cenderung dirubah menjadi pembiayaan secara leasing dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya yang dimana pada tahun-tahun belakangan ini tidak menunjukkan hasil yang baik.
Oleh karena pengadaan pesawat melibatkan dana yang sangat besar dimana pembiayaannya dalam bentuk valuta asing maka Garuda Indonesia merencanakan untuk go publik di bursa internasional. Untuk kepentingan tersebut, maka Garuda harus mempunyai kinerja (performance) yang baik di mata para investor. Salah satu ukuran kinerja perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya yang berkaitan dengan aspek akuntansi.
Pembiayaan pengadaan pesawat dan sudut pandang lessee dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu operating lease dan capital lease. Sehingga timbul permasalahan mengenai jenis leasing yang akan dipilih apabila dihubungkan dengan adanya tujuan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangan.
Perlakuan akuntansi untuk setiap jenis leasing mempunyai perbedaan dalam hal pencatatan, pelaporan dan penyajiannya. Sehingga dampak ditimbulkannya juga akan berlainan. Dalam capital lease manfaat dan resiko yang terjadi dalam pemakaian pesawat berada pada lessee (subtance over form), sehingga aktiva leasing, kewajiban yang timbul, biaya bunga dan biaya penyusutan harus diakui dan disajikan dalam laporan keuangan.
Berbeda halnya dalam operating leasing, transaksi ini diperlakukan seperti halnya sewa menyewa biasa, sehingga hanya biaya sewa saja yang diakui dan dilaporkan. Sedangkan aktiva dan kewajiban tidak dilaporkan (off-balance sheet financing).
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dengan membandingkan perlakuan leasing terhadap kedua jenis leasing tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kinerja laporan keuangan dengan pendekatan akuntansi operating lease Iebih baik dibandingkan dengan capital lease. Namun demikan rnanfaat operating lease yang disebabkan off balance sheet financing tersebut tidak dapat dinikmati selama jangka waktu leasing akan tetapi dengan berlalunya waktu manfaat yang diperoleh semakin menurun dan akhirnya hal sebaliknya terjadi.
Dengan demikian para pemakai laporan keuangan baik pihak internal maupun eksternal harus berhati-hati dalam mengintrepretasi dan menilai kinerja laporan keuangan. Dengan harapan dapat digunakan sebagai salah satu dasar bagi pengambilan keputusan."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enrico Novian
"Saat ini timbul adanya keraguan atas laporan keuangan yang disajikan karena dianggap belum dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan secara keseluruhan bagi para pemakai laporan keuangan. Hal ini menunjukkan ketidakpercayaan terhadap validitas dan reliabilitas dari informasi yang disajikan. Selain itu juga adanya kritik-kritik yang ditujukan terhadap penerapan prinsip akuntansi. Hal utama yang menyebabkan kelemahan tersebut adalah diterapkannya accrual concept. Selain itu kelemahan lainnya juga disebabkan oleh pengertian mengenai konsep-konsep dalam laporan keuangan. Oleh karena itu fungsi laporan keuangan sebagai laporan yang bersifat umum (general purpose) agak diragukan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, FASB menetapkan bahwa laporan arus kas harus disajikan bersama-sama dengan laporan keuangan yang utama menggantikan laporan perubahan posisi keuangan. Karena laporan arus kas dianggap dapat mengurangi kelemahan dari data-data yang disajikan dalam neraca dan perhitungan rugi laba. Berdasarkan penelitian dan analisa yang dilakukan penulis maka laporan arus kas dianggap mampu untuk menutupi kelemahan laporan keuangan. Untuk itu seharusnya laporan arus kas diwajibkan oleh PAI sebagai laporan keuangan utama. Sehingga para pemakai laporan keuangan dapat menggunakannya dalam pengam bilan keputusan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Hikmawati
"Penetapan tin'gkat kesehatan BUMN seperti yang te.rdapat
dalam Instruksi Pr:esiden no. 5 tahun 1988 tanggal 26 Oktober
1988 tentang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN
didasarkan pada perhitungan tingkat rentabilitas, likuiditas
dan solvabilitas (RLS) yang dicapai perusahaan selama tiga
tahun.
Hasil penilaian yang diperoleh dengan menggunakan metode
RLS tersebut dinilai masih memiliki kelemahan, karena sifatnya
yang memukul rata semua BUMN tanpa membedakan jenis usaha dan
sifat pelayanan aktivitasnya.
Berdasarkan permasalahan demikian, penulis mencoba
mengemukakan suatu alternatif penyajian laporan keuangan nilai
tambah dengan tujuan agar ada suatu tolak ukur yang jelas
mengenai tingkat keberhasilan BUMN tanpa maksud memberikan
perkecualian terhadap adanya ketidakefisienan pada BUMN
tertentu.
Penulisan skripsi ini disusun atas dasar penelitian
ke.pustakaan dan stud i lapangan, berupa tanya j awab dengan
Laporan Nilai..., Ika Hikmawati, FEB UI, 1993 pihak-pihak yang cukup kompeten dengan topik yang ditulis.
Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan
bergesernya tujuan perusahaan dari memaksimumkan tingkat laba
ke pemberian kesejahteraan kepada beberapa kelompok yang
terlibat dalam proses kegiatan perusahaan maka peranan laporan
nilai tambah sebagai pelengkap laporan keuangan menjadi
semakin penting.
Dalam hubungannya dengan pemeriksaan akuntin atas laporan
keuangan BUMN yang dilaksanakan BPKP, diperlukan adanya suatu
kajian dan penelitian menyangkut pemanfaatan atau penyajian
laporan'nilai tambah. Penelitian ini sebaiknya mengkaji dampak
yang mungkin timbul atas diterbitkannya laporan nilai tambah
bagi pemakai laporan keuangan BUMN yang bersangkutan. Agar
penelitian sesuai dengan sasaran yang diharapkan, sebaiknya
IAI sebagai organisasi profesi di Indonesia yang sekaligus
membawahi komite PAl juga melakukan penelitian untuk maksudmaksud
pelaporan eksternal BUMN.
Apabila dikemudian hari BPKP dan IAI mengharuskan
disajikannya laporan nilai tambah, sebaiknya diatur secara
tegas format dan bagaimana mengklasifikasikan laporan nilai
tambah. Dengan demikian hanya sedikit diberikan alternatifalternatif
pemilihan yang dapat mengarah pada ketidakseragaman, sehingga para pemakai akan mudah untuk mempergunakan informasi yang dalam laporan nilai tambahan
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricki Immanuel
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Raimond
"Pembahasan untuk transaksi sales-leaseback dimaksudkan selain untuk me mba has capital lease juga untuk menunjukkan dampak perlakuan akuntansi terhadap rugi laba yang timbul dari penjualan aktiva oleh seller-lessee pada purchaser-lessor dan juga akan dianalisa pengaruh dari transaksi sales-leaseback tersebut terhadap kinerja perusahaan. Penulis melakukan baik penelitian kepustakaan maupun studi kasus dalam penulisan skripsi ini. Apabila seluruh resiko serta manfaat yang melekat pad a kepemilikan diserahkan oleh lessor kepada lessee maka lease ini harus dikapitalisasi dalam pembukuan lessee. Dengan kapitalisasi ini maka hak atau manfaat dan kewajiban perusahaan akan tersaji secara lebih baik dan jelas di laporan keuangan serta dapat diperbandingkannya perusahaan yang mempunyai aktiva dengan membeli, dengan perusahaan yang mempunyai aktiva secara capital lease. Secara umum transaksi sales-leaseback ini memberikan perusahaan peluang untuk menggunakan dananya yang tertanam pada aktiva tetap untuk keperluan modal kerja bisnis lain yang lebih menguntungkan, akan tetapi pada sisi lainnya kemampuan perusahaan dari segi likuiditas dan levcragcnyapun semakin mcnurun sehingga kapasitas hutang pcrusahaan semakin mengecil. Untuk menghindari hal ini disarankan agar perusahaan mcmaksimumkan penggunaan kapasitas yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisapaly, Mona Stella
"Leasing merupakan suatu alternatif sistem pembiayaan yang banyak digunakan saat ini. Leasing memang memiliki banyak persamaan dengan sewa-menyewa, namun ada ciri tertentu dari leasing yang tidak dimiliki oleh sewa-menyewa Ciri tersebut adalah adanya hak opsi yang dimiliki oleh lessee di akhir periode lease untuk memperpanjang kontrak atau membeli aktiva yang di-lease serta adanya kesepakatan nilai sisa aktiva antara lessee dan lessor di akhir periode lease. Perbedaan lain yang juga penting untuk membedakan lease dan sewa-menyewa adalah bahwa lease biasanya dilakukan untuk barang-barang yang memiliki nilai produktif atau barang modal sedangkan sewa-menyewa dapat dilakukan terhadap barang produktif dan konsumtif Dalam skripsi ini, alternatif leasing yang telah digunakan PT Garuda Indonesia dibandingkan alternatif pembelian. Untuk pembelian ini diasumsikan Garuda akan meminjam dana sebesar yang dibutuhkannya untuk membeli pesawat-pesawat tersebut dari konsorsium beberapa bank dengan jangka waktu pengembalian 10 tahun dan tingkat bunga 9% per tahun dan pembayaran cicilan pinjaman berikut bunganya akan dilakukan dengan sistem anuitas setiap 6 bulan. Perbandingan ini dilakukan dengan melihat rasio-rasio profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan, dengan investasi dan Earning per Share (EPS). Dari laporan keuangan yang diperoleh dari PT Garuda Indonesia cq bagian akuntansi, dihitung rasio profitabilitas untuk alternatif lease yang telah digunakan Garuda. Kemudian berdasarkan laporan keuangan aktual tersebut disusun laporan keuangan hipotetis yaitu bila Garuda menggunakan alternatif bell. Dan laporan keuangan hipotetis ini kemudian dihitung juga rasio profitabilitasnya. Analisa ini dilakukan pada 8 pesawat Boeing 737-300 yang di-lease Garuda dari International Lease and Finance Corporation (ILFC). Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa alternatif lease memberikan dampak yang relatif baik terhadap rasio-rasio yang menggunakan net income dalam perhitungannya. Sedangkan pembelian menunjukkan rasio profitabilita yang lebih baik dengan gross dan operating income dalam perhitunganya. Hal ini disebabkan karena sekalipun gross dan operating income yang dihasilkan alternatif bell lebih time namun net income-nya menurun karena timbulnya biaya bunga yang cukup tinggi ditambah kerugian yang ditimbulkan oleh perubahan nilai kewajiban akibat perubahan nilai tukar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. B. Widodo Lestarianto
"Penelitian ini bertujuan menyajikan tingkat ketaatan terhadap standar akuntansi keuangan dalam penyajian laporan keuangan dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan penyajian laporan keuangan. Penelitian tingkat ketaatan biasanya berupa tingkat ketaatan dihubungkan dengan perbedaan 'rezim' akuntansi. Penelitian mengenai pengungkapan (disclosure) lebih banyak berhubungan dengan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Penelitian ini menitikberatkan pada pengungkapan laporan keuangan wajib (mandatory disclosure).
Metode statistik yang digunakan adalah regresi tinier berganda dengan metode enter. Sample penelitian adalah laporan keuangan tahun 2001 dari perusahaan yang tergolong dalam industri manufaktur pada Bursa Efek Jakarta. Total sample berjumlah 41 perusahaan dari populasi sebanyak 150 perusahaan. Data laporan keuangan diambil dari situs Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id) sedangkan data keuangan diambil dari Monthly Statistics Jakarta Stock Exchange.
Tingkat ketaatan penyajian lapoan keuangan diukur dengan menggunakan checklist penyajian laporan keuangan yang dibuat dengan mengacu pada Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bapepam. Checklist tersebut bersifat dikotomis karena yang hendak diketahui adalah tingkat ketaatan yang terbagi antara tacit dan tidak tacit. Tingkat ketaatan disajikan dalam dua bentuk yaitu tingkat ketaatan mula-mula dan tingkat ketaatan yang disesuaikan. Tingkat ketaatan yang disesuaikan mengeluarkan 6 item penilaian bersifat wajib pada Kebijakan Akuntansi Tertentu yang tidak didasari alasan yang kuat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketaatan mula-mula penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib berkisar 65,95%-90,22% dengan nilai rata-rata 75,17% dari seharusnya 100%. Sedangkan tingkat ketaatan disesuaikan berkisar 70,11%-94,19% dengan nilai rata-rata 79,74%. Perbedaan pencapaian tingkat ketaatan mula-mula dan tingkat ketaatan disesuaikan mengindikasikan ketidaktaatan perusahaan terhadap ketentuan yang ada didasari alasan yang kuat Untuk itu otoritas bursa disarankan untuk hanya mewajibkan item pada laporan keuangan yang mendasar dan mendorong perusahaan untuk memberikan informasi secara sukarela.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. kinerja perusahaan, rasio hutang, ukuran perusahaan, proporsi pemegang saham publik, keberadaan komite audit, dan skala kantor akuntan publik secara bersama-sama (dan tidak harus seluruhnya) mampu menjelaskan variasi tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
2. semakin baik kinerja perusahaan, yang ditunjukkan semakin tingginya price to book value ratio, semakin tinggi pula tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
3. semakin besar ukuran perusahaan semakin rendah tingkat ketaatan penyalan laporan keuangan bersifat wajib.
4. semakin tinggi proporsi pemegang saham publik semakin tinggi pula tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
5. skala kantor akuntan publik secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan yang bersifat wajib.
6. tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkat ketaatan penyajian laporan keuangan dengan rasio hutang dan keberadaan komite audit.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai konfirmasi ulang atas penelitian oleh Fitriani (tt) yang berusaha mengungkapkan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan publik yang tercatat pada Bursa Efek Jakarta dengan data laporan keuangan tahun 1996 dan 1999.

This research is aimed to present the compliance level to the financial accounting standards in financial statement and to test the factors that influence the financial statement compliance. Research on the compliance level is usually a compliance level that in connection with the difference in accounting "regimes' Research about disclosure is more connected with voluntary disclosure. This research is focus on the mandatory disclosure of the financial statement.
Statistical method that is used is double linear regression with entering method. The research sample is the financial statements for the year 2001 of the companies that are categorized as manufactured industry at Jakarta Stock Exchange. The total samples are 41 companies out of 150 companies in the population. The income statement data are taken from Jakarta Stock Exchange site (www.jsx.co.id) and the financial data are gotten from Monthly Statistics Jakarta Stock Exchange.
The financial statement compliance level is measured by using the financial statement checklist that are made referring to The Income Statement Reporting Guidance/Guidelines issued by Bapepam. The checklist has a dichotomy characteristic since the purpose is know the compliance level that is divided into compliance and noncompliance. The compliance level is presented into two forms that are the original compliance level and the adjusted compliance level. The adjusted compliance level produces 6 items measurement that is mandatory to the Particular Accounting Policy that is not based on strong reasons.
The result of the research shows that the original compliance levels of the financial statements that are mandatory are about 65,95% - 90,22% with the average 75,17% out of 100% that it should be, whereas the adjusted compliance levels are about 70,77% - 94,19% with the average 79,74%. The difference in the original compliance levels and the adjusted ones demonstrates the companies' disobedience to the existing rules has valid reasons. Based on that rationale, the stock authority is suggested to only set any mandatory items that have good basis in the financial statement and support the companies to voluntarily give the information.
Based on the result of the hypothesis test it can be concluded that:
1. The company's performance, debt ratio, company measurement, public stockholders proportion, the existence of the audit committee, and the public accountant scale collectively (but doesn't have to be all) can explain the variety in the compliance level of the mandatory financial statement.
2. The better is the company performance, which is showed by the higher price to book value ratio, the higher is the compliance of mandatory financial statement
3. The bigger is the company size the lower is the compliance of mandatory financial statement.
4. The higher is the proportion of the public stockholders the higher is the compliance of mandatory financial statement.
5. The public accountant scale significantly has a positive influence to the compliance of mandatory financial statement.
6. Any significant statistic relation among the compliance level of the financial statement with the debt ration and the existence of the audit committee is not found.
The result of this research can be utilized to reconfirm the research previously done by Fitriani who tried to reveal the level of completeness of mandatory and voluntary disclosure in the public financial statement that were registered/documented at the Jakarta Stock Exchange which used financial statement data for the years 1996 and 1999.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safe'i
"Adalah akuntansi suatu hal yang lazim dalam dunia akan terjadinya perbedaan perhitungan praktek laba akuntansi yang di tentukan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia atau generally accepted berdasarkan lebih kepada accounting principles yang makna ekonomisnya, dengan perhitungan laba menurut pajak yang lebih berdasarkan kepada makna hukumnya. Tetapi yang menjadi masalah adalah kalau perbedaan perhitungan laba menj adi demikian besarnya sehingga mempunyai pengaruh yang material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, yang pada akhirnya kedalam akan mempengaruhi kemampuan perusahaan membayar pajak tepat jumlah dan waktu, keluar akan berpengaruh terhadap para pengambil keputusan. Hal seperti ini tampak pada laporan keuangan perusahaan leasing di Indonesia. Untuk itu menarik sekali untuk mengetahui dan menelaah sampai sejauh mana hal itu mempengaruhi laporan keuangan lessor. Untuk membahas hal ini dilakukan studi kepustakaan dan analisa data kuantitatif untuk memudahkan perumusan masalah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>