Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmadi Agus Triono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research tries to know impact insider ownership and Debt Policy to stock return. The research objects are the company that was registered in the Indonesian Stock Exchange in 2005 until 2008 that announce dividend. The sampling method is purposive sampling method an it can find 13 sample companies that announce dividend. Hypothetical testing method is Multistage Regression with the significance level 0,05. The result shows there is no significant impact insider ownership and Debt Policy to Devidend Policy. So Devidend Policy no impact to Stock Return."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ardia Pratama
"Nilai beta merupakan salah satu input atau masukan dalam membuat keputusan berinvestasi. Nilai beta menggambarkan seberapa besarnya perubahan yang akan terjadi pada return saham jika terjadi perubahan pada return pasar. Dengan mengetahui nilai beta maka seorang investor dapat memutuskan saham-saham mana saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolionya. Sedangkan nilai alpha menggambarkan return yang akan didapat oleh investor ketika return saham tidak dipengaruhi oleh pasar dan faktorfaktor independen lainnya. Atau nilai alpha merupakan return yang didapat oleh investor ketika kondisi pasar sedang stagnan. Nilai alpha dan beta diasumsikan memiliki nilai yang sama padahal mungkin saja nilainya dapat berubah-ubah terutama dalam kondisi pasar bullish dan bearish. Skripsi ini mencoba mencari tahu apakah nilai alpha dan beta memiliki nilai yang berbeda pada kedua kondisi pasar tersebut. Jika memang berbeda, apakah nilai saat bullish akan lebih besar daripada nilai saat bearish atau sebaliknya. Data-data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu IHSG, IHSI, dan kurs Rupiah terhadap US$ selama periode penelitian yaitu 18 Juli 1994 — 31 Juli 2002. Saham-saham yang dipilih merupakan saham-saham yang bertahan atau sering masuk ke dalam indeks LQ 45 selama periode penelitian. Saham-saham tersebut yaitu ASII, GGRM, GJTL, HMSP, INDF, INDR, ISAT, RED, MPPA, dan SMGR. Periode penelitian dibagi menjadi tiga periode yaitu 18 Juli 1994 — 31 Juli 1997, 1 Agustus 1997 — 30 Juli 1999, dan 2 Agustus 1999 — 31 Juli 2002. Data-data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan program EViews 3.0. Model persamaan yang digunakan yaitu model multi indeks yang telah ditambahkan variabel dummy untuk membedakan kondisi pasar bullish dan bearish. Kemudian data diolah menggunakan pemodelan ARIMA dan ARCH-GARCH melalui trial & error sehingga didapatkan model yang optimal. Dari hasil pemodelan didapatkan bahwa nilai alpha sebagian besar tidak memiliki nilai yang signifikan dan jika signiifikan nilainya mendekati nol. Sedangkan beta memiliki nilai yang berbeda untuk kedua kondisi pasar. Dari 29 pemodelan yang dibuat hanya 5 model yang menunjukkan nilai beta yang relatif stabil. 14 model memiliki nilai beta bearish yang Iebih besar daripada nilai beta bullish dan 10 model lainnya memiliki nilai beta bearish yang lebih kecil daripada nilai beta bullish."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) Menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), Net Operating Profit After Tax (NOPAT), dan Cash Flow Operation (CFO) terhadap return dan abnormal return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. (2) Mengetahui tolak ukur mana yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return dan abnormal return yang diterima oleh pemegang saham. (3) Mengetahui variabel mana yang lebih baik dalam mengukur penciptaan nilai bagi pemegang saham, return atau abnormal return. Penelitian ini menggunakan metode pooled ordinary least square dengan menggunakan data 29 emiten dengan jangka waktu 4 tahun (2000-2003). Adapun hipotesis penelitian ini adalah EVA memiliki kandungan informasi yang lebih dalam menjelaskan variasi return dan abnormal return dibanding dengan NOPAT dan CFO. Berdasarkan hasil regresi disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham adalah EVA, ∆EVA dan CFO. Sedangkan variabel yang berpengaruh signifikan dalam menjelaskan variasi abnormal return adalah EVA, ∆EVA, NOPAT, ∆NOPAT dan CFO. Analisa menunjukkan bahwa variabel abnormal return lebih baik dalam mengukur penciptaan nilai bagi pemegang saham dibanding dengan return.
Kata kunci: Economic Value Added, Net Operating Profit After Tax, Cash Flow Operation, Return, Abnormal Return

The purposes of this study are (1) to analyze the influence of economic value added, net operating profit after tax, and cash flow operation to the shareholders` return and abnormal return of the public companies listed on Jakarta Stock Exchange. (2) to know which of the three performance measures have the most significant effect to the shareholders` return and abnormal return. (3) to know which of the two measures is better to measure the creation of shareholders` wealth, return or abnormal return. This study used the pooled ordinary least square method or panel data on 29 Indonesia-listed companies in Jakarta Stock Exchange over the period 2000-2003. The hypotheses was economic value added has more information value in explaining the variances of shareholders` return and abnormal return. The regression models revealed that EVA, CFO and ∆NOPAT are closely associated with stock returns. EVA , ∆EVA, CFO, NOPAT and ∆NOPAT are associated closely with abnormal returns. The analysis also revealed that abnormal return is better in measuring shareholders` wealth than return.
Keywords: Economic Value Added, Stock return, Abnormal Return, Net Operating Profit After Tax, and Cash Flow Operation
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Adhisty Ayu Pratiwi
"ASEAN akan segera melaksanakan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau AFTA. Dengan dilaksanakannya AFTA, arus investasi akan dengan cepat berpindah dari satu negara ke negara yang lain. Negara-negara emerging market dianggap sebagai primadona dalam bursa saham ASEAN. Pergerakan return saham dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan menggunakan metode regresi linear, diperoleh hasil bahwa size, value, profitability, dan investment memberikan pengaruh yang terhadap return saham di bursa efek Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand pada periode tahun 2009-2013.

ASEAN will implement the ASEAN Free Trade Area or AFTA soon. By implementing this policy, investment flows would move quickly from one country to the others. Emerging market countries have regarded as the best performance in ASEAN stock exchange. The movement of stock returns are influenced by various factors. By using linear regression, obtained that size, value, profitability, and investment have significant influence on stock return in Indonesia, Malaysia, Philippines, and Thailand stock exchange in the period 2009-2013.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frilasari
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah karakteristik dari obligasi yaitu yield to maturity, duration, dan rating dapat mempengaruhi tingkat return dari obligasi. Penelitian ini mengambil sampel berjumlah 43 obligasi yang terdaftar selama periode Desember 2003 sampai Desember 2007. Pengolahan data menggunakan dengan data panel dan pendekatan fixed effect model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield to maturity, dan duration mempunyai pengaruh yang signifikan dengan return obligasi. Sementara variabel rating tidak mempunyai pengaruh yang signifikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Satwiko
"ABSTRAK
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak membutuhkan infrastruktur untuk menunjang era industrialisasi. Listrik tetap menjadi prioritas utama untuk dibangun terutama di luar Pulau Jawa. Kalimantan Barat sebagai salah satu bagian Indonesia saat ini sedang giat-giatnya membangun, terutama di sektor perkebunan, transmigrasi dan industri. Disisi lain pertumbuhan infrastrukturnya kalah cepat dengan permintaan. Untuk itu pilihannya adalah membangun pembangkit listrik berbahan bakar gambut, pilihan ini didasarkan karena Kalimantan Barat amatlah kaya dengan sumber bahan gambut ini. Mutu gambut di Kalimantan adalah sangat baik dan dapat digunakan secara ekonomis untuk di suplai ke pembangkit tenaga listrik. Untuk pembangkit listrik 2 X 60 MW dengan masa operasi 20 tahun diperkirakan membutuhkan area gambut seluas 10.000 Ha. Pada kasus ini lokasi lahan gambut terdapat disekitar kota Pontianak (Siantan 70.000 Ha dan Rasau Jaya lebih dari 30. 000 Ha).
Tesis ini akan membahas Analisa Pengembalian Modal Investasi untuk pembangunan 2 x 60 Mw pembangkit listrik berbahan bakar gambut di Pontianak Kalimantan Barat. Hasil analisis dan perhitungan dari tesis ini memperlihatkan bahwa nilai tukar mata uang yang paling rendah diinginkan investor adalah Rp. 3500 dengan memakai asumsi yang ada. Dari nilai tukar rupiah tersebut didapat IRR 10,63 %, NPV M US $ 2,209."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukartono
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada dekade terakhir ini menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Peningkatan ini merupakan hasil dari kebijakan
makro di bidang ekonomi seperti penggalakkan ekspor non migas, kemudahan
investasi, pengembangan sumber daya manusia, deregulasi dan sebagainya. Di
bidang investasi, Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang menarik
. untuk realokasi . industri. Persetujuan investasi yang diberikan oleh BKPM dari
tahun ke tahun juga menunjukkan perkembangan yang mengembirakan. Untuk itu,
diperlukan berbagai sarana pendukung seperti sarana transportasi, listrik,
telekomunikasi, air bersih, sarana jalan dan sebagainya agar mampu menjadi
penunjang pertumbuhan ekonomi yang selama ini telah dicapai.
Peningkatan investasi yang terjadi diikuti dengan meningkatnya populasi
kendaraan, sementara penambahan panjang jalan relatif lebih kecil. Pemerintah
menghadapi kendala dalam hal penyediaan dana untuk menambah panjang jalan
yang ada. Urituk itu diambil suatu kebijakan yaitu membangun jalan tal yang dapat
dioperasikan secara komersial. Pengelolaan jalan tol di Indonesia diserahkan
kepada sebuah BUMN, tetapi pemerintah juga membuka peluang kepada investor
swasta untuk membangun dan mengoperasikannya. Minat investor swasta ini
ternyata cukup baik dan saat ini bisnis jalan tol termasuk bidang usaha favorit.
PT. "X" merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan jalan tol
yang mengalami pertumbuhan cukup pesat. Hal ini ditandai dari ruas jalan tol yang
dikelola semakin lama semakin panjang. Dengan makin besarnya perusahaan
maka masalah-masalah yang muncul juga menjadi kompleks. Sistem
pengendalian yang diterapkan PT. "X" meliputi perencanaan jangka pendek yang
dituangkan dalam anggaran tahunan. Sedangkan perencanaan strategik
dituangkan dalam rencana jangka panjang yang mencakup periode lima tahun.
Untuk melaksanakan sistem pengendalian tersebut, ditetapkan adanya
pendelegasian wewenang dari manajemen yang lebih tinggi kepada level
manajemen dibawahnya. Unit-unit kerja yang ada dikelompokkan ke dalam
berbagai pusat pertanggungjawaban, dan cabang-cabang yang merupakan ujung
tombak perusahaan ditetapkan sebagai profit center.
Pengukuran kinerja yang dilakukan pada PT. "X" adalah penilaian prestasi
kerja pegawai yang dilakukan secara periodik dan berjenjang. Untuk kepala
cabang penilaian dilakukan direksi. Fokus penilaian adalah sasaran kerja yang
hendak dicapai seorang pegawai pada satu periode. Nilai prestasi yang diperoleh
kepala unit kerja merupakan cerminan dari rata-rata nilai akhir para manajer
dibawahnya. Untuk perusahaan secara keseluruhan, penilaian kinerja dilakukan
setiap akhir tahun buku berupa : (1) perbandingan antara realisasi dengan
anggaran dan (2) kesehatan perusahaan. Tingkat kesehatan perusahaan diukur
dari nilai terbobot yang terdiri dari rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, profit margin,
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. Penilaian kinerja ini dilakukan oleh auditor
eksternal. Ditinjau dari sistem pengendalian manajemen, pengukuran ini belum
mencukupi untuk menilai prestasi kepala cabang maupun prestasi cabang secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan penilaian kinerja tersebut tidak menggunakan
laba sebagai tolok ukur suatu profit center.
Laba merupakan indikator penting dalam pengukuran kinerja suatu profit
center. Diantara berbagai pengukuran kinerja untuk menilai pusat
pertanggungjawaban, pengukuran kinerja efektivitas layak dipertimbangkan dalam
penilaian kinerja cabang-cabang PT. "X". Pengukuran tersebut, disamping menilai
kinerja . kepala cabang sebagai seorang manajer, juga menilai kinerja cabang
secara keseluruhan. Untuk keperluan ini daftar laba-rugi konvensional harus
disesuaikan ke dalam bentuk divisional. Berdasarkan laba-rugi divistonal tersebut,
penilaian kinerja kepala cabang dapat dilakukan dari angka controllable
contribution. Sedangkan untuk cabang secara keseluruhan dapat dilakukan dari
angka divisional controllable. Berdasarkan analisis yang dilakukan, kinerja kedua
kepala cabang dan kinerja masing-masing cabang secara keseluruhan
menunjukkan hasil yang sama. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua kepala cabang
mempunyai prestasi yang sama baiknya dalam mengelola sumber daya yang
menjadi tanggungjawabnya: Dengan menerapkan metode pengukuran kinerja ini,
diharapkan akan menumbuhkan kepercayaan yang tinggi pada para kepala
cabang. Di sisi lain penilaian ini cukup adil dalam menilai prestasi yang diraih oleh
masing-masing cabang. Pengukuran ini dapat melengkapi pengukuran yang
selama ini telah dilaksanakan yaitu penilaian prestasi kerja kepala cabang.
Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan oleh internal auditor yang mempunyai
tugas membantu direksi perusahaan dalam bidang pengawasan intern
Pengukuran kinerja merupakan salah satu aspek penting dalam sistem
pengendalian manajemen. Kinerja dari suatu unit usaha I pusat
pertanggungjawaban akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, manajemen harus memiliki acuan yang representatif dan handal
agar pusat pertanggungjawaban dapat dievaluasi secara tepat dan obyektif.
Kesimpulan tentang pelaksanaan penilaian kinerja unit-unit kerja di atas berikut
saran-saran yang telah diuraikan di muka semoga dapat menjadikan sistem
penilaian kinerja . di PT "X" semakin baik, efisien dan efektif sebagai alat
pengendalian manajemen."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrie Wibowo Witjaksono
"Penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap future earnings dan return saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini, juga membandingkan future earnings dan return saham pada periode pra krisis global dan krisis global dengan memisahkan antara winners stocks dan losers stocks. Penelitian menunjukkan variabel keuangan berkorelasi negatif dengan return saham pada periode pra krisis global, namun berkorelasi positif terhadap future earnings. Sedangkan pada periode krisis global, variabel keuangan berkorelasi positif baik untuk return maupun future earnings. Secara keseluruhan hasil tersebut menyimpulkan bahwa variabel keuangan fundamental yang buruk memberikan sinyal negatif kepada return dan future earnings perusahaan dan sebaliknya, variabel keuangan fundamental yang baik memberikan sinyal positif kepada return dan future earnings perusahaan.

This research examines the impact of fundamental analysis on future earnings and return stock of listed company in LQ45 Indonesia Stock Exchange. This research also compares return stock and future earnings before global crisis and during global crisis by separating winners stocks and losers stocks. This research shows financial variable has a negative correlation with return stock before global crisis, but has a positive correlation with future earnings. While during global crisis, financial variable has a positive correlation with return stock and future earnings. Overall, the results conclude that bad fundamental financial variable gives negative signal to firm stock return and future earnings, on the contrary good fundamental financial variable gives positive signal to stock return and firm future earnings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T21738
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harizka Rizal
"Lebih dari satu dekade baik ukuran dan kapitalisasi Equity Real Estate Investment Trust (REITs) di pasar Asia mengalami peningkatan yang signifikan diakibatkan karena instrumen tersebut menarik banyak investor dengan perlakuan pajak khusus serta penawaran imbal hasil yang tinggi terutama di negara berkembang (ASEAN). Kenaikan instrumen ini menimbulkan kecurigaan bahwa REITs tidak terhindarkan dari adanya gelembung spekulatif seiringan dengan timbulnya investor maniak yang berambisi untuk mendapatkan keuntungan modal atas investasi tersebut. Selain itu, perubahan variabel makroekonomi mendukung bukti adanya gelembung spekulatif. Studi ini membahas mengenai karakteristik dan alasan keberadaan gelembung spekulatif khususnya di kawasan ASEAN menggunakan tiga negara termasuk Singapura, Malaysia, dan Thailand sebagai pelopor pasar Equity REITs. Studi ini menyiratkan dua metode dengan penggunaan data bulanan yang dilakukan dengan uji General Supremum Augmented Dickey-Fuller (GSADF) untuk keberadaan gelembung Spekulatif dan Restricted VAR (VECM) dalam menyelidiki kausalitas jangka pendek dan jangka panjang dari kekuatan makroekonomi yang dipilih termasuk : Nilai tukar, Suku bunga , dan Tingkat inflasi. Temuan penulis menunjukkan dalam uji GSADF, pasar REITs Thailand menunjukkan dua gelembung sedangkan Singapura dan Malaysia tidak membuktikan keberadaannya. Selain itu, kemampuan variabel makroekonomi dalam menjelaskan pengembalian REIT melalui estimasi VECM terdiri dari bukti bahwa nilai tukar mempengaruhi perubahan pengembalian REITs dalam jangka pendek untuk semua negara uji. Selain itu, harga REITs Malaysia dan Thailand juga dipengaruhi oleh perubahan tingkat Inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Terlebih lagi, suku bunga menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengembalian harga REITs. Oleh karena itu, berinvestasi di REITs mencakup risiko kerugian melalui bukti gelembung, risiko mata uang, dan risiko inflasi yang menunjukkan REITs adalah instrumen Inflasi non-lindung nilai.

Over a decade both size and market capitalization of Equity Real Estate Investment Trusts (REITs) in the Asian market experienced significant increases as the instrument attracts more investors in regards it contains special tax treatment and offering high yields especially in Developing countries (ASEAN). Otherwise, the increase immerses suspicion that the instruments are inevitable from the existence of speculative bubble explained by a mania to earn capital gain on the investment. In addition, the changes in macroeconomics variables support evidence of the existence of a speculative bubble. This study attempt to address characteristics and reasons for speculative bubble specifically within the ASEAN region including Singapore, Malaysia, and Thailand as the pioneer of the Equity REITs market. This studies implies two methods using monthly data conducted with General Supremum Augmented Dickey-Fuller (GSADF) test for the existence of Speculative bubbles and Restricted VAR (VECM) in investigating Short and Long- Run Causality from chosen macroeconomics forces: Exchange rate, interest rate, and Inflation rate. Author's finding shows within the GSADF test, Thailand REITs market indicates two bubbles whereas Singapore and Malaysia do not prove their existence. Moreover, the ability of macroeconomics variables in explaining REITs return through VECM estimation is comprised by evidence that the Exchange rate affects changes in REITs return in short run for all countries. In addition, both Malaysia and Thailand REITs prices also affected by Inflation rate changes in the short and long run. Otherwise, interest rate shows a non-significant effect on REITs prices return. Therefore, investing in REITs includes a risk of loss through evidence of bubbles, currency risk, and inflation risk exhibiting REITs is a non-hedge Inflation instrument."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>