Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Bagus Pandit Astika
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hendra Sudjaka
"Neraca pembayaran luar negeri adalah pencatatan aliran dana masuk dan keluar dari nilai barang, jasa dan modal dari suatu negara dengan semua mitra dagangnya selama periode tertentu, biasanya 12 bulan. Neraca pembayaran mencerminkan kinerja ekonomi suatu negara dalam kedudukannya di antara pelaku ekonomi dunia.
Karena menjadi salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara, maka kebijakan tentang neraca pembayaran menjadi perhatian utama tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga pelaku bisnis praktis maupun pemerhati ekonomi. Bahkan di Indonesia posisi neraca pembayaran luar negeri selalu diamati dengan serius karena pengalaman menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara perkembangan neraca pembayaran dengan kebijakan pemerintah dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
Masalah utama yang dibahas dalam penulisan ini adalah mencari komponen neraca pembayaran yang memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan posisi neraca pembayaran Indonesia. Analisis dilakukan terhadap perkembangan neraca pembayaran selama kurun waktu antara tahun 1978 - 1992.
Dalam kurun waktu tahun 1978 - 1992 neraca pembayaran Indonesia secara umum memperlihatkan kondisi yang baik, kecuali pada tahun-tahun 1981/82, 1982/83, 1986/87 dan 1988/89 yang menunjukkan angka defisit. Neraca pembayaran yang menunjukkan surplus disebabkan oleh neraca perdagangan dan neraca modal yang selalu surplus, walaupun neraca jasa praktis tetap defisit. Hal ini berarti bahwa secara umum kondisi perekonomian Indonesia secara makro dianggap cukup aman, dan Indonesia memiliki posisi yang cukup kuat dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia.
Hasil analisis korelasi antara posisi cadangan devisa dengan komponen-komponen neraca pembayaran menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara cadangan devisa dengan neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Analisis proporsi menunjukkan bahwa persentase terbesar dari aliran modal masuk masih didominasi oleh kegiatan ekspor barang, sedangkan untuk aliran modal keluar didominasi oleh kegiatan impor barang dan pembayaran jasa. Dalam lima tahun terakhir ini, cicilan hutang luar negeri semakin membebani neraca pembayaran.
Dengan demikian dalam pengelolaan neraca pembayaran komponen-komponen di atas harus menjadi perhatian utama. Perkembangan transaksi berjalan selama periode 1978 - 1992 menunjukkan situasi yang kurang menguntungkan karena hanya mengalami surplus pada tahun 1979/80 dan 1980/81. Defisit transaksi berjalan ini terutama disebabkan oleh defisit neraca jasa, yang didalamnya termasuk jasa transportasi dan pembayaran bunga hutang. Defisit neraca jasa memang menjadi masalah yang cukup serius karena ternyata korelasinya cukup kuat terhadap aktivitas perdagangan luar negeri.
Semakin besar aktivitas ekspor-impor ternyata menyebabkan semakin besar pula defisit neraca jasa. Neraca perdagangan Indonesia selama kurun waktu tersebut selalu surplus namun bila komponen migas dikeluarkan, ternyata masih mengalami defisit. Hal ini menunjukkan bahwa struktur perdagangan barang ternyata belum mantap benar karena ekspor yang besar selalu disertai impor yang besar pula, baik bahan baku, komponen maupun barang modal. Besarnya impor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya investasi domestik maupun asing. Investasi ini menyebabkan impor barang modal menjadi besar. Dalam jangka pendek, kegiatan impor ini memberatkan neraca pembayaran tetapi dalam jangka panjang dampaknya justru dapat positif.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan neraca pembayaran adalah hutang luar negeri. Hutang luar negeri Indonesia ternyata lebih besar dibandingkan dengan pemasukan modal melalui investasi langsung maupun pasar modal sehingga walaupun hal ini menyebabkan neraca modal positif tetapi sebenarnya situasinya kurang menguntungkan. Hal ini diperburuk pula oleh komposisi valuta dan periode pinjaman yang berpengaruh terhadap kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang. Hutang Indonesia selama ini sebagian besar terdiri dari mata uang yen sehingga dengan meningkatnya nilai yen terhadap mata uang lainnya, kewajiban membayar dalam rupiah menjadi terns membengkak. Periode pinjaman hams diperhatikan karena hutang komersial yang dilakukan oleh swasta akan menyebabkan terjadinya arus modal keluar yang besar dalam periode yang singkat apalagi bila ada gejolak ekonomi atau politik dalam negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan pinjaman komersial jangka pendek.
Berdasarkan analisis komponen-komponen yang pengaruhnya besar terhadap situasi neraca pembayaran, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga neraca pembayaran agar selalu dalam kondisi baik, yaitu :
• Pembenahan sektor transportasi terutama transportasi laut.
• Pembatasan hutang-hutang luar negeri jangka pendek.
• Restrukturisasi komposisi mata uang hutang luar negeri.
• Peningkatan ekspor non-migas.
• Kebijakan substitusi impor dan deregulasi sektor industri hulu.
• Penarikan investasi langsung luar negeri.
• Peningkatan penerimaan jasa lain seperti pariwisata."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Beston
"Penyajian proyeksi Neraca Pembayaran yang menyajikan catatan sistematis mengenai transaksi ekonomi terasa sangat penting guna mendukung penetapan kebijakan ekonomi makro oleh pemerintah suatu Negara. Mengingat Neraca Pembayaran memiliki hubungan yang erat dengan sector fiscal dan moneter, perlu meneliti hubungan dari sector-sektor tersebut dalam pengaruhnya terhadap neraca pembayaran.
Neraca pembayaran yang di presentasikan oleh cadangan devisa (reserve), dalam dalam penelitian ini menggunakan variable Gross Foreign Asset (GFA), dimana seluruh perubahan dalan aktiva luar negeri secara bruto diasumsikan telah mempengaruhi reserve. Kembali kepada penyajian proyeksi yang selama ini dilakukan dalam membuat proyeksi neraca pembayaran dalam hal ini Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), dibuat dengan mempertimbangkan asumsi indikator makro ekonomi. Penulis merasa terdorong untuk membuat suatu penelitian dengan menggunakan suatu model dari pendekatan moneter yang mempengaruhi neraca pembayaran. Melalui Model pendekatan yang diteliti dengan dengan menggunakan variable moneter yaitu pendapatan riil (PDB), tingkat harga domestik, suku bunga, money multiplier dan kredit domestik (given dari model empiris) sebagai variable bebas untuk melihat hubungan yang saling memeeengaruhi, besar dan arah diantara variable bebas terhadap cadangan devisa sebagai variable tidak bebas.
Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dapat dipertimbangkan (saling mempengaruhi) dalam perhitungan neraca pembayaran anatar variable bebas dengan variable tidak bebas yang disajikan basil estimasi model. Namun perlu diperhatikan adanya bias data karena terjadinya krisis moneter yang sangat signifikan dalam sejarah perekonomian Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 1997, serta faktor non moneter yang tidak terkuantifikasi dalam..."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Arya Perdana
"Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan analisis neraca pembayaran dari sisi pendekatan moneter sebagai studi yang cukup populer. Alasan pertama adalah fakta bahwa lalu lintas dalam pasar uang dan modal antar negara semakin padat, bahkan lebih cepat dari perkembangan lalu lintas perdagangan barang dan jasa. Alasan kedua, sifat dari penyesuaian sektor moneter yang lebih instan sehingga data-data yang diperlukan relatif lebih tersedia dengan jarak yang lebih singkat dibandingkan data-data sektor rill. Pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran sendiri merupakan studi yang cukup baru, karena berkembang pada pertengahan `70-an. Dengan kedua alasan yang disebutkan tadi, serta keadaan perekonomian internasional yang makin terbuka menyebabkan studi tersebut berkembang dengan cepat di dunia akademik. Hal ini makin dikuatkan oleh penggunaan perangkat kebijakan makroekonomi yang makin berorientasi pada sisi moneter di banyak negara, termasuk negara berkembang. Dalam pendekatan moneter, analisis ditempatkan pada transaksi moneter yang terjadi pada pencatatan neraca pembayaran. Hal tersebut berbeda dengan beberapa pendekatan terdahulu yang memfokuskan perhatian pada komponenkomponen neraca pembayaran — neraca berjalan, modal dan lalu-lintas moneter — secara terpisah. Apa yang dipandang sebagai neraca pembayaran menurut pendakatan ini adalah aktiva luar negeri yang dimiliki oleh Otoritas Moneter suatu negara. Aktiva luar negeri adalah bagian dari uang primer yang diedarkan dalam proses penciptaan uang di dalam negeri, bersama-sama dengan aktiva dalam negeri atau kredit domestik. Analisis pendekatan moneter bertolak dari keseimbangan (equilibrium) moneter dalam negeri, yaitu antara permintaan masyarakat terhadap uang serta jumlah yang diedarkan oleh Otoritas Moneter. Adanya perubahan yang terjadi pada komponen kredit domestik menciptakan ketidakseimbangan (disequilibrium) pada pasar uang, atau jumlah yang diminta tidak sama dengan yang ditawarkan. Adanya perubahan pada keseimbangan menyebabkan masyarakat memegang uang terlalu banyak dibandingkan yang diminta, atau sebaliknya lebih sedikit dari yang diperlukan. Dengan asumsi full employment di dalam negeri, maka kondisi demikian akan menciptakan tambahan permintaan terhadap mata uang atau komoditas dari luar negeri, yang akan mempengaruhi neraca pembayaran. Dengan demikian, perubahan pada neraca pembayaran dipandang sebagai suatu proses penyesuaian (adjustment) terhadap ketidakseimbangan moneter di dalam negeri. Skripsi ini mencoba menelaah penerapan model pendekatan moneter tersebut di Indonesia, menggunakan data-data time-series triwulanan antara triwulan keempat 1986 (periode setelah devaluasi terakhir) hingga triwulan kedua 1997 (sebelum krisis regional terjadi). Yang hendak dianalisis adalah seberapa banyak pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran mampu menerangkan kondisi moneter dan makroekonomi Indonesia selama periode tersebut. Studi dilakukan dengan menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square sederhana. Pada bagian lain, dalam skripsi ini juga dielaborasi suatu modifikasi lanjutan dari pendekatan moneter, yaitu mengenai pengaruh sebaliknya dari neraca pembayaran terhadap kredit domestik. Variabel kredit domestik yang dalam model awal dianggap sebagai variabel eksogen, kini diasumsikan terpengaruh oleh perubahan neraca pembayaran. Dalam konteks moneter, penggunaan kredit domestik sebagai reaksi terhadap perubahan aktiva luar negeri dikenal sebagai tindakan "sterilisasi". Dengan demikian, studi mengenai kredit domestik yang dilakukan dalam pengujian terhadap terjadinya sterilisasi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
S19023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Beban satu fasa banyak digunakan pada perumahan dan penerangan. Variasi pada pembebanan satu fasa menyebabkan arus yang mengalir pada konduktor-konduktor fasa menjadi berbeda satu sama lain. Kemudian, akan dihasilkan jatuh tegangan yang berbeda pula antar fasanya. Pada akhirnya, ketidak-seimbangan tegangan antar fasa pun tidak dapat dihindari. Pada motor induksi tiga fasa yang banyak digunakan, ketidak-seimbangan tegangan suplai dapat menimbulkan banyak kerugian. Pada skripsi ini akan dilakukan pengujian pengaruh tegangan suplai yang tidak seimbang pada motor induksi tiga fasa dengan variasi tingkat ketidak-seimbangan pada beberapa besar beban. Dari pengujian dan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa penambahan tingkat ketidak-seimbangan tegangan suplai akan menurunkan kecepatan putar, menambah besar arus beban, dan menurunkan efisiensi motor induksi tiga fasa."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Maulidina
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliaman Dharmansyah Hadad
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tonny
"Kredit domestik merupakan salah satu besaran yang ikut membentuk uang primer, dan uang primer adalah penentu uang beredar, yang pada akhirnya mempengaruhi laju inflasi. Dalam mengatur keseimbangan moneter, Bank Sentral memakai kredit domestik, dengan terlebih dahulu menetapkan target tertentu untuk tingkat pertambahannya. Tulisan ini mencoba meneliti sejauh mana pengaruh perubahan kredit terhadap komponen-komponen Neraca Pembayaran. Untuk melihat hubungan kredit dengan Neraca Pembayaran, pertama sekali dilakukan deskripsi kebijaksanaan kredit yang telah ditempuh pemerintah Indonesia, kemudian diperbandingkan posisi komponen-komponen Neraca Pembayaran baik sebelum maupun sesudah penetapan kebijaksanaan tersebut. Disamping itu dilakukan juga pengujian statistik dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan menetapkan suatu formula untuk mencari besaran Pendapatan Nasional (Y) tersebut dan Impor (H), kemudian membandingkan dengan yang aktualnya. Cara kedua hasil adalah perkiraan pengujian "pangkat dua terkecil biasa" dengan memakai Y dan M sebagai variabel terikat dan masing-masing Ekspor (X), Pemasukan Modal (K) serta Pertambahan Kredit (D) sebagai variabel bebas. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa pengendalian agregat moneter, akibat terbukanya Indonesia terhadap perekonomian dunia melalui Neraca Pembayaran, lebih efektif melalui pertambahan kredit dibandingkan bila melalui uang nominal. Sementara untuk komponen kredit itu sendiri, model yang dipakai hanya bagus diterapkan untuk mencapai target impor dibandingkan dengan pendapatan secara lansung. Dan untuk mempengaruhi besaran impor dari tiga variabel yang dipakai, yang paling dominan adalah pertambahan kredit. Pertambahan kredit di dalam negeri akan menurunkan total impor. Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa pertambahan kredit domestik akibat kenaikan penerimaan sektor luar negeri tidak berhasil dikendalikan oleh Bank Sentral untuk tidak menaikkan inflasi secara keseluruhan. Penerimaan sektor luar negeri yang meningkat akan menaikkan laju inflasi di dalam negeri. Laju inflasi yang naik meningkatkan permintaan agregat. Dan karena sisi suplai domestiknya tidak mencukupi, maka masyarakat mendapatkannya melalui impor. Disamping perlu dicari model yang lebih tepat untuk perekonomian Indonesia, perlu kiranya variabel yang diuji ditambah, juga diambil hanya data-data yang kurun waktunya sama."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18469
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>