Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sjamsu Rahardja
"After the severe fall of oil price in 1986, Indonesia has consistently maintained structural adjustment policy which has successfully shift it dependence from the oil sector to the non-oil sector. This alteration was absolutely necessary due to the fact that Indonesian economic performance could never rely anymore on oil revenue, which also meant reducing the goverment role in driving the economic growth. In order to achive that goal, several macroeconomic policies such as deregulations have been conducted to give private sector more space and a bigger role in the economy. The bigger role for the private sector, the more market mechanism will take place in controlling the equilbrium process. Yet another problem raised, particularly in the regional point of view, that private sector always seek profit opportunity in areas which have large marginal revenue of product. This condition is significantly taking place in Indonesia with the Western part of Indonesia playing as an ace for private investors. This regional imbalance between the Western and Eastern part of Indonesia has not also been creating resources accumulation in the Western part but also dragging resources out from the Eastern part. This condition will eventually restrain overall economic maximization since the Eastern part: production and consumption possibility are non-optimized. This study will analyze the impact of the incerase in development expenditure ,especially infrastructure, on Eastern part's economic dynamic : growth, private investment and strucutral transformation, using a regional macroeconometric model. Other objective is to compare those dynamics under several development scenarios : growth centre scenario and underdevelopment areas scenario. Regional economic consideration has been taken place since we finally realized the fact that national oriented macroeconomic policy often fails to create the desired performance. The nobility of top down approach is faced with the prevailing facts that different regional characteristics, which used to be taken for granted, caused each region acts differently or even oppositely from what is expected to be. According to this issue, this study also addresses its analysis in comparing results from top down to bottom up policy excercise in developing Eastern part of Indonesia's economy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Indradjaya
"Merosotnya penerimaan ekspor migas di Indonesia pada paruh awal dekade 8O-an membuat peningkatan penerimaan ekspor non-migas menjadi teramat penting. Kondisi ini merupakan titik tolak rantai dari alasan ekonomi yang mendorong para pembuat kebijaksanaan ekonomi untuk menempuh penyesuaian struktural melalui serangkaian deregulasi di berbagai sektor. Adapun prasyarat penting untuk keberhasilan pelaksanaan penyesuaian struktural tersebut adalah stabilitas ekonomi. Dengan demikian stabilitas ekonomi perlu diciptakan untuk menjamin keberhasilan penyesuaian struktural tersebut, selain juga menjadi salah satu tujuannya. Salah satu aspek kebijaksanaan stabilisasi ekonomi yaitu kebijaksanaan pengendalian permintaan comestik (demand mamagement policies) ditempuh melalui kebijaksanaan moneter dengan mengendalikan laju pertumbuhan uang beredar. Masalahnya pengetatan pertumbuhan uang beredar ini mencapai sasarannya melalui kontraksi pengeluaran domestik. Sedangkan investasi (Swasta) yang merupakan salah satu komponen pengeluaran domestik tersebut merupakan variabel yang turut menentukan besarnya ekspor non-migas. Apabila kontraksi investasi ini ikut menghambat pertumbuhan ekspor non-migas, naka kebijaksanaan pengendalian laju inflasi justru dapat menciptakan kondisi yang kontra-proouktif. dipandang dari tujuan semula ditempunya kebijaksanaan tersebut. Sedangkan pengendalian atau lebih tepatnya pengetatan pertumbuhan uang beredar itu mencapai sasarannya, yaitu pengurangan laju inflasi, melalui pengurangan permintaan agregat perekonomian domestik yang berarti pengurangan pengeluaran domestik tersebut. Seberapa jauh kebijaksanaan ini dapat menjadi kontra produktif dalam konteks pertumbuhan ekspor non-migas, dan sejauh ini efektifitasnya dalam pengendalian harga, nerupakan masalah kebijaksanaan yang menarik untuk dikaji."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Arhansya
"Ekspor seringkali dinyatakan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi (engine of growth) berdasarkan diantaranya bahwa dengan mengekspor, perdagangan akan meluas, teknologi akan berkembang, dan Skala ekonomis tercapai sehingga produktivitas negara meningkat. Preposisi ini juga didukung adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat bagi negara-negara yang mengubah orientasi kebijakan perdagangannya dan substitusi impor menuju promosi ekspor. Studi empiris mengenai peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Selama ini, studi tersebut membentuk analisanya pada bentuk persamaan tunggal dengan mengabaikan adanya kemungkinan masalah simultanitas dalam model. Perbaikan terhadap masalah simultanitas ini kemudian dilakukan oleh model yang dibentuk Khan dan Sagib dengan cara memasukkan unsur permintaan dan penawaran ekspor. Model tersebut merupakan model dasar di skripsi ini dalam menganalisa ekspor, khususnya ekspor non-migas terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menggunakan metode regresi 2SLS pada kurun waktu pengamatan 1983.I-1997.II. Dan hasil penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa ekspor non-migas secara signifikan berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hubungan ini diperkuat oleh hasil pengujian dengan Granger Causality Test yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor non-migas mengakibatkan pertumbuhan ekonomi. Studi ini juga menunjukkan bahwa kebijakan dalam harga dan nilai tukar untuk mendorong kinerja ekspor non-migas Indonesia harus diperhatikan karena korelasinya dengan penawaran ekspor non-migas tidak sesuai dengan ekspetasi awal. Sebagai kesimpulan akhir, demi mendukung ekspor non-migas, fokus pemerintah harus ditekankan kepada implementasi kebijakan yang telah ditetapkan dan berusaha untuk terus mempererat hubungan dengan negara mitra dagang Indonesia mengingat besarnya pengaruh luar negeri terhadap permintaan ekspor non-migas Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Judith I. Elisabeth
"Berkurangnya penerimaan negara dari sektor ekspor migas mendorong pemerintah untuk mengembangkan sektor ekspor non migas sebagai alternatif sumber pemasukan negara. Dengan mengasumsikan bahwa perekonomian terdiri dari tiga sektor yaitu sektor ekspor pertanian, sektor ekspor manufaktur dan sektor non ekspor, skripsi ini membahas kontribusi dari masing-masing sektor ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi dan eksternalitas yang ditimbulkan terhadap sektor non ekspor. Pembahasan juga mencakup perbandingan produktivitas input di masing-masing sektor ekspor dengan sektor non ekspor. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan studi kepustakaan dan analisa data tahunan yang mencakup periode 1964 - 1990. Regresi dilakukan terhadap model Feder yang telah dikembangkan, dengan menggunakan tehnik Ordinary Least Square. Variabel yang dianggap terikat adalah pertumbuhan ekonomi, sementara variabel bebas adalah proporsi investasi dalam pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan tenaga kerja, proporsi sektor ekspor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan sektor ekspor pertanian, proporsi sektor ekspor manufaktur dalam pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan sektor ekspor manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan produktivitas yang nyata antara sektor ekspor pertanian dan manufaktur dengan sektor non ekspor. Demikian juga dengan eksternalitas positif yang hanya dihasilkan oleh sektor ekspor manufaktur. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun sektor ekspor memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun pada kenyataannya faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah akumulasi modal. Secara keseluruhan kinerja ekspor memberikan hasil yang cukup memuaskan, namun apabila diteliti secara sektoral akan terlihat ketimpangan kinerja. Oleh karena itu dibutuhkan keterlibatan pemerintah dengan intensitas yang berbeda sehingga sektor-sektor tertentu dapat mengejar ketinggalannya. Pada dasarnya sektor ekspor harus memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian. Dengan demikian diharapkan produk ekspor Indonesia dapat bersaing di pasar internasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S19152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Emir
"Tulisan ini menerapkan model moneter Girton - Roper yang disesuaikan dan model ekspor dan impor yang sederhana untuk periods 1989.2 - 1995.2. Kedua model ini diuji dengan menggunakan metode Ordinary Least Square. Model moneter Girton - Roper yang disesuaikan digunakan untuk menganalisa seberapa besar perubahan yang terjadi pada aktiva luar negeri bersih dan nilai tukar Yen terhadap Rupiah apabila terjadi perubahan pada kredit domestik bersih, tingkat harga Jepang dan pendapatan riil Indonesia. Hipotesanya adalah adanya hubungan yang negatif antara kredit domestik bersih dengan aktiva luar negeri bersih dan nilai tukar. Sementara itu, tingkat harga Jepang dan pendapatan rill Indonesia mempunyai hubungan yang positif. Hasil penelitian dari model moneter ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara kredit domestik bersih dengan aktiva luar negeri bersih dan nilai tukar. Peningkatan kredit domestik bersih, ceteris paribus, men.urunk.an aktiva luar negeri bersih dan meningkatkan nilai tukar Yen terhadap Rupiah (Rupiah mengalami depresiasi). Sementara itu, variabel tingkat harga Jepang dan pendapatan rill Indonesia menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan. Model ekspor dan impor yang sederhana digunakan untuk menganalisa seberapa besar perubahan yang terjadi pada ekspor dan impor apabila terjadi perubahan pada pendapatan rill dan nilai tukar riil. Hipotesa untuk model ekspor adalah adanya hubungan yang positif antara pendapatan rill Indonesia dan nilai tukar rill terhadap ekspor. Hipotesa untuk model impor adalah adanya hubungan positif antara pendapatan rill Indonesia terhadap impor. Sedangkan, nilai tukar rill mempunyai hubungan yang negatif terhadap impor. Hasil penelitian dari model ekspor menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar rill dengan ekspor nonmigas rill Indonesia ke Jepang. Peningkatan nilai tukar nil, ceteris paribus, meningkatkan ekspor nonmigas rill Indonesia ke Jepang. Sementara itu, variabel pendapatan rill Jepang menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan, tetapi tetap menunjukkan tanda positif yang sesuai dengan yang dihipotesakan. Hasil penelitian dari model impor menunjukkan hubungan yang signifikan antara pendapatan rill Indonesia dengan impor nonmigas Indonesia dari Jepang. Peningkatan pendapatan rill Indonesia, ceteris paribus, meningkatkan impor n.onmigas Indonesia dari Jepang. Hasil uji untuk variabel nilai tukar nil menunjukkan hasil uji yang tidak signifikan, tetapi tetap menunjukkan tanda negatif yang sesuai dengan yang dihipotesakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soepardjo
"Kebijakan EPTE dikeluarkan pemerintah sebagai salah satu jawaban terhadap persoalan peningkatan penerimaan negara melalui eksport diluar minyak dan gas slam. Ekspor hasil industri diusahakan dapat mengurangi dan bahkan melepaskan ketergantungan pemerintah dari minyak dan gas alam.
Namun persoalan ekspor, yang walaupun dilakukan oleh pihak swasta, tidak bisa hanya diserahkan kepada mekanisme internal perusahaan saja. Ekspor dalam pasar global semakin menuntut peranaan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai penyedia infrastruktur, fasilitas dan perangkat kebijakan politik dan birokrasi. Peran pemerintah yang besar sebagai salah satu variabel dalam peningkatan ekspor perusahaan swasta itulah yang menjadi inti pembahasan Michel E. Porter dalam model "Diamond"nya.
Permasalahannya adalah belum terjadinya peningkatan ekspor yang signifikan pada perusahaan- perusahaan EPTE. Walaupun secara nominal terjadi penigatan ekspor, namun peningkatan itu belum dapat dipandang besar bila dibandingkan dengan fasilitas yang disediakan pemerintah melalui institusi EPTE.
Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan ekspor perusahaan-perusahaan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh tersedia atau tidaknya fasilitas dan infra struktur akan tetapi juga dipengaruhi oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu walaupun peran EPTE disatu sisi sudah demikian besarnya namun disisi lain kare kinerja perusahaan (faktor internal) belum begitu baik maka peningkatan ekspor non migas menjadi belum signifikan.
Atas dasar itu semua maka disamping harus dilakukannya perbaikan-perbaikan terhadap institusi EPTE untuk mencapai tingkat pelayanan yang lebih baik lagi maka harus ada usaha yang serius untuk memperbaiki kinerka perusahaan-perusahaan EPTE."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Alexander M.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hubungan antara nilai tukar riil, pertumbuhan ekonomi, dan investasi langsung dengan ekspor non migas Indonesia ke Jepang dengan mengadaptasi model Goldberg-Klein (1997). Pendekatan yang dilakukan untuk mengestimasi model ini adalah pendekatan ekonometrika dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Sedangkan rancangan model yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi linear dengan lima peubah bebas. Studi kasusnya diterapkan pada negara Indonesia, dengan menggunakan data time series kuartalan dari periode 1998 hingga 2006. Variabel yang digunakan adalahpertumbuhan ekonomi Indonesia dan Jepang, FDI dari Jepang dan negara-negara lain, nilai tukar, dan ekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ekspor yang dikembangkan oleh Goldberg dan Klein menghasilkan hasil yang berbeda jika diaplikasikan pada kasus Indonesia. Masih terdapat faktor-faktor di luar model tersebut yang mempengaruhi ekspor sehingga model Goldberg dan Klein tidak baik digunakan untuk memprediksi jumlah ekspor non migas Indonesia ke Jepang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
5894
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Eko Susilo Riadi
"Tesis ini meneliti mengenai dampak ketidakpastian nilai tukar efektif riil Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor non migas riil menggunakan periode waktu 1979.1-1998.4. Hipotesa yang diuji adalah apakah ketidakpastian nilai tukar efektif rill mempunyai dampak negatif terhadap ekspor non migas riil balk dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Untuk menguji hipotesa tersebut digunakan fungsi permintaan ekspor non migas riil sebagai fungsi dari pendapatan luar negeri, harga relatif, indeks nilai tukar tertimbang ekspor non migas dan ketidakpastian nilai tukar efektif riil dengan memfokuskan penelitian pads variabel ketidakpastian nilai tukar. Ukuran yang digunakan untuk variabel ketidakpastian ! fluktuasi nilai tukar adalah standar deviasi nilai tukar efektif riil rata-rata bergerak 4 triwulan sebelumnya.
Hasil uji kointegrasi prosedur Johansen menunjukkan adanya kointegrasiiketerkaitan antara variabel ekspor non migas rill dengan pendapatan fear negeri, harga relatif, indeks nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar efektif Taman penelitian juga menunjukkan bahwa hanya dalam jangka panjang variabel ketidakpastian nilai tukar efektif rill tersebut memberikan dampak negatif terhadap ekspor non migas rill, sedangkan dalam jangka pendek tidak mempengaruhi ekspor non migas rill.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthon Sjahril Sabaruddin
"ABSTRAK
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dampak liberalisasi perdagangan Indonesia dengan Yaman terhadap perekonomian Indonesia. Guna mengevaluasi dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian Indonesia, dianalisis melalui pendekatan metode analisis model Software for Market Analysis and Restrictions on Trade (SMART). Hasil analisis skenario dampak liberalisasi perdagangan RI-Yaman terhadap perekonomian Indonesia dengan complete tariff dismantlement, dengan memanfaatkan analisa perubahan consumer surplus, perubahan impor dan ekspor, serta perubahan pendapatan tarif dapat disimpulkan bahwa liberalisasi perdagangan RI-Yaman dengan nol tarif berdampak sangat positif terhadap perekonomian Indonesia dan cukup positif terhadap perekonomian Yaman. Telahaan ini merupakan bentuk antisipasi kemungkinan perubahan kebijakan manakala situasi politik, ekonomi, dan keamanan di Yaman telah pulih kembali."
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2017
330 JOMUT 13:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>