Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134144 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngatijan
"ABSTRAK
Tesis ini membahas isu sehubungan akan berakhirnya masa kontrak bagi hasil Coastal Plains/Pekanbaru pada tanggal 09 Agustus 2001. Metode yang digunakan adalah analisa NPV dan IRR serta SWOT berdasarkan data produksi CPP PSC sejak tahun 1977 sampai dengan tahun 1997. Agar memudahkan pembahasan, dibuat dua macam skenario dalam pengelolaan blok CPP setelah tahun 2001. Skenario pertama adalah melakukan sedikit investasi untuk menjaga produksi secara primary recovery sedangkan skenario kedua adalah melakukan investasi relatif besar untuk proyek waterflood. Hasil analisa tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan keputusan terbaik bagi Pertamina dan pemerintah.
Ditinjau dari sudut pandang Pertamina, sesuai skenario 1, nilai komersial blok CPP pada status 01 januari 2001 adalah antara US$ 147,75 juta dan US$106,44 juta jika dihitung berdasarkan harga minyak flat US$14,50 per barrel dan discount rate bervariasi antara 6% sampai dengan 15%. Dengan tambahan investasi sebesar US$1,03 milyar sesuai skenario 2 untuk melakukan proyek waterflood, nilai komersial blok CPP berkhisar antara US282,69 juta dan US$101,70 juta serta IRR=31%.
Ditinjau dari sudut pandang kontraktor, sesuai skenario 1, nilai komersial blok CPP pada status 01 Januari 2001 adalah antara US$144,09 juta dan US$104,58 juta jika dihitung berdasarkan harga minyak flat US$14,50 per barrel dan discount rate bervariasi antara 6% sampai dengan 15%. Dengan tambahan investasi sebesar US$1,03 milyar sesuai skenario 2 untuk melakukan proyek waterflood, nilai komersial blok CPP berkhisar antara US$238,53 juta dan US$76,31 juta serta IRR=27%.
Walaupun secara ekonomis blok CPP lebih menguntungkan jika dikelola oleh Pertamina sendiri setelah tahun 2001, namun dari analisa SWOT sederhana tampak bahwa Pertamina akan kesulitan dana investasi pada kondisi krisis ekonomi saat ini sehingga keputusan terbaik adalah tetap memberikan perpanjangan kontrak kepada kontraktor."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.L. Wresti Indriani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin S. Muhibat
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martoyo
"Pembangunan kilang minyak PT HPM yang berada di Cepu telah selesai pada tanggal 22 April 1998 dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 10.000 bbl/hari minyak mentah dengan menelan biaya kurang lebih sebesar Rp400 milyar. Namun sampai saat ini kilang tersebut belum bisa dioperasilkan. Penyebab belum dioperasikannya kilang tersebut ada dua.
Penyebab pertama, tidak tersedianya bahan baku minyak mentah karena PT Humpuss Patragas (relaled company) gagal melakukan explorasi di Lapangan Banyu Urip dan Jambaran, Cepu. Hak TAC atas ladang tersebut telah dijual ke Exxon Mobil, namun sampai sekarang Exxon Mobil juga belum menghasilkan minyak mentah, diperkirakan masih Iiga tahun ke depan. Sehingga jika ingin mengoperasikan kilang tersebut dibutuhkan dana yang besar untuk mendatangkan minyak mentah dari tempat lain atau memasang pipa yang panjang. Penyebab kedua, PT HPM sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) sejak krisis moneter pada tahun 1998 menimpa Indonesia. Hal ini disebabkan karena hutang modal PT HPM sebagian besar berupa valuta asing (USS) dan Induk perusahaan (Humpuss Group) juga sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak bisa melakukan penambahan modal kerja.
Permasalahan di atas harus segera dicarikan solusi unluk mengatasi financial distress yang berkepanjangan. Saat ini manajemen PT HPM mempunyai tiga pilihan strategi yaitu tetap membiarkan kilang seperti kondisi selama ini (do nothing), menjual kilang tersebut kepada pihak ketiga (likuidasi) atau mencari investor baru unluk melakukan operasi kilang tersebut. Selaku manager keuangan, Dwi diminta untuk membuat analisa terhadap ketiga strategi tersebut dan strategi mana yang menghasilkan net present value (NPV) terbesar bagi perusahaan. Hasil dan rekomendasi dari analisa tersebut harus segera dilaporkan kepada direksi paling lama lima bulan ke depan.
Usaha untuk mencari investor sudah banyak dilakukan, namun saat ini hanya konsorsium TJU-Pilona yang menyatakan serius untuk menjalin kerjasama. Kesepakatan kerjasama saal ini masih dinegosiasikan oleh kedua belah pihak. Bentuk kerjasama yang ditawarkan oleh TJU-Pilona adalah kerjasama penggunaan kilang untuk pengolahan minyak. PT HPM akan mendapatkan fire per barrel sebesar US$1.5 atau US$1,9 (besarnya masih dinegosiasikan sampai sekarang). Bentuk kerjasama yang ditawarkan seperti sewa menyewa dengan fee seliap barrel minyak yang diproduksi, Konsorsiurn TJU-Pilona bertanggung jawab atas pcndanaan dan operasional, sedangkan PT HPM menyediakan kilang di Cepu. Dwiyono juga dirninta oleh direksi untuk membuat proyeksi ke depan atas tawaran Konsorsium ini. Sekedar sebagai bahan pertimbangan pemilihan strategi, Dwiyono mengatakan bahwa pemah ada investor yang mengajukan penawaran untuk membeli kilang di Cepu tersebut, namun hanya sekitar USS 2 juta. Penawaran ini sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya pembangunan kilang kurang lebih sebesar Rp400 miliar. Saat ini perusahaan juga mempunyai total bank loan kepada US Exim Bank sebesar US$53,128,748 yang terdiri dari pokok dan bunga pinjaman masing-masing sebesar US$34,930,440 dan US$18,198,308 yang sudah jatuh tempo.
Jika Anda sebagai manajer keuangan, apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah financial disiress di alas dan alternatif strategi mana yang akan dipilih dari ketiga strategi tersebut? Sarannya adalah manajemen perusahaan harus segera melakukan langkah-langkah negosiasi untuk melakukan restrukturisasi hutang yang pemah ditawarkan oleh pihak US Exim melalui hair cut. Seiring dengan proses negosiasi dengan US Exim Bank perusahaan juga melakukan perhitungan untuk memilih altematif bagi perusahaan. Berdasarkan analisa forecasting maka altemtif strategi ketiga yang menghasilkan NPV terbesar, dimana perusahaan tetap menjalankan kilang dengan bekerjasama dengan konsorsium TJU-Pilona.

The construction of the refinery was substantially completed on April 22, 1998. A refining facility of 10,000 barrels per day capacity has been constructed at Cepu, Central Java. The carrying value of the refinery and related facilities not used in operations amounting to more than Rp400 billion as of December 31, 2004. The Company has not yet commenced commercial operations. The Company has delayed commencement of its commercial operation due to two factors, continuing postponement of the plan for crude oil supply and lack of financing.
First, the postponement of the plan for crude oil supply because of PT Humpuss Patragas, a related company, had failed exploration in Banyu Urip and Jambaran tield, Cepu Block. Finally, on June 29, 2001, PT Humpuss Patragas, a related Company, sold its entire interest and rights in a Technical Assistance Contract (TAC) involving the Cepu Block to Mobil (Cepu) Ltd. In accordance with the sales and purchase agreements among those companies, Mobil (Cepu) Ltd. agreed to sell 10,000 barrels per day of crude oil produced hom the Cepu Block to PT Humpuss Patragas or its related parties. But until now Mobil (Cepu) Ltd. has not yet commenced commercial operation, it?s predicted three years again. So, if the Company (PT HPM) wants to operate this refinery, they should purchase of crude oil supply from another company which longer distance. It needs much more financing for pipe construction. Second, commercial operations have not yet commenced due to lack of required financing, including working capital. The company has on the financial distress situation since Indonesia?s monetary crisis in 1998 caused by the increase of bank loans due to foreign exchange rate. Most of Company?s loan denominated in U.S Dollar Currency, monetary crisis caused the decreasing of the exchange rate rupiah to U.S Dollar. On the other hand Humpuss holding, as parent company, had not enough money to support additional working capital to PT HPM.
The Company has to looking for the solution to solve those problems of financial distress. Now, management has three available strategies: first, do nothing strategy or running business as usual, second, sells the refinery to third party and the third is operates the refinery with looking for the new investor to support working capital. As finance manager, Mr. Dwiyono was asked to make analyzing and calculation of those three available strategies for the next five months. Mr. Dwiyono will choose the alternative that yield the highest net present value (NPV).
The company has tried to negotiate with many investors to operate the refinery, but only TJU-Pilona that make a good deal. The company will received fee USS] .5 or US$1.9 of processing crude oil per barrel. The final agreement between TJU-Pilona and the company still is negotiated. Based on the early negotiation, TJU-Pilona agreed to provide all required fund, include working capital and responsible for all refinery operation. Mr. Dwiyono was asked for preparing the cash flow projection and NPV calculation of this offering.
Mr. Dwiyono also said that this refinery had been offered by investor amounting of US$2 million which less than the carrying value of the refinery and related facilities Rp400 billion. Because of the continuous financial distress the company has not yet paid US Exim Bank loan US$53,128,748, which consist of principal loan US$34,930,440 and interest USS] 8,198,308 that has been due date. If you are as finance manager like Mr. Dwiyono, what will we do to solve those problems and what the alternative should be chosen? I recommend to management to negotiate immediately to US Exim Bank for loan restructuring. Based on the projected cash flow analysis, we conclude that the company has to choose the third alternative because the highest NPV will be earned. So, the Company should continue to operate their refinery with consortium TJU-Pilona.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya
Djakarta: The New Nusantara Publishing,
338.272 8 SUR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Yosua Ronibasa
"Penelitian ini membahas pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba akrual dan riil perusahaan perminyakan dengan moderasi kejadian shock penurunan harga minyak dunia. Sampel penelitian terdiri dari 96 perusahaan perminyakan atau 445 tahun-perusahaan dari 13 negara pada tahun 2012-2016. Penelitian ini membuktikan bahwa shock mengakibatkan makin maraknya praktik income-decreasing accrual earnings management karena meningkatnya toleransi investor terhadap rugi terlapor. Namun, ditemukan bahwa efisiensi biaya diskresioner perusahaan perminyakan dan strategi overproduction negara-negara OPEC sejak 2014 menyebabkan naiknya tingkat manajemen laba riil menunjukkan berkurangnya praktik income-decreasing real earnings management . Penelitian ini juga membuktikan bahwa adopsi IFRS tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba akrual dan riil perusahaan perminyakan diduga disebabkan tekanan biaya politik. Terakhir, penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa shock penurunan harga minyak dunia memoderasi hubungan tingkat adopsi IFRS dan manajemen laba akrual serta riil.

This study analyze impact of IFRS adoption on oil companies accrual and real earnings management considering moderation effect of oil price decline shock. We study 96 oil firms or 445 fims years on 13 countries from 2012 until 2016. We find the shock has intensified income decreasing accrual earnings management practice because of increase on investor tolerance toward loss. However, we find firm efficiency on discretionary expense and overproduction strategy of OPEC countries after 2014 increase real earnings management degree of sampels showing decrease in income decreasing real earnings management . We also find IFRS adoption has no impact on accrual and real earnings management of oil companies alleged because of political cost pressure. Finally, we find the shock has no moderation effect on IFRS adoption and earnings management relation."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhari Pranyoto
"Latar belakang riset ini adalah perhatian tentang banyaknya pencemaran lingkungan di sekitar sumur minyak tua, sebagai akibat dari operasi sumur minyak tua. Menggunakan studi kasus di Wilayah Kerja Pertambangan PT X, kontraktor migas nasional, riset ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara peran pemangku kepentingan satu dan lainnya dan hubungan antara beberapa faktor lingkungan sosial di sekitar sumur minyak tua pada keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keberlanjutan sosial di sekitar sumur minyak tua, serta membangun model analisis untuk mewujudkan keberlanjutan dalam penambangan sumur minyak tua. Metoda riset yang digunakan adalah metode kuantitatif dan dilengkapi dengan metode kualitatif (mixed method). Data primer riset diperoleh melalui survei di dua desa dalam kawasan sumur minyak tua, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda Kabupaten, dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dimana sumur minyak tua berada, serta wawancara mendalam dan focused group discussion (FGD) dengan para informan yang terdiri dari tenaga ahli di bidang yang relevan. Pengolahan data riset dan analisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dan Interpretive Structural Modelling (ISM). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa peran BUMD dan peran Kontraktor-melalui-BUMD berpengaruh pada peningkatan keberlanjutan ekonomi di sumur minyak tua; peran Kontraktor berpengaruh pada peningkatan keberlanjutan lingkungan di sumur minyak tua; peran pemerintah Kabupaten berpengaruh pada penurunan keberlanjutan sosial, sedangkan peran Kontraktor berpengaruh pada peningkatan keberlanjutan sosial di sumur minyak tua. Terdapat beberapa faktor lingkungan sosial yang berpengaruh pada kondisi keberlanjutan sumur minyak tua saat ini, yang utama adalah kondisi ekonomi masyarakat sekitar sumur minyak tua, yang berpengaruh pada penerapan SOP penambangan minyak di sumur minyak tua.

The background of this research is the concern about pollution in the environment surrounding old oil wells, as a result of the operations of these wells. Using a case study in the Mining Working Area of PT X, a national oil contractor, this research aims to analyze the relationship between various stakeholders and the relationship between several social and environmental factors around the old oil wells, in terms of economic, environmental, and social sustainability in the vicinity of the old oil wells. Additionally, this research aims to develop an analytical model to achieve sustainability in the extraction of oil from old wells. The research methodology used is a quantitative method supplemented with qualitative methods (mixed method). Primary research data was obtained through surveys in two villages located near the old oil wells, the Regency Environmental Agency, the Regency Development Planning Agency, as well as through in-depth interviews and focused group discussions (FGD) with experts in relevant fields. The research data was processed and analyzed using Structural Equation Modelling (SEM) and Interpretive Structural Modelling (ISM). The results of the hypothesis testing show that the role of the Regency government owned company (BUMD) and the role of the Contractor-through-BUMD (Regency Government Owned Enterprises) have an impact on the improvement of economic sustainability in the old oil wells; The Contractor's role affects the improvement of environmental sustainability in the old oil wells; The role of the Regency Government has an impact on the decrease of social sustainability, while the Contractor's role has an impact on the improvement of social sustainability in the old oil wells. There are several social and environmental factors that influence the current state of sustainability of the old oil wells, with the primary factor being the economic condition of the communities surrounding the old oil wells, which affects the implementation of oil extraction standard operating procedures in these wells."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Fadhilah Rahmawati
"Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman merupakan Kawasan Industri Perikanan yang didalamnya terdapat komponen pengelolaan limbah padat dan limbah cair yang berpotensi mengemisikan gas rumah kaca (GRK). Pada studi ini dilakukan perhitungan emisi GRK pada pengelolaan limbah padat dan limbah cair menggunakan metode IPCC Tier 1. Pengelolaan limbah padat yang terdapat di kawasan ini meliputi open dumping, recycling, dan pengangkutan sampah (transportasi).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh emisi GRK dari open dumping sebesar 14.340,183 ton CO2eq/tahun dengan total timbulan 5411,39 ton/tahun, dari transportasi sebesar 22,272 ton CO2eq/tahun dengan kredit emisi dari kegiatan recycling yaitu 143,080 ton CO2eq/tahun. Kegiatan yang ditinjau pada pengelolaan limbah cair meliputi pengolahan air limbah industri di IPAL, pembuangan langsung ke badan air melalui drainase, dan tanki septik. Emisi GRK yang berasal dari IPAL sebesar 2.829,96 ton CO2eq/tahun, drainase 108,707 ton CO2eq/tahun dan tangki septik sebesar 3,228 ton CO2eq/tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperkirakan kegitan pengelolaan limbah padat menyumbang emisi GRK sebesar 82,86 % sedangkan kontribusi kegiatan pengelolaan limbah cair terhadap total emisi GRK adalah sebesar 17,14 %. Strategi reduksi emisi GRK pada kawasan ini dapat dilakukan dengan penambahan kegiatan pengelolaan limbah padat berupa composting dan meningkatkan kegiatan recycling. Selain itu, penangkapan gas metana yang kemudian diubah menjadi CO2 dapat dilakukan pada pengelolaan limbah cair.

Nizam Zachman Fisheries Port is a Fisheries Industry Area which is part of the management of solid and liquid waste, which is needed to emit greenhouse gases (GHG). In this study the calculation of GHG emissions in the management of solid and liquid waste using the IPCC Tier 1. The scope of solid waste management are open dumping, recycling, and transportation of waste.
Results obtained by GHG calculation from open dumping amounted 14,340,183 tons CO2eq/year with a total generation of 5411.39 tons/year, from transportation amounting to 22,272 tons CO2eq/year and emissions from reduction recycling activities amounting to 143,080 tons CO2eq/year. The scope of wastewater management include industrial wastewater treatment in WWTP, direct handling of water bodies through drainage, and septic tanks. GHG emissions from WWTPs are 2,829.96 tons CO2eq/year, drainage 108,707 tons CO2eq/year and septic tanks of 3,228 tons CO2eq/year.
Based on the results, solid waste management emit 82.86% of the total GHG emissions and the rest 17.14% from wastewater management. The strategy for reducing GHG emissions in this region can be done by increasing solid waste management activities which consist of composting and increasing recycling activities. In addition, the capture of CH4 that converted into CO2 can be an option in the management of wastewater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan
"Penggunaan gas bumi pada pasar domestik menunjukkan bahwa gas bumi belum digunakan secara optimal dan merata pada setiap sektor pengguna (industri rumah tangga usaha kecil dan transportasi). Perbandingan penggunaan gas bumi pada sektor industri mencapai lebih dan 98% sedangkan penggunaan gas bumi pada sektor rumah tangga kurang dan 2%. Kurangnya infrastruktur distribusi gas bumi ke lokasi calon pelanggan merupakan kendala pemanfaatan gas bumi. Di sisi Iain penggunaan BBM khususnya minyak tanah untuk rumah tangga yang sampai saat ini masih disubsidi menempati peringkat BBM dengan subsidi tertinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan thesis ini direncanakan pengembangan pipa distribusi gas bumi dengan pola investasi yang berbasis analisa resiko dalam rangka penggunaan gas bumi sebagai energi pengganti BBM pada sektor rumah tangga dengan harapan dapat menurunkan subsidi pemerintah.
Langkah Iangkah yang dilakukan meliputi pengumpulan data, pengembangan model keekonomian, pembuatan disain jalur pipa distribusi dan pengolahan data itu sendiri serta hasil kajian Sebagai lokasi kapan dipilih beberapa perumahan yang terdapat di Kota Tangerang yaitu perumahan Batuceper Permai dan Polri di Poris, Poris Indah, Tarnan Poris, Taman Poris Gaga dan Cipondoh Makmur.
Dengan menggunakan perangkat lunak Oil and Gas Economic Model (OGEM) dilakukan perhitungan keekonomian pada lokasi terpilih diperoleh besaran biaya distribusi gas dan harga gas. Berdasarkan perkiraan penggunaan 1 liter minyak tanah Setara dengan penggunaan 0,6 m gas bumi maka diasumsikan harga Jual gas sebesar 0,6 kalinya. Dengan pendekatan harga beli minyak tanah oleh masyarakat sebesar Rp 2.700 per liter yang dianggap sebagai kemampuan daya beli gas menunjukkan bahwa masih diperlukan bantuan pendanaan dari Pemerintah untuk pembangunan pipa distribusi gas bumi masing masing lokasi terpilih yang berkisar antara 25% sampai dengan 60%.
Suatu proyek akan menarik bagi investor apabila mempunyai tingkat kepastian dalam penanaman modalnya sekurang kurangnya sebesar 80%. Dalam pembangunan pipa distribusi gas bumi untuk keperluan rumah tangga pada lokasi terpilih dengan menggunakan simulasi Crystall Ball dengan tingkat kepastian sekitar 80% menghasilkan IRR yang cukup tinggi yaitu sekitar 19% yang menunjukkan bahwa penanaman investasi menarik apabila harga sesuai keekonomian."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>