Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12003 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lontar Bali ini memuat dua judul, yaitu Aji pengukiran dan aji batur kalawasan. Aji pengukiran (h.1-33a) berbentuk prosa, dalam bahasa Jawa Kuna, isinya mengenai badan manusia sebagai pencerminan kosmos kedewaan. Teks aji batur kalawasan (h.33b-59a), dalam bahasa Bali dan bentuk macapat, berisi uraian tentang syarat-syarat hidup yang baik untuk mencapai umur panjang. Teksnya hanya satu pupuh dalam tembang pucung; gatra pertama berbunyi 'sami mantuk, sakeng Gunung Kawi iku'. Untuk teks-teks lain dengan judul Aji Pengukiran, lihat LOr 11.165 dan aslinya, Kirtya 593. Teks ini belum tentu sama dengan FSUI/AH.1, karena menurut Pigeaud, versi itu berbentuk tembang tengahan (Pigeaud 1970: 111)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.3-LT 200
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Singaraja: UPTD Gedong Kirtya, 2008
091 PEM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Nur Luthfiya
"Mantra dan aji pangasihan berbahasa Jawa digunakan dengan tujuan menarik hati seseorang yang dicintai. Mantra serta aji pangasihan umumnya ditemukan dalam primbon dan merupakan suatu bentuk karya sastra lama yang memiliki struktur tertentu. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan struktur mantra dan aji pangasihan dalam bahasa Jawa. Data penelitian ini adalah empat mantra dan lima aji pangasihan yang diambil dari buku Primbon Ajimantrawara, Yoga Brata, Rajah Yoga Mantra tahun 2019. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini dianalisis dengan menggunakan teori semantik leksikal Chaer (1994) serta struktur mantra pangasihan dari Saputra (2007) untuk menganalisis data mantra dan struktur dari Hartarta (2010) untuk menganalisis data aji pangasihan. Hasil penelitian ini menunjukkan jika mantra dan aji pangasihan memiliki unsur pembangun yang berbeda. Struktur mantra pangasihan dibangun dengan menggunakan unsur dan penanda unsur yang bervariasi. Walau demikian, ada 2 unsur yang wajib hadir yaitu unsur Sugesti dan Nama Sasaran. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan aji pangasihan karena struktur aji pangasihan secara dominan terdiri atas 5 unsur yang wajib hadir dan hanya memiliki perbedaan pada 1 unsur, yaitu unsur Penutup. Dengan demikian, sebagai karya sastra lama, struktur aji pangasihan bersifat lebih beku (statis) dibandingkan dengan struktur mantra pangasihan yang bersifat lebih dinamis.

Mantras and aji pangasihan in Javanese are used to attracting a loved of someone's heart. Mantras and aji pangasihan are generally found in primbon as an old literature that has a certain structure. Therefore, this study aims to show the structure of the mantra and aji pangasihan in Javanese. Four mantras and five aji pangasihans were taken from the book Primbon Ajimantrawara, Yoga Brata, and Rajah Yoga Mantra 2019. This research using qualitative method was analyzed using Chaer's lexical semantic theory (1994) and the builder structure of the mantra pangasihan from Saputra (2007) to analyze the mantra and structure from Hartarta (2010) to analyze the aji pangasihan. The results of this study indicate that mantra and aji pangasihan have different building elements. The structure of the mantra pangasihan is built using various elements and elemental markers. However, there are 2 elements that must be present, they are the element of Suggestion and the Name of Target. However, this is different from aji pangasihan because the structure of aji pangasihan dominantly consists of 5 elements that must be present and only different in 1 element as the closing element. The structure of the aji pangasihan is more static when compared to the dynamic structure of the mantra pangasihan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar Bali ini memuat teks Aji Purwa Bhasita Krama, yaitu ilmu tentang bahasa. Berisi uraian mengenai tata cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari sesuai dengan tingkat sosial masyarakat Bali. Informasi mengenai penulisan teks maupun penyalinannya tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.5-LT 180
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini persis sama dengan FSUI/PR.17, kecuali coretan, catatan dan garis bawah yang ditulis pada PR.17 (ketikan asli) tidak terdapat pada salinan tembusannya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.18-D 1.06
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini hasil karya R. Pujaharja, merupakan saduran dari berbagai kitab yang membahas tentang ngelmu sarak dan sipat rong puluh. Naskah disuusun pada tahun 1927, di Surakarta. Adapun maksud dari penulisn naskah ini adalah untuk memberi tuntunan bagi orang yang sedang mempelajari ngelmu sarak. Pada halaman sebaliknya (verso) dengan arah terbalik, terdapat daftar kata-kata yang disertai dengan artinya (keterangannya) yang kemungkinan sebagai bahan untuk penyusunan kamus. Daftar kata ini tidak ada hubungannya dengan teks panitikrama tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.44-K 12.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Monik Arindasari
"Magis direfleksikan ke dalam berbagai definisi melalui beragam pendekatan sehingga menghasilkan beragam pandangan. Magis kerap dikaitkan dengan hal-hal kabur yang tidak mampu dijelaskan. Magis bahkan dianggap hanya sebagai suatu bayangan dari realitas yang ada. Singkatnya, pembahasan magis terpinggirkan. Pada tulisan ini penulis bertujuan untuk mengangkat kembali magis ke dalam tataran realitas, memberikan magis suatu posisi. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pandangan Federico Campagna dalam menjawab persoalan ini. Campagna berusaha menempatkan magis ke dalam realitas, melakukan rekonstruksi atas realitas yang telah terbentuk. Campagna menempatkan realitas magis sebagai alternatif dari realitas teknik yang mulai rapuh dan penuh akan kebrutalan di dalamnya. Melalui jantung utama realitas magis, yaitu aspek ineffable, Campagna mengeksplorasi lebih jauh mengenai magis sebagai realitas alternatif. Aspek ineffable dieksplorasi Campagna melalui pemikiran Chandogya Upanisad, Monisme Absolut dalam Advaita Vedanta, dan pemikiran Ibnu Arabi. Tulisan ini juga memberikan kritik kepada pemahaman Campagna yang keliru mengenai konsep monisme absolut dan Advaita Vedanta. Realitas magis juga digunakan untuk melihat dua fenomena ritual masyarakat adat di Bali, yaitu ritual Tari Sang Hyang Dedari serta tradisi Ngurek. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode studi pustaka, analisis deskriptif, dan analisis kritis. Melalui ketiga metode ini, penulis membangun kerangka pemahaman mengenai realita magis yang berupaya dikonstruksikan Campagna, mengkritisi pemahaman Campagna mengenai Monisme Absolut dalam Advaita Vedanta, serta menganalisis ritual Tari Sang Hyang Dedari dan Tradisi Ngurek di Bali.

The magic is reflected into various definitions through various approaches resulting in varied views. Magical is often associated with vague things that are not able to be explained. Magical is even regarded only as a shadow of the reality that exists. In short, magical discussions are being missed. On this writing the author seeks to lift back the magical into the landscape of reality, giving it a magical position. In this paper, the author uses the view of Federico Campagna in answering this issue. Campagna tries to put magical into reality, reconstruction over the reality that has formed. Campagna puts the magical reality as an alternative to the reality of techniques that are beginning to be fragile and full of brutality in them. Through the main heart of magical reality, the ineffable aspect, Campagna explores more about magical as an alternate reality. This paper also gives criticism to the erroneous understanding of Campagna regarding the concept of absolute monism and Advaita Vedanta. Magical reality is also used to see two phenomena of indigenous rituals in Bali, namely Sang Hyang Dedari dance and Ngurek tradition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Papyrus
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019
511.5 PAP w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Lestari Moerdijat
"Peti1asan Batur Agung di desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng kabupaten Banyumas adalah sebuah tempat yang dikeramatkan serta dijadikan ajang ziarach dan semadi oleh penduduk setempat. Petilasan tersebut berupa sebuah areal terbuka ditengah hutan yang mempunyai bentuk bertingkat-tingkat di lengkapi jalan batu menuju ketempat tersebut, serta dipenuhi berbagai benda dari batu seperti tiang batu, batu pipih datar, batu pipih berdiri, batu berlubang tengah, area batu. Hentuk petilasan serta benda-benda yang ada di dalamnya, mempunyai persamaan dengan bentuk bangunan/benda tradisi megalitik. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) melihat adanya persamaan antara bangunan/benda yang terdapat di petilasan Batur Agung dengan benda-benda peninggalan tradisi megalitik, penelitian dilakukan untuk dapat mengetahui identifikasi petilasan dan Benda-bendanya. (2) mengingat petilasan Batur Agung masih di keramatkan dan terdapat kegiatan religius di tempat tersebut, penelitian ini bertujuan juga melihat bagaimana konsepsi kepercayaan pada kegiatan religius yang berlangsung di tempat ini pada masa sekarang. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpul an data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data baik berupa data lapangan maupun data pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Pada tahap kedua, dilakukan analisis terhadap data lapangan yang telah dikumpukan. Pada tahap ini, dilakukan analogi antara bangunan/benda yang di temukan di Batur Agung dengan bangunan/benda yang tradisi megalitik yang diketahui. Analisis ini dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan bangunan/benda yang di temukan. Pada tahap ini dilakukan pula tinjaLran terhadap data etnografi yang ada. Pada tahap ketiga yaitu tahap yang terakhir, dibuat satu rangkuman dari kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Dari penelitian ini, terdapat kesimpulan sebagai berikut (1) Petilasan Batur Agung adalah kompleks besar dengan bangunan berundak sebagai bangunan utamanya, serta sebuah areal kecil di luarnya. Kompleks ini dilengkapi oleh dua buah jalan bath menuju bangunan berundak; disamping itu terdapat pula sebuah susunan batu temu gelang diantara areal kecil di luar bangunan berundak dan areal kecil yang ada. Ditemukan pula sejumlah benda peninggalan tradisi megalitik seperti menhir, lesung batu, area megalitik, pelinggih,'altar batu, dan susunan batu. (2) meskipun belum dilakukan satu penelitian untuk melihat apakah bentuk kegiatan religius di Batur Agung adalah living megalithic tradition, namun keberadan petilasan sebagai sebuah living monument dapat dilihat jelas, dimana dari perilaku para pendukungnya saat ini masih memperlihatkan adanya konsepsi tradisi megalitik yang melatarbelakangi seluruh kegiatan yang berlangsung di tempest tersebut. Penelitian ini adalah sebuah penelitian pendahuluan, sebab itu kesimpulan yang dicapai masih bersifat sementara dan diperlukan penelitian lebih mendalam untuk menguji kebenarannya serta mengungkapkan jawaban atas seluruh permasalahan yang lebih luas jangkauannya dari pada penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S11890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi Endraswara, 1964-
Yogyakarta: Narasi, 2004
813 SUW d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>