Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah merupakan naskah majemuk yang berisi berbagai macam teks, yaitu: 1) kakawin panitisastra (h.1-57), adalah suatu teks yang menggunakan metrum kakawin, namun tidak terdapat samitaning tembang sehingga cukup sulit bagi penyunting menentukan jenis tembangnya. Naskah ini tampaknya satu versi dengan naskah LOr. 11.641 dan LOr. 1863, terbukti dengan perbandingan sekilas bait-bait awalnya. Keterangan bibliografi mengenai teks panitisastra selengkapnya lihat FSUI/PW.46; 2) nitisruti (h.57-72), adalah suatu teks yang berasal dari zaman Surakarta. Teks berisi ajaran moral didaktik. Panyajiannya, setiap bait langsung diikuti penjelasannya. Pada bagian awal disebutkan candrasengkala yang berbunyi sarasa sisilemingjeladri, bahning mahastra candrasangkala, tahun Jawa 1534 (1612 M). Candrasangkala ini jelas bukan berasal dari saat penyalinan naskah tersebut, melihat jenis kertas dan corak tulisan tampaknya naskah ini berasal dari akhir abad ke-19; 3) serat kawi keratabasa (h.73-220), disajikan dalam bentuk kolom dengan urutan bahasa Kawi, lalu terjemahan dalam bahasa Jawa; 4) candrasengkala (h.220-224), bentuk penyajiannya seperti teks di atas, yaitu dengan menggunakan pola atau bentuk kolom dimulai dari kata yang memiliki watak 1 hingga watak 0; 5) perlambangnya orang minum (h.224-225), menguraikan tanda-tanda orang mabuk setelah minum arak atau sejenisnya, dibuat dalam bentuk kolom; 6) dasanama (h.225) berisi sinonim kata-kata dalam bahasa Jawa; 7) serat caraka (h.227-228), uraian filosofi aksara Jawa dari aksara Ha hingga Nga; 8) pracekaning ongka (h.228), berisi urutan angka Jawa; 9) carakasandi dan carakabasa (h.229-246), uraian mengenai angka Jawa dan huruf Jawa beserta keterangannya, dibuat dalam bentuk kolom. Keterangan di luar teks menyebutkan bahwa teks ini dibeli Pigeaud dari Jaelani Yudanagaran, seharga 4, pada tanggal 28 Desember 1939. Disebutkan juga tentang penyalinannya, yaitu di distrik Tangalan, pada tahun 1863, tidak disebutkan tahun Jawa atau tahun Masehi. Buku ini semula milik seorang Pangeran bernama Arya Suryaputra."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.47-NR 391
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks panitisastra kawi, berbahasa Jawa Kuna dengan penjelasan menggunakan bahasa Jawa baru. Teks ini saduran dari naskah kakawin Nitisastra, sarga I-III dengan metrum sardula, bangsapatra, dan wegangsulantani. Naskah ini biasa dikenal dengan nama panitisastra kawi jarwa. Daftar pupuh sebagai berikut: 1) sardula; 2) bangsapatra; 3) wegangsulantani. Keterangan penyalinan naskah ini tidak ditemukan dalam teks, namun melihat jenis kertas dan corak tulisan yang dipergunakan, diduga berasal dari Surakarta, pada sekitar awal abad ke-20. Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Ir. Moens pada bulan September 1929, di Surakarta. Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks panitisastra, lihat FSUI/PW.46."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.49-NR 119
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini semula berisi berbagai macam teks, namun kini hanya tinggal tiga teks saja, kemungkinan teks-teks lainnya dijilid dalam naskah tersendiri. Hal ini terlihat dari penomoran halaman asli dari naskah ini dan sebagian teks yang dianggap tidak ada, dengan memberi coretan silang. Ketiga teks tersebut berisi uraian berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran moral. Keterangan di luar teks menyebutkan bahwa naskah ini terdiri dari tiga teks, yaitu: panitisastra, wulang PB II dan wirid bujangga Surakarta PB III. Pigeuad memperoleh naskah ini dari Jayasaputra pada tanggal 19 Mei 1930, lalu dibuat ringkasannya berupa cuplikan pada pertama dan pada terakhir, oleh staf Pigeaud sebanyak dua eksemplar pada bulan Juli 1930 (satu eksemplar terlampir). Di dalam naskah juga terdapat sebuah kertas kecil berisi catatan mengenai isi naskah yang terbagi dalam tiga teks seperti yang disebutkan di atas. Pada h.58 terdapat catatan dengan pensil mengenai ajaran manusia dapat bersikap baik dan menerima takdir Tuhan. Teks pertama adalah panitisastra, sebuah teks yang sangat populer dan mengalami berbagai macam proses transmisi dan komposisi ulang. Antara lain, terdapat redaksi sebagai berikut: kakawin panitisastra berbahasa Jawa Kuna; saduran kawi miring gubahan Yasadipura I (1798); versi jarwa Yasadipura II (1808); dan versi prosa oleh R. Panji Puspawilaga (1819). Selain itu Poerbatjaraka (1964) juga menyebutkan bahwa ada serat panitisastra yang hanya terdiri satu tembang dhandhanggula dengan 97 pada, yang memiliki candrasengkala ?nem catur gora ratu? atau 1746 J (1819 M). Panitisastra dalam naskah ini satu versi dengan versi terakhir yang disebutkan di atas. Keterangan selengkapnya tentang korpus panitisastra lihat Sudewa 1991: 20-23, 83. Teks kedua, wulang dalem Pakubuwana II, merupakan ajaran moral berpedoman pada dalil dan kadis, dengan menggunakan perlambang sastra Jawa dan Arab. Teks ini tersusun dalam enam pupuh, sebagai berikut: 1) sinom; 2) dhandhanggula; 3) pangkur; 4) durma; 5) gambuh. Terdapat kolofon yang menyebutkan saat penyalinan teks pertama dan kedua,yaitu Jumat Pahing, 15 Sura, Jimawal 1773 (24 januari 1845). Sedangkan nama penulisannya (kang nganggit) adalah Sunan Nglangkungan (PB II). Teks ketiga, wirid bujangga Surakarta Pakubuwana III, merupakan wulang atau ajaran mengenai tatacara mengabdi pada raja atau kalangan besar lainnya. Dilanjutkan dengan uraian uraian mengenai pengalaman penulis ketika belajar mempelajari tatacara sembahyang pada kalangan alim ulama. Teks ini terdiri dari dua pupuh, sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) sinom. Naskah ini disalin pada hari Saptu, 5 Sawal, Je 1790 (5 April 1862), oleh R. Panji Mangkusubrata. Disebutkan penyalin berasal dari Kusumanagaran, Surakarta (h.63)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.46-NR 80
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan naskah majemuk yang berisi berbagai macam teks. Sesuai keterangan yang disebutkan di h.iv, naskah ini terdiri dari 17 teks. Judul dan isi/keterangan ringkas teks-teks tersebut adalah: 1) teks panitisastra (h.1-22), naskah satu versi yang dikelompokkan oleh Sudewa 1991, menggunakan dua tembang dhandhanggula dan sinom. Keterangan bibliografi mengenai teks panitisastra selengkapnya lihat FSUI/PW.46. berikut ini adalah uraian pupuh pertama dan kedua: (1) dhandhanggula; (2) sinom; 2) suluk luwang (h.22-31), berisi ajaran moral didaktik berdasarkan mistik Islam. Cuplikan pupuh: asmarandana; 3) teks serat surti (h.32-40), berisi ajaran pembentukan watak atas dasar moralitas Jawa. Berikut cuplikan pupuh: kinanthi; 4) teks serat papali Ki Ageng Sela (h.40-47), menceritakan ajaran dan larangan Ki Ageng Sela kepada anak cucunya. Teks ini hanya menggunakan metrum dhandhanggula dalam 29 pada; 5) teks serat Bratasunu (h.48-60), terdiri dari empat pupuh, berisi ajaran moral didaktik untuk membina watak yang baik. Berikut cuplikan pupuhnya: (1) pucung; (2) kinanthi; (3) gambuh; (4) sinom; 6) alap-alap (h.60-76), menguraikan tentang tatacara mengabdi yang baik pada atasa. Berikut cuplikan pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; 7) jalu estri (h.76-79), berisi uraian mengenai watak dan sifat laki-laki maupun wanita serta hubungan antara keduanya. Teks ini bermatra tunggal dengan pupuh asmarandana; 8) teks serat wulangreh (h.79-135), karangan PB IV, berisi uraian mengenai pembentukan watak yang baik dari seorang raja kepada rakyatnya. Di dalam teks ini terdapat kolofon selesainya penulisan sebagai berikut: titi tamat layang wuruk, marang putraningsung estri, Kemis Pon ping pitu Sura, kuningan Be kang gumanti, obah guna swareng jagad tahun Jawa 1736 (1809 M). Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks ini lihat MSB/P.20; 9) teks serat anyatakaken tingkah awas ing donya, berisi anjuran agar orang berhati-hati ketika hidup di dunia (h.135-140). Berikut cuplikan pupuh: (1) pangkur; (2) kinanthi; (3) sinom; 10) teks serat sanasunu (h.140-226), karangan Yasadipura II. Berisi ajaran agar manusia selalu berbuat baik dan mengingat kehidupan di dunia, ingat dalam berteman, dan ketika mencari nafkah harus dengan cara baik. Uraian pupuh selengkapnya lihat pratelan I: 403; 11) teks serat panitibaya (h.226-246), berisi ajaran Panembahan Agung, anak Batara Katong tentang bagaimana menghindari bahaya. Teks ini hanya menggunakan pupuh pangkur dalam 103 pada; 12) teks serat wicara keras (h.246-291), berisi kritik sosial Yasadipura II terhadap kebijaksanaan pemerintah kraton Surakarta (Poerbatjaraka, 1957: 174). Keterangan bibliografi selengkapnya mengenai teks ini lihat MSB/L.353; 13) teks serat panitisruti (291-313), berisi ajaran moral didaktik mengenai cara bagaimana menjadi manusia utama. Keterangan selengkapnya mengenai teks ini, lihat MSB/L.67; 14) teks serat wedharaga (h.314-318), berisi ajaran tenatng hidup di dunia dan bertingkah laku yang utama. Teks ini hanya menggunakan metrum gambuh dalam 38 pada; 15) teks serat nitipraja (h.319-336), menguraikan tugas-tugas utama aparat pemerintahan, seperti tugas seorang raja, patih dan jaksa. Teks ini hanya terdiri dari satu metrum dhandhanggula dalam 60 pada; 16) teks serat sewaka (h.336-346), berisi ajaran mengenai tatacara mengabdi pada seorang raja. Teks ditulis dengan sengkala ?naga sukci buwanane?, ialah tahun Jawa 1748 (1820 M). Bandingkan dengan MSB/S.124. Daftar pupuh sebagai berikut: (1) mijil; (2) pangkur; 17) teks serat wulang dalem PB IV (h.347-356), berisi ajaran kepada anak cucu mengenai tingkah laku yang utama. Teks ini hanya menggunakan satu metrum dhandhanggula dengan 31 pada. Tarikh penulisan teks ini tertera melalui candrasengkala yang berbunyi ?sonya tata pandhita nata? (1750) atau tahun 1822 M. Keterangan di dalm teks menyebutkan tahun selesainya penulisan, yaitu ditulis pada awal hingga pertengahan abad ke-19. Namun berdasarkan jenis kertas yang dipergunakan, tampaknya teks ini berasal dari akhir anad ke-19. Nama penyalin naskah ini tidak disebutkan dengan jelas. Tempat penyalinannya kemungkinan di Surakarta, hal ini sesuai dengan keterangan yang tertera di h.226. Namun bila melihat corak tulisannya, tampaknya naskah ini berasal dari Pesisiran, terlihat dari corak pada mandrawa yang kaya dengan hiasan, dan tampaknya disalin oleh dua orang, terlihat dari corak tulisanya yang berbeda. Naskah ini dibeli dari kantor lelang Yogyakarta, pada tanggal 2 Oktober 2606 atau 2 Oktober 1942. Naskah juga disertai juga dengan daftar isi."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.48-NR 529
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Sudewa
Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1990
899.231 ALE s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R.Ng. (Raden Ngabehi) Yasadipura I
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1990
899.231 YAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pangarso, Soebardjo
"PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan judul dan tujuan penelitian, termasuk batasan permasalahan. Tujuan penelitian bermaksud mengungkap secara kritis masalah etika yang terkandung dalam salah satu kesusasteraan Jawa, yaitu: Serat Wulang Rah.
Latar Relakang
Etika sebagai salah satu cabang filsafat, etika dalam arti sebenarnya berarli filsafat mengenai bidang moral. Refilsafat, di dalam kebudayaan Jawa berarti perenungan dalam usaha mencapai kesempurnaan (nguchr ka sanyntPian). Manusia mencurahkan seluruh eksistensinya, baik jasmani maupun rohani, untuk mencapai tujuan itu. Dalam filsafat Jawa baik-buruk dianggap tidak terlepas dari eksistensi manusia. Bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Dalam kesusasteraan Jawa hal ini di antaranya terkandung dalam ajaran Serat Wulangreh.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro
"Penggunaan teori Barat dalam penelitian indigenous tetap dipergunakan mengingat masih sedikitnya literatur berdasarkan teori lokal. Padahal penelitian budaya dengan menggunakan teori Barat secara bulat dapat menghasilkan temuan yang bias. Karena itulah peneliti lokal perlu kehati-hatian dalam mengaplikasikan teori Barat. Paham indigenizing merupakan salah satu terobosan dalam penelitian dengan penggunaan teori Barat, tetapi menggunakan aroma lokal (Berry, 1997a).
Dalam penelitian ini dilihat apakah generalisasi teoritis Barat dapat diterapkan dalam kultur Timur. Untuk itu dalam melihat nilai Jawa perlu suatu populasi yang koheren. Populasi tersebut terdapat dalam abdi dalem keraton. Dalam tradisi keraton, pelembagaan produksi dan distribusi nilai-nilai dan simbol-simbol ada di bawah patronese raja (Kuntowijoyo, 1999). Nilai-nilai Jawa sangat melekat pada tradisi keraton, sehingga nilai-nilai tersebut dapat dilihat di "masyarakat" keraton yakni abdi dalem.
Dalam penelitian ini, dipergunakan enam orientasi nilai milik Spranger. Spranger (1922) menyatakan dalam diri individu ada, salah satu orientasi nilai secara eksklusif. Keenam nilai tersebut adalah teoritis, ekonomi, sosial, estetika, politik, dan religius (Allport, 1960). Penelitian ini untuk melihat: Apakah nilai Spranger kompatibel dalam nilai Jawa?
Pembagian nilai Spranger dalam enam dimensi memudahkan dalam penyepadanan. Penyepadanan nilai Spranger dalam nilai Jawa secara literatur untuk memberi gambaran awal kompatibilitas nilai Spranger dalam nilai Jawa. Penyepadanan juga untuk memudahkan saat melakukan wawancara pakar sebagai salah satu metode pengarnbilan data. Kompatibilitas dalam penelitian ini didefinisikan: 1. Nilai Spranger tersebut ada dalam nilai Jawa. 2. Kedua nilai tersebut mempunyai perspektif/pandangan yang sama (antara nilai-nilai Jawa dan nilai Spranger).
Untuk melihat kompatibilitas maka dibutuhkan perbandingan, sehingga digunakan comparative research. Fokus Comparative Research pada persamaan dan perbedaan dalam obyek yang diteliti. Membandingkan adalah hal yang paling sentral untuk mendapatkan hal-hal yang patut untuk diketahui (Neuman, 1997).
Para pakar diambil dengan menggunakan metode snowball sampling (Neuman, 1997) atau kerap disebut sampel berantai (Poerwanti, 2001). Pakar yang diwawancarai memberikan nama narasumber lainnya. Ada dua lingkaran dalam penelitian ini. Pertama, dari kalangan keraton, sedang yang kedua dari kalangan akademisi. Tetapi tidak seluruh nama yang diajukan petunjuk langsung diterima, karena harus tetap berpedoman dengan karakteristik subyek penelitian.
Hasil analisa dan penelitian sebagai berikut:
1. Nilai Teoritis Spranger: proses pengendapan secara kognitif, rasional, kebenaran itu mutlak. Nilai Teoritis Jawa: proses pengendapan mengolah ruse, tidak rasional, kebenaran itu tidak mutlak.
2. Nilai Ekonomi Spranger: berupaya seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan, nilai sifatnya sangat pribadi, keuntungan pribadi. Nilai Ekonomi Jawa: ada nilai ekonomi, namun tidak eksplisit dan tidak tegas menyatakan keberadaannya, nilai ekonomi lebih pada tataran nilai kolektif, tidak mencari keuntungan seoptimal mungkin.
3.Nilai Politik Spranger: nilai politik bisa ada pada pribadi mana saja, tidak membahas tentang kerelaan orang yang terdominasi, lebih pada karakteristik pendominasi. Nilai Politik Jawa: kekuasaan itu wahyu, hanya orang tertentu yang mendapatkan, dominasi Jawa atas dasar kerelaan.
4. Nilai Sosial Spranger: dalam bersikap tanpa menakar orang lain, lebih menghargai orang lain yang berorienlasi nilai sama. Nilai Sosial Jawa: dalam bersikap menempatkan pada diri sendiri dengan berkaca pada orang lain, orang yang dianggap tidak benilai sama dianggap durung Jawa.
5.Nilai Estetika Spranger: keselarasan lebih bersifat fisik, estetika lebih diterjemahkan sebagai enjoy with her/his life. Nilai Estetika Jawa: keselarasan selain fisik juga non fisik, estetika lebih mengarah mengolah wilayah batin roso hingga tercapai religiusitas.
6. Nilai Religius Spranger: Spranger tidak dengan tegas menyatakan penyatuan diri dengan Tuhan, namun segala proses pencariannya menuju ke arah itu. Nilai Religius Jawa: dengan sangat tegas menyatakan puncak religius adalah penyatuan diri pribadi dengan Tuhan.
Kesimpulan penelitian ini, hanya nilai religiuslah yang kompatibel karena memenuhi konstruk kompabilitas yakni ada dan memiliki perspektif dan pandangan yang sama. Walau dalam penjelasan di atas ada perbedaan antara nilai religius Spranger dan nilai religius Jawa, namun bukan perbedaan perspektif. Hanya saja dalam nilai religius Spranger kurang penegasan.
Diskusi dan Saran, dalam hasil analisa terlihat adanya parakdosial nilai politik tentang ada dan tidaknya sikap mendominasi. Nampaknya perlu pengkategorian baru, nilai politik yang tidak dikategorikan mendominasi dapat dimasukkan dalam orientasi nilai baru yakni loyalitas. Untuk penelitian sejenis nampaknya memerlukan penelitian awal sebagai pra kondisi, karena perlu pengenalan kultural sebelumnya. Penggunaan Focus Group Discussions perlu diwaspadai faktor kesensitifan subyek penelitian. Metode Delphi nampaknya dapat dipergunakan dengan menggunakan pendapat pakar secara panel."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T18523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamlahatun Buduroh
"ABSTRAK
Masyarakat Jawa merupakan kelompok sosial yang memiliki ciri-ciri paternalistik serta memegang teguh nilai-nilai agama yang diwariskan oleh para leluhurnya---Religius. Pada setiap kegiatan yang dilakukan mereka tidak meninggalkan ritual-ritual yang dianggap sebagai bentuk doa untuk meminta keselamatan kepada Tuhan. Dengan kata lain mereka telah memiliki nilai-nilai yang tertuju kepada Tuhan yang telah menjadi prinsip hi.dupnya. Hai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Jawa begitu rnrens berhubungan dengan Tuhan.
Berpangkal dari hal tersebut, penelitian ini saya ajukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Jawa menjalin hubungan dengan Tuhan. Berasal darimanakah konsep-konsep yang melandasi adanya pola hubungan tersebut. Kemudian disebut apakah pola-pola tersebut dalam terminologi ilmiah.
Untuk itu saya melakukan penelitian dengan menelaah basil kebudayaan masyarakat Jawa yang berupa karya sastra, yaitu teks Wedatarna dan Wulangreh. Melalui kajian terhadap kedua teks tersebut saya menelusuri bagaimana prinsip hidup manusia Jawa dalam memahami keberadaan Tuhan.
Manusia Jawa sangat menyadari posisi hidupnya atas Tuhan. Oleh karena itu menjadi tujuan hidupnya untuk selalu bersikap yang seharusnya terhadap Tuhan. Sikapsikap tersebut dilakukannya sebagai upaya untuk dapat menempati kedudukan sempurna di hadapan Tuhan. Hal-hal tersebut dapat diperoleh manusia jika melakukan ajaran-ajaran yang berupa nilai-nilai yang dianjurkan oieh para leluhurnya, seperti yang tertuang dalam teks Wedatama dan Wulangreh.
Dengan penelilian kualitatif yang saya lakukan ini dapat diketahui bahwa masyarakat Jawa memiliki konsep hidup yang berasal dari nilai-nilai yang telah diwariskan melalui karya sastra, yang berupa pola-pola dasar dalam berhubungan dengan Tuhan. Pola-pola tersebut berupa uraian deskriptif yang menunjukkan bagaimana kedudukan dan fungsi irianusia Jawa atas Tuhan. Perilaku-perilaku yang harus diwujudkan oleh manusia terhadap Tuhan serta irnplikasinya bagi kehidupan manusia itu sendiri terhadap lingkungan sekitarnya. Pola hubungan itulah yang saya sebut sebagai etika ketuhanan dalam masyarakat kebudayaan Jawa.

"
2001
S11373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Jakarta: Gramedia, 1985
170 FRA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>