Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Arok (atau Kidung Arok, berasal dari Cirebon) yang termuat pada naskah KBG 369. Catatan tersebut meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Dr. Poerbatjaraka (atau stafhya, Wirodat?) di Batavia, pada bulan November 1930; kemudian pada tahun yang sama, diserahkan kepada Dr.Pigeaud. Teks yang diringkas terdiri dari 10 pupuh; berisi tentang rencana pembalasan Adipati Surabaya terhadap Sri Arok karena Sri Arok telah membunuh Tunggul-ametung. Teks diakhiri dengan pengembaraan permaisuri Adipati Surabaya dengan putranya yang bernama Jaran Panulis. Akhirnya Jaran Panulis naik tahta menggantikan ayahnya (Adipati Surabaya)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.1-L 14.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi catatan tentang teks Serat Ahmad Muhammad yang termuat pada naskah KBG 708. Catatan berupa cuplikan bait awal dan akhir setiap pupuh (sebanyak 47 pupuh), dibuat oleh Mandrasastra, staf Pigeaud pada tahun 1930 di Surakarta. Sebelum dikoleksi oleh Pigeaud, naskah diserahkan kepada Bataviaasch Genootschap. Lihat dokumen P-012 di Koleksi Naskah Perpustakaan Nasional RI untuk ketikan asli dari naskah ini. Teks Ahmad Muhammad ini merupakan varian roman Islam yang berasal dari Timur Tengah, yang bercerita tentang dua orang kakak beradik bernama Ahmad dan Muhammad. Mereka adalah putra seorang janda miskin dari Ngesam (Syria) kelak mereka akan menjadi raja dan pegawai tinggi di Mesir, hal ini disebabkan karena mereka telah memakan hati dan kepala seekor burung ajaib. 1) asmaradana; 2) sinom; 3) pangkur; 4) durma; 5) dhandanggula; 6) mijil; 7) kinanthi; 8) asmaradana; 9) sinom; 10) durma; 11) asmaradana; 12) kinanthi; 13) pangkur; 14) mijil; 15) sinom; 16) dhandanggula; 17) asmaradana; 18) durma; 19) sinom; 20) dhandanggula; 21) pangkur; 22) asmaradana; 23) durma; 24) asmaradana; 25) durma; 26) dhandanggula; 27) asmaradana; 28) sinom; 29) kinanthi; 30) asmaradana; 31) sinom; 32) pangkur; 33) durma; 34) dhandanggula; 35) sinom; 36) asmaradana; 37) dhandanggula; 38) sinom; 39) mijil; 40) pangkur; 41) kinanthi; 42) asmaradana; 43) durma; 44) dhandanggula; 45) sinom; 46) pucung; 47) asmaradana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.2-L 8.49
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Murni Widyastuti
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Ada dua hal yang akan disampaikan, pertama akan disampaikan asal-usul perkembangan dan kepopuleran cerita kancil secara ringkas, kemudian kedua akan disampaikan garis besar pemikiran mistik Jawa sebagai ungkapan ringkas yang melatar belakangi isi yang terkandung di dalam teks episode ajaran Keyong kepada Kancil, Serat Kancil Saloka Darma.
Karya tulis ini bertujuan menganalisa episode ajaran Keyong kepada Kancil di dalam Serat Kancil Saloka Darma, dengan merekonstruksikan motif ajaran yang serupa di dalam Serat Cabolek (motif ajaran Bima-sucinya), Serat Wedhatama dan Serat Wirid."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Serat Damarwulan yang termuat pada naskah ini terdiri dari 93 pupuh: urut-urutannya hampir sama dengan struktur metris versi cetak (Semarang: Van Dorp, 1873). Lihat Pratelan 1:10-22 untuk ringkasan maupun daftar pupuh edisi tersebut. Perbedaan yang ada dengan naskah ini hanya sedikit, yaitu: pupuh 1-3, 4-83, 85-89, 90-91 dalam CH.13 ini sama dengan 1-3, 5-84, 87-91, 93-94 dalam versi Pratelan, sedangkan untuk beberapa pupuh lainnya memuat isi cerita yang sama, tetapi tersusun dalam metrum yang berbeda. Lihat Behrend 1990:282-289 untuk deskripsi beberapa naskah Damarwulan lain, serta uraian tentang beberapa redaksi yang ada dalam korpus Damarwulan. Naskah disalin oleh Panji Mangunayamuga (?) antara 16 Ramelan dan 27 Sawal, Je 1846 (17 Juli s/d 26 Agustus 1916). Menurut keterangan di luar teks, naskah ini diterima Ir. Moens di Yogyakarta bulan April 1928, dan diterima Pigeaud dari Ir. Moens bulan Maret 1929."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.13-NR 48
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Mangkudimedja, compiler
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Depdikbud, 1980
398.2 MAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suyami
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
899.222 SUY k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mire Laksmiari Priyonggo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yophie Septiady
"Rumah adat atau rumah tradisional merupakan bahan yang menarik dalam penelitian Antropologi. Beberapa peneliti telah banyak `mengupas' tentang bahan penelitian ini, seperti; Cunningham (1964), Raglan (1964), Rapoport (1969), Singarimbun (1975), Broadbent (1984), Duly (1985), Oliver (1987), Mangunwijaya (1988), Fox (1990, 1993), Waterson (1991, 1993), Egenter (1995), Gintings (1996), Molnar (1996,1999), Suparlan (1999), Woodward (1999), Provencher (1999), dan lain-lain, yang membahas dari tujuan dan sudut pandangnya masing-masing.
Berdasarkan pengetahuan referensi di atas, saya mencoba mengkaitkan antara simbol-simbol pada bangunan rumah adat Karo di desa Lingga dengan cerita prosa rakyat yang ada pada masyarakatnya. Hal ini sangat menarik untuk dibahas, karena hubungan yang terjadi di dalamnya berkaitan erat sekali dengan unsur-unsur budaya dari masyarakatnya, seperti; agama, ideologi, kekerabatan, status sosial, pranata, dan adat istiadat. Pemakaian folklor (cerita prosa rakyat) sebagai salah satu bagian dari budaya akan lebih mempertajam pemahaman budaya untuk mengetahui budaya pada masyarakatnya.
Cerita prosa rakyat dan simbol memiliki hubungan yang sating mendukung. Cerita prosa rakyat dalam penyampaian atau penuturannya kadang kala menggunakan alat bantu pengingat (mnemonic device), biasanya berupa benda-benda yang memiliki mutan simbol-simbol untuk mempermudah dan memperkuat penuturannya. Begitu pula dengan simbol, beberapa di antaranya membutuhkan cerita prosa rakyat untuk lebih menegaskan pemahaman dan penyampaian maksud dari dibuatnya simbol tersebut.
Cerita prosa rakyat yang terbagi menjadi 3 katagori; mite, legenda, dan dongeng, memiliki ciri dan wujud masing-masing sesuai dengan fungsi dan kegunaannya yang dapat dihubungkan dalam makna dari simbol-simbol yang ada, sehingga makna tersebut menjadi semakin jelas arahnya tujuannya. Cerita prosa rakyat dan simbol-simbol yang ada pada rumah adat Karo menunjukkan suatu hubungan yang saling mendukung untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan dan budaya mereka agar hidup selaras, baik antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan alamnya. Untuk meneliti masalah ini tidaklah mudah, sebagai seorang peneliti haruslah benar-benar `masuk' (dapat menyelami) dan sabar dalam mengamati masalah penelitiannya, karena pengamatan penelitian bukan hanya pada tahap; melihat apa yang mereka kerjakan, mencatat apa yang mereka tuturkan dan benda apa yang mereka gunakan, tetapi juga memahami perilaku dan konsep berfikir yang ada pada diri mereka, serta `mewaspadai' konsep berfikir kita sendiri adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>