Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Buku ini menguraikan mengenai bagaimana pentingnya seseorang memeluk agama Islam yang dinilai dapat mengentaskan rakyat Indonesia dari kemiskinan atau dari apapun penderitaan yang ada."
Yogyakarta: Pangerah Egeng Mukammadiyah, 1864
BKL.0549-IS 54
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini menguraikan tentang Sekaten dan Grebeg Mulud Tahun Dal di Yogyakarta. Diawali dari malam Grebeg, digambarkan Kanjeng Sultan datang ke masjid Agung dan duduk menghadap ke timur. Gambaran tentang upacara Grebeg diakhiri pada halaman 10, yaitu gambaran mengenai upacara Grebeg Tahun Dal di serambi masjid Agung Yogyakarta dan gambaran mengenai orang-orang yang datang ke sekitar masjid Agung Yogyakarta. Pada halaman 11 sampai dengan 30 adalah kisah kelahiran Nabi Muhammad saw oleh Wasool Dja?far Moehammady."
Yogyakarta: Pustaka, [date of publication not identified]
BKL.0516-LL 57
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Soepanto, compiler
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
394.4 SOE u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Sajid
Solo: Rekso Pustoko Mangkunegaran, 1984
394.4 SAJ s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Puspa Awanti
"Skripsi ini membahas tentang orientasi nilai budaya Jawa yang terdapat dalam upacara Sekaten Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori orientasi nilai budaya menurut Kluckhohn. Hasil dari penelitian ini berupa orientasi nilai budaya yang terdapat pada upacara tradisi Sekaten yaitu hakekat hidup (HK), persepsi manusia tentang waktu (MW), pandangan manusia terhadap alam (MA), hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (MM). Di antara orientasi nilai budaya yang terdapat dalam upacara Sekaten Surakarta lebih mengarah kepada hakekat hidup (HK).

This research reveals the orientation of cultural value in Sekaten, one of traditional ritual from Surakarta. Themethods that being applied in this research is desciptve analytical. Futhermore I use Kluckhohn's theory of cultural values orientation as an analytical tool in this research. This research shows that Sekaten has several cultural values orientation. The foundation or meaning of life, human's perceptual of time, humans's perspective towards nature, and the foundation or meaning of human's relatinship with others. Among the orientation of cultural values mentioned before, Sekaten reveal that its cultural values is more likely oriented towards the foundation or meaning of life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42160
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Perayaan sekaten hanya ada di Indonesia, khususnya Jawa. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh raja sebagai penguasa setempat dalam rangka menyiarkan agama Islam dan melestarikan tradisi yang diwarisinya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Pradoko
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan fungsi serta makna-makna simbolik gamelan sekaten bagi masyarakat pendukungnya dalam upacara Garebeg Mulud di Yogyakarta.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan holistik. Pengumpulan data diperoleh melalui: studi literatur, wawancara dan observasi partisipasi serta perolehan data melalui camera video dan foto. Teknik analisa data dengan interpretasi makna, fungsional, dan causal serta analisis isi dari permainan musik gamelan serta teknik garap gendhingnya hingga menemukan inferensi-inferensi. Hasil inferensi-inferensi ini kemudian divalidasikan dengan para tokoh masyarakat pendukungnya serta key informan.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:
Ternyata gamelan berfungsi bagi raja, ulama serta bagi masyarakat. Fungsi gamelan bagi Raja adalah: 1. Sebagai pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan raja. 2. Sarana memperkokoh kerajaan serta kolektifitas sosial. Sedangkan fungsi gamelan sekaten bagi Ulama adalah: Sebagai sarana untuk penyebaran agama Islam, syiar Islam. Fungsi bagi masyarakat adalah: 1. Mendapatkan kesejahteraan ekonomi, kesehatan badan dan jiwanya. 2. Sarana untuk hiburan dan rekreasi.
Gamelan sekaten merupakan sub sistem simbol yang mewujudkan gambaran kolektif masyarakat pendukungnya yang memiliki makna proyektif tentang ajaran-ajaran untuk berperilaku dalam masyarakatnya. Gamelan sekaten memiliki makna ajaran-ajaran tentang: Ketuhanan, asal dan tujuan hidup manusia (sang/can paraning dumadi), harmonis , rukun, olah kanurasan, sabar, tepo seliro, go tong royong serta tatanan sopan santun yang sesuai dengan cara pandangan masyarakat pendukungnya untuk berperilaku dalam menanggapi kehidupannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajiyem
"Dampak globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi terhadap perubahan budaya lokal sudah tak bisa dibendung lagi. Masyarakat khawatir akibatnya terhadap perubahan budaya lokal. Penelitian ini dilakukan untuk memahami konstruksi sosial atas nilai-nilai tradisi perayaan budaya Sekaten pada masyarakat Jawa. Berbagai pemberitaan Sekaten di media menunjukkan bahwa ada perubahan penekanan yang semula menekankan unsur religi, sekarang cenderung menekankan faktor ekonomi. Perubahan ini tak terjadi dalam waktu yang singkat. Sekaten sebagai tradisi perayaan budaya telah dikonstruksi dan direkonstruksi tak terlepas dari konteks sosial, politik, ekonomi, budaya dan masyarakat serta penguasa sesuai zamannya. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana konstruksi sosial atas nilai tradisi perayaan Sekaten pada masyarakat Jawa?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas sebagai teori utama, yang dikemukakan oleh Berger dan Luckman.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dan paradigma konstruktivisme. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap lima narasumber dari Desa Manding di Yogyakarta. Adapun analisis data yang digunakan adalah tematik dan keabsahan data dilakukan melalui triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan informan dapat dikategorikan dalam kelompok tradisional dan non tradisional. Ada perbedaan mendasar dari ketiga kelompok tersebut dalam mengkonstruksi realitas objektif nilai tradisi Sekaten yang dibagi menjadi: 1 benda-benda dalam tradisi perayaan Sekaten; yang dipahami melalui realitas subyektif ada atau tidak ada makna magis sekaten 2 relasi rakyat dengan raja, terjadi melalui realitas subjektif atas kedudukan raja; 3 relasi manusia dengan Tuhan melalui realitas subjektif terhadap kepercayaan akan Tuhan.Mereka, yang berusia di atas 50 tahun, yang tergabung dalam kelompok tradisional, memiliki keyakinan Kejawen masih mempunyai kepercayaan yang kuat akan adanya jimat, makna magis pada benda-benda dalam tradisi Sekaten, dan adanya kesaktian yang dimiliki Sultan sebagai sesembahannya. Sebaliknya, kelompok non tradisional, menganut agama Islam dengan taat, tidak lagi percaya pada jimat, tidak ada makna magis pada benda-benda dalam tradisi Sekaten dan memandang Sultan sebagai gubernur yang tidak lagi memiliki kesaktian. Sementara itu, di dalam kelompok tradisional dan non tradisional, terdapat informan yang disebut Islam Kejawen. Mereka ini mengikuti ajaran Islam namun masih percaya adanya jimat dan benda magis dalam Sekaten, meyakini bahwa semua itu terjadi melalui kuasa Tuhan.Bagaimana perubahan konstruksi sosial atas realitas itu terjadi, bisa dilihat melalui media, kebijakan pemerintah ataupun pelaksanaan ritual dalam keraton yang dikontruksi dan direkonstruksi sesuai zamannya dan tidak terlepas dari konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya.

The impacts of globalization and technological advances on local culture cannot be dammed anymore that these issues make local community worried about the future of their local culture. This research attempts to understand the social construction of the reality values of traditional cultural celebration of Sekaten in Javanese society. News reports on Sekaten show that there is a changing value of the tradition which it used to be about religious event but now it is more about economic. This change did not happen in a short period. In addition, the construction and the deconstruction of the values of Sekaten are not related to the power relation, social context, politics, economy, culture, and the community in its time. The research question in this study is, how does the social construction on the traditional value reality of Sekaten in the Javanese society.
To answer the question, this study uses Berger and Luckman rsquo s Social Construction of Reality Theory. This study uses qualitative approach with ethnography method and constructivism paradigm. The data was collected through in depth interviews of five speakers from Manding Village in Yogyakarta. The data analysis used is thematic and data validity is done through triangulation.
The results show that informants can be categorised into traditional and non traditional groups. There are fundamental differences between the three groups in constructing the objective reality of the Sekaten tradition values which are divided into 1 Objects in the tradition of the Sekaten celebration, which is understood by the subjective reality of the existence or absence of a sectional magical meanings 2 The relation of the people to the king, which occurs through the subjective reality of the king 39 s position 3 Human relation with God through subjective reality to belief in God.Respondents who are over 50 belong traditional groups, they still practice the traditional Kejawen belief and they belief in the existence of amulets, the existence of magical meanings on objects in Sekaten. Including believing in the magic that the Sultan of Yogyakarta has in his offerings. In contrast, the non traditional group, they practice Islam faithfully. This groups no longer believes in the amulets, or the existence of magical meanings on objects in the Sekaten tradition and they view the Sultan as a governor who no longer has supernatural powers. Meanwhile, there is also a group of informants called the Islam Kejawen. They follow the teachings of Islam but still believe in magical amulets and talismans in Sekaten, but they believe that they happen through the power of God.How social change in the construction of reality occurs, can be seen in many ways such as through the media, government policy or the implementation of rituals in the palace that is constructed and reconstructed from time to time and the processes are inseparable from the social, political, economic and cultural context."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2324
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library