Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13260 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini merupakan catatan tentang sejumlah naskah lontar yang diterima Pigeaud dari Bupati Sumenep, pada Agustus 1926. Naskah berisi keterangan tentang naskah-naskah lontar yang berjudul Serat Yusuf. Bandingkan dengan FSUI/LL.75."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LL.76-L 10.08b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan catatan tentang sejumlah naskah lontar yang diterima Pigeaud dari Bupati Sampang, Madura atas bantuan S. Koperberg, diterima pada Mei 1926 di Surakarta, keberadaan naskah lontar tersebut tidak diketahui. Teks berisi keterangan tenatng naskah lontar, diantaranya adalah: 1. Serat Yusuf; 2. Serat Yusuf; 3. Cerita Menak; 4. Sejarak Raja-raja; 5. Cerita Menak; 6. Serat Yusuf; 7. Pawukon dan Petangan; 8. Cerita Menak; 9. Cerita Nabi Muhammad; 10. Serat Yusuf. Melihat bentuk tulisannya, naskah tulisan tangan ditulis sendiri oleh Pigeaud sedangkan naskah ketikan kemungkinan dikerjakan oleh stafnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LL.75-L 10.08a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Vici Luciana
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai arsitektur dan ragam hias pada bangunan-bangunan di dalam Komp1eks Mesjid Sumenep serta pengaruh asing dan lokal yang terlihat pada bangunan-bangunan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh budaya asing dan lokal serta until mengidentifikasikan unsur-unsur budaya asing (Eropa, Cina dan Madura) pada bangunan-bangunan di kompleks Mesjid Jamik Sumenep.
metode yang diqunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data berupa data k epustakaan dan lapangan serta wawancara. Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data, dalam tahap ini dilakukan pemerian yang lebih mendetil terhadap unsur_unsur bangunan dan diklasifikasikan menjadi dua yaitu arsitektural dan ornamental. Tahap terakhir adalah tahap penafsiran data dalam tahap ini dilakukan tahap ana1isis untuk mengetahui pengaruh budaya yang tampak pada bancr.tnan. Dalarn tahap ini dilakukan perbandingan antara komponen bangunan dan hiasan yang diteliti dengan komponen dan hiasan bangunan yang terkena pengaruh Eropa, Cina dan Madura.
Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh Eropa, Cina, Timur Tengah dan Madura pada unsur arsitektural dan ornamental bangunan-bangunan di dalam kompleks Mesjid Jamik Sumenep. Pengaruh arsitektur Eropa lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh Cina danMadura. hal ini ,nenunjukkan bahwa kekuasaan belanda di Sumenep pada waktu itu cukup kuat. Selain hArus arsitektur Mesjid: jamik Sumenep juga menunjukkan ciri-ciri. umum Arsitektur mesjid di Indonesia.
Dengan demikian arsitektur bangunan-bangunan di dalam kompleks Mesjid Jamik Sumenep memperlihatkan adanya percampuran kebudayaan asing (Eropa, Cina dan Timur Tengah) dan lokal (Madura).

"
1995
S12033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koko Wahyu Tarnoto
"ABSTRAK
Klien kusta sebagai populasi rentan mengalami berbagai stigma di masyarakat. Stigma yang ditujukan pada klien kusta mengakibatkan klien merasa malu dan takut terhadap kondisi tubuhnya dan mengakibatkan penyembuhan semakin lama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran arti dan makna stigma masyarakat terhadap penyakit kusta. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan catatan lapangan. Informan berjumlah 8 terdiri atas masyarakat, tokoh agama, klien kusta, kader, tokoh masyarakat, keluarga dengan kusta, perawat, dan eks penderita kusta. Penelitian ini menghasilkan sepuluh tema yaitu hukuman sosial dan spiritual, memanfaatkan sumberdaya, sikap dan perilaku masyarakat, menjadi beban klien dan keluarga, bentuk dukungan, adaptasi spiritual, saling mendukung kesembuhan, memberikan dukungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan sosial, kemampuan merespon masalah yang tidak saling mendukung serta aksesibilitas pelayanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit kusta menurut pandangan masyarakat merupakan hukuman sosial dan spiritual. Seseorang mendapatkan kutukan karena telah melanggar aturan yang ditetapkan. Proses mendapatkan atau memberikan hukuman melalui kegiatan bersifat magis atau supranatural dan dilakukan dengan berbagai cara, melalui media perantara, dan dianggap menular. Hukuman diwujudkan dengan perubahan pada bagian tubuh. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun kebijakan program promotif, dan preventif di komunitas melalui pendekatan budaya dengan melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam mengatasi stigma kusta.

ABSTRACT
Leprosy clients as vulnerable population experience various stigmas in the community. The stigma aimed at leprosy clients causes the client to feel ashamed and afraid of his body's condition and results in longer healing. This study aims to obtain a picture of the meaning and meaning of community stigma against leprosy. This qualitative research was carried out using a phenomenological approach. Data collection methods with in-depth interviews and field notes. There are 8 informants consisting of community members, religious leaders, leprosy clients, cadres, community leaders, families with leprosy, nurses, and former lepers. This research produced ten themes, namely social and spiritual punishment, utilizing resources, community attitudes and behavior, being a burden on clients and families, forms of support, spiritual adaptation, mutual support for healing, providing support for health and social services, the ability to respond to problems that are not mutually support and accessibility of services. The results of this study indicate that leprosy in the view of the community is a social and spiritual punishment. Someone got cursed for breaking a rule. The process of obtaining or giving punishment through magical or supernatural activities and carried out in various ways, through intermediary media, and is considered contagious. Punishment is realized by changes in body parts. The results of the research are expected to be input in developing promotive and preventive program policies in the community through a cultural approach involving cross-sectoral and related stakeholders in overcoming the leprosy stigma."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintawati
"Bagi masyarakat Asia Tenggara, keraton dianggap inti atau pusat dari jagat raya. Sebab keraton selain digunakan sebagai tempat tinggal raja juga sebagai pusat pemerintahan dan pusat budaya bagi suatu kerajaan. Oleh sebab itu dalam anggapan orang Indonesia raja masih diidentikkan dengan dewa. Dengan sendirinya bangunan keraton berbeda dengan bangunan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian meneliti mengenai keraton adalah hal yang menarik sebab keraton sebagai data arkeologi memang dibangun dengan aturan dan pola-pola tertentu yang melambangkan kesucian dan kekuasaan raja.
Salah satu kerajaan terbesar pada masa berkembangnya agama Islam di Indonesia adalah kerajaan Mataram yang berdiri sekitar abad 17-19 dimana sampai saat ini pening_galan bangunan berupa keraton masih berdiri tegak dan masih dihuni oleh para keturunan raja-raja Mataram. Bangunan keraton tersebut masih menunjukkan kekuasaan dan kebesaran raja-raja Mataram pada masa lalu. Pada puncak masa jayanya yaitu sekitar abad 17 kerajaan tersebut berhasil menduduki hampir seluruh pulau Jawa dan Madura. Kerajaan yang menjadi bawahannya pada masa itu salah satunya adalah Sumenep yang terletak di timur Madura. Dengan adanya penjajahan dan penaklukkan dari Mataram ke Sumenep maka pada penelitian ini akan dilihat pengaruhnya pada bangunan keraton terutama pada tata letak.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan antara kedua wilayah keraton tersebut yaitu keraton-keraton di Jawa Tengah yang mewakili kerajaan Mataram dan keraton Sumenep yang mewakili Madura. Dipilihnya keraton Sumenep sebagai wakil Madura sebab keraton ini hanya tinggal satu-satunya yang masih berdiri tegak sedangkan keraton lainnya yaitu di Bangkalan, Pamekasan dan Sampang sudah hancur.
Dari hasil penelitian telah disimpulkan adanya kesamaan pada keletakan bangunan dari kedua keraton wilayah tersebut walaupun tidak sama persis. Persamaan terutama antara keraton Pakualaman dan Mangkunegaran dengan keraton Sumenep. Persamaan tersebut terletak pada pembagian halaman dan keletakan bangunannya. Dari per_samaan kemudian ketiga keraton tersebut dibandingkan dengan rumah tradisional Jawa dan Madura. Ternyata ketiganya memiliki persamaan dengan rumah tradisional Jawa. Dan bahkan Sumenep sendiri yang berada di Madura justru memiliki persamaan pada rumah tradisional Jawa dan bukan pada rumah tradisional Madura. Hal ini juga terlihat pada rumah kalangan bangsawan di Sumenep yang candong mirip dengan rumah tradisional Jawa.
Hasil penelitian ini juga melihat adanya perbedaan antara keraton Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta dengan ketiga keraton tersebut yaitu keraton Pakualaman} Mangkunegaran dan Sumenep. Perbedaan yang jelas terlihat terutama pada pembagian halamannya dimana pembagian halaman ketiga keraton tersebut lebih sedikit jumlahnya dibandingkan keraton Kasultanan dan Kasunanan. Demikian pula. pada arah hadap keratonnya. Arah hadap keraton Kasultanan dan Kasunanan adalah menghadap utara sedangkan arah hadap keraton Pakualaman, Mangkunegaran dan Sumenep justru sebaliknya yaitu menghadap selatan.
Dengan demikian kesimpulan secara keseluruhan adalah bahwa ada persamaan antara keraton di wilayah Madura se_bagai wilayah jajahan dan wilayah taklukan dengan keraton dari wilayah pusat atau wilayah penguasa. Selain itu ketiga keraton yaitu Pakualaman, Mangkunegaran dan Sumenep mempunyai status yang lebih rendah dari keraton Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Dalam hal ini status ketiga keraton tersebut adalah setingkat Kadipaten. Bertolak dari penelitian ini maka diharapkan akan ada penelitian selanjutnya mengenai keraton di berbagai tempat di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"One species of the red algae (Rhodophyceae) resulted from carrageenan is Eucgeuma cottonii. This algae is cultured intensively in Madura island espicially in district of Sumenep in village of Pekandangan - Buto. Production of E. cottonii in Sumenep - Madura rised over the last years but extraction of carrageenan has not been performed extensively. Unfortunately, it has been exported to abroad in dried from used as raw materials either food or non food industry. The objective of this research is to stydy the influence of extraction method of carrageenan on its quality. The best carrageenan quality was resulted by the modification of extraction metod by using cold alkali treatment so this method can be considered as alternative methods. The carrageenan quality that serulted from this methods is one the standard suggested by food and agriculture Organization,"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The story of Joko Tole for people in Sumenep was convinced that it was true story. Joko Tole was convinced as forefather heroic figure of people in Sumenep, even they acknowledge he held the supreme power in kadipaten Sumenep in 1415 1465 M...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kamalia
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan peran kultur dan pemahaman agama terhadap politik perempuan Madura di Sumenep dengan menggunakan metode feminis yang menjadikan pengalaman perempuan sebagai pngetahuan maka penelitian ini bersifat kualitatif yang menggunakan wawancara mendalam observasi dan studi dokumen sebagai teknik pencarian data hasil penelitian lapangan kemudian dilakuka analisa yang menghailkan beberapa kesimpulan yang garis besarnya sebagai berikut Politik perempuan tidak hanya dipahami sebagai kegiatan demokrasi melalui isitem pemilu namun juga bermakna sebagai relasi kekuasaan di ruang domestik suami istri di ruang publik perempuan masyarakat dan di ruang politik Antar sesama perempuan hal tersebut tidak bisa dipiahkan dari peran kultur dan agama di Sumenep dalam menentukan terjadinya relasi kekuasaan di ruang ruang tersebut selain itu penelitian ini juga menyimpulkan bahwa demokrasi yang terjadi di Sumenep pada akhirnya menggerus kekuatan kultur dengan kalahnya para nyai sebagai pelopor gerakan perempuan Sumenep oleh perempuan perempuan kelas menengah keatas yang memiliki keuatan modal ekonomi pada pemilu 2009 kemarin

ABSTRACT
This studi is a case study that aims to describe the role of culture dan religion understanding to woman s political Madura in Sumenep using the feminist method to be experience of women as knowledge so this study using a qualitative with in depth interviews observations and document study as search techniques data The result of field research then conducted an analysis that produces some of the conclusions Woman s Political activities are not only understood as democracy through the election system but also serves as the power relation in domestic sphere husband wife public spaces Woman society and in political space relationships among fellow woman it can be separated from the role of culture and religion understanding Sumenep in determining the power relations in these spacesin addition this study also concludes that democracy is happening in Sumenep ultimately erode the power of culture with the defeat of the Nyai as a pioneer of the woman s movement Sumenep by woman of middle and upper class that has the power of economic capital in the 2009 election yesterday "
2013
T33183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Ginarsa
Djakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1961
899.2 KTU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>