Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Nurfadhillah Delima
"Skripsi ini menganalisis sebuah lirik lagu Eminem yang berjudul Brain Damage dari albumnya The Slim Shady Show. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Analisis skripsi ini terfokus pada kata-kata yang digunakan dan ragam bahasa Black English dan slang Amerika yang terdapat dalam lirik lagu Brain Damage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maksud penggunaan kata-kata tertentu dan Black English serta slang Amerika dalam lirik lagu tersebut dan hubungannya dengan latar belakang kehidupan Eminem dahulu. Penulis mengaitkan teori analisis wacana kritis dengan teori transkultural Pennycook, black English, dan slang Amerika, untuk menganalisis lirik lagu tersebut dan melihat penyebaran budaya hiphop. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara latar belakang kehidupan Eminem dengan penggunaan kata-kata tertentu dalam lirik lagunya.

This study is to analyze a song called Brain Damage by Eminem from his album The Slim Shady Show. This study uses descriptive qualitative research methods. The analysis of this thesis focuses on the words used and the Black English variety and American slang in the lyrics of the song Brain Damage. This study aims to find out the purpose of the use of certain words, Black English, and American slang in the lyrics of the song and its relationship to the life of Eminem's in the past. This study applies the Critical Discourse Analysis by Fairclough, the Transcultural theory by Pennycook, Black English, and American slang to analyze the song lyrics and to see the spread of hiphop culture. The results prove that there is a relationship between the background of Eminem's life with the use of certain words in the lyrics of the song."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S118
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Sastri Utami
"Fenomena penggunaan bahasa Inggris yang disisipkan dalam lagu-lagu populer yang berbahasa non-Inggris saat ini sedang menjadi tren di kalangan generasi muda yang berasal dari negara-negara yang bahasa aslinya bukan bahasa Inggris. Fenomena ini juga terjadi di negara Korea dengan genre musik mereka yang disebut K-Pop. Akibat perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, terutama internet, yang begitu pesat, lagu-lagu K-Pop kemudian menyebar dan dikenal luas oleh publik internasional, termasuk di Indonesia. Penyisipan bahasa Inggris dalam lirik lagu K-Pop tersebut memiliki maksud serta tujuan tertentu yang berhubungan dengan cerminan penyampaian identitas si penyanyi.Penelitian ini mengambil contoh lima lirik lagu K-Pop yang dipopulerkan oleh salah satu grup band Korea, Super Junior, dan menelaahnya dengan metode analisis grammar fungsional dan analisis wacana kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerapan berbagai macam strategi pembentukan identitas (acts of identity) dalam masing-masing lirik lagu yang digunakan untuk menyampaikan representasi wacana identitas tertentu. Fenomena penggunaan bahasa Inggris itu sendiri didorong oleh beberapa latar belakang yang berhubungan dengan hegemoni ideologi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memahami fenomena hibridisasi bahasa Inggris dengan bahasa lain dalam sebuah teks lagu serta membantu pemahaman wacana identitas serta faktor makro-sosiologi ideologi hegemoni yang melatarbelakanginya.

The phenomena of English usage in non-English songs have become a widespread trend among young generation whose native language is not English. This also happens in Korea and in their respective music genre, called K-Pop. Through the fast development of information and telecommunication technology, especially internet have caused K-Pop songs to spread and be known throughout the world mass, including Indonesia. The use of English in K-Pop popular song has particular purpose and meaning related to the representation of identities of its singer. This research has taken samples from five song's lyrics which are popularized by Super Junior, one of K-Pop boy band from South Korea, and has analyzed them through systemic functional grammar and critical discourse analysis.
The result of the research indicates that there is application of some acts of identity on each lyric which is used to portray different representations of identities. The phenomena of English usage itself have to do with certain backgrounds driven by hegemonic ideology. This research is expected to help people understand the growing phenomena of English hybridization in popular song's lyrics and to make them aware of the discourse of identity and macrosociological factor, such as hegemony of ideology, which underlie them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S126
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putrawan Yuliandri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas, praktik resistensi dalam wacana lirik lagu grup musik metal Purgatory. Dengan menggunakan paradigma kritis, kemudian mengintegrasikan pada kajian budaya kritis ke dalam proses komunikasi politik. Musik metal dinilai sebagai medium komunikasi maupun bentuk budaya subkultur yang dapat dipandang sebagai medium resistensi yang penting, baik secara budaya maupun politik. Tesis ini menemukan, narasi hegemonik Barat terhadap Islam, yang selalu dikaitkan dengan wacana sentimen negatifnya, direspon sekaligus dilawan balik counter-hegemoni oleh wacana lirik lagu Purgatory. Diskursus yang membentuk wacana lirikal Purgatory yang resisten itu dibingkai oleh beragam konteks diskursus Islam dan Barat yang terjadi di masa lalu baik dalam konteks global maupun saat ini dalam konteks Indonesia. Runtuhnya rezim represif Orde Baru, menghadirkan fenomena ledakan Islam di arena politik dan kebudayaan. Dengan ditandai oleh maraknya simbol-simbol keagamaan di ruang publik, peningkatan religiusitas pribadi serta perkembangan lembaga-lembaga Islam dan gaya hidup baru. Beragam praktik diskursus ini pada gilirannya membentuk sebuah proyeksi identitas Islam yang lebih cair dan lebih moderat, sebagai bagian dari tantangan umat muslim dalam menghadapi sekularisasi modernitas Barat. Tesis ini berhasil menemukan, bahwa wacana musik metal Islam yang disuarakan oleh Purgatory menjadi sarana dalam membentuk identitas, kohesi sosial, sampai dengan politik kebudayaan religius Islam dikalangan subkultur musik metal di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis explains a resistance practice found in the song lyrics discourse of an Indonesian metal band called Purgatory. A critical paradigm, alongside with cultural studies and political communication, is used to dissect the problem. Metal music is considered as a communication media or a sub culture form that can also be seen as an important resistance medium, not only culturally but also politically. The research founds that a common narrative of a Western hegemony that has always been associated with its negative sentiment, was responded the other way around by Purgatory. A discourse that forms a narrative resistance in the song lyrics from Purgatory is framed with many Islamic and Western discourse which were happened in the past, globally or in Indonesia only. The collapse of the New Order regime brought a huge Islamic phenomenon in political and culture circle. Religious symbols appears in an open public space, personal religious rsquo lawfulness arises, new lifestyle comes up, and the emergence of Islamic institutions. These various political practices will get its own turn to form a projection of a more balanced Islam identity as a part of Moslems rsquo challenges to face the modern Western secularization. The research also founds that an Islamic metal music vocalized by Purgatory happens to be a tool to form identity, social cohesion, and even the culture of Islamic political amongst metal music subculture in Indonesia."
2017
T46880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Basaib
"[ABSTRAK
Sebagai salah satu band perintis punk, Sex Pistols kerap dijadikan simbol pergerakan punk di Inggris pada akhir dekade 1970. Sex Pistols dihubungkan dengan pergerakan melawan pemerintah, dan sebagai akibatnya mereka dilarang untuk tampil selama beberapa waktu. Lirik lagu-lagu Sex Pistols saat itu dirasa membawa pengaruh buruk terutama bagi pendengarnya karena dianggap menyebarkan ideologi tertentu. Sebagai produsen sebuah wacana, penulis lirik dapat menuangkan ideologinya dalam lirik sebagai media untuk menyampaikan aspirasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ideologi tersebut disampaikan melalui lirik lagu dan pengaruhnya terhadap pendengar lagu-lagu Sex Pistols. Penulis menggunakan kajian analisis wacana kritis Fairclough dalam menganalisis hubungan antara sebuah wacana dengan ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan kata yang digunakan penulis lirik berpengaruh terhadap penyebaran ideologi tertentu kepada pendengarnya. Selain itu, lagu-lagu yang penulis kaji pun mempunyai kesamaan, yaitu merupakan kritik terhadap kondisi sosial-politik pada masa itu.

ABSTRACT
;As one of the punk pioneers, Sex Pistols was associated with punk movement at The United Kingdom in the 1970?s era. Sex Pistols then was connected to some strikes against the government and they got banned many times. Sex Pistols songs lyrics were considered as bad influence because of the song writer?s ideology. As the producer of a discourse, the song writers were able to put their ideology in the lyric. This study aims to find out how the ideology was put in the lyric and what it brings to Sex Pistols? listeners. This study applies Critical Discourse Analysis by Fairclough in order to find out the connection between a discourse and ideology. The result shows that the song writers? choice of words effectuate the diffusion of ideology to their listeners. Also, the songs that were analysed have something in common, which is all of them are critics toward social and political condition at that time.
;As one of the punk pioneers, Sex Pistols was associated with punk movement at The United Kingdom in the 1970?s era. Sex Pistols then was connected to some strikes against the government and they got banned many times. Sex Pistols songs lyrics were considered as bad influence because of the song writer?s ideology. As the producer of a discourse, the song writers were able to put their ideology in the lyric. This study aims to find out how the ideology was put in the lyric and what it brings to Sex Pistols? listeners. This study applies Critical Discourse Analysis by Fairclough in order to find out the connection between a discourse and ideology. The result shows that the song writers? choice of words effectuate the diffusion of ideology to their listeners. Also, the songs that were analysed have something in common, which is all of them are critics toward social and political condition at that time.
;As one of the punk pioneers, Sex Pistols was associated with punk movement at The United Kingdom in the 1970?s era. Sex Pistols then was connected to some strikes against the government and they got banned many times. Sex Pistols songs lyrics were considered as bad influence because of the song writer?s ideology. As the producer of a discourse, the song writers were able to put their ideology in the lyric. This study aims to find out how the ideology was put in the lyric and what it brings to Sex Pistols? listeners. This study applies Critical Discourse Analysis by Fairclough in order to find out the connection between a discourse and ideology. The result shows that the song writers? choice of words effectuate the diffusion of ideology to their listeners. Also, the songs that were analysed have something in common, which is all of them are critics toward social and political condition at that time.
, As one of the punk pioneers, Sex Pistols was associated with punk movement at The United Kingdom in the 1970’s era. Sex Pistols then was connected to some strikes against the government and they got banned many times. Sex Pistols songs lyrics were considered as bad influence because of the song writer’s ideology. As the producer of a discourse, the song writers were able to put their ideology in the lyric. This study aims to find out how the ideology was put in the lyric and what it brings to Sex Pistols’ listeners. This study applies Critical Discourse Analysis by Fairclough in order to find out the connection between a discourse and ideology. The result shows that the song writers’ choice of words effectuate the diffusion of ideology to their listeners. Also, the songs that were analysed have something in common, which is all of them are critics toward social and political condition at that time.
]
"
2015
S61088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athifa Naziha
"Pemberdayaan perempuan adalah sebuah proses dimana perempuan mendapatkan kekuatan dan kendali atas kehidupan mereka dan memperoleh kemampuan untuk membuat pilihan strategis. Meskipun kemajuan besar dalam pemberdayaan perempuan terlihat secara bertahap, perempuan terus menghadapi diskriminasi di setiap belahan dunia. Hingga saat ini, perempuan masih memperjuangkan haknya dengan menyuarakan pemberdayaan perempuan melalui berbagai media, termasuk musik. Kajian ini menganalisis Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) dalam Run the World (Girls) karya Beyoncé dengan melakukan Critical Discourse Analysis, khususnya dengan menganalisisnya dengan Halliday’s Metafunctions of Language (1994) yang terdapat pada liriknya. Setelah melihat pengalaman perempuan, sikap penyanyi, dan keseluruhan tema dan lirik lagu yang dianalisis dengan metafungsi bahasa, penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui lagu Run the World (Girls), Beyoncé mencakup kelima aspek pemberdayaan perempuan, yaitu: (1) perolehan harga diri perempuan; (2) hak perempuan untuk memiliki dan menentukan pilihan; (3) hak perempuan untuk memiliki akses terhadap peluang dan sumber daya; (4) hak perempuan untuk memiliki kekuasaan dan kendali atas kehidupan domestik dan publik mereka; dan (5) meningkatnya kemampuan perempuan untuk melakukan perubahan sosial, baik secara nasional maupun internasional. Studi ini berkontribusi pada pembahasan wacana pemberdayaan perempuan.

Women’s empowerment is a process by which women gain power and control over their lives and acquire the ability to make strategic choices. Although a great deal of progress in women’s empowerment is gradually seen, women continue to face discrimination in every part of the world. Up to this day, women still fight for their rights by voicing out women’s empowerment through various media, including music. This study analyzed Five Women’s Empowerment Components (European Institute for Gender Equality, 2016) in Beyoncé’s Run the World (Girls) by doing a Critical Discourse Analysis, specifically by analyzing it with Halliday’s Metafunctions of Language (1994) that are present in the lyrics. After looking at women’s experiences, the singer’s attitude, and the overall theme and lyrics of the song analyzed by the metafunctions of language, this study concludes that through the song Run the World (Girls), Beyoncé is covering all five aspects of women’s empowerment, which are: (1) women’s gain of self-worth; (2) women’s right to have and to determine choices; (3) women’s right to have access to opportunities and resources; (4) women’s right to have power and control over their domestic and public lives; and (5) women’s gain of ability to make social change, both nationally and internationally. This study contributes to the discussion of women’s empowerment discourses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Franziska Soehaedi
"Penelitian ini merupakan penerapan Kerangka analisis Norman Farialough, yaitu Analisis Kritis Wacana (Critical Discourse Analysis) pada iklan televisi Sampoema Hijau. Dalam analisis,
peneliti berusaha mel.hat eksekusi iklan ro'Kok Sampoema Hijau tidak dari level ikro saja namun mengkaitkannya ke konteks makro untuk melihat bagai ana distorsi pesan iklan diciptakan dalam
iklan rokok Indonesia melalu · kreatif periklanan. Pem15agian analisis dilakukan pada tiga tingkatan yakni tingkat analisis teks (text), praktik wacana (discourse practise), dan praktik sosio-kultural (sociocultural practise}, dengan tujuan untuk melihat periklanan tidak hanya sebagai industri bisnis semata narrwn mempunyai peran dan da pak erhadap masyarakat dala penciptaan
budaya semu, ata dalam teori Marxis dikenal dengan penciptaan False tf'onciousness.
Sesuai sifat penelitiannya yang kualitatif, penelitian menggunak n metode pengumpulan data berdasarkan wawancara mendalam, observasi da studi kepustakaan dan didukung oleh beberapa data kuantitatif sebagai pelengkap. Dengan mengambil perspektif kritis, penelitian
,. rnt:nekankan pada inte.rpretasi peneliti dalam melihat £enomena "klan di Indonesia.
Hasil analisis di tingkat teks denga mengguroakan kerangka Sermotika Periklanan dan konsep Fetihisme, mengliasilkan kesimpula banwa teroapat pola erulang dalam penciptaan tema dan alur cerita (dalam tiga versi iklan ampoema Hijau) yang menempatkan produk sebagai
pengganti kebutuhan manusia. Dengan kata lain, m€nciptakan budaya materi dalam benak konsumen. Hal ini dilakukan dengan mempermainkan emosi khalayak dengan mengambil tema dasar "keberhasilan" yang dicapai oleh tokoh utama dengan ide besar: kesederhanaan,
kesenangan dan membumi (simple, fun, merakya ). Representasi realitas dalam iklan (yaitu kelas menengah bawah di daerah suburban) meng rah pada 'Penciptaan jarak sosial, dengan timbulnya persepsi "kita-mereka" antar kelas sosial, terutama di kalangan masyarakat dari ekonomi penghasilan rendah. Dan menjadikan merek rokok bukan hanya sebagai komoditi, tapi sudah dianggap menjadi lambang kebanggan (prestige) dan simbol status sosial bagi mereka.
Pada level Praktik Wacana, disimpulkan bahwa produksi dan konsumsi teks cenderung dipengaruhi oleh institusi-institusi sosial yang melingkupi teks, yaitu biro iklan, industri rokok,
pemerintah dan bagaimana masyarakat itu sendiri menkonsumsi pesan iklan. Ide kreatiL yang tercipta dalam proses pembuatan iklan harus mengandung pesan yang dikehendaki oleh klien. Di sirti peneliti mengambil kesimpulan bahwa bisnis pesan, (sebagai indoktinasi ideologi secara halus), memang terjadi dalam masyarakat kita, sehingga sebuah iklan, selain merupakan hiburan juga mengandung maksud-maksud yang sudah dirancang dengan tujuan obyektif si pembuat iklan. Analisis Praktik Sosiokultural menghasilkan kesimpulan bahwa pemegang modal, dalam hal ini adalah industri rokok, masih memegang peranan besar dalam roda perekonomian. Ia tidak hanya berperan di sektor ekonomi, namun juga bersinggungan dengan aspek sosial, politik dan dan budaya. Sebagai industri besar dan kuat, pemilik modal dapat cenderung menentubm apa dan siapa yang dapat beriklan di media. Sementara itu, industri periklanan berperan sebagai
"pembungkus" pesan tersebut secara kreatif Periklanan telah mencapai suatu tahap yang tidak hanya mereleksikan realitas masyarakat namun sekaligus berhasil menciptakan budaya barn
dengan menjadi trend setter terutama bagi pemirsanya. Diambil kesimpulan bahwa penyalahgunaan keku?saan dalam penciptaan makna dalam proses produksi dan reproduksi pesan iklan rokok di Indonesia menggunak'an marjinalisasi nilai-nilai budaya yaitu kebersamaan, nilai senasib sepenanggungan dan gotong royong. Terpaan "klan dan prioritas tampilan program yang muncul di media pada akhimya bisa membentllk persepsi masyarakat tentang dirinya, nilai yang
dianggap penting, dan erilaku yang kemudian dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ayu Siti Fatimah
"ABSTRAK
Setelah menganalisis lirik-lirik lagu di tahun 1945-1955, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
Lagu-lagu di zaman perjuangan kebanyakan diciptakan oleh mereka yang turut berjuang untuk mengobarkan semangat. Walaupun kalimatnya sederhana dan pendek-pendek, namun para komponis mencoba menampilkan keserasian antara lirik dan nadanya. Hal ini berarti bahwa hubungan kata-kata dan nada-nadanya saling menguntungkan.
Lagu-lagu tersebut sekaligus merupakan rekaman perjuangan pada waktu itu. Pemilihan kata, pemakaian me_tafor-metafor, gaya Bahasa, dan citra-citra mengisahken kejadian yang berlaku pada saat itu. Lagu-lagu mars yang diciptakan kebanyakan mengandung optimisme, dan me_mang itulah yang dibutuhkan.
Keadaan tersebut sangat berlainan dengan penciptaan lagu masa kini. Pencipta lagu sekarang tidak dituntut untuk membuat lagu-lagu semangat. Lagu-lagu mars kurang mendapat perhatian lagi. Mereka kebanyakan mencipta...

"
1984
S10749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Haryadi
"Wacana dapat ditemukan dalam berbagai bentuk ujaran, seperti percakapan, pidato dan juga lagu, yang mana mengimplikasikan makna-makna berdasarkan analisa-analisa dari beberapa penelitian yang sudah ada untuk menganalisa makna-makna di balik ujaran tersebut. Penelitian ini menganalisa dua lagu dengan judul Bulls on Parade (1996) dan Know Your Enemy (1992) yang ditulis oleh sebuah band yang bernama Rage Against The Machine. Alasan yang mendasari penelitian ini untuk menganalisa kedua lagu ini adalah karena kedua lagu ini dianggap sebagai kritik tajam atas keputusan politik dan peraturan-peraturan di Amerika Serikat pada tahun 1990an, yang mana ditunjukkan dalam beberapa potongan lirik dari kedua lagu tersebut. Namun, ada beberapa kelompok masyarakat yang memberikan tanggapan berbeda atas pesan yang tersirat di dalam lirik kedua lagu tersebut. Berdasarkan analisa penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pesan tersirat dari lirik kedua lagu ini, yang mana tersirat di dalam kata-kata, frasa-frasa dan kalimat-kalimat dari lirik kedua lagu tersebut dapat memberikan dampak yang berbeda bagi kelompok masyarakat yang berbeda terutama saat ujaran-ujaran tersebut mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat, dan hal ini bisa terjadi karena adanya keakraban, kesamaan, dan latar belakang pengetahuan masing-masing kelompok masyarakat.

Discourses can be found in several types of utterances, such as conversations, speeches, and also songs, which imply several meanings based on the corpus used in several researches in order to analyze the meanings behind those utterances. This research paper uses two songs written by a band, Rage Against The Machine, titled Bulls on Parade (1996) and Know Your Enemy (1992). The reason for this research paper to analyze these songs is because these songs have been recognized by some people to be extreme criticism towards United States' politics decision and policies in the 1990s, which is shown in several parts of both songs' lyrics. However, there are different group of people which responded differently towards the songs' lyrics and the meanings implied behind them. From the analysis, it is concluded that the lyrics' implied meanings, which is implied in the words, phrases, and sentences of the lyrics can give different impact toward different communities especially when such utterances can get a certain level of exposure in society, and it is mainly affected by the familiarity, similarity, and the background knowledge of the communities in the society themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zinat Hayati
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur semantis lirik lagu Kla Project ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan antarsatuan semantis dan kohesi yang terdapat di dalam lirik lagu-lagu tersebut, sehingga kemudian dapat dinyatakan bahwa link lagu KIa Project merupakan wacana.
Dengan menggunakan landasan teori Mildred Larson (1989) untuk analisis hubungan antarsatuan semantis dan teori M. A. K. Halliday dan Ruqaiya Hassan (1976) untuk analisis kohesi, serta penggunaan metode deskriptif, penelitian atas sumber data sepuluh ]arik lagu KIa Project menghasilkan beberapa kesimpulan yang pada pokoknya merupakan pembuktian atas tujuan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Margono
"Indonesia adalah negara dengan banyak etnis atau multietnis dan multikultur. Etnis Tionghoa yang hanya merupakan salah satu etnis dari banyak multietnis di Indonesia, sering memperoleh penyosokan negatif. Sehingga terbentuk suatu presepsi dalam masyarakat Indonesia. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Arief Budiman tentang presepsi masyarakat terhadap etnis Tionghoa di jawa tengah menunjukan bahwa sentimen terhadap etnis Tionghoa di masyarakat hanya berada di tataran prasangka. Presepsi yang dimiliki masyarakat berbeda dengan realitas yang dihadapinya. KOMPAS menjadi bahan penelitian ini karena jaringan dan kerjasamanya yang luas dengan media di daerah bisa menjadi salah satu kekuatan yang sangat panting untuk membuat masyarakat berpikir mengenai kenasionalisannya dan juga membentuk imagined community. Imlek adalah perayaan tahun baru Cina berdasarkan perhitungan peredaran bulan dan matahari. Suatu tradisi, budaya, adat istiadat yang dilakukan turun temurun sebagian etnis Tionghoa.
Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas maka masalah penelitian dirumuskan adalah bagaimana keadaan politik sosial dan budaya mempengaruhi tema pemberitaan KOMPAS mengenai imlek (dan Tionghoa) dari waktu ke waktu. Dan tujuan Mengetahui representasi serta tema pemberitaan KOMPAS mengenai imlek (dan etnis Tionghoa). Harapannya agar tesis ini dapat menjadi menjadi bahan refleksi pemberitaan Tionghoa di surat kabar dan mampu memberikan rekomendasi kepada KOMPAS, sehubungan dengan merepresentasi Tionghoa.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan Metodologi Penelitian Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis), dengan pendekatan analisis multilevel. Level pertarria adalah pendekatan sosial, budaya dan ekonomi. Level kedua adalah analisis wacana organisasi media seperti keadaan mental, interaksi atau keadaan sosial sehubungan dengan etnis Tionghoa di Indonesia.. Pada level teks asumsinya adalah penciptaan makna dapat melibatkan safah satu atau keseluruhan mulai dari struktur kalimat, preposisi, implikasi, presuposisi, bagaimana seseorang digambarkan dan lain-lain. Untuk mengaitkan teks dengan dua level lainnya digunakan analisis antar teks ( intertextualy analysis).
Tesis ini membuktikan pandangan bahwa rasialisme hadir dalam berbagai bentuk, ada dalam bentuk keseharian dalam masyarakat, ada juga dalam bentuk hirarki masyarakat. Racist Discourse (Wacana rasial) menurut Teun A. van Dijk adalah suatu bentuk praktek diskriminasi sosial yang berada (manifest) dalam teks, pembicaraan dan komunikasi. Bersamaan dengan praktek diskriminasi nonverbal, wacana mendukung atau memperkuat praktek anti rascal di dalam suatu masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengekspresikan, konfirmasi atau legitimasi opini, prilaku dan ideologi golongan etnis yang dominan.
Hasil Penelitian ini menunjukan teks pemberitaan KOMPAS mengenal imlek dan Tionghoa sangat dipengaruhi konteks soslal, politik dan ekonomi dalam masyarakat indonesia. Kebijakan pemerintah yang semakin terbuka kepada etnis Tionghoa, termasuk terbuka untuk merayakan Imlek secara bebas juga memepengaruhi tulisan-tulisan KOMPAS yang semakin terbuka mengungkap adanya diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Tahun 1965 - 1966 tidak ada berita, liputan suasana perayaan imlek di Indonesia ataupun cerita mengenai Imlek. Pada masa orde barukarakter minoriti dipresentasikan dengan suatu stereotip tertentu. Sampai masuk ke era reformasi (pasca orde baru) karakter minoriti dipresentasikan sebagai orang baik, terhormat atau orang jahat. Sejak bergulirnya reformasi pemberitaan KOMPAS sehubungan dengan imlek dan Tionghoa menjadi semakin bersifat anti rasial KOMPAS selain mengintrepretasikan dan mengoreksi juga mengkritik dan meminta sejumlah pembenahan di bidang hukum, kewarganegaran.
Hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis pribumi dari masa ke masa selalu berada dalam lingkungan persaingan, dendam, curiga. Hal ini akan selalu menimbulkan prasangka-prasangka dan kehidupan bemegara yang tidak sehat, dan rentan terhadap prilaku diskriminasi. Secara sederhana bisa diasumsikan bahwa apabila kita bisa mengubah stereotipe dan prasangka yang ada, maka kita pun bisa menghapuskan, atau paling tidak, mengubah dampak dari katagori-katagori pembeda yang dibuat atas dasar stereotip dan prasangka tersebut. Untuk itu etnis Tionghoa dalam membaca atau memaknai tulisan di media massa perlu berpikir positif. Membubuhkan profiling (penyosokan) yang relevan membutuhkan pemikiran dan standard baku dalam penulisannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>