Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Habana : Intercommicaciones, 1964
972.91 KUB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Tion Sution
Pontianak: Lembaga Bela Banua Talino (LBBT), 2005
305 THO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Herlijanto
"Meskipun orang-orang Tionghoa seringkali digambarkan sebagai entitas tunggal yang bersifat statis, namun pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku mereka justru menghasilkan kesimpulan yang sebaliknya. Serangkaian penelitian terhadap orang-orang Tionghoa yang menyebar di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memperlihatkan bahwa mereka temyata bukan hanya beragam namun juga memiliki potensi untuk beradaptasi, berubah dan mengusahakan suatu perubahan.
Berdasarkan pemahaman semacam itu pulalah, maka ketika akhir-akhir ini orang-orang Tionghoa di Indonesia (atau lebih tepatnya, orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa) membangun suatu gerakan sosial untuk melawan berbagai diskriminasi yang mereka alami, usaha untuk menguak kembali keberagaman identitas, pandangan, dan pola dalam gerakan ini akan memiliki daya tahan tersendiri. Usaha inilah yang dilakukan di dalam penelitian ini.
Pemaharnan terhadap suatu gerakan sosial seyogyanya dimulai dengan sebuah upaya penelusuran kembali hal-hal yang menjadi dasar dari berbagai keresahan dan ketidakpuasan yang memunculkannya. Dan mengingat gerakan orang Tionghoa ini mengusung tema diskriminasi, maka patutlah 'dicurigai' bahwa dicriminate inflate yang menjadi basis dari merebaknya ketidakpuasan mereka. Kecurigaan ini semakin menguat ketika penelusuran sejarah melalui berbagai literatur yang ada memperliharkan bahwa orang-orang Tionghoa pun menjadi korban dari sistem yang diskriminatif yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda dan yang dikembangkan secara lebih sistematis semasa tiga dasawarsa pemerintahan Orde Baru (Orba).
Dalam kurun waktu itulah, hak hak sosial, politik, dan budaya orang Tionghoa dicukur habis dan dikurung di balik tembok-tembok rumah mereka, berbagai peraturan yang oleh seorang tokoh Tionghoa digolongkan sebagai sebuah cultural genocide. Diskriminasi dalam bidang sosial, politik dan budaya inilah yang agakmya mendasari munculnya gerakan sosial ini, sebuah gerakan yang bukan berbasis kepentingan kelas ataupun ekonomi.
Namun keresahan dan ketidakpuasan ini barulah berkembang menjadi perlawanan setelah situasi yang kondusif tercipta. Situasi ini adalah berakhirnya Perang Dingin menyusul bubarnya negara Uni Sovyet, perkembangan situasi pasca Peristiwa Mei, Berita berakhirnya pemerintahan Orba. Selain itu, adanya jaringan yang telah Iama berkembang, yaitu jaringan gerakan pro-demokrasi dan jaringan tradisional Tionghoa yang berlandaskan pun turut mendukung penyebaran gerakan ini.
Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa gerakan yang dihasilkan oleh ketidakpuasan di atas ternyata tidak seragam. Ada orang-orang Tionghoa yang memahami masalah diskriminasi ini sebagai masalah bagi etnik Tionghoa dan mengharapkan penyelesaian melalui penghidupan kembali identitas dan budaya Tionghoa. Kelompok ini tampaknya dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi lebih banyak ke dalam dan sangat rentan terhadap pengaruh etnosentrisme.
Namun ada pula sekelompok orang Tionghoa yang menganggap masalah diskriminasi ini semata-mata sebagai salah satu kasus dari intervensi negara yang berlebihan, dan oleh sebab itu upaya penyelesaiannya harus dilakukan dalam kerangka yang lebih luas : hengkangnya negara dari wilayah-wilayah sipil dan pembentukan civil society yang kuat, yang merupakan akar dari suatu masyarakat yang demokratis. Kelompok ini tampaknya lebih tepat dikategorikan sebagai kelompok yang berorientasi keluar. Perbedaan pandangan di antara kelompok-kelompok ini pada gilirannya menghasilkan berbagai variasi pula pada pola-pola gerakan yang mereka kembangkan yang menyebabkan gerakan ini dipenuhi dengan keberagaman. Dengan demikian, fenomena gerakan sosial ini sekali lagi memperkuat pemahaman yang ditampilan pada awal tulisan ini, yaitu bahwa masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang beragam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuan, Zhang Ji
"Tema budaya Tionghoa menjadi salah satu hal menarik dalam khazanah kesusastraan Indonesia. Marginalisasi dan gambaran penderitaan kaum peranakan Tionghoa menjadi bukti bahwa masih terdapat intoleransi dan ketimpangan dalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan melihat gagasan diskriminatif yang disampaikan melalui tokoh dan penokohan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa bentuk diskriminasi sosial yang dialami oleh peranakan Tionghoa pada tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Kelurga Tan mengacu kepada diskriminasi gender, fisik, dan status sosial. Faktor diskriminasi sosial pada tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Kelurga Tan dipengaruhi oleh aspek politik, pergaulan, dan stereotipe lingkungan sekitar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi segala pihak yang tertarik pada isu diskriminasi dalam karya sastra, khususnya pada tokoh peranakan Tionghoa.

The theme of Chinese culture is one of the interesting things in Indonesian literature. The marginalization and depiction of the suffering of Chinese-Indonesian descendants is proof that there is still intolerance and inequality in Indonesian society. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques in the form of literature study. In addition, this study also uses a sociology of literature approach by looking at discriminatory ideas conveyed through characters and characterizations. In this research, it was found that the form of social discrimination experienced by Chinese-breeders in the three short stories in the collection of Tan Family short stories refers to gender, physical and social status discrimination. The factor of social discrimination in the three short stories in the collection of Tan Family short stories is influenced by political aspects, association, and stereotypes of the surrounding environment. This research is expected to be useful for all parties who are interested in the issue of discrimination in literary works, especially the figures of Chinese descent.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Agustin
"Jurnal ini membahasa membahas tindakan diskriminasi terhadap para pekerja asing di Korea Selatan dalam film Banga? Banga! Tindakan diskriminasi yang dibahas merupakan tindakan diskriminasi yang diterima oleh pekerja asing di Korea Selatan yang diceritakan dalam film komedi Banga? Banga! Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang berupa deskriptif-analitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami tindakan diskriminasi yang diterima oleh para pekerja asing di Korea yang digambarkan melalui film Banga? Banga!. Kesimpulan dari penelitian ini adalah film Banga? Banga! merupakan representasi kecil dari tindakan diskriminasi yang dialami oleh para pekerja asing di Korea.

This journal discusses the discrimination against foreign workers in South Korea in Banga? Banga! movie. The discrimination in this thesis is the discrimination acts that received by foreign workers in South Korea which is told in the Banga? Banga! movie. This thesis is using the qualitative method with descriptive analysis. The purpose of this thesis is to find out the discrimination acts that received by foreign workers in South Korea which is portrayed through Banga? Banga! movie. As the result, Banga? Banga! movie is a small representation of the discrimination acts experienced by foreign workers in South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2-15
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Destiana
"Homoseksualitas di Prancis dianggap sebagai salah satu bentuk kehidupan berpasangan di Prancis dengan adanya pengakuan resmi dari pemerintah melalui legalisasi pernikahan sesama jenis. Kebijakan terkait homoseksualitas terus berkembang di Prancis seiring dengan perkembangan zaman. Kebijakan pelarangan kaum homoseksual di Prancis sebagai pendonor darah dikeluarkan pertama kali pada tahun 1983 yang didorong oleh terjadinya epidemi HIV di Prancis pada masa itu. Pada perkembangan terbaru, masyarakat Prancis dapat menjadi pendonor darah terlepas dari apapun orientasi seksualnya terhitung sejak 16 Maret 2022. Dengan adanya kebijakan ini, kaum homoseksual di Prancis diharapkan dapat mendonorkan darahnya tanpa mengalami diskriminasi berdasarkan orientasi seksualnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas bagaimana peran kaum homoseksual di Prancis terhadap penghapusan diskriminasi yang dialami oleh kaum homoseksual pada kebijakan donor darah di Prancis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif oleh Hammarberg, Kirkman, dan de Lacey (2016), konsep kebijakan publik oleh Gerston (2014), serta teori kesehatan masyarakat dan hak asasi manusia oleh Beyrer (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan kebijakan donor darah bagi kaum homoseksual dilatarbelakangi oleh kebutuhan darah di Prancis dan bukan sebagai bentuk penerimaan terhadap keberadaan komunitas homoseksual di Prancis.

Homosexuality in France is considered as one form of couple life in France with official recognition from the government through the legalization of same-sex marriage. Policies related to homosexuality continue to develop in France as time passed by. French Government issued a ban on homosexuals in France from eligibility to donate blood in 1983 due to the HIV epidemic that had happened in France during that time. After that, public policies related to blood donations for homosexuals continue to develop. In the latest development, people in France can donate their blood regardless of their sexual orientations started from March 16, 2022. After this policy has been legalized, it is hoped that homosexuals in France can donate blood without experiencing discrimination based on their sexual orientation. This research will discuss how the role of homosexuals in France in eliminating discrimination experienced by homosexuals in the blood donation policy in France.This study examines the role of homosexual community in France in affecting the elimination of discrimination in blood donation activities experienced by homosexuals in France. By using qualitative methods, public policy concept by Larry N. Gerston (2014), and public health and human rights theory by Chris Beyrer (2014), it is found that the blood donation policy of the French Government was based on the needs of blood and not a reflection of the acceptance of the existence of the homosexual community in France."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Dewi Christina
"Penelitian ini membahas tentang peran Edith Windsor untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum homoseksual di Amerika Serikat khususnya menghapus praktik Pasal Ketiga Defence of Marriage Act (DOMA). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Edith Windsor dalam upaya menggugat praktik Pasal Ketiga Defence of Marriage Act (DOMA) di Mahkamah Agung Amerika Serikat dan bagaimana hasilnya. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teori gerakan sosial baru dan teori queer serta konsep homoseksual digunakan dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah Edith Windsor berhasil memenangkan gugatannya dengan harus melewati berbagai judicial review yang diajukan oleh mereka yang anti-homoseksual. Adapun cara Edith Windsor dalam upaya penghapusan diskriminasi tersebut, yaitu melalui advokasi litigasi (citizen law suit). Dari peran yang dilakukan, Edith Windsor berhasil mengangkat kembali isu diskriminasi hingga terbentuk usulan draft RUU pernikahan yang baru di Kongres. Penelitian ini berkesimpulan bahwa perjuangan Edith Windsor berhasil menyatakan Pasal Ketiga DOMA sebagai sesuatu yang inkonstitusional.

This research discusses about the role of Edith Windsor to eliminate discrimination against homosexuals in the United States in particular eliminate the practice of Article Third Defense of Marriage Act (DOMA). The problem in this research is how the role of Edith Windsor in an attempt to sue the practice of Article Third Defense of Marriage Act (DOMA) in the Supreme Court of the United States and how the results. This research is an explanatory research using qualitative approach. This research employs theory of new social movement, queer theory and also homosexuals concepts.
The results of this study are Edith Windsor won the lawsuit that must passed through various appeals judicial review by those who are anti-homosexual. As for how Edith Windsor in an effort to eliminate such discrimination, which is through litigation advocacy (citizen law suit). Of the role played by, Edith Windsor successfully raised the issue of discrimination and formed the proposed draft new marriage bill in congress. This research concluded that the struggle by Edith Windsor managed to declare Article Third DOMA as unconstitutional.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lopulalan, Dicky
Jakarta: Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), 1999
305.4 DIC k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia as a member of United Nations has received the convention on abolishment of all kinds discrimination toward women. On the 24th of July 1984 Indonesia ratified that convention by enacting no. 7/1984 Law on Legalization of the convention on abolishment of all kinds of discrimination toward women. Article 2 letter (f) of the convention states that all participant nations should make an effort to form exact regulations, including forming laws to revise and abolish discriminative laws, regulation, tradition, and practices toward women. But in reality, making a change of cultural tradition that has existed for a long time shoshuld undergo strict cultural selection."
2004
340 JEPX 24:1 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fatimazzahroh
"Riset ini berkonsentrasi pada deksripsi setra interpretasi sikap diskriminatif yang dialami oleh migran yang kembali ke tanah asalnya. Saya berargumen bahwa diskriminasi terjadi karena migran dianggap tidak memiliki rasa senasib sepenanggungan serta solidaritas ketika kondisi negara sedang tidak stabil. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memanggil kembali migran agar kembali pulang ke negaranya kerap kali tidak direspon baik oleh masyarakat lokal. Mereka cenderung mendiskriminasi serta menolak eksistensi migran yang kembali sebagai saudara. Kondisi ini berkonsekuensi pada ide identitas etnis mereka sebagai bagian dari suatu etnis tertentu. Pada umumnya identitas etnis dikorelasikan dengan hubungan darah, namun diskriminasi yang dialami oleh para migran ini membuat identitas etnis mereka menjadi tersamarkan. Saya memilih film Hwanghae 2010 karya sutradara Na Hong Jin sebagai korpus riset karena film ini mengandung representasi dari tindakan diskriminatif terhadap etnis tertentu yang menjadi topik riset. Dalam konteks ini, etnis yang direpresentasikan dalam film tersebut adalah Joseonjok orang Korea-Cina . Penulisan riset ini menggunakan metode studi pustaka dalam pengumpulan data serta metode analisis wacana kritis dalam menganalisis korpus data penelitian.

This research focuses on the description and the interpretation of discrimination discriminatory abuse experienced by migrants returning to their homeland. I argue that discrimination occurs because migrants are considered to have no sense of belonging to their nation, especially when the country is in an unstable state. Government efforts to bring migrants back from their residence country are often not responded well by the local community. They tend to discriminate an object the existence of returning migrants. This condition has consequences on the idea of their ethnic identity as part of a particular ethnicity. In general, ethnic identity is correlated with blood relations however, the discrimination experienced by these migrants makes their ethnic identity become more obscure. I chose Hwanghae 2010 movie by director Na Hong-Jin as the research corpus because this movie shows representations of discriminatory action against certain ethnic which become this research topic. In this context, the ethnic which represented in this movie is Joseonjok Korean-Chinese . The writing of this research is using literature review method in collecting research data and critical discourse analysis method in analyzing the corpus of research data.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>