Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawan Yudha Ariyanto
"Terumbu karang buatan berfungsi sebagai habitat baru bagi biota laut dan juga sekaligus dapat berfungsi untuk melindungi pantai dengan meredam energi gelombang. Salah satu aspek penting dalam pemanfaatan terumbu buatan sebagai peredam gelombang terbenam adalah sejauh mana tingkat efektifitasnya dalam mereduksi gelombang. Penelitian dengan uji model fisik di tilting flume ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kemiringan gelombang (Hi/gT2), diameter (D), dan panjang (B) terhadap koefisien refleksi (Kr), koefisien transmisi (Kt) dan koefisien kehilangan enrgi (KL) pada terumbu buatan bentuk silinder sederhana. Data hasil pengujian di laboratorium diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.Penelitian ini menunjukkan korelasi antara koefisien dengan parameter prediktor yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai koefisien yang dihasilkan. Parameter predoktor yang mempunyai pengaruh paling besar untuk koefisien transmisi Hi/gT2 dan koefisien kehilangan energi adalah B/L. Pada akhirnya penelitian ini memberikan informasi kinerja peredam gelombang bentuk silinder sederhana sebagai alternatif dalam perancangan peredam gelombang yang ramah lingkungan.

Artificial reef also has function to improve habitat of fish and other sea creatures, it can also protect the beach by attenuating wave energy without reduce the aesthetics and artistic aspect. An important aspect to be considered in using artificial reefs as submerged breakwater is their effectiveness in reducing or attenuating wave energy. The purpose of this physical model test in wave flume laboratory is to study the correlation of wave steepness (Hi/gT2), diameter (D )and length (B) to reflection coefficient (Kr), transmission coefficient (Kt), and dissipation coefficient (KL) at a simple design form of cylinder structure. Experiment data collected from laboratory were processed and displayed in graphical form. From these experiments equation was developed to show a correlation between coefficient and the and the predictors parameters that used to estimate the coefficient. Prredictor parameters that have the most impact for the reflection coefficient is Hi/gT2. While the parameters that have the most impact for the transmission cefficient and dissipation is B/L. The experiments show a correlation between coefficient The result of this research is expected as initial guidance in using simple design form of cylinder structure. This structure is considered as alternative soft engineering approach in beach protection."
2011
S154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Risyad
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.Ikhsan
"Kerusakan ekosistem terumbu karang menunjukkan trend yang terus meningkat, diperlukan metode yang generik untuk merehabilitasinya. Salah satu teknik yang telah banyak dikembangkan di dunia saat ini adalah terumbu karang buatan (artificial reef). Penelitian dilaksanakan di kawasan terumbu karang buatan perairan Gili Lawang dan bertujuan menganalisis benthic life form sebagai biota penempel dan keanekaragaman ikan karang di terumbu karang buatan. Terumbu karang buatan berbentuk stupa (reefball) dipasang di perairan Gili Lawang pada tahun 2003. Pengumpulan data benthic life form dan data ikan menggunakan metode sensus visual. Metode anal isis struktur komunitas ikan karang terdiri dari indeks keanekaragaman jenis, indeks kemerataan dan indeks dominasi. Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan dilakukan analisis data plankton. HasH identifikasi benthic life form menunjukan bahwa selama kurun waktu tahun 2004 sampai 2011 telah terjadinya proses penempelan hard coral pada permukaan terumbu karang dengan persentase tutupannya rata-rata di atas 25%, terutama pada kedalaman < 10 m, 25-20% pada kedalaman 10 - 15 m. Kedalaman > 15 tutupan hard coral hanya 5%.ยท Peningkatan jumlah ikan karang menjadi 51 jenis dengan kelimpahan 541 individu, dibanding tahun 2004 sebanyak 18 jenis dengan kelimpahan 196 individu. Indeks keanekaragaman (H') antara 3,44 - 3,55. Indeks keseragaman (e) berkisar antara 0,92 - 0,95 menunjukkan tingkat "dominasi rendah". Kepadatan ikan karang adalah "rendah" yakni 0,64 - 0,84 indvidu/m2. lumlahfish egg yang cukup dominan yakni antara 20.510 -124.450 butir/l.000 m3 dan fish larva yang berkisar antara 570 - 4.950 ekor/1.000m3 yang menggambarkan bahwa lingkungan tersebut merupakan perairan yang subur sebagi habitat ikan.

Coral reef ecosystems damaged an increasing trend, the generic methods are needed to rehabilitate them. One technique that has been developed in the world today is an artificial reef Research conducted in the area of artificial reefs and waters of Gili Lawang. It's aims to analyze benthic life forms as pasting and diversity of coral fish in artificial reefs. Artificial reefs shaped reefball installed in the waters of Gili Lawang in 2003. Benthic life form and fish data collected using underwater visual census method. The methods of fish community structure analysis include the Dominance index, Diversity Index Shannon, Eveness Index. Water abundance based on plankton data analysis. Benthic life form data analysis that hard corals growth by percent coverage up to 25% in < 10m, 25-20% in 10 - 15 m and only 5% in > 15 m deep levels of artificial reef Number of species is increase from 18 species until 51 species on 2011 both number offish abundances also increase from 196 until 541 individual on 2011. Diversity index Shannon (H) variedfrom 3.44 to 3.55. Eveness index (e) varied 0.92 to 0.95. It's "low dominance" criteria. Coral fish density is "low" from 0.64 to 0.84 individual/m2 . The number offish egg was dominance from 20,510 until 124,450 egg/1.000 m3 and fish larva varied 570 to 4,950 individual/I. 000 m3 which described that the environment is an abundance as a fish habitat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesnanto
"Terumbu karang merupakan ekosistem khas di daerah
tropika yang memiliki berbagai fungsi untuk biota yang
hidup di dalamnya. Namun, terumbu karang sangat peka
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Penelitian
struktur komunitas karang batu yang meliputi persentase
tutupan karang batu, komposisi koloni menurut bentuknya,
dan keanekaan jenis telah dilakukan untuk mengetahui
perbedaan struktur komunitas karang batu di Pulau Rambut
(dekat dengan Jakarta) dan Pulau Pari (jauh dari Jakarta).
Penelitian dilakukan dengan netode line intercept transect
yaitu metode standar yang disepakati ASEAN-AUSTRALIA dalam
kegiatan penelitian terumbu karang. Data penelitian dikumpulkan
dari kedalaman 1 m, 3m, dan 5 m di sisi utara dan
sisi selatan masing-masing pulau. Terdapat perbedaan
persentase tutupan karang batu di masing-masing pulau.
Bentuk koloni massive mendominasi Pulau Rambut, sedangkan
bentuk koloni branching mendominasi Pulau Pari.
Sejumlah 8 marga karang batu ditemukan di Pulau Rambut, 14
marga di sisi selatan Pulau Pari, dan 19 marga di sisi
utara Pulau Pari. Perbedaan lokasi Pulau Rambut dan Pulau
Pari menunjukkan perbedaan struktur komunitas karang batu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Aju Njoman Purbasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang komposisi bentuk koloni (1if form) karang batu di tubir Pulau Semak Daun, Teluk Jakarta, pada bulan Januari 1991, dengan menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui corak komposisi bentuk koloni karang batu di Pulau Semak Daun dan untuk melihat apakah corak komposisi bentuk koloni di suatu terumbu dipengaruhi lokasi dan kedalamannya. Pengambilan data di tubir (kedalaman 1 meter) dilakukan di empat stasiun yang terletak di Utara, Selatan, Barat, dan Timur pulau tersebut dengan masing-masing tiga ulangan. Data di kedalaman 3 dan 10 meter merupakan data sekunder yang diperoleh dari P30-LIPI, hasil kerja sama ASEAN-Australia di bidang Marine Science, Coastal Living Resources, penelitian di Pulau Semak Daun pada tanggal 27 Juli dan 23 Deseinber 1987. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa corak komposisi bentuk koloni yang mencolok di tubir Pulau Semak Daun kedalainan 1 meter adalah bentuk koloni branching (575,60%), sedangkan bentuk koloni massive mencolok pada kedalaman 3 meter (53,68%) dan 10 meter (557,62%). Lokasi terumbu dan kedalaman mempengaruhi corak komposisi bentuk koloni karang batu.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Darma Putra Wangsa
"ABSTRAK
Ujunggenteng adalah lokasi yang banyak terdapat terumbu karang dan sebagai kampung nelayan, banyak aktivitas manusia yang terjadi diatas terumbu karang yang menyebabkan rusaknya terumbu karang, tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik lokasi terumbu karang pada perairan sekitar Ujunggenteng, serta mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan kerusakan terumbu karang dari faktor fisik dan faktor manusia menggunakan metode Lyzenga. Faktor fisik terumbu karang, suhu permukaan laut, salinitas dan arus permukaan laut diperoleh melalui hasil pengolahan citra Landsat 5-TM dan Landsat 8-OLI yang di padukan dengan survei lapangan. Faktor manusia merupakan faktor utama pada kerusakan terumbu karang dengan perubahan yang besar berada pada wilayah dekat dengan tubir yang menghadap langsung ke arah laut lepas.

ABSTRACT
Ujunggenteng is the location that there are many coral reefs and as a fishing village, many human activities that occur on coral reefs which cause the destruction of coral reefs, the purpose of this study was to investigate the characteristics of the location of the coral reefs in the waters around Ujunggenteng, and to know what are the factors that cause damage to reefs corals of physical factors and human factors using methods Lyzenga. Physical factors coral reefs, sea surface temperature, salinity and sea surface currents obtained through the processing of Landsat 5 TM and Landsat-8-OLI is in the mix with field surveys. The human factor is a major factor in the destruction of coral reefs with large changes that are in the area close to the edge facing directly toward the open sea."
2016
S65606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinnya Indri Pratiwi
"Terumbu karang merupakan salah satu kekayaan alam yang terkenal dalam sektor pariwisata bahari, dimana terumbu karang memiliki manfaat yang baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pola spasial perubahan kondisi karang dan menganalisis aktivitas wisata bahari yang dapat mempengaruhi kondisi sebaran terumbu karang di Nusa Dua dan Nusa Penida. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis spasial dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu luasan sebaran karang di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida berjumlah 592,61 Ha, didalamnya terdapat 3 klasifikasi yaitu karang hidup, karang mati, dan pasir. Pada tahun 2012, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,09 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,31 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 157,02 Ha dan 53,80 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada tahun 2016, luasan sebaran karang hidup di Nusa Dua berkisar 111,71 Ha dan di Nusa Penida berkisar 186,53 Ha. Luasan sebaran karang mati di Nusa Dua sebesar 156,40 Ha dan 53,59 Ha di Nusa Penida, sedangkan untuk luasan sebaran pasir di Nusa Dua berkisar 39,77 Ha dan 44,61 Ha di Nusa Penida. Pada Kawasan Wisata di Nusa Dua dan Nusa Penida memiliki bermacam-macam jenis kegiatan wisata bahari diantaranya seperti: snorkeling, diving, dan watersports. Untuk Pola spasial perubahan kondisi terumbu karang yang berdasarkan aktivitas wisata dibagi menjadi 3 kelas kategori untuk mengetahui tingkat kepadatan wisatawan pada lokasi-lokasi dive point yaitu jarang, sedang, dan padat di Kawasan Nusa Dua dan Nusa Penida. Lokasi dive spot pada kelas tingkat kepadatan wisatawan yang padat pada lokasi dive spot Nusa Dua, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point, dan Malibu Point.

Coral reefs are one of the renowned natural wealth in the marine tourism sector, where coral reefs have both ecological and economic benefits. The purpose of this research is to analyze spatial pattern of coral condition change and to analyze marine tourism activity that can influence the condition of coral reef distribution in Nusa Dua and Nusa Penida. The method used in this research is spatial analysis using descriptive method. The results of this study are the extent of coral distribution in the area of Nusa Dua and Nusa Penida amounted to 592.61 Ha, in which there are 3 classifications of live coral, dead coral, and sand. In 2012, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.09 Ha and in Nusa Penida around 186.31 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 157.02 Ha and 53.80 Ha in Nusa Penida, while for the extent of sand in Nusa Dua ranges from 39.77 Ha and 44.61 Ha in Nusa Penida. In 2016, the extent of live coral distribution in Nusa Dua ranges from 111.71 Ha and in Nusa Penida around 186.53 Ha. The extent of dead coral distribution in Nusa Dua is 156,40 Ha and 53,59 Ha in Nusa Penida, while for the amount of sand distribution in Nusa Dua is around 39,77 Ha and 44,61 Ha in Nusa Penida. In Nusa Dua and Nusa Penida Tourism Area has various kinds of marine tourism activities such as snorkeling, diving, and watersports. For spatial pattern changes of coral reef condition based on tourism activity divided into 3 categories category to know the level of tourist density at dive point location that is rare, medium, and solid in Nusa Dua and Nusa Penida. The location of the dive spot on the crowded tourist density class at the Nusa Dua dive spot, Crystal Bay, Batu Gede, Manta Point and Malibu Point.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dafania Valentine
"Perkembangan teknologi telah memberikan kemudahan bagi sejumlah pihak, salah satunya dalam membangun hubungan pelanggan. Hubungan pelanggan dapat dibangun serta dipelihara melalui sistem yang terintegrasi antara CRM dan AI. Keduanya memberikan solusi bagi perusahaan maupun institusi lainnya untuk memperoleh data serta memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh sebab itu, tulisan ini ingin melihat efektivitas penggunaan CRM dan AI dalam mengelola pelanggan yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan maupun perilaku para pelanggannya. CRM yang telah terintegrasi oleh AI, memberikan manfaat yang besar dibandingkan CRM tradisional. Atas manfaat yang diperoleh, CRM yang terintegrasi dengan AI sangat membantu perusahaan dalam efisiensi waktu maupun biaya serta efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan serta penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, penggunaan CRM dan AI secara bersamaan dinilai lebih efektif dibandingkan dengan CRM tradisional.

Technological developments have made things easier for several parties, one of which is building customer relationships. Customer relationships can be built and maintained through an integrated system between CRM and AI. Both provide solutions for companies and other institutions to obtain data and meet customer needs. Therefore, this paper wants to see the effectiveness of using CRM and AI in managing customers to know the needs and behaviors of customers. CRM that has been integrated with AI provides great benefits compared to traditional CRM. Due to the benefits obtained, CRM integrated with AI helps companies in terms of time and cost efficiency as well as effectiveness in meeting customer needs and resolving the problems they are facing. Thus, using CRM and AI together is considered more effective than traditional CRM."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Nur Rahimah
"Nudibranchia Famili Phyllidiidae merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Nudibranchia Famili Phyllidiidae memangsa spons Halichondrida untuk mengambil dan mengakumulasi senyawa metabolit sekunder dari mangsanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi spons mangsa Phyllidiella nigra dan melakukan analisa hubungan pemangsaan Phyllidiella nigra terhadap spons mangsanya. Pengamatan dilakukan di lapangan dengan pengamatan secara langsung dan analisa hubungan pemangsaan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode teknik kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa dari ekstrak Phyllidiella nigra dan spons mangsa yang muncul pada pelat KLT.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa nudibranchia Phyllidiella nigra merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Hal tersebut terbukti dengan terlihatnya penjuluran bulbus faring dari mulut Phyllidiella nigra dan tanda bekas pemangsaan pada spons mangsa. Hasil analisa di laboratorium juga memperkuat bukti pemangsaan terlihat dari hasil KLT yang menunjukkan adanya kesamaan senyawa antara Phyllidiella nigra dan spons mangsa.

Nudibranchia Famili Phyllidiidae merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Nudibranchia Famili Phyllidiidae memangsa spons Halichondrida untuk mengambil dan mengakumulasi senyawa metabolit sekunder dari mangsanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi spons mangsa Phyllidiella nigra dan melakukan analisa hubungan pemangsaan Phyllidiella nigra terhadap spons mangsanya. Pengamatan dilakukan di lapangan dengan pengamatan secara langsung dan analisa hubungan pemangsaan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode teknik kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa dari ekstrak Phyllidiella nigra dan spons mangsa yang muncul pada pelat KLT.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa nudibranchia Phyllidiella nigra merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Hal tersebut terbukti dengan terlihatnya penjuluran bulbus faring dari mulut Phyllidiella nigra dan tanda bekas pemangsaan pada spons mangsa. Hasil analisa di laboratorium juga memperkuat bukti pemangsaan terlihat dari hasil KLT yang menunjukkan adanya kesamaan senyawa antara Phyllidiella nigra dan spons mangsa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Akbar
"Latar Belakang: Penatalaksanaan defek tulang dengan terapi regeneratif seperti penggunaan sekretom berpotensi mengatasi kekurangan, seperti morbiditas donor, dari pencangkokan tulang autologus. Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang meneliti perbedaan kemampuan pertumbuhan tulang dari sekretom asal sel punca tali pusat, jaringan lemak, dan sumsum tulang.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental hewan menggunakan 63 tikus, dibagi menjadi 5 kelompok besar, yaitu kelompok sekretom sel punca mesenkimal (SPM) asal tali pusat, jaringan lemak, sumsum tulang, kontrol tanpa tindakan, dan kontrol dengan hidroksiapatit. Setiap tikus dioperasi sesuai dengan tindakannya, kelompok perlakuan diberi perlakuan sekretom yang sesuai dan hidroksiapatit dan kemudian kalus yang terbentuk diperiksa 2 minggu kemudian. Pemeriksaan luaran menggunakan histopatologi, berupa histomorfometri (area penulangan, fibrosis dan kartilago) dan pulasan immunohistokimia Bone Morphonegetic Protein (BMP)-2, dan pemeriksaan Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) protein Indian Hedgehog (Ihh).
Hasil: Kelompok yang mendapatkan sekretom asal SPM jaringan lemak memiliki area penulangan terbanyak, sedangkan kedua kelompok kontrol terendah (p<0,001), kelompok sekretom asal SPM sumsum tulang memiliki area kartilago terbanyak (p=0,134), dan kedua kelompok kontrol memiliki area fibrosa terbanyak (p=0,198). Skor BMP-2 tertinggi tampak pada kelompok sekretom asal SPM adiposa dan paling rendah pada kelompok kontrol (p<0.001). Kadar protein Ihh secara bermakna paling tinggi pada kelompok sekretom asal SPM sumsum tulang, dan paling rendah pada kelompok kontrol (p<0.001)
Kesimpulan: Sekretom memiliki kemampuan osteogenitas, dengan sekretom asal SPM jaringan adiposa yang memiliki kemampuan penulangan tertinggi pada tikus dengan defek tulang kritis, dibandingkan dengan kelompok sekretom lainnya dan kelompok yang tanpa diberikan tindakan

Introduction: The management of bone defects with regenerative therapy using a secretome, for example, is promising and potentially may outweigh the shortcoming of autologous bone graft therapy such as donor morbidity. However, not many studies have compared the differences in the capabilities of bone growth from secretome derived from umbilical cord, adipose and bone marrow stem cell.
Methods: This research is an experimental animal study using 63 rats. A total of 63 rats were divided into 5 major groups (umbilical cord, adipose, bone marrow stem cell secretomes, control without treatment, and control with hydroxyapatite). Each mice was treated accordingly and the harvesting was done after 2 weeks. All samples were examined histopathologically using histomorphometry (ossification, fibrosis, and cartilage area) and Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 immunohistochemistry staining and Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) Indian Hedgehog (Ihh) protein
Results: The percentage of ossification area was significantly highest in the adipose stem cell secretome group, and the lowest in both control group (p<0.001). The highest percentage of cartilage area was seen in the bone marrow stem cell secretome group (p=0.134) and the highest percentage of fibrous area was seen in both control group (p=0.198). The highest BMP-2 score was seen in the adipose stem cell secretome group and the lowest was in the control group (p<0.001). Level of Ihh protein was significantly highest in the bone marrow stem cell group group and lowest in the control group (p<0.001)
Conclusion: Secretome had osteogenic inducing ability, with adipose stem cell-derived secretomes having the highest bone density in mice with critical bone defects, compared to the other secretome groups and the control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>