Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risman Marah
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1987/1988
745 RIS r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Risman Marah
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1987/1988
745 RIS r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soegeng Toekio M.
Bandung: Angkasa, 1987
745 SOE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soegeng Toekio M.
Bandung: Angkasa, 1987
745 S 427 m 745 S 427 m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lia Lisnasari Agustina
"Cirebon yang dikenal sebagai salah satu pusat kerajaan Islam dan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa Ialu, telah meninggalkan jejak yang merefleksikan keadaan tersebut melalui berbagai benda peninggalan yang masih bertahan hingga kini. Berhagai penelitian dan kajian terhadap peninggalan tersebut telah banyak dilakukan untuk mengusut gambaran kota Cirebon pada masa lalu.
Tulisan ini mempunyai tujuan yang sama, namun dengan memberikan detail pada artefak ragarn hias keraton sebagai salah satu unsur bangunan yang turut mernberikan kesan kemegahan pada bangunan tersebut. Dengan mengambil fokus penelitian pada pengidentifikasian penggambaran ragam bias di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, pada kajian ini penulis mencoba menggambarkan sisi lain dan ragam hias yang diukirkan di Keraton Kasepuhan dan Kanoman, yaitu dengan menitikberatkan pada kesaniaan cara penggambaran dan keletakan ragarn hias.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamharkan kecenderungan penggambaran ragam bias di kedua keraton tersebut. Ragan hias yang diukirkan pada kedua bangunan keraton tersebut terdiri dari empat jenis. yaitu ragam bias yang berjenis tumbuhan, binatang, geometri dan alam Keempat jenis ragarn hias tersebut diukirkan pada berbagai komponen bangunan seperti tiang, dinding, atap, gapura dan sebagainya dengan kayu atau lepa sebagai media ukirannya. Cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dilalui dengan dua tahap. Tahap pertama bertujuan untuk memperoleh garnbaran tentang cara penyusunan motif hias dalam satu desain. Sedangkan tahap kedua bertujuan untuk memperoleh ciri khas penggarnbaran dan peletakan ragam hias pada masing-masing keraton tersebut.
Kesimpulan yang didapat dari basil penelitian ini cukup menarik. Berdasarkan cara penggambarannya, ragam bias di Keraton Kasepuhan dan Kanoman dapat dibedakan menjadi dua macam_ yaitu pola tunggal dan pola majemuk. Pola tunggal mempunyai ciri adanya satu motif yang diulang, sedangkan pola majemuk mempunyai ciri adanya penggabungan bermacarn-macam motif dalam satu desain. Berdasarkan keletakannya, terdapat kesamaan dalam peletakan motif luas pada masing-masing komponen bangunan. Dan kesimpulan tersebut terlihat adanya suatu keteraturan. Keteraturan tersebut ditunjukan dengan adanya suatu pola yang sama dalam penggambaran dan keletakan motif hias di Kasepuhan dan Kanoman. Suatu keteraturan yang dapat dirnaknai sebagai suatu kebiasaan yang terdapat pada masyarakat pendukungnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Faisal Alamsyah
"ABSTRAK
Masjid agung Pondok Tinggi adalah salah satu masjid yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Masjid ini belum pemah diteliti secara khusus. Pada tahun 1998 SPSP Jambi, Sumsel, Bengkulu melakukan pemerian dan studi konservasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi, Kerinci sebagai masjid kuno juga untuk mengungkapkan percampuran budaya akulturasi antara budaya Islam dengan budaya lokal ( Kerinci ) dan budaya Minangkabau di dalam pembangunan Masjid Agung Pondok Tinggi.
Untuk mecapai tujuan di atas maka diperlukan langkah - langkah penelitian secara bertahap yang dapat mengidentifikasikan :a. Bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi secara menyeluruh sehingga dapat diketahui ciri khas yang dimiliki Masjid Agung Pondok Tinggi Sebagai masjid kuno. b.Ciri - ciri khas dari komponen - komponen bangunan masjid agar dapat diketahui ada tidaknya ciri - ciri yang asalnya bukan dari daerah Kerinci.
Dengan demikian tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur - unsur bangunan masjid yang meliputi : Pondasi dan denah, ruang utama, mihrab, tiang, ruang tempat adzan, atap, ragam hias, bedug, dan mimbar. Pada tingkat deskripsi/ analisa akan dilakukan perbandingan. Perbandingan dilakukan antara komponen - komponen tertentu dari masjid dengan literatur maupun bangunan dari berbagai daerah untuk membuktikan yang mana komponen asli dari daerah Kennel dan yang mana yang bukan. Perbandingan dilakukan dengan memperbandingan langsung komponen masjid seperti atap masjid dengan atap-atap bangunan tradisional kerinci maupun minangkabau. Pemilihan unsur - unsur tersebut didasari atas pertimbangan bahwa komponen tersebut merupakan satu kesatuan arsitektur bangunan masjid. Digunakannya sumber dari Minangkabau disebabkan oleh latar sejarah yang menyebutkan bahwa proses lslamisasi yang terjadi di Kerinci berasal dari Minangkabau. Pada tahap akhir adalah melakukan penjelasan terhadap data yang telah dianalisa, baik penjelasan berupa tulisan maupun gambar.
Dengan masuknya agama Islam ke dalam masyarakat Islam, tidak berarti semua unsur dalam kebudayaan Kerinci berubah. Salah satunya adalah arsitektur. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Masjid Agung Pondok Tinggi diketahui bahwa bentuk arsitektur dan ragam hiasnya sangat jelas memperlihatkan pengaruh arsitektur lokal yang kemudian menjadi ciri khas /keunikan dari masjid tersebut.

"
2001
S11835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ariefianto
"Penelitian mengenai ragam hias perunggu prasejarah koleksi Museum Nasional Jakarta, bertujuan untuk mengetahui persebaran berbagai macam ragam hias dan keterat_uran-keteraturan yang ada pada benda-benda perunggu tersebut, serta hubungan antara suatu jenis ragam hias dengan benda-benda perunggu itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan terbatas terhadap benda perunggu prasejarah ber_hias koleksi Museum Nasional Jakarta. Kemudian masing-masing hiasan tersebut dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, yang untuk selanjutnya dilihat persebaran serta gejala-gejala yang muncul di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ragam hias geometris terdapat pada setiap jenis benda perunggu prasejarah, sedangkan teknik hias yang banyak dipergunakan pada hampir disetiap jenis benda perunggu prasejarah adalah teknik hias cetak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmiana
"Skripsi ini berisi tentang analisis bentuk-bentuk wadah, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari Leles (Garut). Penelitian ini dilakukan karena situs Leles (Garut) merupakan situs potensial dengan gerabah sebagai temuan terbesar kedua setelah obsidian. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu penjelasan mengenai keragaman bentuk, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut). Pengumpulan data dilakukan dengan dua macam kegiatan, meliputi pengumpulan data literatur dan pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data literatur dibagi dua, pengumpulan data literatur primer dan data literatur sekunder. Pengumpulan data lapangan dibagi dua, yaitu pengumpulan data artefaktual dan data lingkungan situs. Data artefaktual dalam penelitian ini adalah fragmen-fragmen gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut) yang sekarang menjadi koleksi laboratorium Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional, terdiri dari fragmen bagian tepian, bibir, karinasi, dasar, dan cerat. Pengumpulan data lingkungan diperoleh melalui media foto yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan lingkungan situs Leles (Garut). Dalam pengolahan data dibagi menjadi dua macam kegiatan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis berdasarkan aribut bentuk, dan gaya. Atribut bentuk memiliki variabel ukuran (metrik) artefak, yaitu panjang, lebar, tebal dan diameter, sedangkan atribut gaya memiliki variabel seperti warna, hiasan, dan teknik hias. Analisis kuantitatif adalah analisis yang kegiatannya menghitung dan mendata seluruh artefak yang akan dianalisis. Tahap akhir yang dilakukan adalah penginterpretasian semua hasil analisis terhadap fragmen-fragmen gerabah dari situs Leles (Garut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerabah Leles (Garut) memiliki 5 macam bentuk wadah yaitu piring, cawan, periuk, pasu dan kendi. Ragam hias yang paling banyak ditemukan adalah motif hias garis, hal ini dikarenakan motif garis memberikan kemudahan dalam membuat hiasan dan mudah untuk dimodifikasikan, sedangkan teknik hias yang paling sering digunakan adalah teknik hias tekan (impressed) bukan cap."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawung, Josephine Imelda Wiesye
"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan keletakan medalion di Percandian Panataran. Medalion adalah ragam hias berbentuk lingkaran atau oval, yang di dalamnya dipahatkan suatu obyek atau figur dalam bentuk relief. Medalion di percandian Panataran dipahatkan dalam bentuk relief tinggi dan berselang-seling dengan panil relief cerita Ramayana seperti di candi Induk serta menembus ruang dalam candi dan berselang-seling dengan arca tokoh seperti di candi Naga. Di dalam medalion tersebut dipahatkan sejumlah hewan yang terdiri dari berbagai jenis, yaitu mamalia, unggas, reptil, dan hewan mitos. Di candi Induk Panataran salah satu hewan rnitos yaitu hare dipahatkan dalam medalion yang letaknya mengapit tangga nark candi dan pada bagian awal dan akhir kisah Ramayana. Penempatan medalion berhiaskan hare tersebut selain sebagai pembatas panil relief cerita dan penunjuk awal dan akhir rangkaian relief cerita Ramayana, kemungkinan juga dimaksudkan agar orang yang membaca relief cerita tersebut untuk melakukan yoga. Pemahatan hewan-hewan dalam medalion di candi Induk Panataran sangat mungkin dimaksudkan (1) untuk menghormati dewa dan dewi yang dilambangkan dengan adanya penggambaran hewan-hewan yang berhubungan dengan dewa atau dewi, misalnya sebagai vahana atau atributnya, (2) penggambaran berbagai jenis hewan pada percandian tersebut merupakan perlambangan dewa Siva sebagai Penguasa Hewan."
1996
S11894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>