Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142063 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darwin Karyadi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1974
612.3 Kar h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cipako Sinamo
"Skripsi ini membahas hubungan antara indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), asupan zat gizi makro (kalori, karbohidrat, lemak dan protein), asupan zat gizi mikro (thiamin, riboflavin, piridoksin, vit.C dan Fe), dan aktivitas fisik dengan VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan pada 81 mahasiswa Reguler Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI angkatan 2010 dan 2011. VO2max diukur dengan menggunakan alat Fitmate Med Hasil uji korelasi menunjukkan hubungan negatif antara IMT (r= -0,231) dan persen lemak tubuh (r= -0,447) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Terdapat hubungan positif antara asupan Fe (r=0,231), dan aktivitas fisik (r=0,338) dengan VO2max pada responden keseluruhan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada atlet dengan pengendalian yang lebih ketat terhadap faktor-faktor lain yang berpotensi menyebabkan bias dalam penelitian agar korelasi variabel indepenen dengan data VO2max dapat merepresentasikan kekuatan hubungan yang sebenarnya.

This thesis discusses the relationship between body mass index (BMI), body fat percent (BFP), the intake of macro nutrients (calories, carbohydrates, fats and proteins), the intake of micro nutrients (thiamin, riboflavin, pyridoxine, vit. C and Fe), and physical activity with VO2max. The study was a quantitative study with cross sectional design conducted in 81 undergraduate students of Public Health University of Indonesia majoring Nutrition in 2012. VO2max was measured by using Fitmate Med. The result of correlation test showed a negative relationship between BMI (r= -0,231) and percent body fat (r= -0,447) with VO2max in the overall respondents. Artifacts positive association between intake of Fe (r=0,231) and physical activity (r=0,338) with VO2max in the overall respondents. There were no significant relationship between other independent variables with VO2max. Further research is needed with larger samples in athletes with a more strict control of other factors that could potentially lead to bias in the study so that the data correlation with VO2max independen variables can represent the real strength of the relationship."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Dwi Hutami
"Nilai VO2max yang rendah pada anak-anak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi dengan nilai estimasi VO2max. Pada penelitian ini responden sebanyak 89 (laki-laki = 48; perempuan = 41) siswa kelas 4 dan 5 SD Islam As-Syafi’iyah 02 Bekasi. Nilai VO2max diukur menggunakan tes 20m shuttle run.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata VO2max laki-laki (44,30 ml/kg/menit) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata VO2max perempuan (41,22 ml/kg/menit). Pada penelitian ini, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai estimasi VO2max yaitu jenis kelamin, status gizi (IMT/U), dan aktivitas fisik. Status gizi yang baik dan aktivitas fisik yang baik dibutuhkan untuk mencapai nilai VO2max yang baik.

The low value of VO2max was a risk factor for cardiovascular disease in children. The purpose of this cross-sectional study was to investigated the correlation between sex, nutritional status (BMI/A), physical activity, and nutritional intake with the estimated value of VO2max. The samples were 89 (male = 48; female = 41) students grade 4 and 5 from SD Islam As-Syafi'iyah 02 Bekasi. VO2max was measured by 20m shuttle run test.
The results showed that the mean of VO2max in male students (44,30 ml/kg/min) was higher than the mean of VO2max in female students (41,22 ml/kg/min). Sex, nutritional status (BMI/A), and physical activity was significantly related to estimated value of VO2max by bivariat analysis. Good nutritional status and high physical activity are required to improve VO2max value.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Wulandari
"Saat ini usia menarche remaja putri di Indonesia lebih cepat dibanding beberapa waktu lalu, hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan usia menarche. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel penelitian yakni 87 remaja putri kelas 5 dan 6 sebuah sekolah dasar (SD), serta kelas 1 dan 2 sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta Timur yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling. Kuesioner penelitian ini meliputi usia menarche, status gizi, dan aktivitas fisik.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan status gizi dengan usia menarche, tetapi usia menarche berhubungan dengan aktivitas fisik. Peneliti merekomendasikan untuk memberikan informasi tentang menarche kepada masyarakat dan mempersiapkan ibu jika anaknya mengalami menarche yang lebih cepat.

Nutritional Status, Physical Activity and the Age of Menarche of Female Adolescence. Empirical surveys have found that the age of menarche among female adolescent in Indonesia seems faster. The purpose of the study was to determine the relationship between nutrition status and physical activity with age of menarche in female adolescent. This study employed a descriptive correlative design. The sample were 87 girls in 5th and 6th grade of elementary school and also 1st and 2nd grade of junior high school in East Jakarta selected using cluster sampling technique.
The results showed that there was no relationship between nutrition status and age of menarche, and there was relationship between physical activities with age of menarche. It is suggested that information about menarche should be provided to the community and to prepare the mothers if their child experiences menarche faster."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 JKI 16:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
P. S. Widodo
"ABSTRAK
Penelitian potong lintang dengan sampel tenaga gizi Puskesmas dilakukan di 5 Propinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan, pengalaman bekerja, pelatihan, kerja rangkap dan jenis kelamin terhadap pengetahuan program dan aktivitas tenaga gizi Puskesmas.
Sejumlah 285 orang tenaga gizi Puskesmas yang diteliti, hanya 37.2% yang berlatar belakang pendidikan profesi gizi (AKZI/SPAG). Pada uji statistik kai kuadrat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan dengan pengetahuan program (p=0.05;X2=28.61)dan dengan aktivitas (p=0.05; X2=4.78). Tenaga gizi Puskesmas yang mempunyai latar belakang pendidikan AKZI/SPAG mempunyai pengetahuan program dan aktivitas yang lebih baik . Hubungan yang lama ditunjukkan antara variabel pelatihan dengan pengetahuan program (p=0.05; X2.27.36) dan dengan aktivitas (p=0.05;X2=30.42). Tenaga gizi Puskesmas yang pernah mengikuti pelatihan gizi, mempunyai pengetahuan program dan aktivitas yang lebih baik. terdapat hubungan signifikan antara variabel tugas rangkap dengan pengetahuan pada p=0.05 dan X2=31.30dan dengan aktivitas pada p=0.05 dan X2=9.10.Tenaga gizi Puskesmas yang tidak mempunyai tugas rangkap mempunyai pengetahuan program dan aktivitas lebih baik. Demikian juga ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman bekerja dengan pengetahuan program (p =0.05; x2 =22.84), dan dengan aktivitas (p=0.05; X2=53.20). Tenaga gizi Puskesmas yang berpengalaman kerja lama, mempunyai pengetahuan dan aktivitas lebih baik. Sedangkan jenis kelamin tidak berhubungan signifikan dengan pengetahuan program dan aktivitas. Hasi1 uji multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel pendidikan sangat dominan pengaruhnya terhadap pengetahuan program dan aktivitas tenaga gizi Puskesmas.
Disarankan untuk meningkatkan jumlah lulusan AKZI/SPAG dengan menambah jumlah institusi pendidikan, dan memberi kelonggaran tugas belajar bagi pegawai negeri kesehatan untuk mengikuti pendidikan profesi gizi. Pelatihan gizi untuk secara intensif bagi teaaga gizi Puskesmasjuga merupakan alternatif pemecahan masalah jangka pendek agar program gizi Puskesmas berhasil baik.

ABSTRACT
The cross sectional research with samples of nutrition personnel of the Public Health Center was in 5 provinces: East Java, Central Java, West Sumatera, West Nusa Tenggara and Irian Jaya. The purpose of the research is to understand the influence of educational background, work experience, training, and work at two places and sex toward the knowledge of program and activities of Public Health Center nutrition personnel.
Out of the 285 subjects of the Public Health Center nutrition personnel studied, there was only 37.2% which has nutrition profession background (AKZI/SPAG). There is a significant relationship between the educational background the knowledge about the program by using the chi square test (p =0.05; X2=28.61) and with their activities (p=0.05; X2=4.78). The Public Health Center nutrition personnel which have the education background of AKZI/SPAG have a better knowledge about the program and activities. The same relationship indicated between training variable and the program knowledge (p =0.05; X2 =27.36) and the activities (p =0.05; X2=30.42). fl Public Health Center nutrition personnel which have experienced a nutrition training have a knowledge about the program and activities better. There is a significant relationship between the double tasks with the knowledge at p=0.05 and X2=31.30 and with the activities. at p=0.05 and X2=0.10. The Public Health Center nutrition personnel who have no double task have a better knowledge about the program and activities. The same is found that there is a significant relationship between work experience and the program knowledge (p=0.05; X2=22.84), and with the activities (p =0.05; x2=53.20). The Public Health Center nutrition personnel who have a long work experience, have better knowledge and activities. There no significant relationship between the sex and the knowledge of the program and activities. The results of the logistics regression multivariate indicate that the educational variable has a very dominant impact toward the program knowledge and activities of the Public Health Center nutrition personal.
It is suggested to increase the number of the AKZI/SPAG graduates by increasing the number of educational institution, and provide a more flexible study assignment to health public servants to continue the nutrition profession education. The nutrition training intensively for the Public Health Center nutrition a personnel is a solution alternative in the short term in order that the Public Health - Center nutrition personnel is effective.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetya Afini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi tersebut pada siswi di SMPN 200 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan pengambilan sampel secara random berkelompok (cluster sampling). Pengambilan data penelitian dilakukan pada April 2013 dan menggunakan instrumen penelitian berupa timbangan, microtoise, dan kuesioner. Sampel penelitian ini terdiri dari 160 siswi kelas 7 dan 8 dan dianalasis dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 15,6% responden memiliki status gizi kurus. Penelitian ini juga menemukan bahwa status gizi berhubungan secara signifikan dengan citra tubuh (p-value 0.000), frekuensi makan utama (p-value 0.007), dan konsumsi makan pagi (p-value 0.001).
Disarankan adanya program edukasi gizi seperti pelatihan penilaian status gizi dan penyuluhan tentang status gizi agar remaja putri dapat menilai status gizinya secara akurat dan tidak salah dalam mempersepsikan citra tubuhnya.

The aim of this study was to determine the percentage of nutritional status and its correlates among students (adolescent girls) at SMPN 200 Jakarta. This study used cross-sectional design and cluster sampling method. This study was conducted on April 2013 used scale, microtoise and questionnaire. The study sample consisted of 160 students of class 7 and 8 and analyzed using the chi- square test.
The result of this study shows that 15,6% of respondents classiffied as thinness. This study also found that nutritional status has been associated with body image (p-value 0.000), eating frequancy (p-value 0.007), and breakfast behaviour (p-value 0.001).
The researcher suggests the existence of nutrition education programs such as training about nutritional status assessment and counseling about nutritional status so that adolescent girls can assess the nutritional status accurately and not mistaken in perceiving their body image.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Rajawali, 2010
363.9 GIZ (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012
363.9 UNI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Herwanti Bahar
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang penanggulangannya belum menunjukkan titik terang adalah anemia gizi. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya prevalensi anemia gizi pada anak pra sekolah di 7 provinsi yang diteliti dan faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi tersebut.
Data yang digunakan adalah data Survey Evaluasi Xerofthalmia Skala Nasional 1992 di 7 provinsi, yang termasuk juga di dalamnya pemeriksaan kadar Hb pada anak pra sekolah. Pengumpulan data dilakukan oleh Litbang Gizi dengan "Multistage Sampling".
Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi secara keseluruhan pada anak pra sekolah di 7 provinsi adalah 42 % . Angka ini bervariasi antara 18.2 % sampai 51.9 %. Analisis kemudian dibagi berdasarkan prevalensi berat (> 40 %) dan ringan/sedang (15 - 40 %).
Di daerah prevalensi berat, faktor anak yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi adalah jenis kelamin laki-laki, pemberian Air Susu Ibu yang sering, kadar serum vitamin A yang rendah, jumlah anggota keluarga yang kecil, pendidikan ayah dan ibu yang tinggi. Sedangkan di daerah prevalensi ringan atau sedang pendidikan ayah yang rendah dan kondisi rumah yang baik yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi yang tinggi.
Berdasarkan analisis multivariat didapat faktor penentu kejadian anemia gizi yaitu untuk daerah prevalensi berat adalah jenis kelamin, serum vitamin A, pemberian ASI, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu, status pekerjaan kepala keluarga dan sanitasi keluarga. Sedangkan di daerah prevalensi ringan hanya serum vitamin A dan kondisi rumah sebagai faktor penentu.
Berdasarkan hasil di atas, maka disarankan agar program pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak pra sekolah perlu ditingkatkan. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan mengenai pemberian Air Susu Ibu, makanan pendamping Air Susu Ibu dan kesehatan lainnya, pada semua golongan masyarakat, baik golongan ekonomi baik maupun kurang. Perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada anak pra sekolah dan perlu adanya penelitian khusus mengenai anemia gizi."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsetyo
Jakarta: Rineka Cipta, 1991
612.3 MAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>