Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Sabana Hadi
"Jumlah polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia saat ini sudah sangat besar. Besarnya emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor maupun dari aktivitas industri di kota Jakarta selama ini telah menurunkan kualitas udara hingga mencapai nilai di atas standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Dampak negatif yang ditimbulkan dari menurunnya tingkat kualitas udara di Jakarta saat ini yang terburuk adalah telah menyebabkan besarnya angka kematian akibat peradangan saluran pernapasan.
Hasil yang diperoleh adalah pola kualitas udara Jakarta pada musim hujan maupun musim kemarau tidak memiliki perbedaan yang nyata. Wilayah yang memiliki indikasi tingkat kualitas udara paling kritis tersebar di bagian timur laut Kota Jakarta, meliputi Kecamatan Cilincing, Pulo Gadung, Cakung, Koja, dan Kelapa Gading. Wilayah dengan tingkat kualitas udara paling kritis terdapat jumlah penderita penyakit ISPA yang terbanyak. Hasil analisis statistik didapat bahwa ada korelasi yang nyata dengan arah korelasi positif dan lemah antara Indeks Polusi Udara dengan jumlah penderita ISPA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Wijayanthi
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas pola, karakteristik, dan faktor yang mempengaruhi pola wilayah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Tangerang, Provinsi Banten tahun 2009. Variabel yang digunakan adalah kepadatan penduduk, kepadatan industri, kerapatan jaringan jalan, curah hujan, dan arah angin. Metode yang dipakai adalah analisis spasial dengan overlay peta, analisis deskriptif, dan analisis kuantitatif dengan Pearson Product Moment. Wilayah dengan penderita ISPA tinggi berada di bagian utara, barat daya, dan timur dari pusat kota dengan pola yang sama dengan kepadatan industri, dan tidak semua wilayah yang memiliki penderita penyakit ISPA tinggi berada di kepadatan penduduk tinggi, kepadatan industri tinggi, dan kerapatan jaringan jalan tinggi. Penderita ISPA tinggi dipengaruhi oleh curah hujan yang rendah. Wilayah dengan ISPA tinggi di bagian barat dan utara dari pusat kota dipengaruhi oleh arah angin yang bergerak ke arah utara dan barat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34196
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pantjawidi Djuharnoko
"Indeks standar pencemar udara (ISPU) adalah angka yang menggambarkan kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu. Kualitas udara ambien Kota Bandung dalam beberapa hal lebih buruk, hal ini disebabkan karena wilayah udara Kota Bandung merupakan sebuah wilayah udara yang tidak berventilasi baik sehingga dapat terjadi stagnasi udara yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa radang saluran pernapasan atau kelainan paru lainnya. Dan di Kota Bandung ISPA merupakan penyakit terbesar nomor pertama yaitu 32,35 % pada balita (0- 4) tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ISPU dengan Kejadian ISPA balita di Kota Bandung Tabun 2001. Penelitian ini merupakan studi ekologik yang berupa rancangan epidemiologik deskriptif
Partikulate (PMIO) merupakan parameter ISPU yang mempunyai hubungan garis liner yang signifikan secara statistik dengan kejadian ISPA balita di empat lokasi (wilayah) stasiun pemantau kualitas udara ambien Kota Bandung, kecuali di Dago (Cibeunying). Tingginya partikulate (PMIQ) tersebut diperkirakan akibat hasil pembakaran dari kendaraan bermotor dan kegiatan rumah tangga.
Untuk menanggulangi hal tersebut di atas disarankan diperketatnya pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor dan atau subsitusi bahan bakar kendaraan bermotor dan rumah tangga dengan bahan bakar gas cair (liquid gas).

Study of Ecologic Relationship Between Air Quality Pollutant Standard Index With Incidence of Acute Respiratory Infections of Children Under Five Years In Five Location Monitoring The Air Quality Ambien In City of Bandung Year 2001.Air Quality Pollutant Satandard index (ISPU) is number depicting the quality of air of ambien in certain time and location. The air Quality ambien of Bandung in some cases, this matter is caused by city air region of Bandung represent a air region which do not ventilate goodness (basin) so that earn happened air stagnation able to cause health trouble in the form of chafing respiratory tract or of other lung diseases. And in city of Bandung of acute respiratory infection (ISPA) represent biggest disease of first number, that is 32,35% at children under five (0-4) year.
This research aim to see relationship of ISPU with incidence of ISPA children under five year in city of Bandung year 2001, this reseach represent study of ecologic wich in the form of device of epidemiologi descriptive.
Particulate (PMI0) represent parameter of ISPU having linier line relationship wich significant statisticaly with incidence of ISPA children under five year in four station location (region) monitoring air quality of ambien city of Bandung, except in location (region) of Cibeunying. Height of particulate (PM I0) estimated by effect of result of combustion of motor vehicle and avtivity of household.
To overcome the mentioned above suggested its it gas enunision monitoring throw away motor vehicle and or motor fuel substitution and household with liquid gas fuel.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Parulian
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, dimana angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) penyakit ISPA pada balita cukup tinggi. Oleh karena itu pemberantasan penyakit ISPA merupakan program nasional, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. Meningkatnya kejadian penyakit ISPA dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor lingkungan. Sebagian besar (80%-90%) waktu balita setiap harinya berada dalam rumah, dimana terdapat pajanan polusi udara dalam rumah yang diantaranya adalah PM10, Strategi yang paling tepat dilakukan dalam program pemberantasan penyakit ISPA adalah peningkatan kualitas udara indoor rumah tinggal.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Timur Kota Jakarta Timur, untuk mengetahui kejadian penyakit ISPA pada balita, kondisi lingkungan yang berkaitan dengan kejadian penyakit ISPA, dan hubungan antara partikulat debu PMIO rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol. Sebanyak lima puluh kasus dipilih dan daftar kasus ISPA terjadi di Puskesmas pada 2 bulan terakhir, sedangkan lima puluh balita yang sehat menjadi kelompok kontrol diambil dan tetangga terdekat kasus. Beberapa variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah kelembaban, suhu, kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, status gizi balita, riwayat imunisasi, dan jenis lantai. Data primer dikumpulkan dan pengukuran parameter kualitas udara indoor, lingkungan perumahan, dan karakteristik balita. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari pencatatan dan pelaporan Puskesmas Kelurahan Cakung Timur.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh staf puskesmas, teknis laboratorium dari BTKL Jakarta, dan staf Kelurahan Cakung Timur, melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi terhadap lingkungan rumah tinggal. Kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa factor yang meliputi faktor lingkungan rumah, kondisi social, dan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara PM10 dan kejadian penyakit ISPA pada balita. Risiko untuk menjadi ISPA pada balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM10 lebih dari 70 μg/m3 adalah 6,1 kali dibanding balita yang tinggal dalam rumah dengan PM10 kurang atau sama dengan 70 μg/m3. Dengan mengontrol factor ventilasi rumah dan status gizi balita maka angka risiko tersebut akan berkurang menjadi 4,25 kali.
Beberapa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian penyakit ISPA pada balita dalam penelitian ini adalah PM10, ventilasi, status gizi balita, kelemababan. Sedangkan variabel lain seperti kepadatan hunian ruang tidur, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, riwayat imunisasi, suhu, dan jenis lantai tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita. Didapatkan bahwa PM10 merupakan predictor utama terhadap kejadian ISPA pada balita. Sebagai factor risiko utama pada ISPA, pajanan PM10 di udara dapat terhirup melalui pernapasan sehingga menyebabkan iritasi pada system saluran pernapasan yang selanjutnya menyebabkan ISPA. Penelitian ini menganjurkan agar setiap rumah dapat memiliki ventilasi yang cukup sehingga dapat menetetralisir sirkulasi PM10 di dalam rumah. Hal yang lain yang juga dianjurkan adalah dengan peningkatan status gizi akan dapat mencegah/menurunkan risiko balita terkena ISPA.

An Acute Respiratory Infection (ARI) including pneumonia is still becoming one of the public health problems in Indonesia because it causes high morbidity and mortality among children under-five year of age. Therefore, ARI has been included in the national program for prevention and control of ARI which goal is to achieve human resources quality of life, The increase of occurrence of ARI is influenced by many factors including environmental factors. Everyday, most of the time, 80-90% children under-five live in the house, which are exposed with indoor pollution including PM10. The main strategy of the national prevention and control program for ARI is to improve air quality of housing.
This study is carried out in the working areas of Community Health Center in the sub-district of East Cakung, East Jakarta Municipality. The purposes of the study were to identify the occurrence of ARI among children under-five, environmental conditions related to ART, and the relationships between PM10 and the occurrence of ART among children under-five. A case-control study design was employed in the study. A total of fifty cases of children under-five were randomly selected from the Community Health Center and fifty control groups were randomly selected from the field of neighboring household of the cases. The cases and control groups were drawn from a similar population in the working areas of East Cakung. Data on ART were based on the recall period of 2 months. In addition, several variables including humidity, temperature, beds, ventilation, cooking woods, cigarette smoking, lighting, nutritional status of children, morbidity, immunization and type of floors were involved to control its relationships.
The primary data was collected from several sources including the measurement of indoor air quality, housing environment, and children under-five characteristics. The secondary data was collected from the recording and reporting of the Health Center in East Cakung. Data were collected by the researcher with the help of Health Center staff, laboratory technician of CDC Laboratory in Jakarta, and local staff of East Cakung through interviews using a administered questionnaires and observation its housing environment. The occurrence of ARI among children under-five is influenced by many factors including its housing environment, social conditions, and health services. There is a significant relationship between PM10 and the occurrence of ART among children under-five, The risk of having ART for children under-five living in the housing with PM10 more than 70 ug/m3 was 6.1 times more than those living in the housing with PMI0 70 uglm3 or less. With the control of ventilation and nutritional status, the relationships reduce to 4,25 times.
Of the total variables involved in the study, only several variables including particulate matter (PM10), ventilation, nutritional status of children, and relative humidity having significant relationship with the occurrence of the diseases. The other variables including beds, cooking woods, cigarette smoking, lighting, immunization, temperature, and the kind of floor do not indicate significant relationship with ARI. PM10 is considered as the predictor of the occurrence of ARI among children under-five. The main risk factor of ARI is PM10; its exposure in the air will be inhaled through respiratory system, which causes irritation of respiratory system, which leads to the occurrence of ARI. It is suggested that every house should have proper and adequate ventilation so as to prevent and neutralize PMI0 circulating indoors. It is also suggested that improving of nutritional status could prevent children under-five to ART.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
T12930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resyana Yunita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26589
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wempi Aronggear
"Perumahan yang sehat merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, memberikan rasa nyaman, menjamin kebebasan dari kemungkinan-kemungkinan penyebaran penyakit terutama penyakit yang ditularkan lewat udara antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Penyakit Infeksi Saluran Pernasapan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, tercatat 40 - 60% kunjungan Puskesmas ialah oleh penyakit ISPA dan angka kematian ISPA masih tinggi pada Balita. Sementara angka kesakitan pada bayi 42,4% dan pada Balita 40,6%. ISPA merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab utama kesakitan dan kematian di Desa Yiwika Kecamatan Kurulu Kabupaten Jayawijaya, tercatat angka penyakit ISPA pada Balita tahun 1990/1991 untuk seluruh Kabupaten Jayawijaya 28,41% dan Puskesmas Kurulu sebagai obyek penelitian sebesar 37,47% dan pada tahun 1991/1992 terjadi penurunan menjadi 30,11% tetapi untuk semua golongan umur < 1 -=> 45 tahun, menunjukkan peningkatan menjadi 2.152 dibanding tahun sebelumnya 1990/1991 sebesar 1.273, berarti kenaikan 59,15%. Demikian penyakit ISPA pada umur Balita jauh lebih tinggi daripada golongan umur 5 -=> 45 tahun. Tingginya angka kematian bayi dan Balita lebih banyak terdapat di daerah rural pedalaman Irian Jaya, disebabkan karena masyarakat hidup dalam lingkungan perumahan tradisional dengan kondisi yang sangat sederhana, serta iklim yang tidak mendukung.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan rumah, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA. Manfaat penelitian adalah untuk memperoleh masukan-masukan untuk menentukan kebijaksanaan dalam program pemberantasan penyakit ISPA terutama dalam program preventif dan promotif, serta untuk membantu pemerintah dalam perencanaan program pemukiman dan pembangunan rumah sehat di daerah tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik penelitian survei analitik dan desain "Cross Sectional Study" dengan melakukan pengukuran variabel lingkungan perumahan tradisional, wawancara, pengamatan dan observasi terhadap adanya kernungkinan sumber penularan dalam rumah. Populasi mengacu pada rumah-rumah yang dihuni oleh Balita yang memenuhi persyaratan. Pemilihan sampel menggunakan "Cluster Sampling", dan menghasilkan 105 sampel dari jumlah populasi sebesar 345.
Hasil penelitian menunjukkan bahwavariabel independen luasventilasi dan sumber penularan sebagai faktor lingkungan fisik, berhubungan bermakna secara statistik (uji chi square p < 0.05) dengan kejadian penyakit ISPA pada Balita. Dernikian juga variabel pendidikan ibu, berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada Balita (uji chi square p < 0.05). Pada seluruh sampel, jumlah sinar matahari masuk ke rumah dibawah 20 fc (footcod) yaitu jumlah yang sangat kurang.
Dari hasil studi disarankan untuk menciptakan model tempat tinggal orang Dani yang sehat secara kualitas maupun kuantitas ruang, agar keseluruhan aktifitas dapat dilakukan sebagaimana layaknya suatu kehidupan rumah tangga yang sehat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 1993
616.2 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakit terbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitan dengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas Udara Ambien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017 serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desain penelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasi lima parameter kualitas udara ambien (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) dan luas RTH dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), serta data jumlah kasus ISPA dari Dinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitian disajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acak dari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalami trend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan di Kota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok.

Acute Respiratory Infection (ARI) disease is still the highest number of disease in Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space (GOS) due to the growing development is thought to be the causing factors. This study was conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number of ARI cases that occurred in Depok during 2013-2017. The research design is ecological study. The units of analysis are the secondary data of the concentration of five parameters of ambient air quality (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) and GOS from Department of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from Health Department in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Result of the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trend on theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. It is suggested to the city government as well as the official departments in Depok City to formulate regulations and various programs to improve the quality of environmental health and reduce the number of ARI cases in Depok."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Maulina Solihah
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara terutama kualitas udara dalam ruangan. Kualitas udara dalam ruangan ditentukan oleh parameter fisika, kimia, dan biologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parameter fisika dan mikrobiologis udara dalam ruangan (suhu, kelembaban, pencahayaan, luas ventilasi, kepadatan hunian, dan total angka kuman) dengan keluhan gejala ISPA pada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang yang bersifat kuantitatif dengan jumlah responden warga binaan sebanyak 100 orang dan sampel kamar tahanan sebanyak 14 kamar. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk melihat gejala ISPA pada warga binaan dan pengukuran parameter fisika-mikrobiologis untuk melihat kualitas udara di kamar tahanan. Pengambilan sampel total angka kuman pada udara kamar tahanan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban udara pada kamar tahanan dengan gejala ISPA (OR=5,84 95% CI: 2,32-12,71) dan terdapat pula hubungan yang signifikan antara pencahayaan pada kamar tahanan dengan keluhan gejala ISPA (OR=2,87 95% CI: 1,20-6,84).

Acute Respiratory Infection (ARI) is an environmetal-based disease caused by poor air quality, especially poor indoor air quality. Indoor air quality is determined by physical, chemical and biological parameters. This study aims to analyze the correlation between Physical and Microbiological Parameters of Indoor Air Quality (temperature, humidity, lighting, ventilation area, occupancy density, and total germ number) to symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) in Prisoner Cells, Jakarta Woman Prison Class IIA. This reaserch is cross sectional study with 100 respondents and 14 sample prisoner cells. The data were collected by using questionnaires to see symptoms of ARI in prisoners and measurement of microbiological-physical parameters to see the air quality in prisoner cells. The results of this study state that there is a significant relationship between humidity in prisoner cell with symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) (OR=5,84 95% CI: 2,32-12,71), and also there is a significant relationship between lighting in prisoner cell with symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) (OR=2,87 95% CI: 1,20-6,84). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Maulina Solihah
"ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh buruknya kualitas udara terutama kualitas udara dalam ruangan. Kualitas udara dalam ruangan ditentukan oleh parameter fisika, kimia, dan biologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parameter fisika dan mikrobiologis udara dalam ruangan (suhu, kelembaban, pencahayaan, luas ventilasi, kepadatan hunian, dan total angka kuman) dengan keluhan gejala ISPA pada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik potong lintang yang bersifat kuantitatif dengan jumlah responden warga binaan sebanyak 100 orang dan sampel kamar tahanan sebanyak 14 kamar. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk melihat gejala ISPA pada warga binaan dan pengukuran parameter fisika-mikrobiologis untuk melihat kualitas udara di kamar tahanan. Pengambilan sampel total angka kuman pada udara kamar tahanan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban udara pada kamar tahanan dengan gejala ISPA (OR=5,84 95% CI: 2,32-12,71) dan terdapat pula hubungan yang signifikan antara pencahayaan pada kamar tahanan dengan keluhan gejala ISPA (OR=2,87 95% CI: 1,20-6,84).

ABSTRACT
Acute Respiratory Infection (ARI) is an environmetal-based disease caused by poor air quality, especially poor indoor air quality. Indoor air quality is determined by physical, chemical and biological parameters. This study aims to analyze the correlation between Physical and Microbiological Parameters of Indoor Air Quality (temperature, humidity, lighting, ventilation area, occupancy density, and total germ number) to symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) in Prisoner Cells, Jakarta Woman Prison Class IIA. This reaserch is cross sectional study with 100 respondents and 14 sample prisoner cells. The data were collected by using questionnaires to see symptoms of ARI in prisoners and measurement of microbiological-physical parameters to see the air quality in prisoner cells. The results of this study state that there is a significant relationship between humidity in prisoner cell with symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) (OR=5,84 95% CI: 2,32-12,71), and also there is a significant relationship between lighting in prisoner cell with symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) (OR=2,87 95% CI: 1,20-6,84). "
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>