Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamajaya, 1915-
Jakarta: Balai Pustaka, 2000
819 KAM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamajaya
Jakarta: Balai Pustaka, 2000
899.221 KAM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamajaya
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1980
899.222 KAM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chambert-Loir, Henri
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014
899.22 CHA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nursamsiah Danardono
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
899.222 KOM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Florentius Heru Stoffer
"Latar Belakang
Hubungan antara karya sastra dan kenyataan sering dipertanyakan oleh para kritikus sastra. Kenyataan di sini adalah segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Salah seorang kritikus yang mencoba melihat hubungan tersebut adalah Aristoteles (384-322 SM) melalui sebuah konsep mimesis yang dikemukakannya. Dalam karyanya yang berjudul Poetica, ia mengatakan bahwa mimesis bukan semata-mata tiruan kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif. Bertolak dari sebuah kenyataan, seorang penyair mencoba menciptakan suatu kenyataan lain. Dengan bermimesis seorang penyair sebenarnya menciptakan kembali kenyataan, berdasarkan hal-hal yang pernah ada, atau hal-hal yang dibayangkan seharusnya ada, baik berupa fakta, keyakinan, maupun cita-cita (Luxemburg, et.al, 1992:17).
Dalam ilmu sastra modern, teori Aristoteles mengenai mimesis masih diperhatikan, terutama teorinya mengenai recreatio, yang berasumsi bahwa karya sastra merupakan suatu dunia tersendiri. Di satu pihak karya sastra dapat dianggap sebagai sebuah cermin atau gambaran mengenai kenyataan, akan tetapi di pihak lain karya sastra juga dianggap mampu menciptakan dunianya sendiri, yakni dunia kata-kata, sebuah dunia baru yang kurang lebih terlepas dari kenyataan. Unsur-unsur khayalan yang terlepas dari kenyataan tersebut dikenal sebagai fiksionalitas. Dengan demikian sebuah teks fiksi adalah teks yang mengandung unsur-unsur tersebut (ibid: 19).
Dalam pengertian sintaks naratif, fiksi menunjuk pada sekumpulan teks dengan ciri--ciri yang khas. Dalam hal ini karya sastra, misalnya roman dan novel -dengan berbagai aturan dan pengelompokannya- dapat dianggap sebagai fiksi. Sedangkan fiksi dalam pengertian semantik menunjuk pada status denotatum, yakni rekaan.
Kebenaran fiksi di sini sebenarnya berkaitan dengan sebuah kenyataan yang didenotasikan. Akan tetapi kedua pengertian tersebut saling berkaitan, artinya di dalam fiksi menurut pengertian sintakis terdapat fiksi dalam pengertian semantik (Van Zoest, 1990: 5).
Fiksi merupakan gabungan dari realitas dan imajinasi. Seringkali realitas dalam fiksi seolah-olah dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, akan tetapi tidak jarang realitas tersebut nampak jauh dari jangkauan realitas, sehingga sukar dibedakan dengan imajinasi. Realitas yang kelihatan jauh dari realitas kita seharihari inilah yang disebut sebagai "realitas intern", yakni kebenaran yang terikat oleh kesepakatan dan sama sekali lepas dari kenyataan yang mentah (ibid: 44).
Fiksi memberi kebebasan kepada pengarang untuk menyimpang dari realitas sehari-hari. Seorang penulis secara leluasa dapat mengolah tanda/denotatum ke dalam karyanya sehingga membentuk kebenaran baru, kebenaran tekstual, yakni sebuah "dunia mungkin"."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karya sastra jawa (Kuna) banyak memuat berbagai aspek ,seperti sejarah,budaya seni,ajaran,teknologi maupun aspek kehidupan yang lainnya. kesemuanya itu merupakan warisan yang tidak dapat dinilai harganya...."
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumbayak, Desri Maria
"ABSTRAK
Novel Song of Solomon karya Toni Morrison dan novel Mama Day karya Gloria Naylor merupakan dua karya besar penulis wanita kulit hitam. Dengan menggunakan unsur mitos dan aspek supranatural dalam menggerakkan alur cerita, Morrison dan Naylor mengangkat satu tema pencarian "dunia baru" melalui masing-masing tokoh utamanya. "Duna baru" yang merupakan sebuah idealisme dan obsesi orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya disampaikan dengan sangat rill oleh Morrison dan Naylor. "Dunia baru" tersebut dikonstruksikan sebagai sebuah kota Shalimar dan pulau Willow Springs dengan ciri-ciri budaya lama orang kulit hitam sebagai pembentuknya.
Persoalan pencarian "dunia baru" yang berkaitan erat dengan konstruksi ras ditelaah dengan menggunakan satu pendekatan sosio-historis yang akan memaparkan persoalan dibalik pencarian "dunia baru". Song of Solomon dan Mama Day mengungkapkan bahwa permasalahan orang kulit hitam muncul tidak hanya ketika mereka berinteraksi dengan orang kulit putih sebagai pembeda, namun permasalah rumit yang muncul kemudian adalah ketika orang kulit hitam berinteraksi dengan sesama orang kulit hitam sendiri. Pada saat yang sama, Song of Solomon dan Mama Day mengungkap konflik internal ras kulit hitam sebagai manifestasi dari kaburnya identitas ras kulit hitam.
"Dunia baru" yang diposisikan di Selatan tersebut memapahkan konsep Utara yang selama ini disebut sebagai Promised Land. Idealisme ini akhirnya menyodorkan sebuah konstruksi sejarah baru orang kulit hitam, yang mengungkapkan kemampuan orang kulit hitam untuk bebas dari perbudakan. Konstruksi sejarah baru ini sebagai satu usaha untuk menepis sejarah orang kulit hitam yang selama ini dibentuk melalui kacamata orang kulit hitam yang selalu dihubungkan dengan perbudakan dan ketidakberdayaan orang kulit hitam.
"Duna baru" hanya merupakan sebuah alat untuk sementara lari dari konflik dilematis orang kulit hitam. Pencarian "dunia baru" tidak menjawab permasalahan orang kulit hitam untuk menemukan identitas rasnya. Morrison dan Naylor memaparkan posisi orang kulit hitam yang masih tetap tinggal dalam konflik dilematis yang sangat kuat dengan menunjukkan kegagalan kedua tokoh bertahan di "dunia baru" yang mereka cari.

ABSTRACT
Both Song of Solomon and Mama Day are masterpieces written by two black women writers, Toni Morrison and Gloria Naylor. They use mythical and supernatural aspects to develop the plot and present an issue of quest for a "new world" through respective character. "New world" as the Blacks' idealism and obsession is presented as a real fact. The "new world" is constructed as Shalimar town and Willow Springs Island. Both are characterized by the old culture of the Blacks.
The quest for the "new world" relating to the race categorization is analyzed by using the social-historical approach. The approach is employed to find out the problems behind the quest. Morrison and Naylor express that the Blacks' problems arise not only because of the interaction between the Whites, but also because of the interaction among the Blacks themselves which brings about more complicated problems. At the same time Song of Solomon and Mama Day present internal conflicts of the Blacks as the manifestation of their unclear identity.
"New world" positioned in South of America and rejects the existing concept of the North as the Promised Land. The idealism depicts a new history of the Black. It shows the ability of the Blacks to get freed from slavery. The construction functions as an effort to repute the Blacks' history which has been formed through the Whites' perspective before. It always relates to the Blacks' disability and slavery.
The "new world" is one of the means through which the Blacks can escape from their dilemmatic problem. The quest for "new world" can't answer the question of authentic identity. This thesis also concludes the writer's tone, which expresses dilemmatic conflicts of Blacks through the failure of the main character, to survive the "new world"."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gindho Rizano
"ABSTRACT
Tesis ini membahas novel Fight Club dalam konteks politik kelas pada masa kapitalisme lanjut. Fokus dari penelitian adalah melihat bagaimana novel transgresif tersebut berfungsi sebagai alat ideologis sistem kapitalisme dan sekaligus sebagai kritik implisit terhadap sistem tersebut. Novel dianalisis melalui perspektif Marxis menggunakan teori pembacaan political unconscious oleh Fredric Jameson. Dapat disimpulkan bahwa Fight Club mengandung impulsimpuls utopia dengan mengkritik kontradiksi-kontradiksi kapitalisme lanjut seperti alienasi, reifikasi komoditas, dan konsumerisme. Namun, pada saat yang sama novel tersebut dipengaruhi oleh ideologi kapitalis yang membuat kritik novel terhadap kapitalisme menjadi problematis.

ABSTRACT
This thesis discusses Fight Club in the context of class politics of late capitalism. It explores how the transgressive novel can be interpreted as an ideological tool of capitalism as well as an implicit critique of the economic system. The novel is analyzed through Marxist perspective using Fredric Jameson?s theory of the political unconscious. It is concluded that Fight Club contains utopian impulses that criticize the contradictions of late capitalism such as alienation, reification, and consumerism, while at the same time contains the ideology of capitalism that makes the critique problematic.
"
2010
T26631
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>