Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Pasaribu, Sunggul
"ABSTRAK
"
Sumatera Utara: Universitas HKBP Nommensen, 2018
VISI 26:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdy Fabian
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep Tuhan pada anak usia 8-12
tahun. Subyek penelitian adalah anak Sekolah Minggu Gereja Kristen Jawa Jemaat
Gandaria
Anak berkembang secara menyeluruh baik fisik, emosional, kognitif juga spiritual (Slater,
1994; Shelly, 1982). Contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari juga
menunjukkan bahwa anak mulai memahami dan berkembang secara spiritual. Tiap anak
baik dalam keluarga yang religius ataupun tidak sudah memiliki ide tentang Tuhan.
Penelitian ini menguraikan gambaran religiusitas pada anak, bagaimana cara anak usia 8-
12 tahun memahami Tuhan. Karena kisaran umur 3-11 tahun merupakan saat yang krusial
untuk menentukan perkembangan kerohanian seseorang (Tam mi n en, 1991 dalam Slater,
1994). Tumer & Helms (1995) juga mengatakan bahwa anak pada kisaran umur tersebut
sudah mampu untuk memperhalus dan mengelaborasi konsep yang mereka miliki
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode gambar
dan wawancara untuk memperoleh gambaran anak tentang Tuhan. Dua pendekatan
metode ini dipilih agar kelemahan yang mungkin terjadi ketika hanya mengambil salah
satu metode bisa diminimalisir. Penggunaan metode wawancara saja memiliki kelemahan
kompetensi bahasa anak (Steward, 1987 dalam Gabarino,1992). Sedangkan pengunaan
metode gambar saja menurut Slater (1994) memiliki kelemahan adanya ketidakpastian
mengenai interpretasi gambar.
Hasil dari penelitian ini menguatkan teori bahwa anak memang telah memiliki konsep
tentang Tuhan. Pemahaman anak bersifat konkret. Sifat antropomorfisme muncul dalam
setiap kelompok umur antara 8-12 tahun. Pengaruh gender atau jenis kelamin, peran
orang tua dan pengalaman pribadi anak mempengaruhi konsep mereka tentang Tuhan.
Saran dari penelitian ini adalah agar peneliti lebih mempelajari keterampilan wawancara
terutama untuk subyek anak kecil. Untuk penelitian yang berikut, peneliti menyarankan
agar melakukan penelitian subyek yang berasal dari sampel yang tidak homogen, yaitu
anak dari latar belakang agama yang beragam. Juga melakukan wawancara kepada orang
tua anak untuk melihat pengaruh pembentukan konsep Tuhan pada diri anak yang
diberikan di dalam keluarga."
2004
S3433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Supena
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat dijadikan rujukan untuk meramalkan terjadinya putus sekolah secara dini di Sekolah Dasar. Sebuah model teoritik tentang prediktor putus sekolah telah diajukan sebagai hipotesis penelitian dan diuji untuk melihat kesesuaiannya dengan data di Iapangan. Ada 7 variabel Iaten yang ditelili untuk dilihat pengaruhnya terhadap putus sekolah dini yaitu (1) rendahnya prestasi belajar, (2) rendahnya keterikatan siswa terhadap sekolah, (3) kedekatan anak dengan teman yang putus sekolah, (4) rendahnya kemampuan menangguhkan kesenangan jangka pendek, (5) rendahnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak, (6) rendahnya aspirasi orang tua mengenai pendidikan anak dan (7) rendahnya tingkat pendidikan orang tua.
Ada 184 anak yang terlibat sebagai sampel penelitian. Mereka adalah anak-anak usia Sekolah Dasar yang menjalani kegiatan mencari uang di sejumlah tempat keramaian di kota Bekasi, yaitu pasar, mal, slasiun kereta api, temrinal, dan lampu merah. Sejumlah angket, wawancara dan studi dokumen telah digunakan untuk mengumpulkan data dalam studi ini. Program LISREL versi 8.30 digunakan untuk menguji model teoritik yang dihipotesiskan. Penelitian juga dilengkapi dengan kajian kualitatif melaIui wawancara mendalam kepada 4 subjek yang telah putus sekolah.
Analisis kuantilatif menemukan bahwa rendahnya prestasi belajar dan rendahnya keterikatan siswa terhadap sekolah berpengaruh Iangsung terhadap terjadinya putus sekolah dini di Sekolah Dasar. Rendahnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak berhubungan tidak Iangsung dengan rendahnya prestasi belajar dan dengan terjadinya putus sekolah. Keterlibatan orang tua berhubungan dengan prestasi belajar dan putus sekolah melalui pengaruhnya terhadap keterikatan siswa terhadap sekolah. Kedekatan dengan teman putus sekolah, rendahnya kemampuan menangguhkan kesenangan jangka pendek dan rendahnya aspirasi orang tua berhubungan tidak langsung dengan rendahnya prestasi belajar dan terjadinya putus sekolah. Ketiga variabel tersebut berhubungan dengan prestasi belajar dan putus sekolah melalui pengaruhnya terhadap keterikatan siswa terhadap sekolah. Tingkat pendidikan orang tua ditemukan tidak signifikan pengaruhnya terhadap putus sekolah dan terhadap variabel lainnya.
Kajian kualitatif memberi dukungan terhadap hasil analisis kuantitatif. Putus sekolah merupakan sebuah peristiwa yang kejadiannya dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari berbagai pihak di antaranya adalah anak itu sendiri, kondisi keluarga, teman bermain dan situasi sekolah. Kamalasan dan komitmen siswa yang rendah terhadap sekolah telah menjadi pemicu anak keluar dari sekolah. Rendahnya komitmen terhadap sekolah di antaranya disebabkan karena pengaruh teman yang telah putus sekolah, godaan mencari uang dan bermain, rendahnya aspirasi dan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak, serta pengalaman yang buruk di sekolah. Ditemukan keoenderungan bahwa pada awalnya anak menjalani aktivitas sekolah secara baik dan wajar. Berbagai kondisi telah menyebabkan anak mulai menjalani aktivitas mencari uang sebagai kegiatan tambahan di Iuar jam sekolah. Berbagai pengalaman yang terjadi selama menjalani sekolah sambil mencari uang, akhirnya mendorong mereka keluar dari sekolah.
Hasil-hasil penelitian memberi implikasi terhadap beberapa hal di antaranya adalah (1) putus sekolah bukan semata-mata persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan sosial-psikologis yang ada pada anak, keluarga, dan masyarakat, (2) penanggulangan putus sekolah harus didekati secara komprehensif dengan menyoroti berbagai permasahan yang menjadi faktor penyebabnya dan melibatkan berbagai pihak yang terkait, (3) pemerintah, sekolah dan masyarakat perlu memberi perhatian yang Iebih serius di dalam menyikapi persoalan anak-anak yang putus sekolah, dengan cara mengembangkan langkah-Iangkah atau program yang sistimatik untuk menoegah dan menanggulanginya.

Abstract
The purpose of this research is to identify the variables that can be used as references in predicting the early school-dropout in the Elementary School (Sekolah Dasar). A theoretical model about the predictor of the school-dropout has been proposed as a research hypothesis and tested to see the relevance with the data. There are seven laten variables that have been studied to see the effect on the early school-dropout. These seven variables are (1) low academic achievement (2) low school bonding (3) students' closeness with the drop-outs (4) low ability to delay gratification (5) low involvement of the parents in children's education (6) low parents' aspiration in the children's education (7) low parents' level of education.
There are 184 students involved as the samples of the research. They are at the Elementary School age who work for money in several public places ln Bekasi, such as markets, malls, train station, bus stations, and the traflic lights. Questionnaires and intenriews have been used to collect data in this research. LISREL program 8.30 version is used to test the hypolhized theoretical model. This research is also completed with the qualitative data through deep interview on four students drop-out.
The quantitative analysis found that the low academic achievement and the low school bonding directly affect on the early school-dropout. Low involvement of the parents in chidren's education is indirectly related with students? low academic achievement and the accurances of school-dropout. The parents' involvement relate with academic achievement and the school-dropout through the effect on school bonding. Students? closeness with the drop-outs, low ability to delay gratification and low parents aspiration are indirectly related with low academic achievement and school-droout. These three variables relate with academic achievement and school-dropout thmugh the effect of school bonding. Parents level of education does not have a significant effect on the school-dropout and other variables.
Qualitative data supports the result of the quantitative data. The school-dropout is a phenomenon that is influenced by many factors. These are the students themselves, the conditions of the family, playmates, and the school conditions. Laziness and low students commitment to school have been triggers for the students to dropout from School. Low commitment to school is caused by the influence of school-dropouts. temptation to eam money and playing, low aspiration and participation of the parents in students education, and bad experience happens in school. At the beginning, the students do their school activity well. Many conditions caused them to start working for money as an additional activity out of the school hour. Many experiences happen during the school and working for money. lt finally force them to dropout.
The results of the research give an implication to some factors. They are: (1) school-dropout is not only a matter of finance but also it is a matter of social-psychology of the students, family and society. (2) the solution of school dropout have to be approached comprehensively by conceming some problems as the factors caused involving many related parties (3) The govemment, school and society need to give more serious attention in dealing with this problem by developing systematic program to prevent and to solve it.
"
2004
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francisca
"ABSTRAK
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai suatu gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang berlangsung terus menerus pada taraf yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Anak-anak ADHD mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami masalah akademis maupun sosial. Lingkungan sering memarahi, menghukum, menolak atau memberikan label negatif, kepada mereka. Kegagalan yang dialami, terutama dalam bidang akademis, dan reaksi negatif ini dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah karena anak-anak ADHD sangat sensitif baik secara emosional maupun neurologis. Oleh karena itu, penelitian ini berlujuan untuk melihat permasalahan emosi, perilaku dan keadaan atau reaksi lingkungan terhadap anak-anak ini, melalui tes Human Figure Drawing’s (HFDS), Child Behavior Checklist (CBCL) dan alloanamnesa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fokus perhatiannya untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai masalah yang diteliti_ Data yang digunakan berasal dari kasus-kasus yang ada di Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI. Kriteria subyek penelitian adalah didiagnosa ADHD, IQ berada pada rata-rata dan berusia 6 tahun 0 bulan sampai dengan 9 tahun 0 bulan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan emosi yang paling menonjol
adalah kesulitan dalam mengontrol impuls-impuls dan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Sedangkan permasalahan tingkah laku yang paling menonjol adalah masalah konsentrasi. Pola asuh yang menonjol dalam keluarga adalah adanya pemberian hukuman fisik, seperti memukul, mencubit, dalam menerapkan disiplin. Guru juga memberikan hukuman yang berupa penambahan tugas atau jam belajar di sekolah. Dalam pergaulan, mereka biasa dijauhi oleh teman-temannya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ekapuri
"Perilaku bekeijasama merupakan salah satu konstruk penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak (Chen, Liu dan Li, 2000). Perilaku bekeijasama yang dimaksud merupakan bentuk dari perilaku prososial yang menunjukkan kesediaan dan kemampuan individu untuk bekeija bersama orang lain (Wrightsman dan Deaux, 1978).
Perkembangan perilaku bekeijasama mengalami peningkatan yang signifikan ketika anak memasuki masa usia sekolah (Retnaningsih, 2004). Perkembangan perilakunya tersebut dapat diketahui melalui pola interaksi anak dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal tersebut digolongkan oleh Nugroho (1999) menjadi lima bagian, yaitu: pola interaksi apatis, pola interaksi other-oriented pasif atau self-centered aktif (OP/SA), pola interaksi other-oriented aktif atau self-centered pasif(OA/SP), pola interaksi keijasama pasif dan pola interaksi kerjasama aktif.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SDN Gedong 04 Pagi Jakarta, ditemukan bahwa tidak semua siswa usia sekolah (khususnya siswa reguler) di kelas 3 B dapat mengembangkan perilaku bekeijasama dalam situasi lingkungan kelas yang menerapkan model pendidikan inklusi. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tindakan kelas yang sifatnya kualitatif. Tindakan yang diimplementasikan dalam situasi kelas tersebut berbentuk program kelompok belajar terpadu (KBT).
Progam KBT merupakan suatu program yang dapat memfasilitasi perkembangan perilaku bekeijasama siswa reguler dengan siswa autisma melalui situasi pembelajaran kelompok kecil dan menerima berbagai bentuk tugas di bawah arahan instruktur atau pendamping. Sementara, kelompok yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari dua siswa reguler dan satu siswa autisma.
Hasil observasi menemukan bahwa para siswa reguler telah dapat menampilkan pola interaksi keijasama aktif dengan temannya yang autisma. Meskipun masih ada satu siswa yang memunculkan adanya pola interaksi other-oriented pasif. Ditemukan pula bahwa munculnya keijasama aktif pada siswa reguler teijadi karena adanya peran instruktur atau pendamping dalam memberikan bimbingan kepada mereka untuk dapat bekeija bersama dengan temannya yang autisma. Adanya hasil penelitian tersebut maka perlu adanya tindak lanjut program KBT melalui penerapannya dalam situasi kegiatan belajar-mengajar di sekolah inklusi guna mencapai perkembangan perilaku bekeijasama yang optimal bagi para siswa reguler."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Roland Tuilan
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S7575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Anggraini Tagor
"Penelitian ini mencoba mencermati perilaku mengkonsumsi majalah dan atau tabloid anak pada anak-anak usia sekolah (middle childhood, school age) Sampel populasi adalah murid-murid Sekolah Dasar (SD) di tiga lingkungan sosial di Jakarta yang diasumsikan SD di lingkungan bawah, menengah dan atas yang ditarik secara purposive. Responden adalah murid-murid SD berusia 7 - 12 tahun (kelas 2 - kelas 6 SD) yang membaca majalah dan atau tabloid anak sebanyak 439 anak, termasuk 3 anak sebagai informan.
Penelitian ini merupakan kombinasi studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama studi kuantitatif, dan tahap selanjutnya studi kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif melalui survei menggunakan kuesioner. Sedangkan studi kualititatif secara in-depth interviews. Hasil pengumpulan data kuantitatif diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Dalam analisa hasil penelitian, data kualitatif disampirkan pada data kuantitatif sebagai gambaran pelengkap. Penuturan lengkap para informan disusun tersendiri dalam bentuk narasi.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan lingkungan sosial berpengaruh terhadap inisiatif membaca, cara memperoleh majalah atau tabloid anak, dan waktu membaca anak. Sementara lingkungan sosial tidak berpengaruh terhadap lama dan cara membaca. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif, integratif personal dan pelepasan tekanan. Anakanak dari sekolah di lingkungan menengah dan atas cenderung berpendapat dengan membaca mereka dapat berimajinasi, memiliki pengetahuan baru dan tidak tegang lagi daripada anak-anak sekolah di lingkungan bawah .
Jenis kelamin berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan afektif dan pelepasan tekanan. Anak perempuan cenderung merasa senang sekali saat membaca majalah atau tabloid anak dan tidak merasa tegang lagi dibanding anak laki-laki. Usia berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial dan pelepasan tekanan. Anak-anak dalam kategori usia 7 - 8 tahun cenderung membaca untuk pemenuhan kebutuhan kognitif, integratif personal dan integratif sosial. Anak dalam kategori usia 9 - 10 membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif. Sedangkan anak-anak dalam kategori usia 11 - 12 tahun membaca untuk pelepasan tekanan.

Children's Magazines and Tabloids Consumtion by School-Age Children (Research On Uses And Gratifications Approach Among Elementary School (SD) Students in the DKI Jakarta (Special Region Of Jakarta Area)This research attempts to look into the behavior of consuming children's magazines and/or tabloids among school-age (middle childhood, school (age) children). The population sample is Elementary School (SD) students at three social environments in Jakarta assumed to be SD within lower, middle and upper environments drawn purposively. The respondents are SD students of 7 - 12 years of age (level 2 - level 6 SD) reading children's magazines and/or tabloids totaling 439 children including 3 children as informers.
This research contitutes a combination of quantitative and qualitative studies conducted gradually. The first phase is quantitative study, and the subsequent phase qualitative study. Collection of quantitative data through survey using questionnaires.Whereas the qualitative study by means of in-depth interviews. The result of collection of quantitative data is processed using SPSS (Statistical Package for Social Sciences). In the analysis of research result, the qualitative data is attached to quantitative data as supplementary description. Full reports of the informers are compiled separately in the form of narration.
The result of chi-square test shows that the social environment affects the initiative to read, method of obtaining the children's magazines or tabloids, and the reading time. Whereas the social environment does not affect the length and method of reading. The social environment affects the motivation to read to meet personal affective, social integrative needs and release of tension. The children from the school within the middle and upper environment tend to be of the opinion that by reading they can imagine, obtain new knowledge and are no longer tense compared to the school students within the lower environment.
The type of sex affects the fulfillment of affective needs and release of tension. Girls tend to be very happy when reading children's magazines or tabloids, and no longer feel tense compared to boys. The age affects the motivation to read to fulfill the cognitive, affective, personal integrative, social integrative, and release of tension needs. Children in the age of 7 - 8 years tend to read for fulfillment of cognitive, personal integrative and social integrative needs. Children in the age category of 9 - 10 years read to fulfill the affective needs. Whereas children in the age category of 11 - 12 years read for release of tension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Warastuti
"Penelitian tentang prevafensi clan derajat intensitas infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah pada anak-anak usia sekolah dasar di Desa Gandawesi, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat telah
dilakukan di Laboratorium Parasitologi U.S. NAMRU-2, Jakarta, pada bulan Agustus-September 1996.
Pemeriksaan sampel tinja dilakukan dengan meggunakan teknik Kato yang dimodifikasi (modifikasi baru) clan penyebaran kuesioner pada seluruh
responden yang diperiksa.
Dan penelitian mi diperoleh hasH 90 anak positif mengandung telur cacing usus dari 216 sampel tinja yang diperiksa. Prevalensi cacing gelang (Ascaris Iumbncoides) 4,63%; cacing cambuk (Trichuris trichiura) 33,8%; clan cacing
tambang (Necator americanus clan Ancylostoma duodenale) 11,1 %. Derajat intensitas infeksi cacing usus adalah cacing cambuk 22050 telur/gram, cacing gelang 11550 telur/gram, clan cacing tambang 5550 telur/gram.
Uji Khi-kuadrat ( ) pada taraf nyata a=0,05 menunjukkan bahwa jenis kelamin clan umur anak tidak mempengaruhi distribusi infeksi cacing usus.
Prevalensi infeksi cacing usus menurut jenis kelamin anak clan umur anak adalah relatif rendah (ringan) sementara derajat intensitas infeksi cacing usus
pada masing-masing jenis kelamin anak clan tingkatan umur anak secara umum termasuk dalam kategori berat (tinggi)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>