Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mellia Christia
"Masa remaja dapat dikarakteristikkan sebagai masa timbulnya tingkah laku beresiko, yaitu tingkah laku yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya atau akibat yang fatal (Gullone et al, 2000). Resiko yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut dapat bennacam-macam, misalnya gangguan keseliatan, fisik maupun psikologis, menurunnya nilai-nilai pelajaran di sekolah, dijauhi teman-teman, sampai yang paling parah adalah kematian. Berbagai resiko yang mengikuti suatu tingkah laku tersebut, tampaknya tidak mempengaruhi keterlibatan remaja dalam tingkah beresiko. Karena selain dari resiko negatif yang ada, hadir pula resiko positif yang seakan-akan menutupi resiko negatifnya, misalnya dapat diterima oleh kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan diteliti tentang hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Selain itu akan diteliti pula perbedaan antara remaja putri dan putra dalam mempersepsikan resiko tingkah laku dan keterlibatan mereka dalam tingkah laku beresiko. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur persepsi terhadap resiko tingkah laku dan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Teknik pengambilan sampel adalah purposeful sampling. Jumlah subyek 75 orang dengan rentang usia 16-18 tahun yang semuanya berasal dari bimbingan belajar BTA SMU 8 Jakarta. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko secara umum dan pada remaja putri. Sedangkan pada remaja putra tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Kemudian ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam keterlibatan pada tingkah laku beresiko dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam hal persepsi terhadap resiko tingkah laku. Selain itu, secara umum terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap resiko dapat berhubungan dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko pada remaja secara umum. Selain itu ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal keterlibatan pada tingkah laku beresiko. Disarankan pada orangtua untuk lebih memberikan informasi yang tepat tentang suatu tingkah laku, selain lebih banyak diberikan perhatian dan kasih sayang. Karena remaja yang dekat dengan keluarga, biasanya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melakukan tingkah laku beresiko. Di samping itu lingkungan sekolah juga diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para remaja dalam bentuk penyuluhan maupun secara ilmiah dalam kegiatan belajar di kelas. Sedangkan bagi para remaja sendiri, agar keinginan untuk mencoba hal-hal baru dapat tersalurkan, maka mengikuti kegiatan yang positif, misalnya kegiatan ekstra kurikuler , olahraga atau organisasi remaja, merupakan salah satu cara penyalurannya. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk dapat memberi gambaran tentang tingkah laku beresiko pada remaja di Indonesia dibutuhkan sampel yang le'oih besar dan berasal dari daerah di luar Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nusolahardo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Putri
"Insiden konflik dan kekerasan yang secara rutin terjadi di masyarakat menyebabkan remaja yang terpapar memandang dunianya tidak aman dan penuh ancaman dan kemudian menunjukkan perilaku yang bermasalah. Perilaku agresif dan menginisiasi permusuhan ini dianggap adaptif bagi remaja dan dinormalisasi pada lingkungan yang menjadikan konflik dan kekerasan sebagai hal yang biasa sehingga konflik akan terus ada dan perdamaian sulit dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan masalah tingkah laku dan sikap terhadap perdamaian pada remaja yang terpapar konflik. Masalah tingkah laku diukur menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), sedangkan sikap terhadap perdamaian diukur menggunakan Peace Attitude Scale (PAS). Partisipan pada penelitian ini yaitu 352 remaja berusia 16-18 tahun yang tinggal di wilayah rawan konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah tingkah laku memiliki hubungan yang negatif dengan sikap terhadap perdamaian remaja yang terpapar konflik. Berdasarkan hasil tersebut, semakin banyak masalah tingkah yang ditunjukkan, semakin negatif sikap terhadap perdamaian yang dimiliki remaja.

Incidents of conflict and violence that routinely occur in society cause exposed adolescents to view their world as insecure and threatening and then they exhibit problematic behavior. Aggressive behavior and initiating hostility are considered adaptive for adolescents and normalized in an environment where conflict and violence are commonplace so that conflict will continue, and peace is difficult to achieve. This study aims to see the relationship between behavioral problems and attitudes towards peace in adolescents who are exposed to conflict. Behavioral problems were measured using the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), while attitudes towards peace were measured using the Peace Attitude Scale (PAS). Participants in this study were 352 adolescents aged 16-18 years who lived in conflict-prone areas. Pearson correlation showed that behavior problems had a negative relationship with attitudes towards peace in adolescents who were exposed to conflict. Based on these results, the more behavior problems shown, the more negative the attitude towards peace the adolescents had.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Badingah
"Penelitian ini beranjak dari pemikiran dan keprihatinan penulis sehuburngan dengan peningkatan agresivitas yang dilakukan oleh sebagian remaja di beberapa kota di Indonesia. Di sisi lain remaja sebagai individu yang sedang dalam tahap perkembangan dari rentang hidupnya, sangat memerlukan bimbingan serta pengarahan dari lingkungan terutama dari orang tua untuk membantu pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Oleh karena itu pemahaman mengenai tingkah laku remaja khususnya tingkah laku agresif merupakan hal yang mendasar atau esensial. Dengan dasar pemahaman tersebut diharapkan usaha pembinaan dan pengarahan remaja menjadi lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras dengan agresivitas remaja. Dalam penelitian ini agresivitas remaja dinilai oleh orang tua, remaja dan teman sekelas.
Berdasarkan kajian teori, diajukan 8 hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Penelitian ini dilakukan pada remaja awal dengan rentang usia antara 12 sampai dengan 14 tahun yaitu murid SMP Negri 1, SMP Negri 3 dan SMP Negri 4 di Kodya Bandar Lampung tahun ajaran 1992/1993.
Analisis data dengan korelasi parsial dan korelasi ganda menunjukkan bahwa hanya kriteria aggresivitas remaja menurut penilaian anak (remaja) yang bermakna. Secara rinci hasil penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter dan tingkah laku agresif orang tua tidak berhubungan dengan agresivitas remaja.
2. Pola asuh demokratis dan permisif berhubungan dengan penurunan agresivitas remaja.
3. Kegemaran menonton film keras berhubungan dengan peningkatan agresivitas remaja.
4. Pola asuh, tingkah laku agresif orang tua dan kegemaran menonton film keras secara bersama-sama mempunyai hubungan dengan agresivitas remaja, tetapi hanya kegemaran menonton film keras yang memberi sumbangan bermakna terhadap agresivitas remaja.
Selanjutnya dengan hasil temuan ini diajukan saran agar orang tua lebih menerapkan pola asuh permisif dan demokratis dibanding pola asuh otoriter, serta meningkatkan pengawasan dan pembatasan lebih cermat terhadap kegiatan anak dalam menonton film keras. Kepada instansi yang berwenang (Pemerintah Daerah, Departemen Penerangan) agar lebih selektif dan melakukan pembatasan pemutaran film keras pads acara-acara televisi dan gedung bioskop serta menyebar luaskan melalui media massa bahwa menonton film keras berkaitan dengan agresivitas remaja. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperluas jangkauan sampel penelitian, menambah variabel penelitian, menggunakan alat yang lebih standar, metode penelitian yang lebih terpadu, serta dimanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya mengatasi atau mencegah agresivitas remaja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
T876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
"ABSTRAK
Adalah hal yang memprihatinkan jika akhir-akhir ini kuantitas penayangan film kekerasan di televisi meningkat, sementara peningkatan itu dibarengi dengan maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Jakarta.
Banyaknya program siaran yang ditawarkan kiranya telah membuka peluang bagi pemirsa untuk memilih acara-aeara yang mereka senangi, termasuk film-film kekerasan. Tudingan kepada pihak pengelola televisi sebagai penyebab maraknya aksi kekerasan bukanlah tudingan yang tanpa alasan, namun tudingan itu tidaklah bijaksana tanpa melalui suatu penelitian. Tulisan ini berusaha menjembatani kepentingan pihak pengelola televisi . dengan kepentingan masyarakat.
Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan. Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan katarsis sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan agresivitas penonton karena menampilkan model untuk dicontoh. menemukan bahwa dampak film kekerasan terhadap agresivitas janganlah hanya dilihat sebagai hasil menonton televisi, tetapi juga dari proses-nya. "Proses" ini dikenal dengan "konsep variabel ketiga", yang dibagi menjadi variabel Antecedent, Intervening dan Contingent. Di samping itu lamanya menonton dan jenis film yang ditonton diduga berhubungan dengan perilaku penontonnya, khususnya perilaku agresif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 orang pelajar SLTA di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dari menonton film kekerasan yang berhubungan dengan agresivitas penontonnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel Antecedent dan Intervening penonton film kekerasan berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Kondisi Contingent (kesempatan penonton untuk mengaplikasikan adegan di televisi dalam perilaku nyata) tidak berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Bila dilihat dari lamanya menonton dan jenis film yang ditonton, ternyata hanya jenis film yang ditonton saja yang memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton.
Berkaitan dengan temuan ini beberapa saran yang dikemukakan, adalah : (1) hendaknya orang tua tidak menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mencontoh perilaku buruk orangtuanya karena orangtua merupakan "model" yang cukup menarik bagi anak-anak untuk ditiru; (2) pihak pengeloia program televisi hendaknya lebih bijaksana dalam menyeleksi film-film yang akan diputar dengan memperhatikan jam tayang khususnya untuk film anak-anak dan remaja; (3) perlunya penelitian lanjutan untuk menemukan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap hubungan menonton film kekerasan di televisi dengan agresivitas penontonnya. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Tuwaidan
"Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah memilih pasangan hidnp. Namun, perailihan pasangan hidup individu tidak sepenuhnya berada di tangan individu yang bersangkutan. Lingkungan sosial di luar individu juga ikut berperan. Keluarga dalam hal ini orangtua- merupakan faktor di luar individu yang paling berperan dalam pemilihan pasangan hidup. Saat ini, dalam pemilihan pasangan hidup orangtua cenderung tidak lagi menjodohkan individu dengan pasangan yang mereka anggap. Peran orangtua telah bergeser ke arah di mana individu memilih sendiri pasangannya namun perlu persetujuan orangtua.
Kecenderungan orangtua untuk melakukan evaluasi tentang pasangan yang dipilih individu berbeda antara pria dan wanita, di mana orangtua lebih cenderung untuk mengevaiuasi pasangan anak wanitanya. Mengingat hal itu, penelitian ditujukan pada wanita.
Dari pengalaman beberapa wanita tampak bahwa tampaknya ketidaksetujuan orangtua terhadap pasangan yang dipilih individu menimbulkan kebimbangan untuk melanjutkan hubungan ke pemikahan. Di satu sisi, ketidaksetujuan orangtua merupakan tekanan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, sementara itu hubungan pacaran sendiri melibatkan banyak afek. Oleh karena itu dilakukan penelitian guna mendapatkan gambaran tentang seberapa besar kecenderungan wanita untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua serta memahami faktor-faktor apa saja yang b^engaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Dengan kata lain, dilakukan penelitian tentang intensi menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua.
Dalam penelitian ini, pengkajian dilakukan dengan menggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini merupakan perluasan dari teori Reasoned Action, di mana teori Planned Behavior ini digunakan untuk tingkah laku yang tic^ sepenuhnya berada di bahwa kontrol kehendak individu. Menumt kerangka teori ini, intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) sikap terhadap tingkah laku, (2) norma subyektif, dan (3) perceived behavior control. Ketiga determinan mtensi ini sendiri dibentuk oleh seperangkat belief yang menonjol, yang disebut salient belief. Teon ini juga membuka kemungkinan bagi masuknya variabel lain dalam meramalkan intensi pada situasi tertentu.Tingkah laku yang menjadi fokus penelitian im adaiah tingkah laku yang secara teoritis sesuai dengan keinginan individu namun berlawanan dengan harapan lingkungan sosial, yaitu tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Dalam menentukan pilihan salah satu faktor yang diduga ikut berperan adaiah penghayatan otonomi, yang mengacu pada pengertian sejauh mana individu mempersepsikan diri sebagai seseorang yang bebas bertmu sesuai dengan keinginan sendiri. Oleh karena itu, variabel penghayatan otonomi juga dijadikan determinan pembentuk intensi.
Subyek penelitian ini adaiah wanita dewasa muda yang bertahan untuk tetap berpacaran dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling insidental dan berhasil dilibatkan sebanyak 43 orang subyek. Alat pengumpulan data adaiah kuesioner yang terdiri dari skala-skala yang men^kur sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, perceived behavior control dan intensi berdasarkan format yang disarankan Ajzen (1980). AJat ukur penghayatan otonomi dibuat dengan mengacu pada alat ukur otonomi dari Ryff (1989) dan literatur tentMg otonomi lainnya. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisa deskriptif, mean, korelasi serta penghitungan korelasi berganda. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows Release 6.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa skor intensi untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung berada di tengah, atau dengan kata lam cenderung ra^. Sikap subyek terhadap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung. Secara umum terlihat bahwa signidicant others bagi subyek cenderung mengharapkan subyek agar tidak menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangta. Subyek penelitian menganggap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua sebagai tingkah laku yang sulit diwujudkan, meskipun subyek mempersepsikan diri sebagai individu yang bebas bertmdak sesuai dengan apa yang diinginkaimya.
Perhitungan korelasi menunjukkan bahwa keempat determinan intensi tersebut berkorelasi positif dan signifikan dengan intensi. Lewat analisis regresi berganda didapatkan mlai korelasi berganda yang signifikan. Dengan kata lain, keempat variabel tersebut secara bersama-sama raemberikan peramalan yang signifikan terhadap intensi. Namun, bila dilihat sumbangan unik masing-masing variabel, hanya variabel perceived ehavior control saja yang memberikan sumbangan unik yang signifikan dalam meramalkan intensi.
Variabel sikap, norma subyektif, otonomi, dan perceived behavior control mengukur common factors yang tercakup pada perceived behavior control. Hal ini juga ditunjang oleh adanya korelasi yang signifikan antar prediktor. Sebagaimana telah luraikan di atas, penghayatan otonomi diduga ikut meramalkan intensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tampaknya penghayatan otonomi sudah direfleksikan di dalain sikap dan norma subyektif sehingga masuknya variabel otonomi tidak membenkan tambahan peramalan yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini wanita sudah mempunyai kesempatan untuk bekerja
diluar rumah, baik yang bertujuan ekonomis ataupun untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tetapi di lain pihak
wanita tetap dituntut untuk sukses dalam rumah tangga. Artinya
wanita dituntut untuk berperan ganda, sebagai wanita bekerja yang
sekaligus pula sebagai ibu rumah tangga. Bagaimana dengan para
ayah/suami saat ini ?
Dengan bekerjanya ibu/istri, para suami seharusnya ikut
turun 'tangan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pada
kenyataannya, para suami tampaknya tidak menambah waktunya untuk
bekerja di rumah. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
meneliti tingkah laku para ayah/suami dalam mengerjakan pekerjaan
rumah tangga.
Dalam konsep tradisional, sudah ada pembagian kerja antara
wanita dan pria, dimana pembagian tersebut sudah tidak perlu lagi
ditegaskan. Tiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan
peran jenis kélamin yang telah dibentuk oleh masyarakat.
Kebalikan dari konsep tradisional adalah konsep androgini, dimana
individu dapat bebas menentukan perilakunya tanpa terikat pada
peran jenis kelamin. Dengan demikian individu dapat
mengembangkan potensinya secara optimal.
Remaja sebagai anggota keluarga, secara teoritis akan
mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang paling penting dalam
hidupnya. Ayah sangat. memegang peranan penting dalam proses
identifikasi ini. Dengan keadaan itu, penulis ingin melihat
huhungan antara sikap remaja terhadap penerapan konsep androgini
dengan tingkah laku ayah dalam mengerjakan pekerjaan rumah
tangga.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
skala sikap, kuesioner data pribadi/data kontrol dan kuesioner
pembagian tugas rumah tangga. Dan subyek yang dipilih adalah
ayah dengan remaja putranya yang telah memasuki tahap remaja
akhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja cenderung
negatif terhadap penerapan konsep androgini dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tangga. Dan tingkah laku ayah juga cenderung non
androginious dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Walaupun
antara sikap dan tingkah laku ayah sejalan, tetapi tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara keduanya. Hal tersebut
mungkin terjadi karena alat yang kurang dapat memberi skor secara
lebih halus atau remaja tidak hanya dipengaruhi oleh ayahnya saja
dalam proses belajar konsep androgini, tetapi juga oleh
lingkungan di sekitarnya atau masyarakat luas yang masih memegang
konsep non androgini dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan alat yang dapat
memberi skor lebih terinci sehingga dapat membedakan individu
yang androgini dan non androgini."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norharlina BT Mohd Nor Ahmad
1995
S2291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukrisno
"Adanya pemisahan antara program sarjana psikologi dengau program profesi psikolog menuntut mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk memustuskan apakah akan melanjutkan atau tidak melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi. Secara teoritis keputusan tersebut membutuhkan proses pemilihan yang bijaksana karena akan sangat berpengaruh terhadap hampir seluruh aspek kehidupan di masa yang akan datang. Da1amkenyataannya banyak mahasiswa yang masih bimbang tanpa keputusan yang pasti.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kecenderungan mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi serta memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah planned behavior theory dari Ajzen (1988). Teori tersebut menekankan pentingnya intensi sebagai determinan terdekat dilakukannya suatu tingkah laku. Informasi penting lain yang bisa diperoleh adalah mengenai belief-belief yang mendasari intensi tersebut.
Dependent variable penelitian adalah intensi untuk melanjutkan ke program profesi. Sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceive behavior control yang dalam model planned behavior theory berperan sebagai determinan intensi, digunakan sebagai independent variab!es. Masing-masing variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala semantic differential dengan sedikit modifikasi dari format yang dicontohkan oleh Ajzen (1980).
Dengan tehnik purposive sampling sebanyak 50 mahasiswa Fakultas Psikologi UI angkatan l992 dilibatkan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara maupun kelompok. Untuk pengolahan data digunakan alat bantu komputer dengan melibatkan analisis deskriptif sampel, mean dan SD, korelasi, serta analisis multipel regresi.
Hasilnya diperoleh bahwa skor intensi mahasiswa baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data kontrol berada di atas mean teoritis. Distribusi frekwensi skor intensi menunjukkan pengelompokkan persentase besar pada skor-skor tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa intensi mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi adalah relatif tinggi.
Dalam analisis multipel regresi dengan menggunakan sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan PBC sebagai predictor dan intensi sebagai criterion diperoleh nilai multipel korelasi yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dalam konteks penelitian ini terdapat hubungan linear yang signifikan antara ketiga predictor dengan criterion-nya. Sedangkan dalam sumbangan unik setiap predictor, hanya PBC saja yang mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap naik turunnya skor intensi.
Dengan demikian hipotesis penelitian bahwa sikap terhadap tingkah laku memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkah laku ditolak. Demikian juga ditolak hipotesis yang menyatakan bahwa ada sumbangan yang signifikan dari norma subyektif terhadap intensi melanjutkan ke program profesi. Hipotesis yang diterima adalah hipotesis adanya sumbangan yang signifikan dari variabel PBC terhadap intensi.
Dibandingkan dengan analisis multipel regresi tanpa PBC sebagai predictor, tampak bahwa sikap terhadap tingkah laku dan norma subyektif mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap intensi. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa variabel sikap dan norma subyektif mengukur common factors yang tercakup oleh PBC. Selain itu varians DV yang tercakup oleh IV mengalami peningkatan yang signifikan ketika dimasukkan variabel PBC.
Dalam analisis mean variabel dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap tingkah laku melanjutkan ke program profesi. Demikian juga dengan norma subyektif yang berada di bawah mean teoritis yang berani bahwa lingkungan sosial disekeliling para mahasiswa tidak terlalu menuntut mereka untuk melanjutkan ke program profesi. Dalam hubungannya dengan hambatan dan sumber-sumber daya yang mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi, mean PBC berada di atas mean teoritis. Hal ini berarti kebanyakan mahasiswa menganggap bahwa melanjutkan ke program profesi adalah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu intensi mahasiswa tetap relatif tinggi meskipun sikap dan noma subyeknya unfavorable."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>