Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Cahyo Wardoyo
"Pembuangan limbah cair domestik khususnya limbah rumah tangga yang diolah dengan septik tank, ternyata cukup menjadi masalah bagi kita. Sumur resapan yang dibangun untuk menetralisir air limbah septik tank menyita tempat atau membutuhkan lahan yang cukup luas dan tidak semua jenis tanah memenuhi persyaratan untuk bidang atau sumur resapan. Air limbah yang berasal dari septik tank mempunyai kandungan organik yang tinggi. Oleh karena itu pengolahannya dapat dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.
Penelitian ini bertujuan memahami bagaimana proses pembiakan bakteri anaerob pada biomedia (bioball), membandingkan kinerja reaktor (tangki) anaerobik yang bervariasi volume biomedianya, serta mencari pertumbuhan bakteri yang paling optimal dari berbagai variasi media tersebut. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian meliputi studi literatur, penelitian di laboratorium Teknik Penyehatan Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang meliputi pembuatan model reaktor/tangki pembiakan bakteri sistem attached growth skala laboratorium, memvariasikan reaktor dengan variasi volume media 25%, 50%, 75% dan 100% dari volume reaktor .sampling, serta analisa sampel berdasarkan periakuan yang diterapkan yaitu : Perlakuan I : Tanpa Periakuan, Periakuan II : Penambahan Asam Asetat, Periakuan III : Pengenceran Limbah, Perlakuan IV : Penambahan Makanan Burung. Hasil penelitian akan digunakan dalam perancangan dan operasional septic tank dari PT. DUSASPUN.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaktor dengan volume media 50% memiliki kinerja terbaik dibandingkan dengan reaktor yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa volume media 50% sebagai ruang tempat hidup mikroorganisme sebanding dengan jumlah dan pertumbuhan mikroorganisme itu sendiri. Perlakuan III mampu meningkatkan efisiensi penyisihan COD dan SS dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Keadaan tersebut menyimpulkan bahwa proses biologis baru dapat berjalan dengan baik jika beban organiknya (kandungan COD) rendah.
Dari hasil pengamatan mengenai pH untuk semua perlakuan, dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian ini rentang ph yang optimum untuk terjadinya reaksi kimiawi mikroorganisme adalah antara 6,5 - 7,5. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme pada penelitian ini berada pada rentang 28 - 30_C dan optimum pada suhu 29_C. Pemberian nutrisi sangat membantu dalam proses pertumbuhan mikrorganisme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinabutar, Mael H.P.
"Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kondisi lingkungan tempatnya hidup, jenis media tempat tinggalnya, serta makanan yang dikonsumsinya. Jadi untuk membuat pertumbuhan mikroorganisme menjadi optimum, hams dibuat pula semua persyaratan yang diinginkan oleh mikroorganisme tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi lingkungan tenpatnya ringgal melekat (attached growth), tumbuh atau berkembang biak dan pada akhimya nanti akan mati hams dibuat dan diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat mikroorganisme tersebut nyaman dan betah tinggal di dalamnya.
Demikian pula halnya dengan pemilihan jenis media bio sebagai tempat tinggalnya dan komposisi volume media harus dipilih dan ditentukan sedemikian rupa sehingga membuat mikroorganisme tersebut merasa nyaman dan betah tinggal didalamnya. Untuk pemberian jenis makanan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, haruslah dipilih yang benar - benar sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme tersebut. Pemilihan jenis makanan yang akan diberikan tergantung dari jenis mikroorganisme yang ada, kemudahan mendapatkan serta dilihat dari segi eknomi, dalam hal ini adalah harga dari sumber makanan tersebut.
Untuk menentukan atau menyelidiki hal - lial yang diuraikan tadi, maka digunakanlah suatu metodologi penelitian yang dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan metode seeding atau pengukuran parameter - parameter yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu : COD, pH, Temperatur, SVI dan MLSS serta MLVSS.
Bila semua persyaratan yang diinginkan oleh mikroorganisme tersebut telah dapat dipenuhi, maka mikroorganisme tersebut akan cepat bertumbuh dan berkembangbiak. Hal ini akan berpengaruh kepada kecepatan pertumbuhan atau perkembangbiakannya dan akan sangat membantu manusia dalam tujuaonya untuk menjadikan mikroorganisme yang tinggal melekat dalam media bio yang diberikan untuk dyadikan sebagai media pengolahan limbah cair."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartinah I.R.
"Perkembangan yang pesat terjadi di Indonesia diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk, mengakibatkan air limbah yang dihasilkan semakin besar. Supaya tidak mengganggu dan mencemari lingkungan, maka air limbah tersebut harus diolah. Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara biologis, fisik, dan kimia. Pengolahan secara biologis akhir-akhir ini banyak diminati karena lebih efisien, efektif dan relatif aman dibandingkan dengan pengolahan yang lain. Pengolahan secara biologis memanfaatkan bakteri sebagai pengurai bahan-bahan orgnaik yang terkandung dalam air limbah. Pada penelitian yang dilakukan, pengolahan air limbah dilakukan secara biologis dengan proses pertumbuhan melekat pada biomedia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembibitan bakteri pada biomedia di dalam proses pengolahan air limbah secara biologis dengan menggunakan hutch reactor. Pengolahan biologis yang digunakan adalah penumbuhan melekat (attached growth processes) dengan memanfaatkan bakteri-bakteri pengurai dalam menguraikan zat organik dalam air limbah. Sebagai bahan starter dipakai rumen dan ditambahkan Effective Microorganism (EM) 1.5 ml/1 untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme. Dalam penelitian dilakukan beberapa eksperimen dengan memberikan empat perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan mikroorganisme, yaitu dengan menambahkan makanan berupa susu, asam asetat, lumpur aktif (activated sludge), dan melakukan pengenceran untuk mengurangi beban organik di dalam reaktor. Selain itu digunakan empat reaktor dengan luas permukaan biomedia yang berbeda untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme yang optimum. Parameter yang diukur adalah COD, pH, temperatur, MLSS, MLVSS, dan SVI. Berdasarkan analisa dan perlakuan pertama dapat diketahui bahwa penambahan EM dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme. Dari keempat perlakuan terlihat bahwa pada perlakuan keempat proses penguraian substrat berlangsung dengan baik, hal ini menunjukkan jumlah bakteri banyak. Jadi dengan penambahan lumpur aktif mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Dari keempat reaktor pertumbuhan mikroorganisme yang optimal terjadi di dalam reaktor dengan luas permukaan 50 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fitra Suhanda
"Microbial Fuel Cel/ (IVIFC) adalan seperangkat alat yang mampu menguban energi kimia yang berasal dari metabolisme suatu mikroorganisme, menjadi energi Iistrik. |V|etabo|isme suatu mikroorganisme melibatkan transpor elektron di dalamnya, seningga dapat di manfaatkan untuk mengnasiikan listrik. Proses transpor elektron dari membran sei ke permukaan anoda dapat dibantu dengan penambanan mediator. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan Kultur Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi Iistrik dalam IVIFC, tanpa penambanan mediator dari luar sistem. Pseudomonas aeruginosa adalan bakteri yang dapat mengnasilkan pigmen-pigmen berwarna knas. Salan satunya adalan pyocyanin, suatu pigmen biru nijau yang diperkirakan bersifat elektroaktif.
Pyocyanin dapat dinasilkan olen P. aeruginosa pada media pertumbunan ekstrak tauge. Hasil uji voltametri siklik ternadap ekstrak pyocyanin menunjukkan banwa senyawa tersebut bersifat elektroaktif, dengan potensial oksidasi pada 0,21825 V dan potensial reduksi pada 0,147 V. Pengukuran Iistrik IVIFC dilakukan dengan menggunakan Kultur P. aeruginosa pada media ekstrak tauge dengan pyocyanin sebagai auto-mediator. Arus yang diperolen rata-rata sebesar 23 uA, serta voltase rata-rata sebesar 260 mV. Produksi Iistrik IVIFC dengan memvariasikan konsentrasi substrat glukosa sebesar 0,5 g/L; 1 g/L; 2,5 g/L; 3 glL dan 4 glL menunjukkan bahwa pengukuran berlangsung optimal penambahan glukosa sebesar 3 g/L"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Andika Putri
"Polimer emulsi banyak digunakan sebagai coating, yang dapat memberikan efek warna. Efek warna opal diperoleh dengan membuat polimer core-shell yang berukuran 200 ? 300 nm. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi core stirena menggunakan teknik seeding. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi monomer stirena dan konsentrasi surfaktan SLS pada seeding. Variasi konsentrasi monomer dan konsentrasi surfaktan di seeding dilakukan agar dapat dihasilkan polimer core stirena yang berukuran optimal atau lebih dari 100 nm. Polimer core stirena dianalisis menggunakan beberapa variabel, diantaranya persen konversi, ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, berat molekul, viskositas dan pH. Karakterisasi polimer core stirena yang dihasilkan, dilakukan dengan menggunakan IR dan DSC. Pada konsentrasi monomer di seeding sebesar 6 % dan konsentrasi surfaktan di seeding sebesar 15% memberikan hasil optimum yaitu polimer emulsi core stirena dengan ukuran partikel 112,6 nm, persen konversi sebesar 82,64 %, dan PDI sebesar 0,089 serta pada konsentrasi monomer di seeding sebesar 12% dan konsentrasi surfaktan di seeding sebesar 25 % memberikan hasil optimum polimer emulsi core stirena dengan ukuran partikel 103,8 nm, persen konversi sebesar 82,17%, dan PDI sebesar 0,089."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30400
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hany Tovina
"Sintesis nanozeolit dilakukan dengan menggunakan teknik seeding,
dimana seed merupakan zeolite Y dengan tetraethyl orto silicate (TEOS)
sebagai sumber silika, aluminium isopropoxide Al[(CH3)2CHO)]3 sebagai
sumber aluminium dan tetramethylammoniumhydroxide (TMAOH) sebagai
template (zat pengarah). Proses dilakukan dalam kondisi hidrotermal, dimana
sintesis zeolite dikondisikan menyerupai sintesis yang terjadi pada alam
semesta. Tujuan penelitian ini adalah membuat nanozeolit tipe Faujasite
dengan teknik seeding agar didapat ukuran dan struktur nanozeolit yang
seragam dan menghindari terjadinya pembentukan agregat.
Perbedaan perbandingan Si/Al, jenis template dan pH akan
mempengaruhi hasil dan proses kristalisasi zeolit yang terbentuk. Kondisi
optimum untuk pertumbuhan kristal zeolite adalah pada pH 9, dengan lama
pertumbuhan kristal FAU selama 20 jam, pada suhu 100oC, pada plat glassy
carbon yang termodifikasi PDDA,PSS,PDDA, dan dengan variasi jumlah
lapisan seed (1 kali, 2 kali, dan 3 kali pelapisan) pada permukaan glassy
carbon. Pertumbuhan struktur dan ukuran zeolite yang seragam dihasilkan
pada permukaan glasyy carbon dengan 1 kali pelapisan seed"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2009
S30541
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S27533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Dwisantoso
"Heat pipe merupakan alat heat exchanger sederhana yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi dan dapat mentransfer panas dalam jumlah yang besar dengan perbedaan temperatur yang sangat kecil antara sisi evaporator dan sisi kondenser tanpa membutuhkan listrik sebagai sumber daya tambahan. Heat pipe dapat berfungsi sebagai precooler dan reheater sehingga dapat menghemat energi serta memiliki kapasitas sebagai dehumidifier. Performansi heat pipe yang optimal perlu dicari sehingga dapat memberikan efek yang maksimal terhadap pengkondisian udara. Sebuah percobaan dibuat untuk menguji unjuk kerja pengkondisian udara menggunakan heat pipe yang diimplementasikan pada saluran udara (ducting), terdiri dari 8 buah heat pipe dengan diameter 5/8" dan panjang 500mm. Pengujian juga dilakukan dengan menambahkan penggunaan heat pipe pada unit kondenser yang terdiri dari 15 buah heat pipe dengan diameter 5/8" dan panjang 730mm. Unjuk kerja heat pipe akan diuji dengan pemakaian komponen tersebut dan divariasikan dengan jumlah fluida kerja (fill ratio) R134a yang diisikan ke dalam heat pipe ducting sebanyak 40%, 60%, 80%, dan 100% dari volume evaporator heat pipe. Unjuk kerja heat pipe optimal terjadi pada fill ratio 60%. Pengujian unjuk kerja heat pipe terbukti dapat menurunkan relative humidity sebesar 7,3% dan meningkatkan efek pendinginan sebesar 2,2%.

Heat pipe is a simple heat exchanger tool with high thermal conductivity and able to transfer large amounts of heat with very small temperature difference between the evaporator and condenser section of heat pipe without need of electricity as an additional resource. Heat pipe can serve as a precooler and reheater so as to conserve energy and has the capacity as dehumidifier. Optimal heat pipe performance should be sought so as to give maximum effect to the air conditioning. An attempt was made for test the performance of air conditioning using heat pipes that was implemented on ducting, consists of 8 pieces of heat pipes with 5/8" of diameter, 500mm of length and the condensing unit that has 15 pipes with 5/8" diameter, length 730mm. Testing is also done by adding the use of heat pipes on the condenser unit consisting of 15 pieces of heat pipes with a diameter of 5/8" and 730mm of length. The performance of heat pipes will be tested using those components and varying the amount of working fluid (fill ratio) R134a loaded in the heat pipe ducting as much as 40%, 60%, 80%, and 100% of the volume of heat pipe evaporator. Optimal performance of the heat pipe occurs in 60% fill ratio. Testing the performance of the heat pipe is proven to reduce the relative humidity to 7.3% and increase the cooling effect to 2.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Nathaniel
"Beton yang digunakan untuk struktural dalam konstruksi teknik sipil, dapat di bedakan menjadi beberapa bagian. Dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang. Dalam termik sipil hydro digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran ataupun dalam perencanaan drainase perkotaan. Beton juga di gunakan dalam telmik sipil transportasi untuk pekerjaan lapis perkerasan kaku (rigid pavement), saluran jalan, gorong-gorong dan lainnya. Jadi beton hampir di gunakan dalam semua aspek bidang teknik sipil.
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur di banding dengan jenis material lainnya. Hal ini disebabkan beton banyak memiliki kelebihan walaupun beton tersebut juga memiliki kekurangan tetapi tidak menjadi masalah dengan ditemukannya bahan tambah untuk beton. Bahan tambah ini bertujuan untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan plastis atau setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, meningkatkan kuat tekan, menambah daktalitas, mengurangi retak, manambah daya tahan terhadap serangan sulfat atau reaksi alkali silika.
Salah satu bahan tambah beton adalah serat (fiber). Pemikiran dasar pemakaian serat ini adalah sebagai secondary reinforced pada beton bertulang untuk menulangi beton dengan orientasi random, sehingga dapat mencegah terjadinya retak-retak yang terlalu dini pada beton akibat panas hidrasi maupun akibat beban. Dengan dicegahnya retak-retak yang terlalu dini, mengakibatkan kemampuan bahan untuk mendukung tegangan-tegangan yang terjadi akan semakin besar.
Dalam penelitian ini akan dibahas kemampuan dari struktur pelat tipis akibat beban statik. Benda uji yang digunakan terbuat dari mortar mutu K-400 dengan kandungan serat metal yang berbeda-beda dengan variasi kadar 0 %, 1 % , 2% dan 3% dari volume mortar.
Disamping itu juga terdapat variasi temperatur yakni mengalami pembakaran pada temperatur ruang, 400°C, dan 800°C. Dari keempat jenis benda uji akan diteliti untuk mendapatkan kondisi yang paling optimum terhadap beban statik Keempat jenis mortar ini masing-masing diletakkan di atas dua tumpuan perletakan sederhana, kemudian di beri beban dengan metode pembebanan third paint loading dimana beban di berikan setiap jarak sepertiga bentang. Beban titik yang diberikan berupa beban monotonik dan beban semi siklik. Setiap penambahan beban dicatat lendutan yang terjadi pada tengah bentang dan pada titik pembebanan dengan menggunakan dial gauge dengan skala 0.01 mm sehingga di hasilkan data hubungan antara beban dan lendutan. Data tesebut kemudian diolah dan dianalisa untuk mendapatkan nilai kuat lentur dan kuat geser pada masing-masing variasi kadar serat dan variasi temperatur.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa penambahan serat pada mortar memberikan konstribusi yang cukup baik dalam menanggung beban statik. Nilai kuat lentur yang di dapatkan pada suhu mang mengalami peningkatan terhadap pertambahan kadar serat dengan nilai maksimum sebesar 0.15 setelah normalisasi, yang terjadi pada kadar serat 2% yang merupakan kadar serat optimum. Nilai kuat geser yang optimum juga terdapat pada kadar serat 2% kondisi suhu ruang, dimana teijadi peningkatari nilai kuat geser sebesar 0.04 setelah normalisasi. Kenaikan temperatur akan sangat mengurangi karateristik dan sifat-sifat mekanis mortar, karena terjadinya dekomposisi pada material dasar pembentuk mortar akibat temperatur tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>