Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Agung Maruli R.N.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Iswoyo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert
"Dalam pekmjaan prciyek konstruksi diperlukan suatu perencanaan yang matang. Perencanaan trsebut mencakup beberapa bagian seperti persiapan, pengorganisasian dan pengendalian lingkup, waktu, Serta biaya suatu proyek dan sangat berperan sebagai pondasi dari estimasi proyek.
Direktorat Jenderal Cipta~ Karya Departemen Pekcrjaan Umum mengeluarkan sualu pedoman dasar melakukan perhitungan _biaya konstruksi secara umum yang dapat digunakan dalam perencanaan untuk menclapatkan proyek dalam tender atau dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek konstruksi khusuanya bangunan bertingkat di atas 2 lantai. Keunggulan dan kelemahan atau tingkat keakuratan pedornan ini harus diketahui agar dapat diaplikasikan pada proyek-proyek konstruksi sehingga tingkat keberhasilan dalam mendapatkan proyek itu sendiri maupun pada pelaksanaannya nanLi.
Peznelitian ini dilakukan dengan suatu analisa perbandingan antara pedoman dasar tersbut dengan data Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibual pada lahap definisi/impIementasi pada suatu pembangunan bangunan bertingkat di atas 2 lantai_sekaligus berusaha membuktikan tingkt keakumtan dari pedoman terscbut terhadap data RAB. Adapun data RAB tersebut diambil dari beberapa proyek bangunan bertingkat sejenis ruko dan sekolah dari harga satuan pekexjaan finishing, yaitu pasangan bata, pelesteran, acian, dan psangan keramik.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa rasio dari data Rcncana Anggaran Biaya suatu proyek konstruksi bangunan bedingkat di atas 2 lantai lebih rendah dari rasio pedoman dasar yang ditetapkan Cipta Karya tersebut, dan tingkat akurasi data RAB lebilm besar/akurat dari pedomandasar Cipta Karya tersebuL."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Yunadiesti
"Syarat penting untuk menuntun kepada keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya proses pengendalian dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari fungsi dari tiga langkah pokok, yaitu : (1) pengukuran, yang merupakan penetapkan standar kinerja; (2) evaluasi, pengukuran kinerja terhadap standar; dan (3) tindakan koreksi, yakni upaya pembetulan apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan. Pengendalian biaya proyek bertujuan untuk meningkatkan kiner a biaya proyek sehingga biaya aktual lebih kecil atau sama dengan biaya rencana. Pengendalian biaya proyek ini termasuk diantaranya adalah pengendalian biaya subkontraktor. Pengendalian terhadap penyimpangan biaya (cost overrun) pada pengelolaan subkontraktor dapat dilakukan dengan penerapan langkah-langkah tindakan koreksi yang sesuai sehingga tindakan koreksi efektif dan efisien dalam mengatasi penyimpangan biaya yang terjadi.
Rekomendasi tindakaa koreksi pengendalian biaya subkontraktor telah diidentifikasi dari penelusuran dampak dan penyebab penyimpangannya pada penelitian sebelumnya. Rekomendasi tindakan koreksi ini masih memerlukan langkah-langkah tindakan koreksi yang jelas. Dengan bantuan Metode Delphi maka penelitian ini akan mengidentiftkasi langkahlangkah rekomendasi tindakan koreksi tersebut dengan menghimpun langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar untuk selanjutnya dilakukan analisis dan pengambilan rekomendasi langkah-langkah yang memiliki frekuensi penerapan tertinggi dan cocok dengan tindakan koreksinya. Hasil penelitian ini aka; digunakan untuk melengkapi Software Corrective Action dan Neural Network yang dapat memudahkan pengambilan keputusan dalam pengendalian biaya proyek."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Crystal Soesilo
"Dalam proyek konstruksi ada beberapa macam biaya yang perlu dikendalikan agar proses kontruksi dapat tetap berjalan sesuai rencana, salah satunya adalah biaya langsung. Biaya peralatan merupakan salah satu biaya langsung yang besarnya sekitar 20% - 30% dari biaya total proyek (Day, 1991). Oleh sebab itu, jika tidak dikendalikan dengan baik maka akan terjadi penyimpangan biaya yang dapat menyebabkan penyelesaian proyek tertunda, atau tidak terselesaikan. Untuk mengatasi peiiyimpangan biaya peralatan, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: pertama, mengukur ketidaksesuaian (varians) antara biaya yang dipakai dengan biaya rencana ; kedua, mengevaluasi dampak dan penyebab dari variance negatif tersebut dengan kritis ; ketiga, mennganalisis dan menyusun tindakan koreksi yang tepat beserta langkah-langkahnya untuk inengatasi masalah tersebut.
Tindakan koreksi terhadap penyimpangan biaya peralatan konstruksi telah diteliti dan disusun oleh peneliti Yudiansyafi (2002) dalam tesisnya yang berjudul "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Manajemen Peralatan Dalam Pengendalian Biaya Proyek Dengan Bantuan Expert System" dan oleh peneliti Paul Hugo (2003) dengan tesisnya, yaitu "Rekomendasi Tindakan Koreksi Pada Pengendalian Biaya Peralatan Dengan Metode Hybrid Probabilistic Neural Networks". Akan tetapi masih ada satu proses lagi yang perlu dilakukan, yaitu langkah-langkahnya agar tindakan koreksi yang direkomendasikan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran permasalahannya.
Untuk menetapkan langkah-langkah rekomendasi tindakan koreksi yang efektif dan efisien, maka penelitian ini dilakukan dengan bantuan metode Delphi. Metode Delphi sering dipergunakan untuk menjaring opini kelompok dimana partisipannya dapat saling berpendapat dengan bebas tanpa adanya unsur penekanan dari orang lain dalam memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah yang ada. Pendapat-pendapat tersebut selanjutnya akan dipilih berdasarkan frekuensi penggunaannya yang tertingi di proyek. Setelah langkah-langkah tindakan koreksi yang direkomendasikan teridentifikasi, maka selanjutnya hasil penelitian ini akan dimasukkan ke dalam program Expert Corrective Action yang telah diciptakan oleh peneliti lain sebelumnya, agar para pelaku konstruksi dapat menggunakannya dengan praktis; terutama dalam pengambilan keputusan yang memerlukan proses yang cepat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malvino A.H.
"Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi jalan terdapat dua (2) komponen biaya, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah komponen biaya yang paling dominan. Biaya tenaga keija merupakan salah satu dari biaya langsung, yang memiliki peranan sekitar 30-40% terhadap total biaya proyek. Dalam usaha meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja dibutuhkan kemampuan manajerial yang baik. Untuk mencapai hasil yang optimal, dituntut kinerja dan produktivitas tenaga keija yang baik, dengan didukung oleh penerapan tahapan-tahapan manajemen konstruksi (perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian) yang tepat. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Permasalahan dibatasi pada proyek konstruksi jalan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sehingga, responden adalah pihak-pihak terkait dalam proyek konstruksi jalan di wilayah Jakarta dan sekitamya. Analisa data dilakukan dengan metode A HP (Analytical Hierarchy Process) dalam menentukan variabel-variabel kinerja dan produktivitas tenaga kerja yang paling berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian ini dirumuskan kesimpulan bahwa variabel-variabel kinerja dan produktivitas tenaga kerja, yang merupakan variabel bebas, memberikan konstribusi sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam usaha meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja pada proyek konstruksi jalan.

Within an implementation of highway construction project, there are two (2) cost components, which are direct cost and indirect cost. Direct cost is the most dominant cost component. Labor cost is one of direct cost, which has about 30-40% role to the total project cost. In order to improve labor cost efficiency, a well management capability is required. To gain the optimal result, well labor performance and productivity are required, supported by the right implementation in construction management series (planning, scheduling, and controlling). In this research, the questioner does data collection. Set of problems limited on highway construction projects around Jakarta. Therefore, the respondents are related sides in highway construction projects around Jakarta. Data analysis performed by Analytical Hierarchy Process (AHP) in order to determine which labor performance and productivity variables that have the most influence. The conclusion of this research is that labor performance and productivity variables, which are the independent variables, giving contribution as the influential factors in efforts to improve the efficiency of labor cost in the highway construction project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Satriya Budi
"Penyakit tonsilofaringitis termasuk dalam infeksi saluran pernafasan akut yang kasusnya banyak di masyarakat, mencapai 40 - 60 % kunjungan pasien ke Puskesmas. Dari Sistim Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas menunjukkan bahwa tonsilofaringitis adalah yang paling sering ditemui di lapangan.
Dilain pihak pengobatan antibiotika irasional terus berlangsung, tidak terkecuali ISPA. Padahal menurut laporan WHO, kebanyakan penyakit ISPA disebabkan oleh virus bukan bakteri, hanya 10 % gejala ISPA yang memang betul-betul memerlukan antibiotika.
Sementara DepKes RI mengeluarkan pedoman Pengobatan Dasar Berdasar Gejala bagi Puskesmas, dimana faringitis oleh infeksi kuman ditetapkan pilihan I amoksisilin, pilihan II ampisilin, pilihan III penisilin V dan terakhir pilihan IV eritromisin
Oleh karena itu perlu adanya evaluasi dengan cost effectiveness analysis antara amoksisilin dan eritromisin pada terapi tonsilofaringitis, agar diketahui pilihan yang tepat secara ekonomis di masyarakat.
Penelitian dilakukan di daerah Jakarta Barat pada Puskesmas Tambora, mulai bulan Juni sampai dengan September 2002.
Dalam evaluasi disertakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan terapi tonsilofaringitis mulai internal umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi, penghasilan keluarga, kepatuhan minum obat, adanya pengaruh minum obat simptomatis sebelumnya, ada tidaknya efek samping obat dan eksternal terpapar oleh polusi ditempat kerja, kepadatan hunian rumah serta kondisi lingkungan rumah.
Desain penelitian kohort, perhitungan sampel uji beda dua mean. Jumlah sampel jadi 241 orang dengan rincian 120 orang menerima pengobatan dengan amoksisilin dan 121 orang menerima pengobatan dengan eritromisin. Jugs dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan tes resistensi terhadap 75 spesimen swap, sebagai kontrol terhadap proses terapi yang rasional. Keduanya sensitif, namun eritromisin lebih sensitif dari amoksisilin.
Hasil kesembuhan penderita tonsilofaringitis dari 120 orang penderita yang diterapi amoksisilin: 101 (84,2%) orang penderita yang sembuh dan dari 121 orang yang diterapi eritromisin 115 (95,0%) orang penderita yang sembuh. Dalam analisa statistik nilai p = 0,005 bermakna, yang berarti bahwa kesembuhan dipengaruhi oleh adanya perbedaan jenis antibiotika yang digunakan dan nilai RR = 8,007, yang berarti kesembuhan dengan terapi eritromisin lebih baik 8.007 kali dibanding amoksisilin.
Berdasarkan perhitungan akhir, unit cost untuk amoksisilin Rp. 182.405,97, lebih murah dibanding eritromisin, yaitu Rp. 156.834,90. Maka terapi tonsilofaringitis yang menggunakan antibiotika eritromisin lebih cost effective dibanding dengan terapi yang menggunakan amoksisilin.

Cost Effectiveness Analysis Between Amoxicillin And erythromycin for The Tonsilopharyngftis Therapies at Puskesmas Tambora, West Jakarta 2002. Tonsilopharyngitis is one of the acute respiratory infection cases which frequently found in society. In fact, 40-60% patients who come to the Puskesmas are infected. The Integrated Reporting and Recording System of Puskesmas shows that tonsilopharyngitis is the most commonly case found in the society.
On the other hand, the irrational antibiotic treatment, including ISPA, is continuously conducted. According to WHO, most of the ISPA diseases are mainly caused by virus rather than bacteria. Only 10 % of ISPA symptoms need antibiotic.
Depkes RI has published a guidance of the basic treatment based on symptoms, which are given for the Puskesmas. It is stated that the pharyngitis caused by a germ infection determined as option 1 amoxicillin, option II ampicillin, and option III penicillin V and option IV erythromycin.
The techniques of cost effectiveness analysis between the amoxicillin and erythromycin for the tonsilopharyngitis are done in order to know the right use of therapy in the society economically.
The research is held at Puskesmas Tambora located in west Jakarta started from June until September 2002.
It is included in the evaluation the factors which related to the convalescence of the tonsilopharyngitis therapy antibiotic. The internal factors, namely, education, nutrition status, family income, medicine consumption, the previous effect of the symptomatic medicine consumption, the existence of the side effect of the medicine, and the external factors are air pollution in the workplace, thickness of the habitation and the environment condition.
Cohort research design is the sample test of the two different means. There are 241 patients for the sample. 120 of them are given with the amoxicillin therapy and the other 121 patients are given with the erythromycin therapy. The culture examination of the germ and the resistance test for the 785-swap specimen are also conducted as the control of the rational therapy. Both of the used antibiotics are still sensitive for the tonsilopharyngitis germ, and the erythromycin is more sensitive rather than amoxicillin.
The tonsilopharyngitis healing result of the 120 patients who have given the amoxicillin therapy consists of 101 (84,2%) patients, and 115 (95%) out of the 121 patients who have given the erythromycin therapy are recuperated. In a statistic analysis, p= 0.005 is valuable. It means that the recuperation is influenced by the different kinds of antibiotic used, and RR = 8,007, which has a recovery meaning for the therapy is 8.007 times better than amoxicillin.
Based on the final calculation, unit cost for the amoxicillin is Rp 182.405,97 and for the erythromycin is RP 156.834,90. Thus, tonsilopharyngitis therapy, which is using erythromycin, is more cost effective rather than the tonsilopharyngitis therapy using amoxicillin
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Radiks
Jakarta: Rineka Cipta, 1997
658.155 4 RAD a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>