Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Probowaluyo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S35947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiwael, Edwin I.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S35946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Kemal Pasha
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Librianto
"Background data: The treatment of bicondylar tibia plateau fractures remains controversial. Lateral buttress plate and medial antiglide is favored by AOIASIF. Recently treatment of this fracture by less invasive stabilization system in the lateral side by using locked screw plate was gained acceptances by many surgeons. In Cipto Mangunkusumo Hospital local Iocked clover plate was designed, which is given better economics solutions.
Objective: To compare the fixation stability between single lateral local locking plate and double plating system that using lateral buttress and medial antiglide in the treatment of bicondylar tibial plateau fracture.
Design: One model (Synbone 1110, normal bone quality) tibia was used. Bicondylar tibia fracture model that design by Horwitz was used. Invite biomechanical axial loading, tested to the both group was tested.
Intervention: Five pairs of fracture model was used. Stabilization using lateral buttresslmedial antiglide one third tubular in one group and unilateral local locking Clover plate (LCP) in other group. Five vertical loads levels were used (150 N, 300 N, 450 N, 600N and 750N). Irreversible (plastic) deformation was the main parameter of interest.
Main out come measures: Irreversible (plastic) deformation was the main parameter of interest. Failure was defined as more than 5 mm displacement in the particular surface in medial condyle.
Result: Vertical subsidence depended on the applied load but not on the method of fixation. The displacement of medial plateau was recorded. With confidence interval 95%, and P less than 0,05 was statistically significance. All the displacement was statistically no significantly difference P > 0,05 in five different level even the mean displacement was higher in the same loading in the local locked clover plate.
Conclusion: Single lateral local locked clover plate could give good stability in the treatment of bicondylar tibial plateau fracture that statistically no difference to double plating which using lateral buttress and medial antiglide, even though still need further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Maris
"Stabilitas kapal merupakan hal yang sangat penting dalam perancangan suatu kapal, karena dari stabilitas ini seorang perancang kapal dapat memilih bentuk dan ukuran utama kapal yang sesuai dengan fungsinya. Baik buruknya nilai stabilitas suatu kapal dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah bentuk bangunan bawah air dari kapal. Dimana dari bentuk kapal tersebut akan mempengaruhi periode oleng kapal pada saat beroperasi. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bentuk kapal di bawah air terhadap stabilitas kapal, maka perlu dilakukan sebuah studi literature dengan membandingkan beberapa bentuk kapal yang berbeda.
Pada studi literatur ini akan dilakukan perbandingan dengan 3 jenis kapal, jenis kapal I merupakan kapal berbentuk U dan jenis kapal II mempunyai ukuran yang sama dengan kapal I tetapi bentuknya dirubah, sedangkan untuk jenis kapal III bentuk dan ukuran utama dibuat berbeda dengan kapal I.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu perbedaan stabilitas kapal dalam hal ini periode oleng yang terjadi antara kapal I, II dan III. Dimana periode oleng kapal yang paling tinggi nilainya adalah kapal dengan jenis III, hal ini dikarenakan pada kapal III memiliki bentuk kapal yang lebih ramping dan lebar kapal yang paling besar diantara ketiga. Dari variasi 2 bentuk kapal diatas mendapatkan hasil bahwa semakin ramping bentuk suatu kapal maka nilai MK semakin besar yang mengakibatkan nilai MG juga lebih tinggi sehingga nilai periode oleng kapalnya tinggi.

Stabillity of the ship is of the most important thing in designing the ship, because of the stability a ship designer can choose form and major dimension that suitable with the function. The stability of a ship is influenced by many factors, one of them is the form the bottom part of the ship which influence the ship's rolling period when it is operated. To know how much it influence the stability of the ship, we are to do study literature by comparing various form of different ships.
Three variety of ships will be compared in this study literature. The first variant is a U formed ship and the second ship variant has the same major dimensions with ship number one but has different form, while for third ship variant the form and major dimensions is made different with the first ship.
Result of the research is difference of the ship's stability, in this case is rolling period that happen among ship I, II and III. And the highest rate of the rolling period is the third ship, this is because in the third ship has maller volume and the longest breadth among the three of them. The two variant of ships resulting that smaller volume of a ship causing higher metacenter rate. It is also causing MG rate so that rolling period of the ship will be high.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zuhdi
"Indonesia dengan berlatar negara kepulauan akan sangat mempunyai masalah dalam hal keamanan dalam wilayah terluarnya. Dalam pelayaran di Indonesia pun sangat banyak terjadinya kecelakaan yang banyak disebabkan dengan kondisi yang tidak bersahabat serta pada kondisi-kondisi tertentu sangat banyak kedalaman laut di Indonesia yang hanya kurang dari 5 meter yang menyebabkan kapal karam. Selain itu, kondisi di pulau terluar RI juga rentan akan pencurian dan kecelakaan yang tidak dapat terdeteksi. Hal ini membuat perlu adanya kapal robot yang mengawasi pulau terluar RI dan juga mendeteksi kecelakaan sebagai bantuan bagi kapal penyelamat. Kapal ini tentunya harus memiliki stabilitas yang baik. Self-righting menjadi salah satu metode yang dapat digunakan pada keadaan seperti ini. Metode ini pula yang digunakan pada kapal-kapal penyelamat/rescue boat.

Indonesia as an archipelago country will always have many problems within security in outer area. Many accidents occurred when the ship sails caused by unfriendly extremely weather and in the other condition there are many shallow water which less than 5 meters so it can make the ship shipwrecked. On the other hand, condition of the Indonesia's outer area often happens robbing and accident which can not be detected. In this case make Indonesia must have a robotic ship to clamp down the outer area and also to detect accidents to help rescue boat. This ship/vessel also must have a good stability. Self-righting is one of the method which can be used in this case. This method also used in rescue boat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Fuad Albar
"Masih terdapat kontroversi dalam penanganan burst fracture pada tulang belakang bagian thoracolumbar. Tujuan utama dari penanganan pasien dengan burst fracture adalah reduction, stabilization dan fusion. Pada pasien dengan defisit neurologis akibat burst fracture, dekompresi dari canal spinalis rnerupakan tujuan utama dari pembedahan. Dekompresi anterior, strut graft dan instrumentasi anterior diindikasikan untuk penatalaksanaan unstable burst fracture. Sebaliknya instrumentasi posterior sering digunakan untuk penanganan burst fracture pada thoracolumbar spine. Penggunaan instrumentasi transpedicular semakin popular saat ini karena dapat menghasilkan fiksasi yang rigid yang menggunakan implant lebih pendek dengan segmental fixation dan fusi.
PSSW (Pedicle Screw Sublaminary Wiring) sistem instrumentasi posterior untuk tulang belakang yang dikembangkan di RSCM-FKUI. Instrumentasi ini menggunakan sekrup cortical 4,5 mm untuk pedicle screw dan soft wire 1,2 mm untuk sublaminary wiring.
Oleh karena itu kami melakukan penelitian yang membandingkan stabilitas antara instrumentasi anterior dan instrumentasi posterior berupa PSSW untuk membuktikan hypothesis bahwa fiksasi burst fracture dengan menggunakan PSSW akan memberikan fiksasi yang minimal setara dengan instrumentasi anterior terhadap gaya axial."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bangunan pemecah gelombang (breakwater) adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan pemecah gelombang di PPI Manado menggunakan tipe rublemounds mengalami kerusakan dan telah diadakan pencarian fakta kerusakan di lapangan. Kerusakan utama pada bangunan pemecah gelombang umumnya disebabkan oleh hantaman gelombang, dan kesalahan konstruksi. Pada umumnya kesalahan konstruksi terletak pada sudut kemiringan bari bangunan, tebal lapisan, dan berat batuan, selain factor-faktor lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan runtuhnya bangunan pemecah gelombang tersebut. Pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang tipe rublemounds yang ada di lapangan dilakukan karena adanya perilaku yang kompleks dari gelombang, ikatan antar batuan, dan gaya yang bekerja pada batuan pemecah gelombang baik individu maupun berkelompok. Melakukan pengujian di lapangan akan memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar. Untuk menghindari hal ini maka dilakukan pengujian dengan menggunakan model fisik di dalam laboratorium. Hal ini dapat digunakan sebagai pembanding atas fakta yang telah ditemukan di lapangan mengenai kerusakan bangunan pemecah gelombang PPI Manado. Dalam pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang ini, pengujian akan dilakukan dengan mempergunakan model fisik. Tinggi gelombang, sudut kemiringan dan kestabilan bangunan sebagai variable pengujian akan memanfaatkan peralatan yang ada di Laboratorium Hidrolika, Hidrologi dan sungai Jurusan Sipil FTUI. Pengujian stabilitas bangunan pemecah gelombang ini terdiri dari beberapa kasus yang terbagi atas sudut kemiringan bangunan, dari perbandingan 1:1 sampai dengan 1:2, dalam pengujian ini penulis melakukanpengujian dengan kondisi maksimum yang dapat diberikan oleh alat flume, yaitu untuk tinggi gelombang 2.5 m. Dari hasil pengujian diketahui bahwa prosentase kerusakan yang didapatkan berkisar antara 0% hingga 3.46%, sehingga dalam klasifikasi kerusakan diketahui bahwa bangunan tersebut mengalami kehancuran dari hampir tidak ada hingga sedikit. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tegaknya suatu bangunan pemecah gelombang akan semakin tidak stabil pula bangunan pemecah gelombang tersebut demikian pula sebaliknya, semakin landai bangunan pemecah gelombang tersebut akan semakin stabil bangunan pemecah gelombang tersebut."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyhatmoko Nugroho
"Beberapa penelitian untuk meningkatkan propulsi kapal sudah banyak dilakukan seperti wake equalizing ducts, asymmetric stern, grothues spoilers, reaction fins, kort nozzle, kort tunnel, waterjet, dan sebagainya. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengarahkan aliran air dan meningkatkan kecepatan aliran air menuju baling - baling kapal. Berdasarkan penelitian tersebut, tercipta ide penggunaan water tunnel. Pada penelitian ini disimulasikan pada software CFD beberapa model water tunnel single dan double dengan variasi luasan inlet dan outlet.
Dari hasil simulasi CFD didapatkan bahwa pada water tunnel single dan zigzag, tidak terjadi pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan air keluar tunnel, sementara pada water tunnel double, perluasan outlet mengakibatkan penurunan kecepatan air keluar. Didapatkan juga satu model yang potensial untuk diujikan selanjutnya yakni water tunnel single bend edge.

Several research to improve ship propulsion has been done such as wake equalizing ducts, asymmetric stern, grothues spoilers, reaction fins, kort nozzle, kort tunnel, waterjet, etc. The purpose of the research above is to direct water flow and improve velocity of water flow toward ship propeller. Based on that research, created an idea to make water tunnel system. Therefore, this research done by the simulating the ship on a CFD software using a various model of single and double water tunnel that varying in their inlet and outlet.
From the result of the simulation process, it is found that the single and the zigzag tunnel type doesn't have any significant effect with the varying size of the inlet and oulet. But, on the double tunnel type, an increase in outlet size will leads to decrease in the output velocity. On the other hand, i have found a design that is looks potential and worth to try for the next experiment according to the CFD result that named bend edge water tunnel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>