Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Suhari Putra
"Suatu sistem inkubator dibuat untuk mengatasi masalah keterbatasan jumlah petugas yang memantau dengan cara menghubungkan beberapa inkubator ke dalam suatu. Sistem ini dilengkapi dengan sensor temperatur, heater, blower, serta mikrokontroler 16-bit H8/3069F. Kestabilan temperatur di dalam inkubator dikontrol dengan metode PID (Proportional Integral Derrivative). Agar dapat menggunakan program yang cukup banyak, perlu menggunakan sistem operasi. Sistem operasi yang dipakai menggunakan kernel linux sehingga pengoperasiannya mirip dengan komputer biasa. Kata Kunci: PID, mikrokontroler 16-bit, sistem operasi, kernel

The incubator system made to solve problem of number medical staff which to monitor some incubator in local area network. This system was design with temperature sensors, heater, blower, and 16-bit microcontroller H8/3069F. Stability of incubator were control with PID method (Proportional Integral Derrivative). Since we use more task than one program, we must download an operating system. Operating system that we use include linux kernel, so the operation is similar with common personal computer. Keywords: PID, microcontroller 16-bit, operating system, kernel."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S28960
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Krishna Maharatha
"Angka kematian bayi baru lahir saat ini cukup tinggi di Indonesia. Kelahiran yang kurang sempurna yang memerlukan pertolongan segera ke rumah sakit menempatkan pentingnya alat inukubator tranportasi. Hingga saat ini, alat ini cukup mahal harganya. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan rancang bangun "Inkubator Transportasi" dengan target harga yang lebih murah. Metoda yang digunakan dalam rancang bangun produk ini adalah metoda Karl T. Ulrich, dengan tahapan-tahapan yaitu: identifikasi kebutuhan konsumen, penyusunan dan pemilihan konsep desain produk, evaluasi desain, pembuatan prototipe, evaluasi dan pengujian prototipe serta spesifikasi akhir produk. Rancang bangun inkubator transportasi ini meliputi tiga bagian, yaitu: bagian Kompartemen bayi, bagian Heater dan Kontrol, serta bagian Trolly. Prototipe trolly telah terlebih dahulu selesai pembuatannya. Sedangkan prototipe bagian kompartemen bayi dan bagian heater dan kontrol mengalami perbaikan dan perubahan desain. Khusus pada bagian heater dan kontrol perbaikan prototipe I menjadi II disebabkan berat box yang cukup besar dan material yang dipergunakan pada penutup box dan saluran udara panas dapat menyerap panas, sehingga distribusi panas yang seharusnya dapat lebih cepat memanaskan hood banyak yang terbuang. Setelah diperbaiki ternyata prototipe II tidak memenuhi standar pengujian suhu terkontrol. Oleh karena itu dilakukan perubahan desain yang menjadi prototipe III. Pengujian prototipe III heater dan kontrol ini bersamaan dengan pengujian prototipe kompartemen bayi. Pengujian prototipe III heater dan kontrol ini adalah pengujian suhu terkontrol ruang hood untuk mengetahui besar suhu rata-rata di dalam ruang hood untuk kontrol yang berbeda. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa prototipe III heater.

The number of newborn baby is high enough at time in Indonesia. The newborn baby was not perfectly health as soon as need helping to put in transport incubator before it arrived in hospital. Until here, this equipment is expensive. The way out of this problem is design-built up the transport incubator with a specific target to reduce its price. Method of product design and built is following Karl T. Ulrich?s method that has several steps such as: customer needs identification, sketching and choosing concept product design, evaluation of design, built-up the prototype, evaluation and testing of prototype and defined specification product. Design-built up the incubator of this transportation cover three shares, that is: part of baby Compartment, part of Heater and Control, and also part of Trolley. Prototype of Trolley has beforehand finished making. While prototype part of compartment of baby and part of heater and control experience of repair and change design. Shares of heater and control repair of prototype I become II caused by weight of big enough box and the material utilized at cover of hot permeable hot box air-duct and, so that distribution of heat which ought to earn quicker heat hood a lot castaway. After improve; repaired really prototype of II do not fulfill standard of examination of temperature controlled. Therefore made a change by design becoming prototype III. Testing of Prototype III of heater and controlling at the same time with testing of prototype III of baby compartment. Testing of Prototype of III heater and control this is examination of temperature controlled by space of hood to know big of average temperature in space of hood for the different control. From result of testing obtained that prototype III of this heater and controlling fulfills SNI (Standard of Indonesia National) 16-4942-1998."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24633
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ludwy Handhayanti
"Bayi prematur mudah kehilangan panas, salah satunya saat dilakukan tindakan invasif pengambilan darah. Penelitian mengunakan crossover design (desain ekperimen kontrol silang) dimana melakukan 2 uji coba intervensi yang bertujuan membandingkan 2 tindakan yang berbeda pada sampel yang sama. Responden dibagi menjadi 2 kelompok A & B masing-masing 18 bayi prematur. Analisis menggunakan uji statistik independent T,test. Tindakan invasif di inkubator pintu terbuka nilai p 0,001, secara statistik terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap penurunan suhu tubuh bayi prematur; sedangkan radiant warmer nilai p 0,001 secara statistik terdapat perbedaan rerata yang bermakna terhadap peningkatan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah tindakan invasif pengambilan darah di bawah radiant warmer. Radiant warmer mampu menghindari terjadinya hipotermia pada bayi prematur saat dilakukan tindakan invasif. Radiant warmer sebagai pemancar hangat dapat direkomendasikan untuk melakukan tindakan invasif pengambilan darah, tetapi tidak digunakan untuk perawatan secara rutin karena dapat meningkatkan IWL.

The premature infants tend to heat loss quickly. It can be occurred when they get invasive procedure venous puncture. The research uses crossover design by conducting 2 intervention tests to compare 2 different treatment to the same sample. This research involves two group of respondents; A and B with consists of 18 premature infants in each group. The process of data analisys uses statistical Independent T.Test. Intervention are conducted in open incubator p value 0,001 statistically range related to heat loss in premature infants. On the other hand, radiant warmer p value 0,001 statistically refers to the defferent range of heat gain before and after invasive procedure for venous puncture is given radiant warmert. Radiant warmer prevent the premature infant from hypothermia during invasive procedure. As its benefit, it becomes the preferable way to do invasive procedure. However, it is inadvisable for routine care of newborn infant since it can increase IWL.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kurangnya memadainya fasilitas inkubator di sebagian besar rumah sakit dan klinik salah satu penyebabnya adalah harga inkubator bayi yang terbilang mahal, sehlngga jumlahnya terbatas dan apabila inkubator tersebut rusak, biaya perbaikannya tinggi. Karena itu, beberapa rumah sakit membuat inkubator sederbana untuk memenuhi kebutubannya. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat inkubator bayi yang biaya pembuatannya murah dan dapat berfungsi secara optimal dengan memperhatikan staudar-standar yang ada dalam perancangan inkubator bayi. Dalam hal ini, standar yang digunakan dalam merancang dan membuat inkubator ini adalah Standar Nasional Indonesia. Dalam penelitian ini, sebuah inkubator bayi prototipe dibuat dan unjuk kerja inkubator bayi tersebut diketahui dangan melakukan suatu pengujian menggunakan prosedur pengujian SNI. Suhu ruang inkubator dipanaskan dengan variasi suhu kontrol antara 32°C hingga 36"C. Sensor pengukur suhu diletakkan 10 cm di atas matras bayi pada 5 titik yang sudah ditentukan. Hasil pengujian membuktikan babwa ketika suhu kontrol 36"C, suhu rata-rata di ruang bayi sekitar 34°C dan kelembaban udaranya berkisar antara 50% hingga 60%"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Farid Hanggawan
"[ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi tipologi jaringan sosial para pendiri perusahaan rintisan dan kerangka institusional yang membentuk tindakan perusahaan rintisan di inkubator Bandung Digital Valley, Kota Bandung, Jawa Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Institusionalisme Baru yang dirumuskan oleh Victor Nee. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan Extended Case Method. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara mendalam terhadap informan kunci, yaitu manajemen inkubator Bandung Digital Valley dan para pendiri perusahaan-perusahaan rintisan yang diinkubasi di sana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa institusi formal yang membentuk tindakan perusahaan rintisan di Bandung Digital Valley berupa kebijakan pemerintah, birokrasi, hak kekayaan intelektual, dan kontrak. Institusi informal tidak secara jelas mengemuka dalam studi ini, sehingga yang terjadi adalah keselarasan (close-coupling) antara institusi formal dalam bentuk norma organisasi inkubator dan institusi informal yang dihasilkan dari mekanisme sosial antar pendiri perusahaan rintisan. Yang mengemuka justru tipologi jaringan sosial, baik internal maupun eksternal, sebagai strategi dari pendiri perusahaan rintisan dalam merespons target-target dan norma organisasi di Bandung Digital Valley.

ABSTRACT
This study explores the typology of social networks and the institutional frameworks that shape the action of the startup companies in Bandung Digital Valley, a digital business incubator located at Bandung, West Java. The New Institutionalism in Sociology, as formulated by Victor Nee, is employed as the theoretical lens for this study. This is a qualitatitive study that uses the Extended Case Method approach. The collection of data was conducted by observation and in-depth interview with the management of Bandung Digital Valley and the founders of startup companies. The results of this study show that the formal institutions shape the actions of startup companies through government policies, bureaucracy, intellectual property rights, and contracts. The informal institutions are not explicitly emerge in this study, so the result is a close-coupling between formal institution in the form of organizational norms and the informal institution that implicitly emerge from the social mechanisms between the founders. Instead of resulting an informal institution, the actions of founders lead to various types of social networks that are created in responding the goals and the organizational norms in Bandung Digital Valley, This study explores the typology of social networks and the institutional frameworks that shape the action of the startup companies in Bandung Digital Valley, a digital business incubator located at Bandung, West Java. The New Institutionalism in Sociology, as formulated by Victor Nee, is employed as the theoretical lens for this study. This is a qualitatitive study that uses the Extended Case Method approach. The collection of data was conducted by observation and in-depth interview with the management of Bandung Digital Valley and the founders of startup companies. The results of this study show that the formal institutions shape the actions of startup companies through government policies, bureaucracy, intellectual property rights, and contracts. The informal institutions are not explicitly emerge in this study, so the result is a close-coupling between formal institution in the form of organizational norms and the informal institution that implicitly emerge from the social mechanisms between the founders. Instead of resulting an informal institution, the actions of founders lead to various types of social networks that are created in responding the goals and the organizational norms in Bandung Digital Valley]"
2015
T43798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryanto
"Mounting vakum adalah suatu metode mounting yang dilakukan dalam kondisi vakum. dengan menggunakan alai mounting vakum. Dengan mounting vakum. dapat dicegah terjadinya celah antara sampel dan bohan mounting, sehingga kerusakan bagian tepi sampel yang akan dianalisa selama preparasi tidak terjadi. Proses mounting dilakukan setelah kondisi vakum dicapai. Sampel yang akan di-mounting dilelakan di tengah-tengah cetakan di dalam media yang alum divakumkan. Cairan mounting disiapkan di luar media akan mengisi cetakan setelah media divakumlam. Ketika cetakan hampir penuh, pengisian cetakan dihentikan dan kondisi dipertahankan tetap vakum sampai gelembung udara dalam cetakan hilang. Setelah bahan mounting telah mengeras baru dikeluarkan. Akhimya, hasil mounting dipreparasi dan diambil foto mikrostruktur bagian tepi sampel, dan membandingkannya dengan metode mounting tanpa vakum, selanjutnya dianalisa. Hasil akhir menunjukkan bahwa mounting vakum mencegah hilangnya lapisan oksida pada permukaan sampel filter dan menghasilkan ketebalan lapisan nitrokarhurasi sampel baja yang lebih tebal bila dibandingkan dengan mounting tanpa ruang vakum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Inkubator adalah suatu alat penghangat mangan yang penggunaannya khusus
untuk bayi prematur, dimana tubuh bayi yang lallir prematur pada umumnya tidal;
dapat mengimbangi panas yang hilang da.ri tubuhnya Hal ini dapat menyebabkan
kematian hagi bayi tersebut jika tidak ditempatlcan di ruangan yang hangat.
Kondisi udara yang ideal bagi suatu inkubator bayi adalah 32 - 34 “C dan
bergantung pada berat dan umur bayl, sedangkan untuk kelembaban relatiihya
sekitar 60%. Ruangan inkubator bayi hams dapat mencapai suhu 34 °C dalam wal-:tu
I5 menit. Hal ini berguna agar bayi prematur tidak merasa kedinginan terlalu lama.
Perancangan inkubator ini mencoba untuk meminimalkan harga suatu
inkubator dengan menggunakan komponen local dalam perancangannya dan
menggunakan komponen import seminimal munglcin Perancangan ini dimodiikasl
berdasarkan pada inlrubator bayi yang berada di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo
dengan rnerek Air-Shield Vickers.
Untuk pengujian kestabilan suhu digunakan termoregulator berupa
temperatur kontrol sehingga kita dapat menentukan apakah temperatur kontrol
tersebut dapat memenuhi persyaratan suatu inkubator. Pengujian ini juga mencoba
untuk menentukau berapa daya yang digunakan pada suatu incubator agar dapat
dicapai suhu maksimum 34 °C dalam waktu 15 menit.
Konstruksi material yang digunakan pada prototype inkubator ini terdiri dari
kayu lapis untuk ruangan inkubator dan fiberboard untuk ruang healer. Di antara
kedua bagian tersebut terdapat pelat kayu yang berlubang yang berfungsi sebagai
tempat aliran udara panas dari ruang heater ke ruang inkubator bayi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Rosid
"ABSTRACT
Vortex tube merupakan suatu hat yang sedang diteliti dan dikembangkan di Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya suatu alat uji untuk mengetahui karakteristik dari vortex tube tersebut Alt uji tersebut mempergunakan alat-alat yang terdapat di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia-
Beberapa alat ukur yang dipergunakan untuk menguji vortex tube tersebut adalah alat pengukur tekanan, alat pengukur Iaju aliran tluida, serta alat pengukur temperatun Diantara alat pengukur tersebut, terdapat beberapa jenis alat pengukur yang dapat dipergunakan, yaitu untuk alat pengukur tekanan digunakan manometer dan pressure gauge, sedangkan pada alat pengukur Iaju aliran fluida, terdapat tiga jenis alat pengukur yang dapat digunakan yaitu rotameter, pitot tube, dan oritis. Sedangkan untuk mengukur temperatur dipergunakan thermokopei.
Agar hasil yang didapat dari pengujian karakteristik vo/tex tube dapat sebaik mungkin, maka diantara jenis-jenis aiat ukur tersebut haruslah dibandingkan antar hasil yang didapat oleh alat ukur yang satu dengan hasil yang didapat oleh alat ukur Iainnya. Dengan demikian maka diketahui sejauh mana kesamaan data yang dihasilkan oleh alat-alat ukur tersebut. Oleh karena ini, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan alat ukur yang dipergunakan dalam pengujian karakteristik vortex tube.

"
1999
S36998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>