Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurokhim
"ABSTRAK
Pemanfaatan selubung battery bekas pakai akan menambah nilai ekonomis Serta membantu mengurangi pengotoran lingkungan. Secara sederhana selubuug dibuka dengan menggunakan alat bantu Disamping kurang produktif cara ini juga kurang aman.
Pengamatan pada proses pembukaan tersebut dapat diupayakan dengan menggunakan mesin yang dioperasikan secara manual sehingga cocok untuk Pekerjaan yang bersifat padat karya Disamping itu juga harus ekonomis, produktif Serta aman untuk dioperasikan. Dengan menggunakan prinsip pemotongan proses membubut, maka parameter pemotongan seperti kecepatan potong V (m/mnt), kecepatan pemakanan f (mm/r) serta kedalaman pemakanan a (mm) bisa diatur. Tetapi hanya besar f yang berpengaruh, karena tebal selubung sekitar 0,5 (mm) sehingga cukup satu kali pemakanan saja. Juga karena mesin dioperasikan secara manual maka kecepatan potong dianggap stabil atau tetap_ Jadi hanya besar f yang akan mempengaruhi produktifitas. Jika nilai f besar malca tebal geram akan besar, dan produktifitas naik, tetapi cliperlukan penambahan daya potong. Begitu juga dengan sebaliknya
Dengan merencanakan kecepatan pemakanan f = 3 (mm/nmt), putaran battery n = 25 (rpm) serta siklus pemotongan TP = 90 (detik) maka akan dihaeilfcan selubung battery sekitar 40 buah tiap jam.

"
2000
S37652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Limbah industri merupakan suatu dampak yang tidak dapa! dielakkan dari sedap kegiatan produksi. Melihat hai tersebut perlu kiranya diusahalcan meande-
metode yang efzkrgf unzulc mengurangi dan memanfaarkan limbah tersebur. Limbah baru baterai dengan kandungan logam berat seperri Mn dan Zn, sangatlah berbahqva bila dibiarkan begiru saja mencemari Iingkungan. Kandungan Iogam yang rernyara cmp tinggi persentasenya, bila dilfhat banyaknya jumlah barerai yang dikonsurnsf masyaralrat Indonesia. Hal ini haruslah dpandang sebagai suatu potensi yang hams dimanfaalkan. Oleh karenanya perlu dilakukan suatu penelitian untuk mencari rnerode alrernatif untulc merecovezy kandungan logam yang lerdapar dalam Iimbah baterai, car dapat dimanfaatlcan lsembafi.
Pada penelitian ini, campuran ele/ctroli! bateraf dilarurkan pada laruran HC!
0.5 M Endapan yang dfhasilkan kemudian dicuci pda beberapa variasi pencucfan, yairu: tanpa, sam kafi, duakali, dan tiga /cali pencucian. Setelah dzperoleh kondfsi pencucian maksfmum, endapan /aiu dilalrukan pengeringan pada beberapa variasi temperatur, yairu: remperatur ruang, 1000 C, 200“C dan 250°C. Sedangkan jiltrat hasil leaching dilakukan presnvitasi lzidroksida dengan menggunalcan tiga metode berbeda.
Pencucian endapan hasil leaching sebanjzak riga kali drperoleh tingkal recovery Iagam Mn dalarn bentuk M1102 !erbesar yairu sebesar 96,36 %. Dimana pengeringan endapan ridak berpengaruh pada lingkat recovery Mn. Sedongkan pada proses' pemisahan ion Iogam yaitu antara ion Mn dan Zn yang terlarur pada jiltrat hasi! leaching, dengan nzenggunakan metode IH dirnanafiltrar diendapkan berrahap yang kemudian dilakukan pencucian dengan HC! 0,4 M dilanjutkan dengan pencucian sebanyak tiga kali. Diperoleh tinglcat separasi unsur rerbesar dalam bemulc logam hidroksida yaitu sebesar 90,65 % Mn dan 60,92 % Zn."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedict, Hizkia Juan
"With the rapid growing of Lithium-ion battery (LIB) across the world and in Australia for multiple purposes, LIB presents several emerging challenges such as sourcing the critical minerals (e.g., lithium, cobalt, nickel, manganese) and managing the end-of-life battery waste management. The purpose of this report is to design and develop a process that is able to recover lithium from end-of-life LIB. The proposed processing plant would be located at Townsville, Queensland. The feed that is introduced to the process plant would be 3000 t/y of cathode material. The objective of the process plant is to recycle lithium in the form of lithium phosphate (Li3PO4) and the plant is aim to produce 76.06 kg/hr of Li3PO4. The product is aim to have 99.9% of lithium. The crushing section comes following alkaline leaching through hydrometallurgy main process objective is to reduce the cathode sheets to 250 microns for further leaching processes downstream. 261.74 kg/hr of cathode sheets are entering from alkaline leaching and exit as black mass from the Node-200 at flowrate of 261.48 kg/hr. Main unit in the process is the hammer mill, which is used to reduce the sizes of the cathode sheets. Other units in the process consists of conveyor belts and compressors to transport solids and gas respectively into and exiting the hammer mill with the addition of a cyclone separator to collect black mass that is brought along when sending argon from the hammer mill out into the. The estimated cost of this plant section is 25,132,887 AUD with annual electricity usage of 52,488 kW/year.

Dengan pertumbuhan pesat baterai Lithium-ion (LIB) di seluruh dunia dan di Australia untuk berbagai tujuan, LIB menghadirkan beberapa tantangan baru seperti pengadaan mineral kritis (misalnya, lithium, kobalt, nikel, mangan) dan pengelolaan limbah baterai akhir masa pakai. Tujuan dari laporan ini adalah merancang dan mengembangkan proses yang dapat memulihkan lithium dari LIB akhir masa pakai. Pabrik pengolahan yang diusulkan akan berlokasi di Townsville, Queensland. Bahan baku yang dimasukkan ke pabrik pengolahan adalah 3000 ton per tahun material katoda. Tujuan pabrik pengolahan adalah mendaur ulang lithium dalam bentuk lithium fosfat (Li3PO4) dan pabrik ini bertujuan untuk menghasilkan 76,06 kg/jam Li3PO4. Produk tersebut ditargetkan memiliki 99,9% lithium. Bagian penghancuran mengikuti proses pelindian alkali melalui hidrometalurgi dengan tujuan utama mengurangi lembaran katoda menjadi 250 mikron untuk proses pelindian lebih lanjut di hilir. Sebanyak 261,74 kg/jam lembaran katoda masuk dari pelindian alkali dan keluar sebagai massa hitam dari Node-200 dengan laju aliran 261,48 kg/jam. Unit utama dalam proses ini adalah hammer mill, yang digunakan untuk mengurangi ukuran lembaran katoda. Unit lain dalam proses ini terdiri dari sabuk konveyor dan kompresor untuk mengangkut padatan dan gas masing-masing ke dalam dan keluar dari hammer mill dengan tambahan pemisah siklon untuk mengumpulkan massa hitam yang terbawa saat mengirimkan argon dari hammer mill keluar. Perkiraan biaya bagian pabrik ini adalah 25.132.887 AUD dengan penggunaan listrik tahunan sebesar 52.488 kW/tahun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Devara Lazuardi
"With the rapid growing of Lithium-ion battery (LIB) across the world and in Australia for multiple purposes, LIB presents several emerging challenges such as sourcing the critical minerals (e.g., lithium, cobalt, nickel, manganese) and managing the end-of-life battery waste management. The purpose of this report is to design and develop a process that is able to recover lithium from end-of-life LIB. The proposed processing plant would be located at Townsville, Queensland. The feed that is introduced to the process plant would be 3000 t/y of cathode material. The objective of the process plant is to recycle lithium in the form of lithium phosphate (Li3PO4) and the plant is aim to produce 76.06 kg/hr of Li3PO4. The product is aim to have 99.9% of lithium. The main objective of purification process is to remove the remaining impurities from the previous units and increasing the concentration of the product before going into the next processing unit. After the crushed powder went through selective leaching, the leaching brine may still contain a small amount of impurities (e.g. iron, aluminum, etc.). The leaching brine then goes into a purification unit where the leaching brine is precipitated from all impurities. However, since NaOH is required to precipitate the impurities, other Sodium compounds (NaAl(OH)4, Na2SO4, Na3PO4, Na2O2) might be created and dissolved in the solution (containing water), making them hard to separate. Li2SO4 and other Sodium compounds then goes into an evaporation chamber to remove water before going into precipitation unit where the Sodium compounds will be removed.

Dengan pertumbuhan pesat baterai Lithium-ion (LIB) di seluruh dunia dan di Australia untuk berbagai keperluan, LIB menghadirkan beberapa tantangan baru seperti penyediaan mineral kritis (misalnya, litium, kobalt, nikel, mangan) dan pengelolaan limbah baterai di akhir masa pakainya. Tujuan dari laporan ini adalah merancang dan mengembangkan proses yang mampu memulihkan litium dari LIB di akhir masa pakainya. Pabrik pengolahan yang diusulkan akan berlokasi di Townsville, Queensland. Bahan baku yang dimasukkan ke dalam pabrik pengolahan adalah 3000 t/y bahan katoda. Tujuan dari pabrik pengolahan ini adalah mendaur ulang litium dalam bentuk litium fosfat (Li3PO4), dan pabrik ini ditargetkan menghasilkan 76,06 kg/jam Li3PO4. Produk ini ditargetkan memiliki kemurnian litium sebesar 99,9%. Tujuan utama dari proses pemurnian adalah menghilangkan kotoran yang tersisa dari unit sebelumnya dan meningkatkan konsentrasi produk sebelum masuk ke unit pengolahan berikutnya. Setelah bubuk yang dihancurkan melewati proses pelindian selektif, larutan pelindian mungkin masih mengandung sejumlah kecil kotoran (misalnya, besi, aluminium, dll.). Larutan pelindian kemudian masuk ke unit pemurnian di mana larutan pelindian diendapkan untuk menghilangkan semua kotoran. Namun, karena NaOH diperlukan untuk mengendapkan kotoran, senyawa Natrium lainnya (NaAl(OH)4, Na2SO4, Na3PO4, Na2O2) mungkin terbentuk dan larut dalam larutan (mengandung air), sehingga sulit dipisahkan. Li2SO4 dan senyawa Natrium lainnya kemudian masuk ke ruang penguapan untuk menghilangkan air sebelum masuk ke unit pengendapan di mana senyawa Natrium akan dihilangkan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Aryani M
"Pertumbuhan pasar baterai litium-ion menunjukkan trend yang signifikan. Pertumbuhan tersebut memicu akumulasi limbah baterai bekas yang dihasilkan serta menciptakan tantangan dalam pengelolaan limbah. Oleh karena itu dibutuhkan daur ulang baterai bekas yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan deep eutectic solvent (DES) berdasarkan asam polikarboksilat untuk memulihkan logam-logam penting, seperti litium (Li), kobalt (Co), nikel (Ni), dan mangan (Mn) dari baterai litium-ion bekas. Dalam penelitian ini digunakan variasi suhu (30oC, 55oC, 80oC), variasi rasio LIB/DES (1g/50ml, 1,5g/50ml, 2g/50ml, dan 2,5g/50ml) dan variasi DES (ChCl:Asam suksinat, ChCL:Asam maleat, dan ChCl:Asam malonat). Pemulihan optimal dicapai dengan menggunakan DES ChCl:Asam maleat, menghasilkan 99,18% Li, 65,36% Co, 94,97% Ni, dan 67,88% Mn pada rasio S/L 1g/50ml pada suhu 80°C dengan pengadukan konstan. Pemodelan kinetik mengungkapkan bahwa kinetika Jander paling baik menggambarkan mekanisme pelindian, menunjukkan proses yang dikendalikan oleh difusi. Perhitungan energi aktivasi pada DES ChCl:Asam maleat menghasilkan Li 38,57 kJ/mol, Co 63,09 kJ/mol, Ni 64,87 kJ/mol, dan Mn 52,64 kJ/mol.

The growth of the lithium-ion battery market is showing a significant trend. This growth triggers the accumulation of used battery waste generated and creates challenges in waste management. Therefore, there is a need for efficient and sustainable recycling of used batteries. This research explores the use of deep eutectic solvent (DES) based on polycarboxylic acid to recover important metals, such as lithium (Li), cobalt (Co), nickel (Ni), and manganese (Mn) from spent lithium-ion batteries. In this study, temperature variation (30oC, 55oC, 80oC), LIB/DES ratio variation (1g/50ml, 1.5g/50ml, 2g/50ml, and 2.5g/50ml) and DES variation (ChCl:Succinic acid, ChCL:Maleic acid, and ChCl:Malonic acid) were used. Optimal recovery was achieved using ChCl:Maleic acid DES, yielding 99.18% Li, 65.36% Co, 94.97% Ni, and 67.88% Mn at an S/L ratio of 1g/50ml at 80°C with constant stirring. Kinetic modeling revealed that Jander kinetics best described the leaching mechanism, suggesting a diffusion-controlled process. Activation energy calculations on DES ChCl:Maleic acid yielded Li 38.57 kJ/mol, Co 63.09 kJ/mol, Ni 64.87 kJ/mol, and Mn 52.64 kJ/mol."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyamitha Nadiyah Syafitri Baud
"Milling and LFP synthesis section (node 400) is a mechanochemical process used to grind mainly feed from node 300 (from stream 303) and node 200 (from stream 203) into a fine powder. Subsequently, solid glucose is also added to the ball mill to carbon coated the surface of regenerated LFP crystals. The LFP crystals are made by mixing FePO4 and LiFePO4 solid mixture and LiOH and Li2CO3 solution mixture under argon atmosphere. Using electrical and thermal energy solids, the feed is being mixed for 4 h using ball milling to achieve a more uniform distribution of components within the materials. At 200o C decomposed glucose promotes the reduction conversion of Fe3+ to Fe2+. After heating, LiFePO4/C is synthesised under 200 ºC. Due to the involvement of organic matter glucose in the reaction, CO2 is inevitably generated in this process. In addition to carbon dioxide, the exhaust gas also contains water vapor and argon gas. They are all transferred to be treated in the next step instead of emitting. The output from this process is the crystals solids of the regenerated LFP that has been coated with carbon, this is where the final product of the whole process produced. The objective of the final process is to create a regenerated carbon coated LFP at a rate of 1001.59 tonnes/yr.

Bagian penggilingan dan sintesis LFP (node 400) adalah proses mekanokimia yang digunakan untuk menggiling terutama umpan dari node 300 (dari aliran 303) dan node 200 (dari aliran 203) menjadi bubuk halus. Selanjutnya, glukosa padat juga ditambahkan ke ball mill untuk melapisi permukaan kristal LFP yang diregenerasi dengan karbon. Kristal LFP dibuat dengan mencampurkan campuran padat FePO4 dan LiFePO4 serta campuran larutan LiOH dan Li2CO3 di bawah atmosfer argon. Menggunakan energi listrik dan termal, umpan dicampur selama 4 jam menggunakan ball milling untuk mencapai distribusi komponen yang lebih seragam di dalam bahan. Pada suhu 200°C, glukosa yang terdekomposisi mendorong konversi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Setelah pemanasan, LiFePO4/C disintesis di bawah suhu 200°C. Karena keterlibatan bahan organik glukosa dalam reaksi, CO2 tidak dapat dihindari dihasilkan dalam proses ini. Selain karbon dioksida, gas buang juga mengandung uap air dan gas argon. Semuanya dipindahkan untuk diproses pada langkah berikutnya daripada dilepaskan. Hasil dari proses ini adalah kristal padat dari LFP yang diregenerasi yang telah dilapisi dengan karbon, di sinilah produk akhir dari seluruh proses dihasilkan. Tujuan dari proses akhir ini adalah untuk menghasilkan LFP yang dilapisi karbon dengan laju 1001.59 ton/tahun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Panca Agung
"Meningkatnya konsumsi energi listrik akan berpengaruh pada peningkatan beban puncak pada sistem ketenagalistrikan di indonesia. Tingginya biaya pokok penyediaan (BPP) pembangkit peaker mengakibatkan mahalnya biaya energi pada suatu sistem. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengimplementasian Battery Energy Storage System (BESS) sebagai load shifting. Load shifting merupakan proses pemindahan pembebanan sistem pembangkitan suatu sistem tenaga listrik dari satu periode waktu dimana terdapat pembebanan yang tinggi ke periode waktu lainnya dimana terdapat pembebanan yang lebih rendah pada hari yang sama. BESS juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi intermitensi pembangkit energi terbarukan. Biaya investasi dari BESS semakin menurun setiap tahunnya. Pemanfaatan BESS pada sistem kelistrikan di Indonesia khususnya pada sistem Jawa-Bali terbilang masih kurang dibandingkan dengan potensi pemanfaatan yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi implementasi BESS sebagai load shifting untuk menurunkan biaya energi pada sistem Jawa-Bali dengan menentukan kapasitas BESS yang akan digunakan dan kelayakan implementasinya secara finansial. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas BESS dengan rentang BPP cut-out sebesar Rp. 1600/kWh sampai Rp. 2200/kWh, menunjukan kapasitas BESS yang dibutuhkan untuk implementasi BESS sebagai load shifting adalah sebesar 1.206,48 - 3.181,12 MWh, dengan penurunan biaya sebesar Rp. 4,67 – 6 Triliun/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan finansial untuk skenario 1 – 4 dengan nilai investasi BESS senilai $700 – 1000/kWh membutuhkan biaya invetasi sebesar Rp. 11,96 – 36,04 Triliun, dan menghasilkan Internal Rate of Return sebesar 7,72 - 32,69 %, Net Present Value sebesar Rp. -0,47 – 18.99 Triliun, dan Discounted Payback Period selama 4 – 19 tahun

Increased electricity consumption will influence increasing the peak load on the electricity system in Indonesia. The high cost of Cost of Energy (CoE) of peaker plants results in high energy costs in a system. This can be overcome by implementing the Battery Energy Storage System (BESS) as load shifting. Load shifting is the process of transferring the load of an electrical power system from one period where there is a high load to another period where there is a lower load on the same day. BESS can also be used to overcome the intermittency of renewable energy generator. The cost of investment from BESS is decreasing every year. The utilization of BESS in the electricity system in Indonesia, especially in the Java-Bali system is still less than the potential utilization. This research aims to analyze the potential implementation of BESS as load shifting to lower energy costs on the Java-Bali system by determining the capacity of BESS to be used and the feasibility of its implementation financially. Based on the results of BESS capacity calculation with the range of BPP cut-out of Rp. 1600 / kWh to Rp. 2200 / kWh, show the BESS capacity needed for the implementation of BESS as load shifting is 1,206.48 - 3,181.12 MWh, with a decrease in costs of Rp. 4.67 - 6 trillion / year. Based on the results of financial calculations for scenarios 1 - 4 with a BESS investment value of $ 700 – 1000 / kWh requires investment costs of Rp. 11.96 – 36.04 trillion and generates an Internal Rate of Return of 7.72 - 32.69 %, Net Present Value of Rp. -0.47 – 18.99 trillion, and Discounted Payback Period for 4 - 19 years
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Rizal
"Telah dikembangkan suatu sistem berbasis mikrokontroler ATmega128 untuk pengontrolan charging battery NiCd menggunakan MAX713. Pengisian (charging) battery NiCd menggunakan MAX713 yang dikontrol oleh ATmega128 memakai indikator pengontrolan arus dan tegangan dimana waktu pengisian (charging) dimonitor melalui LCD dan komputer sebagai pembanding untuk pengontrolan pengisian (charging) dengan tepat. Dengan demikian pengisian (charging) bisa lebih presisi dan mencegah kerusakan dan memperpanjang umur battery NiCD.

Abstract
Already bloom on a certain system have as a base microcontroller ATmega128 to act of controlling charging battery of NiCd usedmenggunakan MAX713. Charging battery of NiCd use MAX713 that controlled by ATmega128 make indicator from act of controlling current and voltage which charging time monitored pass through LCD and computer as standard of comparison to act of controlling charging exactly. Likewise charging be able more precision and prevent of damage and lengthen of age battery of NiCd."
Universitas Indonesia, 2011
T29353
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rezia Octariana S
"Konsumsi baterai di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat akan menyebabkan semakin banyaknya baterai bekas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran logam berat, selain itu batu baterai bekas pakai mengandung komponen-komponen yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Berdasarkan pemikiran di atas maka dirasakan perlu dilakukan upaya daur ulang batu baterai bekas pakai sebagai salah satu upaya penanggulangan pencemaran lingkungan sekaligus untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Salah satu altematif proses daur ulang batu baterai bekas pakai adalah untuk mendapatkan kembali logam seng yang terkandung di dalamnya dengan metode leaching dan electrowinning, Metode leaching bertujuan untuk melarutkan logam yang terkandung dalam batu baterai bekas pakai tersebut dengan jalan melarutkannya dengan asam, di sini asam yang digunakan adalah asam sulfat. Sedangkan metode electrowinning bertujuan untuk mendapatkan logam dari suatu larutan ruah yang kaya akan ion logam sebagai hasil dari proses leaching dengan menerapkan prinsip elektrolisa. Sebanyak kurang lebih 54% berat batu baterai bekas pakai yang berupa serbuk campuran logam yang mengandung logam seng kurang lebih 14% dapat diproses dengan metode tersebut.
Pada metode leaching, perubahan tingkat rasio padatan/cairan (rasio P/C)dari 1 : 5 sampai 1 : 75 akan meningkatkan persentase seng terekstraksi dimana didapatkan variabel dengan persentase ekstraksi maksimum pada rasio P/C l : 25. Penambahan waktu leaching dari 7 menit sampai 6 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kenaikan persentase eksrraksi. Persentase ekstraksi maksimum tercapai pada waktu leaching 15 menit. Variabel konsentrasi H2SO4 yang akan membedakan persentasi ekstraksi maksimum adalah 1 M, di mana kenaikan konsentrasi H2SO4 dari 0,2 M akan menyebabkan persentase seng terekstraksi meningkat sampai titik tersebut dan kemudian menurun sampai konsentrasi 2,5 M.
Pada proses electrowinning, semakin lama waktu electrowinning, maka jumlah yang terdeposisi pada katoda akan semakin meningkat, namun efisiensi penggunaan arus yang diberikan semakin kecil sehingga nilai konsumsi energi terus bertambah. Selain itu, pada peningkatan lama waktu electrowinning terjadi penurunan tingkat kemurnian logam seng yang dihasilkan. Variabel waktu electrowinning dengan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 20 menit. Sedangkan yang menghasilkan nilai efisiensi arus yang paling besar dengan nilai konsumsi energi terendah dan kemurnian terbesar adalah 5 menit.
Peningkatan nilai rapat arus akan mengakibatkan kenaikan jumlah seng yang terdeposisi sampai pada batas tertentu, namun hal ini diikuti dengan penurunan efisiensi arus yang mengakibatkan nilai konsumsi energi menjaid semakin besar. Kemurnian seng terdeposisi akan menurun sejalan dengan ditingkatkannya rapat arus. Pada variasi rapat arus, nilai yang akan menghasilkan jumlah seng terdeposisi maksimum adalah 0,4 A/cm², sedangkan yang menghasilkan efisiensi arus maksimum, konsumsi energi terkecil dan kemurnian terbesar adalah 0,2 A/cm².
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kembali logam seng berupa serbuk sampai sebanyak 4,16% dan berupa lempeng sebanyak 23,52% dari ekseluruhan berat batu baterai bekas pakai."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Nan Renjana
"Transisi menuju kendaraan listrik menjadi salah satu agenda utama pemerintah Indonesia sebagai usaha menurunkan emisi dari transportasi jalan. Bus adalah salah satu moda transportasi yang diperkirakan akan memiliki tingkat elektrifikasi tertinggi jika dibandingkan dengan moda transportasi lain. Walaupun begitu, masih terdapat banyak faktor yang menghambat proses adopsinya. Salah satu hambatan terbesar proses adopsi bus listrik adalah besarnya biaya akuisisi bagi operator bus. Battery Leasing merupakan skema model bisnis inovatif yang dapat mendisrupsi model bisnis saat ini sehingga dapat meningkatkan daya beli operator bus dan mempercepat proses adopsi. Industri battery leasing merupakan sistem yang kompleks dan dinamis sehingga diperlukan beberapa alternatif strategi dalam pengembangan industri battery leasing. Perusahaan battery leasing membutuhkan evaluasi secara sistematis untuk memperkirakan keberlangsungan sistem bisnis perusahaannya. Simulasi dengan pendekatan sistem dinamis dapat membantu memperoleh pengetahuan mengenai faktor- faktor pendorong seperti variabel eksogen dan intervensi kebijakan dalam pengembangan industri battery leasing. Tiga jenis skenario disimulasikan bersama dengan 3 alternatif kebijakan berupa subsidi pengadaan baterai, pemberian insentif daur ulang baterai, serta pembebasan pajak perusahaan. Ketiga alternatif kebijakan secara positif mempengaruhi keberlangsungan perusahaan secara finansial. Subsidi pengadaan baterai mampu memberikan tingkat akuisisi pelanggan yang paling tinggi serta keuntungan bagi penyedia jasa battery leasing yang paling tinggi.

The transition to electric vehicles is one of the main agendas of the Indonesian government as an effort to reduce emissions from road transportation. Bus is one of the transportation modes that is expected to have the highest electrification rate when compared to other modes of transportation. Even so, there are still many factors that hinder the adoption process. One of the biggest obstacles to the adoption of electric buses is the high acquisition cost for bus operators. Battery Leasing is an innovative business model scheme that can disrupt the current business model so as to increase the purchasing power of bus operators and accelerate the adoption process. The battery leasing industry is a complex and dynamic system, so several alternative strategies are needed in developing the battery leasing industry. Battery leasing companies need a systematic evaluation to estimate the sustainability of the company's business systems. Simulation with a dynamic system approach can help gaining knowledge about the driving factors such as exogenous variables and policy interventions in the development of the battery leasing industry. Three types of scenarios are simulated along with 3 alternative policies which are subsidies for battery procurement, battery recycling incentives, and corporate tax exemptions. The three alternative policies positively affect the company's financial sustainability. Battery procurement subsidies are able to provide the highest level of customer acquisition and the highest profit for battery leasing service companies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>