Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arvi Mahardika
"Prosentase berat obat nyamuk yang dalam hal ini berupa zat cair yang terkandung dalam campuran udara dan cairan harus mampu membunuh nyamuk (efficacy). Berdasarkan referensi yang didapat, jumlah cairan obat nyamuk yang terkandung dalam campuran hasil penyemprotan yang efektif membunuh nyamuk adalah 0,025 kg/m_. Terlalu besarnya prosentase cairan dalam campuran akan merugikan, namun jika jumlah cairan terlalu sedikit akan mengakibatkan kurangnya efektivitas daya bunuhnya. Variasi prosentase berat cairan terhadap jumlah campuran akan ditentukan oleh tekanan primer, diameter nosel, diameter pipa hisap, jarak antara nosel dan pipa hisap, dan tinggi sumbujet dengan permukaan cairan. Pada pengujian ini digunakan fluida primer udara pada temperatur ruang, diameter nosel 1,5 mm dengan tekanan 0,2 Bar. Sedangkan fluida sekundernya adalah cairan Baygon pada temperatur ruang, diameter pipa hisapnya 1, 1.5 , dan 2 mm dengan bentuk ujung yang berbeda-beda pada jarak 5 mm dari nosel. Hasil pengujian menyatakan bahwa prosentase berat cairan terhadap campuran terbesar yang diperoleh menggunakan pipa hisap dengan ujung coak berdiameter 2 mm. Prosentase berat cairannya adalah 0,0046 kg/m_, yang berarti belum efektif untuk membunuh nyamuk.

The weight percentage of mosquito pesticides, in this case, it is in the form of liquid substance which contain in the mixture of air and pesticides, must have the ability to kill mosquito (efficacy). Based on the references, the quantity of mosquito pesticides which contain in the mixture of spray result that can be effective to kill mosquito is 0,025 kg/m_. If the quantity of pesticides is too much, than it will wasting. But in the other hand, if it's too little, it will cause less effectiveness in killing mosquito. The variation of weight percentage of pesticides to the mixture will be determined by the primly pressure, the diameter of nosel, the diameter of pipe, the distance between nosel and pipe, and also the height of jet axis from the surface of pesticides. This experiment uses air as primly fluid in room temperature, diameter nosel 1,5 mm with pressure 0,2 Bar. The secondary fluid is Baygon fluid in room temperature, pipe diameter 1, 1.5, and 2 mm, with various geometry shape in the end of pipes, and the distance is 5 mm from nosel. The result of this experiment demonstrates that the biggest weight percentage of pesticides to the mixture happen when we use pipe which has a slide in its end with diameter 2 mm. The weight percentage of pesticides is 0,0046 kg/m_. This means that the spray result of pesticides still has not already effective to kill mosquito."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdani Mochamad
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hasil semprotan dengan tingkat efficacy yang optimal, maka dilakukan penelitian dengan pipa hisap berbeda. Pengujian ini dilakukan pada temperatur ruang dan menggunakan fluida primer udara dengan tekanan 0,2 bar, diameter nosel jet 1,5 mm sedangkan fluida sekundernya adalah air . Diameter pipa hisap masing-masing 1 mm, 1.5 mm, 2 mm, 3 mm dan 4 mm dengan bentuk ujung dicoak dan tidak dicoak. Hasil pengujian didapat bahwa panjang inti jet yang terbentuk adalah 5 mm, dan nilai efficacy maksimal sebesar 0,005 kg/m_ pada diameter pipa hisap 2 mm ujung dicoak.

The purpose of the study is a better spray result with optimal efficacy level with different geometris and diameters of suction pipe. This experiment using air as a primer fluid in a room temperature, a nosel jet has diameter 1.5 mm with pressure of the jet from nosel 0.2 bar. And the secondary fluid is using water in a room temperature with pipe diameter 1.5, 2 , 3 and 4 mm respectively with slide and not slide in the end of the pipe. The result of this experiment show that the length of potential core of the jet shaped is 5 mm, the maximum efficacy is 0,005 kg/m_ for diameter of suction pipe 2 mm with slide in the end of the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Heru Tri Prasetyo
"Sistem kerja alat penyemprot nyamuk ini dalam prosesnya memanfaatkan dua jenis fluida yaitu fluida gas sebagai fluida primer atau fluida penggerak dan fluida cair sebagai fluida sekunder atau fluida hisap. Lubang nose! dibuat kecil untuk mencapai kecepatan maksimum pada ujung nosel. Fluida hisap yang bertekanan relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sekitar nose! penggerak, akan masuk melalui saluran hisap, kemudian bersama­ sama dengan aliran fluida primer akan bergerak (menyebar) sesuai dengan gerakan dari fluida primer. Hasil semprotan yang bagus adalah : menghasilkan buth·an selembut mungkin. sebaran merata, bisa menjangkau seluruh ruangan melayang di udara selama mungkin Disini penulis tertarik untuk mengamati saiah satu variabel yang menjadi objek penelitian, yaitu variasi diameter pipa hisap yang digunakan. Dalam penelitian ini diguna.kan nosel dengan diameter 1.5 mm dan untuk flu ida primer (penggerak) digunakan tekanan terukur udara sebesar 0)2 bar dengan variasi diameter pipa hisap 1; 2 dan 2,6 mm. Sedangkan variasi jarak pipa hisap dan nosel 15 Setelah dilakulmn pengolahan data percobaan diperoleh bahwa semprotan yang paling optimal (dalam hal ini debit yang dihasilkan) dicapai oleh pipa hisap dengan diameter2 mm padajamk 4,5 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Joko Winarno
"Sistem kerja alat penyemprot nyamuk ini dalam prosesnya memanfaatkan dua jenis fluida yaitu flulda gas sebagai fluida primer atau fluida penggerak dan fluida cair sebagai fluida sekunder atau fluida hisap. Lubang nosel dibuat kecil untuk mencapai kecepatan maksimum pada ujung nosel. Selain itu variasi jarak antara pipa hisap dengan nosel mempunyai pengaruh terhadap fluida sekunder yang terhisap. Pengaruh antara pipa hisap dan nosel terhadap kemampuan hisap alat penyemprot nyamuk rnenjadi tujuan utama dalam penelitian ini. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengukuran kecepatan udara (fluida primer) dan debit cairan (fluida sekunder) yang terhisap terhadap perubahan jarak antara pipa hisap dan nosel. Digunakan nosel dengan diameter 1,5 mm dan tekanan udara sebesar 0,2 bar (gauge) dengan variasi jarak pipa hisap dan nosel 1,5 mm sampai dengan 8 mm. Sedangkan pipa hisap yang digunakan berdiameter 2 mm. Hasil pengolahan data percobaan diperoleh bahwa debit cairan (fluida sekunder) mencapai maksimum pada jarak 5 mm, dimana pada jarak tersebut merupakan daerah ujung inti jet (core)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Rahmadi Putra
"ABSTRAK
Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien
gesek dan merupakan hal penting dari sistem aliran fluida di dalam pipa karena
berhubungan dengan penggunaan energi. Air murni merupakan salah satu dari
fluida-fluida sederhana yang digunakan pada penelitian kerugian jatuh tekan. Air
merupakan fluida newtonian dimana viskositasnya hanya berpengaruh oleh
perubahan temperatur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerugian jatuh tekan dan
karakteristik yang terjadi pada penampang pipa bulat dengan Æ sebesar 2mm,
Bilangan Reynolds dan koefisien gesek. Aliran fluida memiliki karakteristik
pokok (laminer atau turbulen). Nilai Bilangan Reynolds 2000-4000 menunjukan
aliran laminer dan diatas nilai 4000 menunjukan turbulen. Nilai Bilangan
Reynolds yang tinggi berarti ada kecepatan aliran yang tinggi, perluasan fluida
dan viskositas yang kecil. Gesekan antara fluida dan dinding pipa dapat diabaikan
karena yang digunakan adalah pipa mulus dan koefisien gesek adalah antara
partikel fluida yang diam dan yang bergerak.
Dari pengujian ini didapatkan data debit aliran, perbedaan ketinggian air,
kecepatan aliran dan viskositas fungsi temperatur. Spesifikasi dari alat pengujian
yang diperlukan juga didapatkan untuk diolah menggunakan persamaanpersamaan
empiris sehingga didapatkan hasil pengolahan, tampilan grafik hasil
pengolahan yang akan dibandingkan dengan grafik secara teoritis. Grafik yang
ditampilkan merupakan hubungan antara Bilangan Reynolds dan koefisien gesek
dimana semakin kecil Bilangan Reynolds (laminer) maka akan semakin tinggi
koefisien gesek. Perbedaan ketinggian air melalui alat ukur (manometer) juga
menunjukan besar kecilnya kerugian energi tersebut. Semakin tinggi perbedaan
ketinggian air antar tiap titik alat pengukur tekanan maka kerugian energi semakin
besar.

ABSTARCT
Pressure drop has a relavancy with the coefficient of friction adn it?s
significant case of the system of fluid rate in the pipeline cause it?s related with
energy consumption. Pure water is one of plain fluids used on pressure drop
research. Water is newtonian fluid which its viscosity depends on temperature
change only.
This research done in order to understand the pressure drop occurs at fluid
rate and the characteristic from of round pipe with Æ = 2 mm, Reynolds Number
and coefficient of friction. Fluid rate has a fundamental characteristic (laminar or
turbulent). The value of Reynolds Number 2000 up to 4000 appears the laminar
rate and more than 4000 for turbulent. High value of Reynolds Number appears
high velocity of fluid rate, fluid expansion and low viscosity. Friction between the
fluid and the pipe wall can be neglected because the pipe used in this research is a
smooth pipe and friction is between static fluid and moving fluid.
From the research obtains the capacity of rate, difference of water height,
velocity of rate and viscosity depended on temperature change. Specification of
the equipment required is also getting to processing that uses empirical equations,
so it will get the processing result, processing result graphic will be compared
with the theoritical graphic. The graphic being appeared is relation between
Reynolds Number and coefficient of the friction, where on teh wane of Reynolds
Number (laminar), so then the coefficient of friction increased. A difference of
water height through the measuring instrument (pressure gauge) also appears
amount of losses. The higher a difference of water height inter each point of
pressure gauge, so the losses become bigger."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42251
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Dekrino
"Modifikasi geometri bentuk dalam suatu pipa masih sedikit diteliti dalam usaha memperoleh pengurangan hambatan. Usaha ini dilakukan denganmenguji aliran beberapa jenis fluida Newtonian ataupun non-Newtonian. Percobaan dilakukan dengan mengukur pressure drop. Tujuan penelitian ini untuk meneliti membandingkan pressure drop dalam pipa bulat biasa dan pipa spiral dengan memberikan beberapa variasi konsentrasi pada fluida yang dialirkan.
Fluida yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa variasi, yaitu air (Newtonian), pasir silika dengan mesh 80-100 dan mesh 20-30 dan cw masing-masing pasir divariasikan yaitu 9 % dan16 %. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh viskositas, konsentrasi, massa jenis, diameter partikel(mes) terlarut terhadapa pressure drop.
Pada percobaan didapatkan bahwa pada pengujian lumpur pasir mesh 80-100(9%) di kisaran bilangan Reynolds 27000 hingga 29000 terjadi pengurangan hambatan (drag reduction). Hal itu terbukti dari nilai koefisien gesekan pada lumpur yang lebih kecil dibandingkan dengan koefisien gesek dari persamaan blasius untuk aliran turbulen. Pada percobaan didapat nilai DR paling besar terjadi pada bilangan Reynolds 28283,92 yaitu sebesar 11,7708 %.

The modification of the inner form geometry of a pipe is still in a few number examined in order to obtain the drag reduction. This effort is conducted by testing the flow of some kind of Newtonian and non-Newtonian fluid. Experiments is by measuring pressure drop .The purpose of this research to compare the pressure drop in regular circular and spiral pipe by making some variation on concentration and mesh.
The fluid which is flowed in this research consist of some variation, they are water (Newtonian), silica sand mud in 80-100 mesh and 20-30 mesh and each mesh has two variation of concentration in 9 % and 16%. The purpose is to know the influence of viscosity, concentration, density, and mesh in concerning the pressure drop.
On the silica sand mud experiment on mesh 80-100 (9%)at Reynold figure between 27000-29000in the spiral pipe the drag reduction is obtained which is it?s f value is smaller than the friction coefficient by the blasius equation for turbulent flow. This experiment shows the maximum ratio of DR is on Reynold figure 28283,92 it is 11,7708%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Vaul Brian
"Banyak permasalahan yang sering terjadi didalam proses transfer aliran suatu fluida, baik itu pada suatu industri pabrik, perminyakan maupun yang lainnya. Dimana masalah yang paling sering muncul adalah pemakaian daya pompa yang sangat besar karena adanya penurunan tekanan friksional dalam aliran turbulen, sehingga dibutuhkan sesuatu terobosan yang dapat mengurangi beban daya dari masalah tersebut. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menambahkan Drag Reduction Agent (DRA) ke dalam aliran itu sendiri. Biopilomer merupakan salah satu jenis DRA yang paling sering digunakan karena murah dan ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh aditif carboxymethyl cellulose (CMC) ke dalam aliran air pada pipa bulat dengan variasi diameter pada sistem perpipaan tertutup. Hasil pengujian penambahan 250 ppm, 500 ppm, dan 750 ppm CMC pada aliran fluida air dalam pipa bulat menghasilkan 47 % DR. Pengaruh dari konsentrasi penambahan, bilangan Reynolds, dan variasi diameter pada aliran air dalam pipa bulat menjadi varibel utama yang akan diteliti.

Many of the problems that often occur in the process flow of a fluid transfer, be it at a petroleum factory, industry and more. The most frequent problems which arise are the power consumption of the pump is very large due to the frictional pressure drop in the turbulent flow, so it takes something of a breakthrough that could reduce the burden of the problem. One of the solution is to add Drag Reduction Agent (DRA) into the flow. Biopolimer is one of the most frequent types of DRA is used because it is cheap and enviromentally friendly.
This research aims to investigate the influence of additive carboxymethyl cellulose (CMC) into the flow of crude oil in the spiral pipes diameter ratio variation in closed piping system. Result of testing the addition of 250 ppm, 500 ppm, and 750 ppm CMC in to the flow of water in circular pipe produces about 47 % DR. Influence of the concentration of addition, the Reynolds number, and diameter of the flow of water in circular pipe in to the main bariable are examined.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Maskuri
"Pompa air listrik masih tetap menjadi pilihan masyarakat untuk mendapatkan air bersih disamping instalasi PAM. Selain harga terjangkau, mudah didapat, instalasi cepat serta banyak pilihan merek dan modelnya. Ada kasus menarik yang perlu dicermati dalam hal kebiasaan orang dalam menginstalasi pipa Pompa Shallow Well/pompa sumur dangkal yang sebenarnya menyalahi spesifikasi pabrikan, sebagai contoh: Dengan pertimbangan penghematan biaya, orang atau tukang pompa memakai pipa 1/2 inchi atau 3/4 inchi pada saluran suction, padahal dari beberapa literatur yang penulis kumpulkan mensyaratkan bahwa pemakaian pipa hisap dan pipa dorong pompa sumur dangkal adalah diameter 1 inchi. Untuk mengetahui instalasi pipa yang optimum maka dilakukan pengujian unjuk kerja pompa sumur dangkal terhadap penggunaan pipa 1/2, 3/4 dan 1 inchi. Parameter yang diuji adalah total head, daya serta debit. Pengujian dilakukan di sumur dengan kedalaman air 8 meter dengan menggunakan peralatan uji standar. Pompa yang digunakan 3 model dengan daya motor yang berbeda serta kondisi head total dibuat 12, 16 serta 20 meter. Dari data pengujian didapat hasil bahwa perbedaan Total Head (Ht) maksimum tidak jauh beda (0.5 ~ 1 meter). Selisih daya (0 ~ 10 Watt) tidak begitu berpengamh. Perbeclaan cukup mencolok pada debit (1 ~ 9 l/menit). Pompa yang mempunyai daya besar tidak effisien menggunakan pipa 1/2. Dan hasil akhir pengujian mensyaratkan bahwa pipa yang optimum untuk menghasilkan unjuk kerja yang bagus adalah pipa 1 inchi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olih Kurnia
"Penelitian tentang semprotan nyamuk melibatkan dua jenis fluida, yaitu udara sebagai fluida primer (fluida penggerak) dan cairan sebagai fluida sekunder (fluida hisap). Dengan menggunakan nosel diameter lubang 1,5 mm, tekanan udara sebesar 0,2 bar untuk fluida primer akan dicari daerah inti jet (potensial core) secara eksperimental, dan akan diteliti hasil semprotan yang terjadi meliputi distribusi kecepatan serta laju massa cairan yang terhisap. Cara yang dilakukan adalah dengan mengukur perbedaan tinggi tekan air raksa pada manometer untuk menghitung kecepatan, dan mengukur debit air untuk menghitung laju massa cairan yang terhisap. Dari hasil percobaan daerah inti jet yang terjadi berada sampai jarak 5 mm dari lubang nosel. Debit air yang terhisap paling banyak di ujung (akhir) daerah inti jet. Dengan menganalisa semprotan yang terjadi kecepatan udara (centerline velocity) sampai jarak 5 mm dan lubang nosel sama (menunjukkan daerah inti jet), debit air yang terhisap paling banyak di daerah ujung inti jet karena kecepatan udara (centerline velocity) di daerah inti jet maksimum. Maka dapat disimpulkan di daerah ujung inti jet laju masa cairan mempunyai nilai paling besar, kondisi ini merupakan hasil semprotan yang dicari agar sebuah alat semprotan nyamuk dapat berfungsi secara efektif untuk membunuh serangga."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Ardianto
"ABSTRAK
Penanganan beban termal pada dunia industri sangat diperlukan. Sistem alat penukar kalor bisa dikembangkan pada sisi fluida yang digunakan dan desain pipa yang digunakan. Respon dalam bidang thermal adalah maraknya kembali perhatian akan pentingnya alat penukar kalor (heat exchanger). Sebuah alat penukar kalor yang baik
harus ditunjang oleh koefesien perpindahan panas yang baik. Koefesien perpindahan panas sendiri di pengaruhi oleh bilangan Reynolds. Dalam penelitian ini, dilakukan rancang bangun sebuah alat penukar kalor tipe double pipe dengan variasi pada pipa air panas, dimana pada pipa luar adalah pipa baja karbon memiliki koefisien perpindahan kalor konduksi 54 W/m.K dan memiliki dimensi panjang pipa 1 m, diameter luar (Ø out) 88.6 mm, dan diameter dalam (Ø in) 85 mm dan pipa dalam adalah pipa baja karbon memiliki koefisien perpindahan kalor konduksi 54 W/m.K dan memiliki dimensi panjang
pipa 1.2 m, diameter luar (Ø out) 30 mm, dan diameter dalam (Ø in) 28 mm. Bedasarkan pengujian didapatkan grafik kenaikan nilai koefisien perpindahan kalor sebanding dengan kenaikan bilangan Reynolds. Profil kotak memiliki nilai koefisien perpindahan panas
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan profil bulat. Pada perbedaan jenis aliran Psangat berpengaruh terhadap nilai koefisien perpindahan panas profil bulat, sedangkan pada profil kotak tidak begitu terlihat perbedaannya.

ABSTRACT
Handling of thermal load on the industrial world is indispensable. Heat exchanger system can be developed on the side of the fluid used and the design of pipe used. Response in the thermal field is widespread concern about the importance of re-heat exchanger (heat exchanger). A good heat exchanger must be supported by a good heat transfer coefficient. Heat transfer coefficient itself is influenced by the Reynolds number. In this study, carried out design and construction of an appliance type double pipe heat exchanger with a variation on the hot water pipes, where the outer pipe is carbon steel pipe has a conduction heat transfer coefficient of 54 W / mK and has dimensions of 1 m length of pipe, outer diameter (Ø out) 88.6 mm, and diameter in (Ø in) 85 mm and pipe in carbon
steel pipe is a conduction heat transfer coefficient of 54 W / mK and has dimensions of 1.2 m length of pipe, outer diameter (Ø out) 30 mm, and diameter in (Ø in) 28 mm. Based on the obtained testing the graph increases the heat transfer coefficient is proportional to the increase in Reynolds number. Profiles box has a heat transfer coefficient values are higher if compared to the rounded profile. In different types of flow greatly affect the heat transfer coefficient value rounded profile, whereas the profile square is not so pronounced."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1413
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>