Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afie Sugiarto
"Dalam komunikasi yang menggunakan frekuensi radio (wireless) dibutuhkan peralatan filter yang selektif pada penerima sehingga hanya sinyal yang berasal dari pengirim saja yang dilewatkan, dan bukan berasal dari sumber yang lain. Hal ini menunjang sistem komunikasi yang berkualitas tinggi pada lalu lintas data yang padat. Filter seharusnya juga memiliki insertion loss yang rendah sehingga sinyal-sinyalyang sangat lemah masih dapat dideteksi.
Filter resonator hairpin yang inputnya dibuat dengan tap dirancang untuk frekuensi kerja 2,4 GHz dengan bandwidth 100 MHz. Prosedure perancangan resonator hairpin untuk filter telah diselidiki dan diimplementasikan dan hasilnya cukup kompeten dengan hasil yang diperoleh dari simulasi menggunakan perangkat lunak elektromagnetik.
Filter band-pass dirancang dengan mengkarakterisasi jarak tap pencatu dan jarak spasi resonator. Hasil simulasi menghasilkan rancangan filter dengan jarak top pencatu 14,62 dan jarak spasi resonator 1.75 mm. Hasil pengukuran respon filter yang dirancang dengan menggunakan parameter prototipe filter maximally flat mendekati hasil yang diperoleh dengan perhitungan matematis dan simulasi dengan presentase kesalah yang cukup rendah (<5%). Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa filter yang dibuat memiliki insertion loss yang baik(<5dB) dengan VSWR < 1.2 pada frekuensi resonansi dan power loss (rejection) yang tinggi (>25dB) pada stop hand."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Ferdian
"Komunikasi tanpa kabel (wireless communication) saat ini berkembang sangat pesat. Perkembangan ini tak lepas dari perkembangan teknologi antena sebagai salah satu perangkat komunikkasi untuk wireless, di mana antena ini dituntuk memiliki dimensi yang lebih kecil dengan kemampuan meradiasikan dan menerima sinyal secara baik. Salah satu antena yang cocok untuk komunikasi wireless adalah antena mikrostrip. Hal ini dikarenakan antena mikrostrip yang low profile, mudah dalam fabrikasi, dapat diintegrasikan dengan rangkaian, cocok untuk mobile communication dan relatif lebih murah.
Pada skripsi ini dirancang antena mikrostrip frekuensi ganda yang dapat digunakan pada frekuensi 2,4 GHz dengan menggunakan slot berbentuk U. Antena yang akan dirancang menggunakan teknik pencatuan electromagnetically coupled agar menghasilkan bandwidth yang lebih besar dari penelitian sebelumnya [7] yang hanya sebesar 0,5% untuk frekuensi 2,4 GHz. Selain itu akan diamati pula karakteristik lainnya seperti pola radiasi dan gain.
Dari hasil fabrikasi dan pengukuran antena segiempat yang menggunakan slot berbentuk U diperoleh bahwa antena ini bekerja pada frekuensi 2,43 GHz dan 5,15 GHz. untuk frekuensi 2,43 GHz diperoleh nilai VSWR 1,239 dan untuk frekuensi 5,15 GHz, 2,43 GHz dan 92% untuk frekuensi yang 5,15 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taufik Ardiansyah
"Indonesia dihadapi pada tantangan globalisasi, di mana Indonesia belum memiliki kemampuan persaingan yang baik dengan bangsa lain. Selain itu, bangsa ini juga memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan missing link dan digital devide yang sampai scat ini belum tertuntaskan.
Program Universal Service Obligation adalah salah satu program kewajiban layanan komunikasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk diakomodir oleh pemerintah. Dengan program ini, layanan komunikasi diberikan dengan membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi, sehingga dapat memberikan aksesibilitas layanan komunikasi yang memadai kepada masyarakat.
Pembangunan USO dirasakan lambat, bila Indonesia ingin menjawab tantangan globalisasi dalam beberapa tahun mendatang, maka implementasi USO dapat menggunakan salah satu alternatif dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz.
Pemilihan teknologi nirkabel dengan memanfaatan frekuensi 2.4 GHz dapat menggunakan teknologi berbasis wireless internal protocol sebagai alternatif infrastruktur jaringan dengan wi-fi sebagai akses komunikasi data dengan salah satu karena frekuensi ini terbebas dari Biaya Hak Penggunaan Frekuensi, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat mereduksi biaya operasional yang dikeluarkan. Akan tetapi, diperlukannya revisi regulasi untuk implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz agar menjadi lebih jelas penggunaan frekuensi ini yang akan didayagunakan untuk kepentingan USO dengan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai frekuensi bebas.
Regulasi dalam implementasi USO sendiri perlu adanya revisi dengan ditambahkan pemanfaatan frekuensi ini sebagai salah satu alternatif solusi implementasi USO. Implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi ini dapat menghasilkan regulasi yang sinergi karena nnengatur kembali KM.34 Tahun 2004 dan KM.2 Tahun 2005. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan usulan ini karena akan memberikan implikasi yang positif kepada masyarakat secara lokal dan dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek positif secara nasional dengan suksesnya penggelaran program USO ini.

Indonesia is faced with globalization challenge, where Indonesia doesn?t have good challenge capability with other nations. Beside that, this nation also has a duty to finished missing link problem and digital devide which so far was undone.
Universal Service Obligation program is one of the communication service obligation programs that become responsibility for every related company accommodated by government. With this program, communication service is given in construction of telecommunication network infrastructure, so that can give adequate communication service accessibility for society.
USO development felt slow, if Indonesia want to answer globalization challenge in the next couple years, so USO implementation can apply one alternative of the benefit of 2.4 GHz frequency.
The selection of wireless technology utilizing 2.4 GHz frequency can use technology based on wireless internet protocol as alternative of network infrastructure with wi-fi as data communication access because this frequency is free from right cost of frequency utilization, so in it application can reduce operational cost. However, the regulation revision is needed for USO implementation utilizing 2.4 GHz frequency, to make clear the utilization of this frequency which will exploit for USO interest and still can be used by society as free frequency.
Regulation in USO implementation itself required some revision with addition frequency utilization as one of alternative solution in USO implementation. USO implementations uses this frequency can produce synergy regulation because rearrange KM.34 year 2004 and KM.2 year 2005. It is expected that government can consider this proposal because it will gave a positive implication into society locally and in long term it can gave positive effect by nationally with the succession of this USO program exhibition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dudi Nugroho
"Seiring dengan perkembangan teknologi seluler maka teknologi satelit merupakan bagian yang penting masuk di dalamnya. Terlebih lagi dengan akan diluncurkannya Quasi Zenith satellite yang melewati beberapa negara di Asia dan Australia diantaranya adalah Indonesia. Dengan satelit ini kinerja komunikasi seluler menjadi lebih baik.
Untuk Indonesia terutama di sekitar Jakarta maka untuk mengakses satelit tersebut maka antena harus memiliki elevasi 45°. Selain itu harus dapat beroperasi pada 2.6 GHz (2.605 GHz - 2.63 GHz).
Dalam penelitian ini dibuat antena mikrostrip 2x2 yang tersusun secara planar dengan bentuk patch segitiga sama sisi. Dari hasil pengukuran terbukti bahwa antena memiliki elevasi pola radiasi 45° pada frekuensi resonansinya. Sedangkan karakteristik penting lainnya adalah bandwidth impedansinya yang lebar 10.4% atau 277.11 MHz (2.80211 GHz - 2.525 GHz), sehingga dapat dipergunakan untuk aplikasi wireless communication pada Quasi Zenith Satellite.
Hal tersebut diatas diperoleh dengan mengatur jarak antar elemen antena dan mengatur pergeseran fasa. Di mana pergeseran fasa dicapai dengan cara mengatur perbedaan panjang padapencatuan. Antena yang tersusun secara planar ini memiliki ukuran substrat 20 cm x 20 cm. Adapun substrat tersebut memiliki permitivitas relatifnya sebesar 2.2 dengan ketebalan substrat 0.8 mm.

With development of Celluler technology so satellite technology is important for that. Moreover Quasi Zenith satellite will be launched and will pass some country in Asia and Australia, one of them is Indonesia. By this satellite so celluler communication performance is getting better.
For Indonesian area especially Jakarta, to access that satellite, antenna must has Radiation Pattern elevation about 45°. While the system must be operated on 2 GHz (2.605 GHz - 2.63 GHz).
In this Research, has made microstrip antenna 2x2 planar array with equilateral triangular patch. From measurement result are proven that antenna has Radiation Pattern elevation about 45° at resonance frequency. Meanwhile, another important characteristic is impedance bandwidth 10.4% or 277.11 MHz (2.80211 GHz - 2.525 GHz), so it can be used for application of wireless communication in Quasi Zenith Satellite.
It can be reached by controlling spacing patch element and progressive phase. When progressive phase can be reached by controlling difference of length of feeding. This antenna substrat has dimension 20 cm x 20 cm, with relative permitivity 2.2 and thick of substrat is 0.8 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theonaldo Vincentius Androdi
"Dalam perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, power amplifier memainkan peran yang sangat penting dan krusial dalam sistem komunikasi nirkabel karena merupakan komponen utama yang menentukan efisiensi dan keandalan sistem transmisi. Power amplifier mengambil daya terbesar dalam sistem transmiter, sehingga efisiensi dan keandalannya sangat mempengaruhi kinerja keseluruhan. Penelitian ini berfokus pada power amplifier kelas E yang dikenal memiliki efisiensi daya tinggi hingga 100%, menjadikannya ideal untuk aplikasi nirkabel. Frekuensi kerja 2,4 GHz sangat penting dalam teknologi komunikasi nirkabel seperti WiFi, Bluetooth Low Energy (BLE), dan Zigbee. Tujuan penelitian ini adalah merancang power amplifier kelas E dengan efisiensi tinggi pada frekuensi 2,4 GHz menggunakan simulasi dalam Advanced Design System (ADS) dari Keysight, dengan PDK TSMC RF 90 nm, tanpa implementasi fisik. Metodologi penelitian dimulai dengan studi literatur untuk memahami teori dasar dan perkembangan terkini terkait power amplifier kelas E, karakteristik transistor, matching network, dan parameter kinerja. Selanjutnya, ditentukan spesifikasi utama power amplifier dan dilakukan simulasi serta karakterisasi transistor untuk memastikan kinerja optimal. Analisis stabilitas dilakukan untuk memastikan transistor berada dalam kondisi stabil tanpa syarat. Simulasi load pull dilakukan untuk menentukan impedansi optimal yang digunakan untuk merancang matching network. Proses tuning dan optimisasi menggunakan ADS dilakukan untuk mencapai parameter kinerja yang ditargetkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa power amplifier kelas E yang dirancang berhasil memenuhi sebagian besar target yang ditetapkan. Pada variasi proses TT (Typical-Typical), power amplifier menunjukkan performa yang baik dengan gain sebesar 10,734 dB dan PAE sebesar 51,709%. Stabilitasnya mencapai 1,153, S21 sebesar 17,6 dB, S11 sebesar -12,218 dB, dan S22 sebesar -8,49 dB.

In the rapid advancement of information and communication technology, the power amplifier has become a crucial component in wireless communication systems. The power amplifier consumes the most power in the transmitter system, thus its efficiency and reliability significantly affect overall performance. This research focuses on the class E power amplifier, known for its high power efficiency of up to 100%, making it ideal for wireless applications. The 2.4 GHz operating frequency is critical in wireless communication technologies such as WiFi, Bluetooth Low Energy (BLE), and Zigbee. The objective of this research is to design a high-efficiency class E power amplifier operating at 2.4 GHz using simulations in Keysight's Advanced Design System (ADS) with the TSMC RF 90 nm PDK, without physical implementation. The research methodology begins with a literature study to understand the fundamental theory and recent developments related to class E power amplifiers, transistor characteristics, matching networks, and performance parameters. Subsequently, the main specifications of the power amplifier are determined, followed by simulations and transistor characterization to ensure optimal performance. Stability analysis is conducted to ensure the transistor operates unconditionally stable. Load pull simulations are performed to determine the optimal impedance used for designing the matching network. The tuning and optimization processes using ADS are carried out to achieve the targeted performance parameters. The research results show that the designed class E power amplifier successfully meets most of the set targets. In the TT (Typical-Typical) process variation, the power amplifier demonstrates good performance with a gain of 10.734 dB and a PAE of 51.709%. Its stability factor reaches 1.153, S21 is 17.6 dB, S11 is -12.218 dB, and S22 is -8.49 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwidya Tantri Agtusia
"ABSTRAK
Kebutuhan akan pengiriman informasi yang semakin cepat, beragam dan dapat dilakukan dimana saja menyebabkan lahirnya teknologi nirkabel yang semakin handal. Antena merupakan salah satu perangkat yang sangat penting pada teknologi nirkabel. WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) dan LTE (Long Term Evolution) merupakan dua contoh teknologi nirkabel yang sedang dikembangkan saat ini. Teknologi ini memungkinkan untuk mengirimkan dan menerima data yang besar dan kualitas yang baik. Untuk dapat menerima data dengan kualitas yang baik, maka dibutuhkanlah antena dengan SNR (Signal to Noise Ratio) yang tinggi dan kapasitas yang besar. Skripsi ini membahas mengenai rancang bangun antena mikrostrip dualband SIMO pada frekuensi 2.3 ? 2.4 GHz dan 2.6 ? 2.7 GHz yang akan diaplikasikan untuk WiMAX dan LTE dengan menyisipkan teknologi SIMO (Single Input Multiple Output) yang diharapkan dapat memperbesar SNR dan kapasitas kanal. Dari hasil pengukuran didapatkan frekuensi kerja dari antena SIMO port 1 adalah 2.4 ? 2.47 GHz dan 2.67 ? 2.74 GHz, port 2 adalah 2.38 ? 2.45 GHz dan 2.63 ? 2.72 GHz, kemudian port 3 adalah 2.38 ? 2.44 GHz dan 2.64 ? 2.73 GHz, dengan mutual coupling kurang dari -20 dB.

ABSTRACT
The need of sending information rapidly, diverse and more mobile, leads to reliable wireless technology. Antenna is a very important device for wireless technology. WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) and LTE (Long Term Evolution) are two of wireless technologies which are currently developed. This technology allows to send and receive large data and with good quality. To get data with a good quality, an antenna with high SNR(Signal to Noise Ratio) and big capacity is needed. This Research explains the design of microstrip antenna dualband SIMO at frequency 2.3 -2.4 GHz and 2.6-2.7 GHz. It is designed with SIMO(Single Input Multiple Output) technology that will improve SNR and channel capacity. From the measurement results show that the working frequency of the SIMO antenna at port 1 is 2.4 - 2.47 GHz and 2.67 - 2.74 GHz, port 2 is 2.38-2.45 GHz and 2.63 - 2.72 GHz, and port 3 is 2.38-2.44 GHz and 2.64 - 2.73 GHz. Additionally the mutual coupling for all ports are less than -20 dB."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1672
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syihabuddin P.
"Penelitian mengenai Integrated Circuit (IC) khususnya untuk aplikasi komunikasi nirkabel masih sangat kurang di Indonesia. Padahal, komunikasi nirkabel di Indonesia sedang berkembang pesat mengenai teknologi LTE dan WIMAX. Oleh karena itu, penelitian tentang IC di Indonesia harus mulai dirintis untuk mendukung perkembanagan komunikasi nirkabel tersebut. Concurrent multiband Low Noise Amplifier (LNA) merupakan salah satu penelitian IC untuk aplikasi komunikasi nirkabel karena dapat bekerja empat pita frekuensi (quadband) yaitu 0.900 GHz dan 1.800 GHz untuk aplikasi GSM, 2.300 GHz untuk aplikasi WIMAX, dan 2.600 GHz untuk aplikasi LTE di Indonesia.
Pada penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya, hasil perancangan concurrent multiband LNA tidak mampu mendapatkan spesifikasi gain yang tinggi. Untuk itu, dalam penelitian ini LNA dirancang menggunakan konfigurasi transistor secara cascade dan teknik power constrained simultaneous noise and input matching (PCSNIM) pada topologi inductive source degeneration yang mampu mendapatkan nilai gain tinggi, dan noise yang rendah.
Perancangan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Advanced Design System (ADS) versi 2009 dan Altium Designer Summer 09, kemudian hasil perancangannya difabrikasi di atas PCB. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah memenuhi spesifikasi yaitu memiliki K > 1, S21 sebesar 28.584 ~ 33.348 dB, S11 sebesar -20.679 ~ -30.817 dB, S22 sebesar -15.66 ~ -18.581 dB, NF sebesar 0.44 ~ 0.573 dB untuk keempat band frekuensinya. Hasil pengukuran PCB menunjukkan hasil S11 sebesar - 5.48763 ~ -6.7214 dB, S21 sebesar -17,7247 ~ -27.0854 dB dan S22 sebesar - 4.13519 ~ -9.30733 dB pada keempat band frekuensinya.

Research about Integrated Circuit (IC), specifically for wireless communication applications is still lacking in Indonesia. In fact, wireless communication is growing rapidly in Indonesia about LTE and WiMAX technologies. Therefore, research about IC in Indonesia should be initiated to support the development of the wireless communication. Concurrent Multiband Low Noise Amplifier (LNA) is one of the research IC for wireless communication applications because it can work four frequency bands (quadband) is 0.900 MHz and 1.800 GHz for GSM applications, 2.300 GHz for WIMAX applications, and 2.600 GHz for LTE applications in Indonesia.
In the research that has been done before, the results of concurrent multiband LNA design is not able to get a high gain specification. Therefore, in this study LNA designed using transistors in cascade configurations and techniques of power constrained simultaneous noise and input matching (PCSNIM) on inductive source degeneration topology that is able to get the value of high gain, and low noise.
This design is using software Advanced Design System (ADS) version 2009 and Altium Designer Summer 09, then the results of LNA design was fabricated on top of the PCB. Based on the simulation results, the design of LNA has fullfiled the specifications that have K > 1, S21 is 28 584 ~ 33 348 dB, S11 is ~ -30 817 -20 679 dB, S22 is -15.66 ~ -18 581 dB, NF is 0.44 dB ~ 0573 on desired frequency bands. PCB measurement results show the results of S11 is -5.48763 ~ -6.7214 dB, S21 is -17,7247 ~ -27.0854 dB and S22 is -4.13519 ~ -9.30733 dB on desired frequency bands."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrief Rahman
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan rancang bangun dan evaluasi dari prototipe Internet of Things IoT menggunakan teknologi LoRa pada frekuensi 868 MHz dan 915 MHz yang merupakan frekuensi ISM Band. Saat ini, penggunaan teknologi LoRa di Indonesia belum marak dilakukan. Namun, untuk masa yang akan datang teknologi LoRa akan marak digunakan di Indonesia untuk mendukung kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya dalam hal smart city. Permasalahan yang ada pada saat ini adalah belum adanya data yang menunjukkan performa teknologi LoRa dari segi kekuatan sinyal RSSI dan delay transmisi data pada ruang terbuka. Penulis melakukan evaluasi kinerja teknologi LoRa pada dua kondisi, yaitu Line of Sight LoS yang dilakukan di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Non-Line of Sight Non-LoS di Proyek Jalan Tol Cinere-Jagorawi. Perangkat prototipe ini disusun oleh sensor suhu, perangkat LoRa sebagai transmitter dan receiver data yang dikirimkan, mikrokontroller Arduino sebagai pengontrol rangkaian elektronik, dan visualisasi data menggunakan Thingspeak yang merupakan cloud server di web browser. Hasilnya menunjukkan bahwa prototipe bekerja dengan baik pada kedua kondisi tersebut, sementara hasil RSSI bervariasi antara -50 dB hingga -105 dB. Pada LoRa frekuensi 915 MHz kondisi LoS, hasil RSSI berada pada rentang -55 dB hingga -90 dB untuk jarak 100 meter sampai 700 meter. Sedangkan LoRa frekuensi 868 MHz kondisi LoS, hasil RSSI berada pada rentang -69 hingga -99 dB untuk jarak 100 meter sampai 1500 meter. Pada LoRa frekuensi 915 MHz kondisi Non-LoS, hasil RSSI berada pada rentang -61 dB hingga -101 dB untuk jarak 100 meter sampai 400 meter. Sedangkan LoRa frekuensi 868 MHz kondisi Non-LoS, hasil RSSI berada pada rentang -56 dB hingga -101 dB untuk jarak 100 meter sampai 500 meter. Dengan demikian, LoRa dengan frekuensi 868 MHz memiliki performa yang lebih baik dalam segi jarak yang dicapai, delay transmisi data, dan kekuatan sinyal atau RSSI yang terdeteksi dibandingkan LoRa dengan frekuensi 915 MHz. Selain itu, teknologi LoRa terbukti dapat digunakan secara efisien untuk aplikasi IoT dari kedua kondisi LoS dan Non-LoS dengan desain yang harus disesuaikan.

ABSTRACT
This research is a design and evaluation of the prototype Internet of Things IoT using at frequencies 868 MHz and 915 MHz which is the ISM frequency band. Currently, the use of LoRa technology in Indonesia has not been rife. However, for the future, LoRa technology will be used in Indonesia to support the progress of information and communication technology, especially in the case of smart city. The current problem is the lack of data showing the performance of LoRa technology in terms of signal strength RSSI and data transmission delay in open space. The authors evaluate the performance of LoRa technology in two conditions, namely Line of Sight LoS at Faculty of Engineering Universitas Indonesia and Non Line of Sight Non LoS at Cinere Jagorawi Toll Road Project. This prototype device is composed by a temperature sensor, LoRa device as a transmitter and receiver of transmitted data, Arduino microcontroller that acts as an electronic circuit controller, and data visualization using Thingspeak which is a cloud server in web browser. The results have indicated that prorotype is working well on both condition, while RSSI may vary from 50 dB to 105 dB. LoRa with frequency of 915 MHz in LoS condition, RSSI results are at intervals of 55 dB to 90 dB for a distance of 100 meters to 700 meters. Whereas, LoRa with frequency 868 MHz in LoS condition, RSSI results are at intervals of 69 dB to 99 dB for a distance of 100 meters to 1500 meters. At LoRa with frequency 915 MHz in Non LoS condition, the RSSI results are at intervals of 61 dB to 101 dB for a distance of 100 meters to 400 meters. Whereas, on LoRa with a frequency 868 MHz in Non LoS condition, the RSSI results are at intervals 56 dB to 101 dB for distance 100 meters to 500 meters. Accordingly, LoRa with a frequency 868 MHz has better performance in terms of distance achieved, data transmission delay, and signal strength or RSSI detected than LoRa with frequency 915 MHz. In addition, the LoRa technology is proven to be efficiently used for the IoT applications of both LoS and Non LoS conditions, while a specific design should be adjusted."
2017
S67269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufik Suryawinata
"Saiah satu alternatif komunikasi untuk daerah rurai yang sedang dikembangkan saat ini adaiah kornunikasi tanpa kabel yang disebut JARLOKAR ETDMA (Jaringan Lokar Radio Extended TDMA). Dalam sistem JARLOKAR ETDMA terdapat satu rnodui yang berfungsi sebagai antarmuka dengan PSTN dan melakukan proses konsentrasi dari 512 pesawat telepon pelanggan ke 36 kanai saiuran. Modul tersebut adalah DCU (Digital Consentrator Unit). Agar DCU dapat meiakukan konsentrasi dengan baik diperiukan satu submodul prosesor yang bertugas mengatur proses konsentrasi tersebut yaitu CCP (Consentrator Switching Processor). Di daiam Tugas Akhir ini akan dirancang dan dibuat satu prototipe CSP dengan berbasiskan mikrokontroier MCS 8751. Fungsi CSP ini selain mengatur proses konsentrasi, juga rnelakukan hubungan komunikasi dengan LIP (Line interface Processor) dan CPU (Centrai Processing Unit)."
1996
S38936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaryo
"Keunggulan teknologi WiMAX dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada adalah kemampuan cakupan sinyal yang lebih luas. Seiring dengan percepatan pembangunan teknologi telekomunikasi, komponen dan perangkat juga hadir untuk melengkapi kisi desain sistem telekomunikasi yang cenderung relatif kecil dengan konsumsi daya rendah. Salah satu teknologi yang saat ini sedang berkembang pesat adalah micro-electronic and mechanical system (MEMS). Dalam sistem telekomunikasi, osilator yang mempunyai fungsi untuk membangkitkan gelombang RF sebagai masukan modul mixer yang selanjutnya dilakukan pencampuran dengan sinyal RF untuk menghasilkan sinyal IF, oleh karenanya kestabilan osilator sangat menentukan performansi transmitter maupun receiver pada perangkat WiMAX, sehingga memerlukan pemilihan teknologi resonator yang mempunyai sifat relatif stabil. Teknologi osilator yang sering digunakan saat ini ada berbagai jenis antara lain Osilator LC, Osilator Hartley, Osilator Colpitts dan Osilator MEMS yang didalamnya ada kandungan material piezoelektrik. Hasil desain osilator berbasis MEMS dengan menggunakan bentuk geometris cincin-persegi dan struktur material menggunakan piezoelektrik ZnO yang diapit oleh kedua elektroda Polysilicon. Dari hasil simulasi, frekuensi 2,3 GHz dapat terpenuhi dengan menggunakan dimensi sekitar 90 µm x 12 µm x 1 µm. Dengan membuat lubang kecil di sisi horizontal cincin dapat meningkatkan frekuensi resonansi berkisar antara 23-96 MHz dengan dimensi yang sama dengan yang tidak berlubang. Ketebalan optimum bahan untuk memproduksi frekuensi resonansi sebesar 2,3 GHz dicapai dengan menggunakan variasi ketebalan bahan piezoelektrik (ZnO) 1,085µm dan kedua elektroda Polysilicon 0,110 µm, dan faktor kualitas Q yang dihasilkan berkisar 950 pada bandwidth 3 dB down sebesar 2,42105 MHz dan lebar bandwidth operasional yang dihasilkan oleh resonator ini sekitar 3 Mhz serta return loss (S11) sekitar -57 dB.

The advantages of WiMAX compared to existing technologies is the ability to signal a broader coverage area. Along with the accelerated development of telecommunications technology, components and devices were also present to complement the lattice design of telecommunications systems which tend to be relatively small with low power consumption. One technology that is currently emerging is the micro-electronic and mechanical systems (MEMS). In telecommunications systems, oscillators which have a function to generate the RF wave as the input mixer module and then make the mixing with the RF signals to generate IF signal, thereby determining the stability of the oscillator is the transmitter and receiver performance of WiMAX devices, thus requiring the selection of technology that has the properties of the resonator relatively stable. Oscillator technology that is often used when there are various types such as LC Oscillator, Hartley Oscillator, Colpitts Oscillator and Oscillator in which existing MEMS piezoelectric material content. Results of design MEMS-based oscillator using square-ring shaped geometric and structures using piezoelectric ZnO material is sandwiched between two polysilicon electrodes. From the simulation results, the frequency of 2.3 GHz can be accomplished using the dimensions of about 90 µm x 12 µm x 1 µm. By making a small hole in the side of a horizontal ring can increase the resonance frequency ranging from 23-96 MHz with the same dimensions that are not perforated. The thickness of the material to produce optimum resonance frequency of 2.3 GHz is achieved by using a variation of the thickness of piezoelectric material (ZnO) 1.085 µm and 0.110 µm both polysilicon electrode, and the resulting quality factor Q about 950 at 3 dB down bandwidth of 2.42105 MHz and operational bandwidth generated by the resonator is approximately 3 MHz and the return loss (S11) of approximately -57 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27903
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>