Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Indra Saraswati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isep Sepriyan
"Remaja, masa dimana individu berkembang dan mengalami proses perubahan dari anak-anak menuju dewasa, yang ditandai oleh tanda-tanda menuju kematangan seksual dan mengalami perubahan dan perkembangan fisiologis dan psikologis, serta merupakan situasi transisi dan pencarian identitas tentang siapa aku. Pengaruh diluar dirinya bisa merubah sikapnya. Remaja putus sekolah secara individu sama dengan remaja lainnya yang mempunyai keinginan, harapan dan kebutuhan serta potensi, tetapi karena suatu sebab, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah formal.
Pola pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara Cibabat Cimahi merupakan kegiatan atau program pelayanan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku individu atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang dilakukan diluar sekolah formal. Unsur yang mencakup pendidikan non formal adalah; objektif atau tujuan belajar, karakteristik pelajar, pengorganisasian, metodologi belajar dan kontrol. Bentuk bimbingan dan pelatihan yang dilaksanakan ialah bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan. Semua kegiatan dan program belajar mengajar ini salah satunya ditujukan dalam rangka meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah.
Keterampilan sosial adalah, kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi serta mengembangkan aspirasi dan menampilkan dirinya. Ciri individu yang memiliki keterampilan sosial; bertanggung jawab, mentaati peraturan, menerima dan menghargai orang lain dan diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, disiplin, mengetahui tujuan hidup dan mampu membuat keputusan, melalui pendidikan diharapkan keterampilan sosial dapat tumbuh dan meningkat pada remaja putus sekolah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola pendidikan non formal remaja putus sekolah di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Negara dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didiknya, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.
Penelitian bersifat studi evaluatif, menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini tidak bermaksud membuat generalisasi, tetapi melakukan studi evaluatif di salah satu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pendidikan non formal.
Hasil penelitian menunjukkan, pola pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah, adalah ; objektif belajar untuk memberikan keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai salah satu yang menimbulkan minat dan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan. Pengorganisasian siswa kedalam sistem kelompok wisma dan kepengurusan siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa saling berkomunikasi, beradaptasi dan disiplin serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Metoda belajar praktek kerja perorangan memberikan kesempatan siswa menyalurkan hasrat, menunjukkan potensi diri dan tanggung jawab serta kemandirian.
Temuan penelitian menunjukkan, terdapat remaja putus sekolah yang memiliki keterampilan sosial yang baik. Ternyata hal itu terjadi selain karena pola pendidikan dari lembaga, juga karena motivasi siswa mengikuti bimbingan dan pelatihan sebagai kebutuhan dan sarana belajar untuk bekal hidup, latar belakang kehidupan yang relatif tetib dan mampu mengetahui serta menentukan tujuan hidup, kemampuan menerima orang lain dan diri sendiri sebagai pendorong tersalurkannya hasrat dan mengeksploitasi potensi dirinya. Kepercayaan yang diberikan oleh teman dan pembina kepadanya menambah kepercayaan diri.
Remaja putus sekolah yang kemampuan keterampilan sosialnya kurang, ternyata motivasi mereka mengikuti kegiatan bimbingan dan pelatihan karena dorongan kewajiban sebagai siswa dan melaksanakan tugas sebagai pengurus siswa, serta menghindari sanksi, bukan atas dorongan kebutuhan dirinya. Merasa selalu diperhatikan orang lain dan menganggap kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai beban bagi dirinya, membuat sikap yang ditampilkannya tidak spontan dan tidak wajar. Dengan adanya beban tersebut maka remaja putus sekolah tersebut terhambat peningkatan kemampuan keterampilan sosialnya.
Pelaksanaan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan remaja, mendorong terciptanya kondisi yang memungkinkan meningkatnya keterampilan sosial pada remaja putus sekolah. Dengan dasar tersebut maka perlu dilakukan perbaikan serta penyempurnaan pelaksanaan pola pendidikan non formal di PSBR, khususnya metoda belajar materi bimbingan sosial kelas dan pelaksanaan kontrol serta komunikasi antar pelaksana kegiatan, yang mengarah kepada penyaluran minat dan bakat dalam rangka pengembangan potensi diri remaja putus sekolah, yang pada gilirannya mampu meningkatkan keterampilan sosial remaja putus sekolah dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezkita Gholiya
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Masa remaja adalah fase kehidupan yang penuh dengan tantangan, pencarian identitas diri, dan peran baru yang sering kali menimbulkan gejolak emosi, konflik dengan orang dewasa, dan perilaku berisiko. Untuk menghadapi berbagai rintangan dan menghindari dampak negatif dan stress, resiliensi menjadi hal penting yang perlu dikembangkan oleh remaja. Salah satu faktor eksternal resiliensi adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk dapat membuktikan hipotesis terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara luring dan daring pada Juni 2024 yang diisi oleh 85 responden menggunakan metode sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat resiliensi remaja PSBR Taruna Jaya 1 berada pada kategori normal sebesar 47,1% (n=40). Kemudian, setelah melakukan uji analisis somers’d, hasil menunjukkan pengaruh dukungan sosial organisasi dan teman sebaya terhadap resiliensi memiliki nilai sebesar 0,290 yang menunjukkan kategori lemah dan berpengaruh secara positif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peningkatan dalam dukungan sosial, baik dari organisasi maupun teman sebaya berkontribusi terhadap peningkatan resiliensi meskipun pengaruhnya tidak kuat.

This study examines the influence of social support on the resilience of adolescents at the Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Adolescence is a phase of life filled with challenges, identity exploration, and new roles, often leading to emotional turmoil, conflicts with adults, and risky behaviors. Developing resilience is crucial for adolescents to navigate these challenges and avoid negative impacts and stress. One external factor influencing resilience is social support. This quantitative study aims to test the hypothesis that social support affects the resilience of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1. Data was collected through offline and online questionnaires distributed in June 2024, with 85 respondents using a saturated sampling method. The results indicate that the majority of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1 have a normal level of resilience, at 47.1% (n=40). Further analysis using Somers' D test shows that social support from organizations and peers has a weak yet positive influence on resilience, with a value of 0.290. The study concludes that while increased social support from organizations and peers contributes to higher resilience, its influence is not strong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Nur Utami
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Fokus penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh dukungan sosial kelompok
teman sebaya terhadap perilaku anak untuk melakukan pull ups. Populasi penelitian yang dipilih yaitu para AN/ABH yang tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta dengan sampel sebanyak 90 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dukungan sosial dari kelompok teman sebaya terhadap perilaku anak untuk melakukan pull ups di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta karena penelitian ini tidak mengukur tingkat kedekatan dan kualitas pertemanan teman sebaya.

This research is a quantitative research with descriptive design. This research focus on how the effect of peer social support on child’s behavior to doing pull
ups. This study population are AN/ABH who stay in Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta. Sample of this research is 90 respondents. Theresults showed that there is not effect of peer social support on child’s behavior to doing pull ups at Panti Sosial Marsudi Putra Handayani, Bambu Apus Jakarta because this research did not measure the level of closeness and the quality of peer friendship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Rusdi Bin Yaacob
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Dwi Wulandari
"

Penelitian ini membahas tentang penyesuaian sosial yang dilakukan oleh remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan penyesuaian sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan kondisi awal, penyesuaian sosial (mengikuti aturan yang telah ditetapkan, menjalin relasi dengan pihak yang ada di panti, pelanggaran aturan oleh penerima manfaat, dan partisipasi penerima manfaat terhadap program yang diselenggarakan) dan perubahan perilaku remaja putus sekolah (penerima manfaat). Adapun hambatan dalam penyesuaian sosial yaitu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan ada program yang tidak berjalan lancar.


This research discuses about social adjustment of dropout (beneficiaries) in PSBR Bambu Apus, and the constraints to do social adjustment. This research uses a qualitative approach and descriptive research method. The results explains the initial conditions of beneficiaries, social adjustment by dropouts (include make  relations, break the rules of PSBR Bambu Apus, the beneficiaries’ participation for program in PSBR Bambu Apus) and the condition of beneficiaries after joined program in PSBR Bambu Apus. Then the constraints in social adjustment are following the rules and program does not going well.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Marnoto
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang proses rujukan anak jalanan dari Rumah Singgah "Anak Tersayang" ke Panti Sosial Asuhan Anak "Putra Harapan" dan kendala-kendala didalamnya. Latar belakang tesis adalah ketidakberhasilan rumah singgah dalam merujuk anak jalanan yang menjadi binaannya ke panti sosial asuhan anak, yang ditunjukkan dengan kaburnya lima anak jalanan dari panti sosial asuhan anak. Untuk menjawab pertanyaan tentang ketidakberhasilan rujukan tersebut, maka peneliti mencoba menelusuri proses pelaksanaan rujukan dan kendala-kendalanya baik dari pandangan lembaga pengirim rujukan dan penerima rujukan serta anak jalanan. Rujukan anak jalanan dari rumah singgah ke panti sosial asuhan anak didasari oleh perspektif rehabilitatif dimana rumah singgah berfungsi sebagai pra kondisi untuk mempersiapkan penyesuaian diri mereka di panti sosial asuhan anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif untuk menghasilkan data-data tentang proses pelaksanaan rujukan dan kendala-kendalanya, yang diperoleh melalui para informan. Pemilihan informan ini dilakukan dengan "snowball sampling" yang meliputi enam informan, terdiri dan dua pimpinan lembaga, dua pekerja sosial dan dua klien/anak jalanan yang dirujuk. Untuk mengumpulkan data dari informan tersebut, peneliti menggunakan teknik "in-depth interview", observasi dan studi dokumentasi. Ketiga cara ini dilakukan untuk saling melengkapi sehingga dapat menangkap realitas sosial dari berbagai jawaban informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan rujukan yang dilakukan oleh rumah singgah dan panti sosial asuhan anak dilaksanakan secara tidak sempurna dimana esensi kegiatan seperti kontak awal dan tindak lanjut terpinggirkan, Selain itu anak jalanan sebagai pihak yang berkepentingan dalam rujukan kurang dilibatkan secara aktif baik dalam tahap awal (evaluasi dan pengambilan keputusan rujukan) maupun tahapan berikutnya (pemberitahuan rujukan, penyediaan informasi dan motivasi, pengiriman klien ke panti, identifikasi dan pembinaan). Ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan rujukan mengarahkan kegiatan tersebut secara praktis dan "instan" dengan fokus pada bagaimana memindahkan anak jalanan ke panti sosial asuhan anak dan tidak kembali lagi ke jalan.
Ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan rujukan berasal dari ketiga faktor kendala yang saling terkaii pada lembaga pengirim rujukan (rumah singgah ), klien/anak jalanan dan lembaga penerima rujukan panti sosial asuhan anak yaitu faktor predisposisi, pemungkin dan penguat. Pada faktor predisposisi terlihat bahwa anak jalanan yang dirujuk masih memiliki kepercayaan, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai jalanan yang menyulitkan penyesuaian dirinya di panti sosial asuhan anak. Kendala dalam faktor pemungkin meliputi ketidakterjangkauan sarana dan prasarana pendidikan (karena harus menunggu tahun ajaran baru) dan kebijakan lembaga yang tertuang dalam mekanisme kerja (baik rumah singgah maupun panti sosial asuhan anak. Kendala dalam faktor penguat adalah kurangnya dukungan teman sebaya, pekerja sosial rumah singgah dan panti sosial asuhan anak.
Pelaksanaan rujukan yang tidak sempurna dan kendala-kendalanya memiliki kontribusi terhadap kasus kaburnya anak jalanan tersebut dari panti sosial asuhan anak., sehingga perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang didasarkan pada perspektif rehabilitatif. Pelaksanaan rujukan pada hakekatnya merupakan upaya membekali anak jalanan dengan pendidikan nilai-nilai dan pekerjaan sehingga mempunyai alternatif pemecahan masalah atas keterlantarannya di jalan. Hal ini perlu dilakukan dengan menggabungkan mekanisme hubungan antar lembaga, standar praktek terbaik ("hest practice standard') dalam rujukan, dan permasalahan-permasalahan transisi kehidupan yang dihadapi oleh anak jalanan atas pilihannya untuk dirujuk ke panti.
Secara kongkret, pelaksanaan rujukan perlu didasarkan pada evaluasi bersama antara pekerja sosial rumah singgah dan klien untuk mencapai pemahaman bersama tentang perlunya rujukan kepada lembaga penerima rujukan. Untuk memperoleh lembaga penerima rujukan diperlukan penyeleksian terhadap beragam alternatif lembaga penerima rujukan dan pekerja sosial perlu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang kesesuaian lembaga dengan kebutuhan dan permasalahan klien/anak jalanan. Jika ternyata pilihan klien/anak jalanan jatuh pada panti sosial asuhan anak, pekerja sosial rumah singgah perlu melakukan kontak terhadap lembaga tersebut bersama-sama dengan klien untuk memastikan kesesuaiannya dengan klien dan berdiskusi dengan pekerja sosial panti sosial asuhan anak (untuk memperhitungkan permasalahan transisi kehidupan yang dialami klien pada masa tinggalnya di panti). Setelah klien tinggal di panti sosial asuhan anak, perlu dilakukan tindak lanjut pekerja sosial rumah singgah untuk melakukan pengecekan terhadap penyesuaikan dan pemanfaatan pelayanan panti sosial asuhan anak oleh klien (anak jalanan). Pihak panti sosial asuhan anak perlu untuk "sharing" informasi dan menjalin komunikasi terbuka dengan rumah singgah demi kelangsungan hidup dan perkembangan anak binaannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Rosa Hertamina
"Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia di panti, baik perubahan yang berhubungan dengan kondisi fisik maupun berhubungan dengan kondisi lingkungan. Perubahan-perubahan yeng terjadi pada Iansia, yaitu perubahan fisik dan kesehatan, keuangan, minat, kehidupan dalam keluarga, dan perubahan dalam hubungan dengan orang Iain. Perubahan tersebut memiliki potensi untuk menimbulken stres pede Iansia di panti.
Untuk mengatasi den menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan tersebut, lansia di panti membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan tersebut disebut dukungan sosial, dan orang yeng memberi dukungan disebut sumber dukungan. Staf panti salah satu sumber dukungan bagi Iansia di panti, dan peranan staf sangat penting dalam penyesuaian diri Iansia di panti. karenanya pada penelitian ini hendak diketahui mengenai dukungan sosial yang bersumber dari staf berdasarkan persepsi lansia sebagai penerima dukungan.
Studi kepustakaan menyatakan bahwa dukungan sosial akan dapat membantu mencegah efek negatif karena adanya stres apabila terjadi kesesuaian antara harapan dan penerimaan dukungan sosial bagi individu penerima dukungan. Demikian pula dukungan sosial dari stafa akan dapat mencegah efek negatif karena stres apabila terdapat kesesuaian antara harapan dan penerimaan dukungan terseut menurut lansia. Karenanya peneliti menganggap penting untuk meneliti mengenai dukungan sosial dari staf yang diharapkan lansia, dukungan sosial dari staf yang diterima lansia dan juga mengetahui ada kesenjangan atau tidak antara harapan dan penerimaan lansia akan dukungan yang diberikan staf.
Pada penelitian ini juga hendak diteliti dukungan sosial yang menurut staf telah diberikan pada lansia. Hal ini dilakukan karena persepsi individu berperan dalam penilaian dukungan yang diterima seseorang. Lansia dapat saja merasa tidak mendapatkan dukungan dari staf, sedangkan staf merasa telah memberikan dukungan tersebut. Untuk menghindari kesalah-pahaman pada hubungan lansia dan staf maka peneliti memandang penting untuk mengetahui dukungan yang menurut staf telah diberikan pada lansia.
Subyek penelitian adalah lansia dan staf paada sebuah panti, dengan usia lansia antara 60-85 tahun, berpendidikan minimal SLTP dan telah menetap di panti minimal 3 bulan. Sedangkan staf panti setidaknya telah bekerja di panti tersebut minimal 3 bulan dan memiliki pendidikan SLTP. Jumlah lansia yang bersedia sebagai subyek penelitian sebanyak 30 orang, dan jumlah staf 11 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner harapan dan penerimaan dukungan sosial dari staf pada lansia, kuesioner pemberian dukungan sosial yang menurut staf telah diberikan pada lansia dan kuesioner sumber dukungan sosial pada lansia. Pengolahan data dilakukan dengan deskriptif statistik.
Dari haril penelitian diperoleh dukungan sosial yang paling diharapkan lansia adalah dukungan emosi, kemudian persahabatan, informasi, penghargaan, instrumen, dan pemberian pertolongan bagi orang lain. Harapan lansia akan bentuk dukungan tersebut berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia di panti. Dukungan sosial yang paling diterima atau dirasakan lansia di panti adalah dukunga instrumen, kemudian pemberian pertolongan pada orang lain, emosi, informasi, persahabatan dan esteem. Dari hasil dapat diketahui bahwa terdapat kesenjangan antara harapan dan penerimaan dukungan sosial dari staf pada lansia, kecuali dukungan penghargaan. kesenjangan yang terjadi pada batas tertentu masih dapat ditolerir, tetapi jika dibiarkan dapat menganggu penyesuaian diri lansia di panti, oleh karenanya penanganan yang lebih serius amat dibutuhkan.
Menurut staf panti, dukungan yang paling diberikan selama ini adalah dukungan instrumen, kemudian pemberian pertolongan bagi orang lain, penghargaan, emosi, persahabatan, dan informasi. Persepsi lansia terhadap dukungan yang diterima dan persepsi dari staf akan dukungan yang telah diberikan tidak ada perbedaan pada 4 dukungan, yaitu, dukungan emosi, persahabatan, instrumen, dan informasi sedangkan pada dukungan penghargaan dan pemberian pertolongan pada orang lain, terdapat perbedaan apa yang telah diberikan staf tidak dirasa sebagai hal yanga sama oleh lansia. Selama di panti, lansia paling merasakan staf sebagai sumber dukungan instrumen, sedangkan dukungan lainnya dirasakan lansia bersumber dari keluarga, yaitu anaka dan dari sesama lansia di panti.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi panti tempat penelitian ini diadakan untuk meninjau kembali program-program panti sesuai dengan kebutuhan lansia. Dengan demikian lansia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang dialami dan menghindari kesalah-pahaman yang terjadi diantara lansia dan staf."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yunus Azhari
"ABSTRAK
Masalah yang diteliti adalah hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan berdasarkan hukum kesehatan (studi Panti Sosial Tresna Werdha di Jakarta) serta aspek hukum panti sosial di Indonesia. Tujuan penelitian adalah menjelaskan hak dan kewajiban tenaga kesehatan dalam pelayanan kesehatan (studi: Panti Sosial Tresna Werdha di Jakarta) dan menjelaskan aspek hukum panti sosial di Indonesia (studi: Panti Sosial Tresna Werdha di Jakarta). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, observasi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3, wawancara terhadap dokter, akademisi, petugas Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 serta analisis aturan perundang-undangan. Hasil penelitian diketahui bahwa tidak adannya tenaga kesehatan dalam struktur organisasi Panti Sosial Tresna Werdha sehingga lulusan pendidikan keperawatan berstatus sebagai pramu sosial bukan tenaga kesehatan. Panti Sosial Tresna Werdha terdiri warga binaan sosial lanjut usia yang mandiri, menderita penyakit jiwa, dan sakit yang membutuhkan bantuan khusus akibat penurunan fisik. Kesimpulannya adalah hak dan kewajiban tenaga kesehatan diatur pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Panti Sosial Tresna Werdha merupakan lembaga untuk memenuhi kesejahteraan sosial, bukan lembaga yang berwenang terhadap pelayanan kesehatan, sehingga dalam struktur organisasi Panti Sosial Tresna Werdha tidak mempunyai tenaga kesehatan.

ABSTRACT
The problem studied are about the rights and obligations of medical personnels in the health services under the laws of health (Case Study: Tresna Elderly Social Institution in Jakarta) and also the legal aspects of social homes in Indonesia. The purpose of research is to explain the rights and obligations of medical personnel in the health services and explain the legal aspects of social homes in Indonesia (Case Study: Social Institutions Tresna Werdha in Jakarta). This study used qualitative methods, observation in Social Institutions Tresna Werdha Budi Mulia 1 and 3, interviews with doctors, academics, officers Social Institutions Tresna Werdha Budi Mulia 1 and 3 as well as the analysis of the rules of law. Results of the research found that there are not health worker in the organizational structure of Social Institutions Tresna Werdha. With the result of that, Nursery fresh graduated status are Pramu Sosial and not medical personnel. Social Institution Tresna Werdha composed of inmates socially independent, suffering mental illness, and pain that required special assistance due to physical decline. The conclusion is that the rights and obligations regulated health professionals in Law Number 36 Year 2014 concerning Health Workers. Social Institution Tresna Werdha is an institution to meet social welfare, not the competent institutions to health care, so that the organizational structure of Social Institutions Tresna Werdha have no medical personnel.
"
2016
S63422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>