Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridwan Rahmanu Yusfranto
"Paduan aluminium telah banyak digunakan pada industri manufaktur otomotif karena memiliki berat yang ringan dan ketahanan korosi yang baik. Salah satu jenis paduan aluminium yang umum digunakan dalam dunia otomotif adalah paduan JIS AC2B atau AA 319 (Al-6,5Si-3Cu, wt. %) sebagai produk coran (casting), Komponen hasil proses pengecoran memerlukan tingkat kekerasan yang cukup tinggi agar proses permesinan dapat berjalan efisien, menjaga tingkat presisi produk, dan meningkatkan usia pakai (life cycle) dari komponen. Peningkatan sifat mekanik dari paduan ini dicapai melalui penambahan unsur paduan dan proses perlakuan panas. Penelitian ini dilakukan guna mempelajari respon dari paduan AA 319 as-cast terhadap proses pengerasan penuaan dengan penambahan unsur paduan Zn sebanyak 4 at.%. Pengujian vacuum porosity dan K-mould dilakukan untuk menganalisa kualitas produk cor yang dihasilkan, sedangkan pengujian tarik dan kekerasan dilakukan guna mengamati respon pengerasan dari paduan ini terhadap proses penuaan (ageing). Sementara itu, observasi struktur mikro dari material dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDXS), dan pemetaan X-Ray (X-ray Mapping). Analisa kuantitatif fraksi volume fasa interdendritik dan unsur paduan terlarut di dalam matriks dilakukan dengan metode Quantitative Stereology menggunakan perangkat lunak Soft Imaging Systems analySIS. Identifikasi presipitat dan analisa struktur nano dilakukan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 4 at. % Zn mampu meningkatkan respon paduan terhadap pengerasan penuaan. Hampir seluruh unsur Zn larut di dalam matriks dan memfasilitasi terjadinya pengerasan larutan padat (solid-solution strengthening). Penambahan Zn diidentifikasi mendorong perubahan morfologi fasa interdendritik melalui pembentukan tegangan permukaan, sehingga berpengaruh terhadap sifat mekanis paduan secara umum. Perilaku khusus dari Zn terkait segregasi di sekitar dinding fasa CuAl2, indikasi pembentukan struktur internal dari presipitat O', maupun indikasi pembentukan presipitat yang mengandung Zn turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan respon pengerasan penuaan paduan ini."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Br Subakti; Panjaitan, Poltak
"Landfills Namo Bintang located on the street Pancurbatu - Delitua, sub Pancur Batu, Deli Serdang regency, is a reservoir of waste that came from Medan city and District Pancurbatu. With the operation of the wholesale market Tuntungan (moving from the morning market in Medan Sutomo road) which is located about 3 km from the landfill, then the volume jpf waste in the landfill Namo Bintang will be increased and more smell; reopening of the landfill to collect the garbage from the wholesale market on the market Pancurbatu. Landfills Namo Bintang yet have sewage treatment facilities into materials that are more useful for example compost, landfills is impressed less attention and garbage only in landfills without ig processed at all. The number of garbage collectors who came to take it waste, scrap metal, etc., make it look alive landfill, but the location is seedy and smelly. Around the landfill, there are houses, mostly of ethnic and Java. The content of heavy metals in water wells around the 11, creates a need for us to conduct research chemical analysis of the We from landfills Namo Bintang, whether leachate from the landfill Bintang has been contaminated by heavy metals such as (0,00034mg/L), iron(0,00078mg/L), zinc(0,00S7MG/l), (0,00058mg/L), lead(0,00087mg/L) and arsenic(0,00032mg/L) e garbage is piled on the location of the landfill. The results of laboratory analyzes showed no heavy metals exceeded the threshold contained in the leachate from the three locations. This proves the absence of that occurred in leachate from three sampling sites
"
Universitas HKBP Nonmensen, 2017
VISI 25:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sari Susanti
"Paduan AA 319 adalah paduan aluminium yang paling populer digunakan untuk komponen otomotif. Permasalahan yang kerap kali muncul dalam proses produksi komponen otomotif ini adalah berfluktuasinya kadar unsur seperti besi dan seng. Penelitian tentang pengaruh besi di dalam aluminium telah banyak dilakukan sedangkan pengaruh seng belum banyak dilakukan. Berfluktuasinya kadar seng terjadi pada salah satu perusahaan otomotif di Jakarta, hingga mencapai puncaknya yaitu saat salah satu cylinder head pecah dengan sendirinya. Dan setelah diinvestigasi diketahui bahwa part tersebut mengandung 12 wt.% seng. Tujuan pemilihan 1 wt.% seng dilakukan untuk mengetahui pengaruh seng pada batas maksimal kadar seng pada paduan AA 319. Pada skripsi ini dilakukan karakterisasi mikro dan nano paduan aluminium AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng pada kondisi as-cast dan setelah ageing. Proses perlakuan panas yang dilakukan adalah solution treatment pada temperatur 525_C selama 1 jam lalu quenching dengan media air dan selanjutnya dilakukan proses ageing pada temperatur 200_C (artificial ageing) dan temperatur ruang (natural ageing). Karakterisasi mikro dilakukan dengan menguji kadar porosifas, k-mould, kekuatan tarik dan kekerasan paduan serta mengamati struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM). Sedangkan karakterisasi nano dilakukan dengan mengamati struktur nano dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM). Proses persiapan spesimen TEM juga dibahaspada tugas akhir ini. Pada kondisi as-cast, penambahan 1 wt.% pada paduan AA 319 menyebabkan porositas yang ada pada paduan AA 319 menurun dari tingkat 6 ke tingkat 4. Penambahan 1 wt.% seng juga menyebabkan meningkatnya kekuatan tarik dan menurunnya keuletan namun pengujian kekerasan tidak menunjukan hasil yang serupa karena pengaruh adanya porositas pada sampel. Mekanisme penguatan yang terjadi akibat penambahan I wt. % seng ke dalam paduan AA 319 as-cast adalah solid solution strengthening. Fasa interdendritik yang ada pada kondisi as-cast adalah Al2Cu, AlFeMnSi, dan kristal silikon. Penambahan 1 wt.% seng memungkinkan bertransformasinya fasa a-AlFeMnSi menjadi _-AlFeMnSi karena peningkatan tegangan permukaan yang mungkin terjadi. Dari pengamatan dengan SEM diketahui bahwa pada kondisi as-cast seng tersegregasi disekitar paduan Al2Cu yang mengindikasikan adanya interaksi kimia antara seng dan tembaga. Penambahan 1 wt, % seng juga telah membuat jarak fasa interdendritik menjadi lebih rapat, hal ini menunjukan pendinginan yang lebih cepat telah terjadi. Proses persiapan spesimen TEM untuk paduan AA 319 tidak dapat dilakukan dengan electropolishing karena paduan ini memiliki banyak fasa dan strukturnya kasar. Namun spesimen TEM yang baik dari paduan AA 319 dapat dihasilkan melalui proses ion milling dengan menggunakan mesin yang memiliki sistem pendinginan agar tidak terjadi efek pemanasan. Penambahan 1 wt.% seng ke dalam paduan AA 319 tidak menyebabkan peningkatan kekerasan yang signifikan setelah proses pengendapan. Pada artificial ageing, kekerasan puncak kedua paduan dicapai setelah 6 jam dan perbedaan nilai kekerasannya 0,35 %. Penelitian ini berhasil mengkonfimasi bahwa kekerasan puncak paduan AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng dicapai melalui pembentukan presipitat O' berukuran nano yang terdispersi secara merata di dalam matrik aluminium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Pasha Arrighi Effendi
"Aluminium adalah sebuah logam ringan dan ulet yang memiliki kegunaan terbanyak kedua di dunia industri setelah besi dan baja. Salah satu aluminium yang memiliki aplikasi yang luas adalah paduan Al-Mg-Si yang tergolong ke dalam aluminium seri 6xxx. Walaupun memiliki banyak keunggulan, paduan Al-Mg-Si memiliki kekurangan yaitu nilai kekerasannya yang rendah jika dibandingkan dengan aluminium seri lainnya. Oleh karena itu, peningkatan nilai kekerasan pada paduan Al-Mg-Si dapat dilakukan melalui pengerjaan dingin dan perlakuan penuaan. Kedua proses tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan perlakuan yang disebut dengan perlakuan panas T8. Penelitian ini menggabungkan metode canai dingin yang dilakukan setelah perlakuan pelarutan kemudian diikuti dengan penuaan buatan pada paduan Al-1Mg-0.54Si ( % berat) yang dihasilkan melalui proses squeeze casting. Canai dingin yang dilakukan menggunakan tiga variasi deformasi yaitu 5, 10, dan 20 %. Sementara itu, penuaan dilakukan pada temperatur 180 °C selama 200 jam. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, pengujian metalografi, pengujian SEM–EDS (Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive Spectroscopy), dan pengujian XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar deformasi menyebabkan butir semakin memanjang dan setelah penuaan menghasilkan peningkatan kekerasan puncak yang dicapai pada waktu yang semakin singkat. Hal ini ditunjukkan dengan paduan Al-Mg-Si setelah dideformasi sebesar 20 % yang diikuti dengan penuaan pada temperature 180 °C selama 30 menit menghasilkan nilai kekeran yang paling tinggi. Hal ini mengindikasikan adanya kombinasi dua mekanisme penguatan, yaitu pengerasan regangan dan penguatan presipitasi.

Aluminium is a light and ductile material that has the second most use in industry after iron and steel. One of the aluminium that has a wide application is the Al-Mg-Si alloy which classified as aluminium 6xxx series. Although it has many advantages, Al-Mg-Si alloy has a disadvantage, which is its low hardness value compared to other aluminium series. Therefore, increasing the hardness value of Al-Mg-Si alloys can be done through cold working and ageing treatment. The two processes can be combined to produce a treatment known as T8 heat treatment. This research combined the cold rolling method which was carried out after solution treatment followed by ageing of the Al-1Mg-0.54Si alloy (wt. %) which was produced through squeeze casting process. Cold rolling was varied to 5, 10, and 20 % deformation. Meanwhile, ageing was carried out at 180 °C for up to 200 h. Characterization included compositional testing, hardness testing, metallographic testing, SEM - EDS (Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive Spectroscopy) testing, and XRD (X-Ray Diffraction) testing. The results demonstrated that the higher the deformation, the longer the grain elongated, and after ageing resulted in an increase in peak hardness which was achieved in a shorter time. This was demonstrated by the Al-Mg-Si alloy after 20 % deformation and ageing at 180 °C for 30 min, which produced the maximum hardness value. This suggests the presence of two strengthening mechanisms, which included strain hardening and precipitation strengthening."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S41112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Kartika
"Paduan AA 319 menqoakan paduan lgypoeutectic aluminium-sililcon, lennasuk dalam kelompok paduan aluminium seri 310K hasil proses pengecoran. Paduan ini banyak digunakan dalam induslri oromoif Dengan semakin berkembangnya tebiologi rekayasa material, diharapkan dapat diveroleh paduan aluminium yang lebih kuar unrulc dapar menggantikan material ferrous pada aplilcasi arornatyf Pemilihan aluminium paduan terutama karena berat jenisnya yang jauh lebih rendah daripada besi yang secara langsung dapat mengurangi berat kendaraan sehingga diharapkan akan menurunkan 1c0n.s‘um.s’i bahan bakar dan dapat rnengurangi tingkat polusi akibat emisi gas buang. Salah satu cara peningkaian kekuaian paduan aluminium adalah melalui microalioying yang diikuri dengan proses precipitation hardening Telah diketahui bahwa 0,01 wt. % Sn pada paduan Al-1, 7Cu (ar. %) yang mengalami proses precipitation hardening akan rnenghasillcan presipitai yang xanga! halus dan iersebar merata sehingga terjadi peningkatan paduan yang signyifkan. Alcan letapi ejék tersebut beiarn pemalz diieliti untukpaduan yang lebih kornpleks seperli AA 319. Penelitian ini rnelalrukan proses precqziration hardening pada paduan AA 319 dengan penarnbahan 0,1 wt. % Sn. Hasil dari proses precqritation hardening tersebut dilcarakterisasi dengan melakulcan pengujian kekerasan dan penganzatan srruktur mikro. Hasil peneliiian menunjukkan penambahan 0,1 wi. % Sn Ire dalarn paduan AA 319 yang diilcuti dengan precipilation hardening akan meninglcatlcan kekerasan dibanding kondisi as-cast sebesar ~60 %, dari 67 menjadi 105 BHN unnilc paduan basil cetalcan logam dan ~55 %, dari 62 menjadi 101 BHN untuk ceialcan pasir. Penambahan 0,1 wi. % Sn ke dalam paduan AA 319 diindikasikan akan menstim ulasi nukleasi partikel inrerdendritik dan presipitat di dalam matrilrs yang secara signifikan alcan rneningkaikan kekuaran paduan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariq Fakhri
"Aluminium adalah sebuah logam ringan dan ulet yang memiliki kegunaan terbanyak kedua di dunia industri setelah besi dan baja. Salah satu paduan aluminium yang memiliki aplikasi luas adalah Al-Mg-Si yang termasuk ke dalam seri aluminium 6xxx. Peningkatan kekuatan paduan AlMg-Si dapat dilakukan melalui perlakuan penuaan dan pengerjaan panas, dimana kedua proses tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan perlakuan yang disebut perlakuan panas T5. Penelitian ini menggabungkan metode canai panas yang dilakukan saat perlakuan pelarutan kemudian diikuti dengan penuaan pada paduan Al-1,01Mg-0,58Si (% berat) yang dihasilkan lewat proses squeeze casting. Pencanaian panas dilakukan pada temperatur 400, 475, dan 550 °C dengan persen deformasi sebesar 10 %, sementara itu penuaan buatan dilakukan pada temperatur 180 °C selama 0-200 jam. Karakterisasi meliputi pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, pengamatan metalografi dan SEM – EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy), serta pengujian XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan temperatur pemanasan atau laku pelarutan meningkatkan pelarutan fasa kedua, mempercepat peristiwa rekristalisasi dinamis, serta memicu respons penuaan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan fenomena yang terjadi, pada kondisi setelah pencelupan cepat, paduan Al yang diberikan pencanaian panas pada temperatur 400 dan 475 °C mengalami peristiwa pemulihan, sementara pada 550 °C sudah terjadi rekristalisasi. Selanjutnya pada kondisi setelah penuaan, paduan Al hasil pencanaian panas pada temperatur 550 °C yang diikuti penuaan pada temperatur 180 °C selama 8 jam menghasilkan kekerasan yang paling tinggi diantara perlakuan lainnya.

Aluminum is a light and ductile metal which has the second most uses in industrial world after iron and steel. One aluminum alloy that has wide application is Al-Mg-Si which belongs to the aluminum 6xxx series. Increasing the strength of Al-Mg-Si alloys can be done through ageing treatment and hot working, which can be combined to produce T5 heat treatment. This research combined hot rolling with solution treatment followed by ageing, which was applied on Al-1.01Mg-0.58Si (Wt. %) alloy produced through the squeeze casting process. The temperatures of hot rolling were varied to 400, 475, and 550 °C with a percent deformation of 10 %, meanwhile artificial ageing was carried out at 180 °C for 0-200 hours. The characterization included chemical composition testing, hardness testing, metallographic observation by optical microscope and SEM-EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy), as well as XRD (X-Ray Diffraction) testing. The results showed that an increased in heating or solution treatment temperature increased the dissolution of the second phase into the matrix, accelerate dynamic recrystallization event, and trigger a better ageing response. This is showed by phenomenon that occurred, on the as-quenched condition, only recovery occurred to alloy that was given hot rolling at temperature of 400 and 475 °C, while at 550 °C the recrystallization occurred. On the as-aged condition, the alloy that was given hot rolling at 550 °C followed by ageing at 180 °C for 8 hours exhibits a higher hardness than other treatments."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efrina Hidayati
"Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) merupakan pelapisan permukaan logam dengan plasma anodisasi untuk menghasilkan lapisan tahan karat dan keras. Sifat lapisan yang dihasilkan dikendalikan oleh parameter proses seperti arus dan waktu pembentukan. Proses PEO dilakukan dengan 2 variasi yaitu variasi waktu dan variasi arus dalam larutan 0,5 M Na3PO4. Pada variasi waktu, arus yang digunakan adalah 0,5 A dengan waktu 1, 3, dan 5 menit. Sedangkan pada variasi arus digunakan arus 0,2; 0,3; 0,4 A dan dilakukan pada waktu konstan selama 3 menit. Temperatur elektrolit dijaga tetap 30°C dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan konstan 300 rpm. Perubahan morfologi sebagai fungsi arus dan waktu diamati menggunakan scanning electron microscope dan energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS). Analisis fasa dilakukan dengan X-ray Diffraction (XRD). Perubahan kekerasan diamati melalui uji kekerasan micro-Vickers. Perubahan sifat korosi diuji dengan metode electrochemical impedance spectroscopy (EIS) dan potentiodynamic polarization (PDP). Hasil karakterisasi menunjukkan fasa kristal yang terbentuk pada lapisan PEO adalah fasa Mg3(PO4)2 yang diidentifikasikan pada puncak 35°, 37°, 49° dan 62° pada pola XRD. Nilai kekerasan lapisan PEO yang terbentuk pada 1, 3 dan 5 menit masing-masing adalah 315,67; 427,67; dan 382,67 HV sedangkan pada arus 0,2; 0,3; dan 0,4 A diperoleh nilai kekerasan lapisan masing-masing sebesar 355; 421,67; dan 459 HV. Hasil uji polarisasi menunjukkan peningkatan ketahanan korosi yang ditunjukkan dengan berkurangnya rapat arus korosi. Semakin kecil rapat arus korosinya maka laju pembentukkan korosi semakin berkurang. Pada variasi waktu 1, 3 dan 5 menit nilai rapat arus korosinya adalah 3,24 x 10-5; 7,76 x 10-7; dan 1,11 x 10-6 A/cm2 sedangkan pada variasi arus 0,2; 0,3; dan 0,4 A nilai rapat
arus korosinya adalah 2,26 x 10-6; 3,12 x 10-6; dan 7,60 x 10-7 A/cm2. Hasil EIS menunjukkan bahwa nilai R1 semakin besar yang artinya ketahanan resistansi polarisasi semakin besar dengan meningkatnya waktu dan arus pembentukan. Pada variasi waktu 1, 3 dan 5 menit nilai R1 adalah 42,35; 564,7; dan 574,4 Ω.cm2 sedangkan pada variasi arus 0,2; 0,3; dan 0,4
A nilai R1 adalah 254,5; 169; 627,5 Ω.cm2 setelah dicelupkan selama 3 jam.

Plasma Electrolytic Oxidation (PEO) is a coating for metal surface by plasma anodization to produce corrosion resistant and hard coating. The resulting coating properties were controlled by process parameters such as formation current and time. The PEO process in this research uses 2 variation: time and current formation in 0,5 M Na3PO4 solution. At the time variation, the current used is 0,5 A with time of 1, 3 and 5 minutes. Whereas in the current variation used 0,2;0,3 and 0,4 A for 3 minutes. The electrolyte temperature was kept at 30 oC and stirred with a magnetic stirrer at 300 rpm. Morphological changes were investigated by using scanning electron microscope and energy dispersive X-ray spectroscopy (SEM-EDS). Phase analysis was performed by X-ray Diffraction (XRD). Hardness changes were observed using micro-Vickers hardness test. Changes in corrosion properties were investigated by electrochemical impedance spectroscopy (EIS) and potentiodynamic polarization (PDP). The phases formed in the PEO layer is Mg3(PO4)2 which identified at the peaks of 35°, 37°, 49° and 62° in the XRD pattern. Hardness of AZ31 alloys at 1, 3 and 5 minutes was 315,67 HV, 427,67 HV and 382,67 HV whilte at currents 0,2;0,3 and 0,4 A is 355 HV, 421,67 HV dan 459 HV. The polarization test results showed an increase in corrosion resistance which is approved by the reduced corrosion current density. The smaller the corrosion current, the rate of corrosion formation decreases. At the time variation of 1, 3 and 5 minutes the value of the corrosion current density is 3,24 x 10-5, 7,76 x 10-7, and 1,11 x 10-6 A/cm2 whereas in the variation of current 0,2; 0,3; and 0,4 A the
corrosion current density is 2,26 x 10-6; 3,12 x 10-6; and 7,60 x 10-7 A/cm2. EIS results showed that the higher value of R1 means the greater the polarization resistance. At the time variation of 1, 3 and 5 minutes the value of R1 are 42.35. 564.7, 574.4 Ω.cm2 whereas in the current variation of 0,2;0,3 and 0,4 A the value of R1 are 254.5, 169, 627.5 Ω.cm2 after being immersed for 3 hours.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>