Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Andito Budhi Ramadian
"Sifat mampu cor (castability) yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam menghasilkan produk alumunium dengan ketebalan yang relatif tipis dan bentuk yang rumit. Fluiditas (sifat mampu alir) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi castability suatu logam dalam proses pengecoran, khususnya untuk menghindari cacat-cacat yang sering terjadi pada produk cor. Bahan baku yang biasa digunakan dalam dunia industri pengecoran di Indonesia, biasanya cenderung menggunakan scrap karena dinilai mempunyai nilai yang lebih ekonomis. Tetapi dengan penggunaan scrap akan banyak menghadapi kendala terutama dengan adanya unsurunsur pengotor yang kehadirannya sangat tidak diinginkan seperti Fe yang dalam jumlah tinggi ternyata dapat menurunkan sifat mekanis dan nilai fluiditas dari paduan dengan membentuk fasa intermetalik. Penelitian ini menggunakan ingot Al-7wt%Si yang diberi pengotor Fe sebesar 1.2, 1.4, dan 1.6 wt %. Kemudian paduan tersebut ditambahkan modifier Sr sebesar 0.015, 0.03, dan 0.045 wt % dan diukur nilai fluiditasnya pada temperatur 720°C, 700°C, 680°C, dan 660°C. Hasil percobaan tersebut dianalisa dan sebagian diambil gambar struktur mikronya untuk mengetahui pengaruh stronsium terhadap morfologi fasa intermetalik yang terbentuk. Dengan penambahan 0.03 dan 0.045 wt % Sr, terlihat adanya pengurangan panjang fasa jarum intermetalik Al-Fe-Si yang terbentuk dari sekitar 5-20 _m menjadi sekitar 3-10 _m pada 0.03 % Sr, dan 1-12 _m pada 0.045 % Sr. Sementara pada pengukuran nilai fluiditas, hasil optimum diperoleh pada penambahan 0.03 % Sr pada temperatur tuang 720°C.

Good castability represents very important matter in yielding product of aluminum casting with thin relative product and complicated form. Fluidity is one of a factor that influencing castability of a metal in casting, especially to avoid defects which often happened at casting product. Raw material which commonly use in casting industry in Indonesia, usually tend to use scrap because of its economic value. But with usage of scrap will facing many obstacles, especially with existence of pollutant elements which is very not to be wanted like Fe which in high concentration can degrade the mechanical properties and fluidity value of aluminum alloy with the forming of intermetallic phase. This research using ingot of Al-7wt%Si and given by pollutant of Fe equal to 1.2, 1.4, and 1.6 wt %. Then the strontium is added, equal to 0.015, 0.03, and 0.045 wt % and its fluidity value is measured at 720°C, 700°C, 680°C, and 660°C. Results are analyzed and some of them are taken by the micro structure picture to know the influence of strontium to the morphology of intermetallic phase. With addition 0.03 and 0.045 wt % Sr, the reduction of needle length Al-Fe-Si intermetallic were seen, from about 5-20 _m becoming 3-10 _m at 0.03 % Sr, and 1-12 _m at 0.045 % Sr. Whereas at measurement of fluidity value, optimum result obtained at addition of 0.03 % Sr at 720°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Hardi
"Unsur besi selalu merugikan didalam paduan alumunium tuang, didalam alumunium unsur tersebut membentuk fasa intermetalik yang tidak dapat dipisahkan baik secara kimia maupun secara thermodinamika. Dengan tingginya kandungan besi didalam alumunium maka sifat mekanis dan fluiditas dari alumunium menurun. Sementara itu fluiditas sangat mempengaruhi castability, jika nilai fluiditas rendah maka nilai castability juga menurun dan akan menimbulkan berbagai cacat pada proses pengecoran seperti keropos dan shrinkage. Dari permasalahan tersebut maka dilakukanlah penambahan modifier stronsium (Sr) dalam jumlah kecil kedalam paduan aluminium silikon eutektik yang bertujuan untuk mendapatkan nilai fluiditas atau mampu alir yang baik. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk mempelajari pengaruh variasi persentase penambahan besi (0.6 wt%, 0.8wt%, 1.0 wt%) dan penambahan persentase stronsium (0.015 wt %, 0.03 wt.% dan 0.045 wt%) terhadap modifikasi paduan aluminium besi silikon eutektik pada temperatur tuang yang bervariasi (660_C, 680 _C, 700 _C, 720 _C) dengan menggunakan metode fluiditas vakum (vacuum suction technique). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan temperatur tuang (derajat superheat) cairan 660 _C hingga 720 _C akan meningkatkan nilai fluiditas paduan aluminium besi silikon eutektik. Sementara pada penggunaan modifier stronsium (Sr) sebanyak 0.015 wt %, 0.03 wt.% dan 0.45 wt %, terhadap penambahan besi sebanyak 0.6 wt%, 0.8wt%, 1.0 wt% , nilai fluiditas optimum dicapai saat penambahan 0.03 wt.%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modifier yang tepat akan menurunkan temperatur undercooling (_Tn dan _Tg ) dan menghasilkan struktur eutektik yang lebih bulat dan halus (fully modified) dan memodifikasi fasa intermetalik menjadi lebih kecil dan sehingga didapatkan sifat mampu alir yang semakin baik atau nilai fluiditas yang semakin tinggi.

Iron suffers more disadvantages in aluminium casting alloy. In aluminium, it formed chemically and thermodynamically inseparable intermetalic phase. Fluidity and mechanical properties of aluminium decreased, due to increasing of iron content in it. Meanwhile the fluidity extremely influenced the castability. Value of castability decreased, due to the decreasing value of fluidity, and it caused shringkage, porosity and other disadvantages in foundry process. Because of that case, it is necessary to reach value of fluidity by modifier added of insignificant number of strontium into eutectic silicon aluminium alloy. This experiment especially did for studying conservation a variety of iron percentage added (0.6 wt%, 0.8wt%, 1.0 wt%) and strontium percentage added (0.015 wt %, 0.03 wt.% dan 0.045 wt%) concerning modification of eutectic silicon iron aluminium alloy, at a variety of casting temperature (660 _C, 680 _C, 700 _C, 720 _C) by using vacuum suction technique. The result showed that value of eutectic silicon iron aluminium alloy fluidity increased, due to the increasing of casting temperature (superheat degree) from 660 _C up to 720 _C. Meanwhile in modifier added of strontium of 0.015 wt%, 0.03 wt% and 0.045 wt%, concerning iron added of 0.6 wt%, 0.8 wt%, 1.0 wt%, optimum value of fluidity was reached when adding 0.03 wt% Sr. It showed that by using efficient modifier would decreased undercooling temperature (Tn and Tg) and would resulted fully modified of eutectic structure and intermetalic phase modified to become smaller, lead on the longer the value of fluidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41668
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baskoro
"Besi merupakan elemen pengotor dalam paduan aluminium tuang yang bersifat merusak jika kadarnya berlebih. Kehadiran elemen ini dalam paduan aluminium umumnya dihasilkan dari penggunaan peralatan baja dan penambahan material scrap saat proses pengecoran. Pada kondisi kesetimbangan, kelarutan padatan besi dalam larutan padat aluminium sangat rendah (~0,05%) sehingga akan membentuk fasa intermetalik di dalam paduan aluminium. Pada paduan Al-Si, fasa intermetalik yang umum terbentuk adalah ?-Al8Fe2Si, yang berbentuk chinese script, dan ?-Al5FeSi, yang berbentuk jarum. Kehadiran fasa intermetalik ini, terutama ?-Al5FeSi, dapat menurunkan sifat mampu cor dan sifat mekanis paduan Al-Si. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan fasa intermetalik dalam paduan aluminium, antara lain komposisi paduan, superheat leburan, laju pendinginan, dsb. Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh kadar besi dan temperatur tuang terhadap sifat mampu cor, khususnya nilai fluiditas serta morfologi fasa intermetalik yang terbentuk pada paduan Al-Si hipoeutektik. Pengujian nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik ini dilakukan dengan menggunakan alat uji fluiditas vakum. Kadar besi yang bervariasi, yaitu 0,5 wt%, 1,0 wt%, 1,4 wt% dan 1,8 wt%, ditambahkan ke dalam paduan Al-Si hipoeutektik untuk mengetahui pengaruh kadar besi terhadap nilai fluiditas. Pengujian fluiditas ini dilakukan pada temperatur tuang yang bervariasi, yaitu 660_C, 680_C, 700_C dan 720_C, sehingga pengaruh superheat leburan terhadap fluiditas juga dapat diketahui. Untuk mengetahui morfologi fasa intermetalik yang terbentuk dilakukan pengamatan sampel hasil uji fluiditas dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan peningkatan temperatur tuang maka nilai fluiditas paduan Al-Si hipoeutektik akan semakin meningkat, namun dengan penambahan kadar besi maka nilai fluiditas akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan dengan penambahan kadar besi maka ukuran dan jumlah fasa intermetalik yang berbentuk jarum (?-Al5FeSi) akan semakin bertambah. Fasa intermetalik tersebut akan menghalangi saluran interdendritik sehingga logam cair semakin sulit untuk masuk ke dalam cetakan.

Iron is the most common and usually (at high level) detrimental impurity in aluminum casting alloys. The impurity in aluminum alloy results mainly from the use of steel tools and scrap material in casting process. As the equilibrium solid solubility of iron in the aluminum solid solution is rather low (~0,05%), iron exists in aluminum alloy in the form of Fe-rich intermetallic phases. In Al-Si hypoeutectic alloy, the most common intermetallic phases are ?-Al8Fe2Si (appears in the form of chinese script) and ?-Al5FeSi (appears in the form of platelet). The presence of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi, reduce castability and mechanical properties. Many factors that influence of intermetallic formation, such as alloy composition, melt superheating, cooling rate, etc. The research focused on effect iron content and pouring temperature on castability, especially fluidity and morphology intermetallic phases that form in Al-Si hypoeutectic alloy. Research on the fluidity in Al-Si hypoeutectic alloy was conducted by using the vacuum suction test. Varied iron levels, 0.5 wt%, 1.0 wt%, 1.4 wt% and 1.8 wt%, were introduced into Al-Si hypoeutectic alloy to find out their influences on the fluidity. The research was done at varied temperatures, 660_C, 680_C, 700_C and 720_C, so effect melt superheating on fluidity could be identified. Afterwards, sample of fluidity test are observed by using Scanning Electron Microscope (SEM) to identify size and morphology their intermetallic phases. The results obtained showed that the increasing pouring temperature improve the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy. On the other hand, the increasing iron content reduce the fluidity of Al-Si hypoeutectic alloy due to size and volume fraction of intermetallic phases, especially ?-Al5FeSi (needle-like), will increase. The intermetallic phases causes interdendritic flow channels blocked thus the flow of liquid metal more difficult to feed in the mold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Darmawan
"Karena dianggap lebih ekonomis, bahan baku yang biasa digunakan dalam dunia industri pengecoran aluminium di Indonesia cenderung menggunakan scrap. Akan tetapi penggunaan scrap tersebut mempunyai efek negatif, mengingat di dalam scrap tersebut terdapat banyak unsur pengotor seperti Fe. Terdapatnya Fe tersebut sangat merugikan mengingat dapat membentuk fasa intermetalik yang cenderung mempunyai sifat negatf baik terhadap sifat mampu cor (castability) maupun sifat mekanis dari paduan yang dihasilkan.
Penelitian ini menggunakan ingot Al-7wt%Si yang diberi unsur Fe sebesar 1.2, 1.4, dan 1.6 wt %. Paduan tersebut ditambahkan modifier Sr sebesar 0.015, 0.03, dan 0.045 wt % dan kemudian diukur jenis dan kuantitas fasa intermetalik yang terbentuk menggunakan SEM dan XRD dan kemudian datanya diolah menggunakan perangkat lunak (software) Piscara®, PowderX®, dan XPowder® sehingga akan dapat mengetahui pengaruh penambahan Fe dan Sr terhadap morfologi, jenis, dan kuantitas fasa intermetalik yang terbentuk.
Dengan penambahan Fe dan/atau Sr terlihat adanya perubahan morfologi, jenis, dan fasa intermetalik yang terbentuk. Pada konsentrasi 1.2 wt% Fe dengan penambahan 0.015 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si sebesar 0.96 % dan pada penambahan 0.03 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si sebesar 1.96 %, sedangkan pada penambahan 0.045 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk menjadi 19.03 %. Pada konsentrasi 0.015 wt% Sr, dengan penambahan 1.2 wt% Fe, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 1.31 %, pada konsentrasi 1.4 wt% Fe konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 0.96 %, sedangkan pada konsentrasi 1.6 wt% Fe konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 0.81 %.
Because more economically feasible, scrap is often used as raw material in casting industries in Indonesia. The use of scrap has negative effect because it has many impurities such as Fe. Fe content is not desirable because it could form intermetallic phase which has negative effect on castability and mechanical properties.
This research used Al-7wt%Si ingot which has been given Fe content for 1.2; 1.4; and 1.6 wt. %. This alloy was added with 0.015, 0.03, and 0.045 wt % Sr modifier and then the quantity and form of intermetallic phases that occurred was observed with SEM and XRD, the data was processed with Piscara®, PowderX®, and XPowder® software to study effect of Fe and Sr addition on morphology, form, and quantity of intermetallic phases that occurred.
With the addition of Fe and/or Sr there are changes in morphology, form, and intermetallic phases that occurred. On 1.2 wt% Fe content with 0.015 wt% Sr addition, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.96 % and with the addition of 0.03 wt% Sr, α-Al8Fe2Si phase concentration was 1.96 %, and with 0.045 wt% Sr addition, α-Al8Fe2Si phase concentration was 19.03 %. On 0.015 wt% Sr with the addition of 1.2 wt% Fe, α-Al8Fe2Si phase concentration was 1.31 %, and with 1.4 wt% Fe content, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.96 %. With the addition of 1.6 wt% Fe, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.81 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Evan Putra Sukiman
"Sifat mampu cor (castability) yang baik menjadi hal yang sangat penting dalam menghasilkan produk aluminium dengan ukuran ketebalan yang relatif tipis dan bentuk yang rumit. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat mampu cor suatu logam dalam proses pengecoran adalah fluiditas (sifat mampu alir), khususnya untuk menghindari cacat-cacat yang sering terjadi pada benda cor. Umumnya jenis cacat yang mendominasi pada proses pengecoran aluminium tuang adalah keropos shrinkage, porositas gas, dan retak panas (hot tears). Akibat permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penelitian dengan menambahkan modifier stronsium kedalam paduan aluminium silikon (Al-7%Si dan Al-11%Si) yang bertujuan untuk mendapatkan nilai fluiditas yang baik. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan modifier stronsium (0%, 0.015%, 0.03%, dan 0.045%) terhadap morfologi struktur silikon paduan aluminium silikon (Al-7%Si dan Al-11%Si) pada temperatur tuang yang bervariasi (660_C, 680_C, 700_C, dan 720 _C) dengan menggunakan metode pengujian fluiditas vacuum suction test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan temperatur sebesar 20_C pada paduan Al-7%Si dengan penambahan 0.03%Sr akan meningkatkan fluiditas sekitar 29.15% dan pada temperatur tuang 700_C, fluiditas dengan penambahan 0.015%Sr hingga 0.03%Sr (titik optimum) akan meningkat sekitar 13.51%. Sedangkan setiap kenaikan temperatur sebesar 20_C pada paduan Al-11%Si dengan penambahan 0.045%Sr akan meningkatkan fluiditas sekitar 8.9% dan pada temperatur tuang 680 _C, fluiditas dengan penambahan 0.03%Sr hingga 0.045%Sr (titik optimum) akan meningkat sekitar 23.13%. Penambahan 0.03%Sr pada paduan Al-7%Si akan menghasilkan struktur silikon yang lebih bulat dan tersebar merata. Hal yang sama terjadi pada paduan Al-11%Si dengan penambahan 0.045%Sr.

Good castability become a very important matter to produce aluminum product with relatively thin size and complicated shape. One of the factor that affect the castability of a metal in the casting process is fluidity, especially to avoid defects that often to be occured in the casting product. Kinds of defect which commonly dominate in the casting process of cast aluminum are shrinkage, gas porosity, and hot tears. Consequence of those problems, a research has been done by adding the strontium modifier into aluminum-silicon alloy (Al-7%Si and Al-11%Si) to obtain good fluidity. This research specifically headed for learning the effect of addition strontium modifier (0%, 0.015%, 0.03%, and 0.045%) to change the morphology of the silicon structure of aluminum silicon alloy (Al-7%Si and Al-11%Si) with the variation of cast temperature (660_C, 680_C, 700_C, and 720 _C) by using the vacuum suction test method. Result of this research indicate that for every rise of temperature about 20_C for Al-7%Si alloy with the addition of 0.03%Sr will improve the fluidity about 29.15% and at cast temperature of 700_C, the fluidity with addition of 0.015%Sr to 0.03%Sr (optimum point) will improve about 13.51%. Meanwhile for every rise of temperature about 20oC for Al-11%Si alloy with the addition of 0.045%Sr will improve the fluidity about 8.9% and at cast temperature of 680_C, the fluidity with addition of 0.03%Sr to 0.045%Sr (optimum point) will improve about 23.13%. Addition of 0.03%Sr for Al-7%Si alloy will exhibit fine, fibrous, and spread evenly of the silicon structure. A similar condition happen for Al-11%Si with the addition of 0.045%Sr."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"In casting process, fluidity is the most important properly to determine the flowability of molten metals. The aims of the research are to understand the influence of iron content addition of 0.5 wt%, 1.0 wt%, l' .4 wt% and l .8 wt%, on the fluidity and morphology of intermetallic phases formed in master alloy Al- 7wi%Si. The research was conducted' by using the vacuum suction test at varied temperatures, 660°C, 680?C, 700°C and 720°C. The results showed that increasing of iron content will reduce fluidity affil-7wt%Si alloy due to the increasing of size and amount of intermetaliic phases, specially B-Al5FeS phasei. The other hand increasing of iron content will increase volume fraction of intermetallic phases that cause the increasing of viscosity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
JUTE-21-3-Sep2007-201
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fauziah
"Paduan aluminium silikon merupakan material logam yang sangat luas penggunaannya di dunia industri, salah satunya dalam insdustri otomotif dan dirgantara. Namun adanya unsur pengotor seperti besi menyebabkan membentuk senyawa kompleks intermetalik. Senyawa tersebut sangat berbahaya terhadap sifat mekanik yang dihasilkan serta mengganggu proses manufaktur lainnya, seperti ekstrusi. Unsur tersebut belum bisa dihilangkan, namun dapat dimodifikasi untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan. Beberapa unsur efektif untuk memodifikasi fasa - termasuk tanah jarang salah satunya samarium.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan dan penambahan logam tanah jarang Sm terhadap morfologi fasa - yang terbentuk pada paduan Al-7 Si-1 Fe. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian Differential Scanning Calorimetry menggunakan mesin STA dengan laju pendinginan dikontrol pada 5 oC/min, 10 oC/min dan 30 oC/min. Untuk mengetahui perubahan pada fasa intermetalik, dilakukan pengamatan menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pendinginan yang semakin cepat efektif mengurangi ukuran fasa, eutektik silikon, dan ukuran SDAS. Hasil optimum untuk pada modifikasi fasa beta terjadi pada penambahan 0,6 Sm.. Untuk itu, penambahan Sm dilakukan secara terkontrol agar tidak terjadi pengasaran kembali fasa pada komposisi yang terlalu besar.

Aluminium silicon alloy are widely material used in industry including automotive and aerospace industry due to its excellent properties such as high fluidity, low shrinkage, corrosion resistance, and relative high strength. However, the presence of impurity element impurity such as iron causing the formation of intermetallic phase which is harmfull on for mechanical properties and problem in other manufacture process such as extrusion. Iron element can not be removed, nevertheless it can be modified through the addition of rare earth element.
The objective in this study are investigate the effect of cooling rate and rare earth element Sm addition to the intermetallic phase morphology of Al 7 Si 1 Fe alloys. Differential Scanning Calorimetry with STA machine at cooling rate of 5 oC min, 10 oC min dan 30 oC min. Furthermore, the modification result of intermetallic phase was observed by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope.
The result showed that high cooling rate effective for reducing intermetallic phase, eutectic Si and SDAS. In addition, optimum modification was achieved by adding 0,6 Sm. Addition 1 Sm phase become coarser. Inconclusion, increasing of cooling rate effective for reducing phase, eutectic silicon, and secondary dendrite arm spacing size, although the addition should be controlled to prevent coarsening of phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadliansyah
"Produktivitas yang tinggi dari industri komponen otomotif dengan menggunakan material ADC 12( Al-Si-Cu) dalam rangka memenuhi tingginya tingkat kebutuhan dari industri kendaraan bermotor, mengalami gangguan akibat kegagalan (reject) yang tinggi. Reject yang tinggi tersebut umumnya terjadi karena timbulnya cacat. Cacatyang biasanya terjadi adalah shrinkage dan keropos akibat porositas gas. Salah satu penyebabnya adalah fluiditas atau mampu alir logam cair ADC 12 yang kurang baik. Dari permasalahan tersebut maka dilakukanlah penambahan modifier stronsium (Sr) dalam jumlah kecil kedalam paduan aluminium tuang ADC 12 yang bertujuan untuk mendapatkan nilai fluiditas atau mampu alir yang baik. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk mempelajari 'pengaruh variasi persentase stronsium (0 wt.%, 0.015 wt %, 0.03 wt.%, 0.045 wt % dan 0.06 wt.%) terhadap modifikasi paduan aluminium tuang ADC 12 pada temperatur tuang yang bervariasi (640 _C, 660 _C, 680 _C, dan 700 _C) dengan menggunakan vacuum suction test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan derajat superheat sebesar 20_C (?T=20_C) pada paduan aluminium ADC 12 dengan penambahan 0.03 wt.%Sr akan mengalami peningkatan nilai fluiditas sekitar 11.31%. Pada temperatur tuang 680_C, nilai fluiditas dengan penambahan modifier stronsium 0 wt.% hingga 0.03 wt.% (titik optimum) terjadi peningkatan dari 25.33 cm (0 wt.%Sr) menjadi 28.3 cm (0.03 wt.%Sr) atau meningkat 11.72%. Perubahan dari temperatur tuang tidak memberikan pengaruh terhadap bentuk struktur maupun distribusi dari fasa eutektik silikon. Selain itu, penambahan modifier 0.015 wt.%Sr akan menghasilkan struktur eutektik silikon berbentuk jarum/serpihan dan bulat (partially modified), penambahan modifier 0.03 wt.%Sr akan menghasilkan struktur eutektik silikon yang lebih bulat dan halus (fully modified) dan tersebar merata pada matriks aluminium, sedangkan penambahan modifier 0.045 wt.%Sr dan 0.06 wt.%Sr, akan terjadi perubahan bentuk dari silikon bulat yang halus ke bentuk jarum yang saling berhubungan (overmodified)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalvin Saputra Irawan
"Alumunium merupakan material yang umum digunakan dalam industri otomotif dan penerbangan. Namun dalam paduan Al-Si akan membentuk fasa intermetalik β-Al5FeSi yang berdampak buruk terhadap sifat mekanik paduan, tetapi belum bisa dihilangkan. Penambahan modifier dan peningkatan laju pendinginan merupakan cara mengurangi dampak fasa tersebut. Logam tanah jarang merupakan logam yang efektif dalam modifikasi fasa β-Al5FeSi. Sedangkan logam neodimium sampai sekarang belum ada digunakan sebagai modifier β-Al5FeSi.
Penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan logam tanah jarang neodimium (0,3%, 0,6% dan 1%) dan laju pendinginan (5, 10 dan 30 oC/menit) terhadap morfologi fasa intermetalik beta pada paduan Al7Si1Fe. Kemudian dilakukan karakterisasi dengan pengontrolan laju pendinginan Simultaneous Thermal Analysis, pengamatan mikrostruktur Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope, dan penembakan fasa yang terbentuk dengan Energy Diffraction Spectrum.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan logam Nd optimum pada kosentrasi 1%Nd untuk mengurangi fasa β-Al5FeSi dan 1%Nd untuk merubah morfologi fasa silikon eutektik, sedangkan laju pendinginan 30oC/menit menghasilkan ukuran fasa β-Al5FeSi maupun silikon eutektik paling halus yang disebabkan fenomena undercooling pada paduan. Sehingga dapat disimpulkan peningkatan laju pendinginan dan penambahan Nd dapat menyebabkan pengurangan ukuran fasa intermetalik β dan silikon eutektik.

Aluminum are widely used in automotive industry and aerospace structural application. Al-Si alloy can form intermetallic β-Al5FeSi phase that cause undesirable effect on mechanical properties. The addition of modifier and increase the cooling rate is a way to reduce the effect of the phase. Rare earth elements are effective to modified β-Al5FeSi phase. However, neodymium have been used as a modifier β-Al5FeSi.
This study will observed the effect of addition rare earth metal neodymium (0.3%, 0.6% and 1%) and cooling rate (5, 10 and 30 ° C / min) on morphology of intermetallic beta phase of Al7Si1Fe alloy. Futher, characterized by controlling the cooling rate by Simultaneous Thermal Analysis, observation of microstructure by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope, and microchemical analysis by Energy Diffraction Spectrometer.
The results showed that the addition of Nd optimum concentration of 1% can reduce β-Al5FeSi phase and change silicon eutectic phase morphology, whereas the cooling rate of 30 ° C / min produces finer structure morphology of β-Al5FeSi phase or silicon eutectic due to the phenomenon of undercooling on the alloy. In conclusion, increasing the cooling rate and Nd addition can decrease the size of intermetallic β phases and silicon eutectic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Amri
"Dalam proses pengecoran paduan Al-Si hipoeutektik (Si<12,2%), proses penambahan modifier stronsium merupakan salah satu proses yang mempengaruhi sifat mekanis coran paduan Al-Si hipoeutektik. Sifat mekanis yang dimaksud adalah kekerasan, kekuatan tarik serta keausan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan modifier stronsium terhadap sifat mekanis paduan Al-Si hipereutektik (Si>12,2%), karena selama ini penggunaan modifier stronsium biasanya digunakan pada paduan Al-Si hipoeutektik. Sifat mekanis yang ingin diketahui setelah penambahan modifier stronsium adalah kekerasan, kekuatan tarik dan keausan.
Material AC8H merupakan paduan Al-Si yang digunakan dalam penelitian ini dikarenakan material ini memiliki kadar silikon yang cukup tinggi (10,5%-11,5%). Silikon murni ditambahkan kedalam material tercapai material AC8H hipereutektik (Si>12,2%). Perbedaan kadar stronsium yang ditambahkan ke dalam paduan AC8H hipereutektik merupakan variabel dalam penelitian in sedangkan Kondisi-kondisi proses lainnya dibuat sama. Stronsium yang ditambahkan adalah sebesar 0,0075 wt %, 0,015 wt % dan 0,03 wt%.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar stronsium (0 wt %, 0,0075 wt%, 0,015 wt% dan 0,03 wt%) yang ditambahkan pada material AC8H hipereutektik meningkatkan nilai kekerasan secara berturut-turut dari 43 HRB menjadi 49 HRB, 51 HRB dan 61 HRB Peningkatan juga terjadi pada nilai kekuatan tarik akibat peningkatan kadar stronsium yang ditambahkan. Secara bertutut-turut peningkatan kadar stronsium merubah nilai kekuatan tarik dari 169 MPa menjadi 196 MPa, 203 MPa dan 228 MPa. Begitu juga dengan nilai keausan material. Peningkatan kadar stronsium sampai 0,03 wt% yang ditambahkan pada AC8H hipereutektik meningkatkan ketahanan material terhadap keausan, hal ini dapat dilihat dari penurunan nilai laju keausan secara berturut-turut dari 0,00000615 mm3/m menjadi 0,0000097 mm³/m untuk variabel a dan 0,0000149 mm³/m menjadi 0, 00002071 mm³/m untuk variable b.

In Al-Si hypoeutectic alloys casting process (Si<12,2%), strontium modifier is used to influences mechanical properties of Al-Si hypoeutectic alloys. Those mechanical properties are hardness, tensile strength and wear resistant. The purpose of this research is to know the effect of strontium modifier addition to properties of Al-Si hypereutectic alloys (Si>12,2%) and compared the result of Sr modifier addition in hypoeutectic. The mechanical properties that will be observed in this research are hardness, tensile strength and wear resistant.
AC8H is the Al-Si alloys used in this research because it medium silicon composition (10,5%-11,5%). Pure silicon then added to this material to reach AC8H hypereutectic?s condition (Si>12,2%). Differences of strontium contents that added to AC8H hypereutectic used as variable in this research. The amount of strontium modifier which added is 0,0075 wt %, 0,015 wt % dan 0,03 wt%. The other condition casting process, such as : strontium modifier addition temperature, cast temperauture, solidification time and casting time are the same.
The result shows that the increasing strontium contains (0 wt %, 0,0075 wt%, 0,015 wt% dan 0,03 wt%) that added to AC8H hypereutectic increased hardness value from 43 HRB to 49 HRB, 51 HRB and 61 HRB. The increment in tensile strength also observed as the result of increasing Sr addition. Increasing strontium content changes the tensile strength value from 169 MPa to 196 MPa, 203 MPa and 228 MPa. It also happened in wear resistant?s value of alloy until 0,03 wt%. The increasing resistant value can be seen in the decreasing of wear rate from 0,00000615 mm³/m to 0,0000097 mm³/m for variable a and 0,0000149 mm³/m to 0, 00002071 mm3/m for variable b.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>