Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Sofia
"Mengapa kita harus membiarkan bangunan selalu minimal dalam berekspresi? Lihatlah alam, kita dapat belajar banyaK darinya. Alam itu indah dan menyegarkan manusia karena kekayaan teksturnya, ragam bentuk, dan variasi warna yang tidak terhitung banyaknya. Komposisi bentuk, tekstur, dan warna dalam alam berasal dari kehidupan dan demi kehidupan. Dapatkah jiwa manusia menjadi lebih hidup dan bahagia dengan tinggal dalam bangunan yang monoton dan serba minimalis? Sedangkan arsitektur sendiri menjadi hidup karena kualitas-kualitas: tekstur, dan warna yang menyentuh emosi manusia.
Arsitektur organik menjadikan alam sebagai sumber utama mengenai Dalam arsitektur organik, arsitek belajar dari alam dan mengingatkan manusia sebagai bagian dari alam. Komposisi alam selalu menghidupkan, oleh sebab itu sejak dahulu kala arsitek mencari cara untuk menerapkannya pada bangunan, agar bangunan juga hidup dan pada gilirannya menghidupkan manusia juga. Bagi mereka, manusia dapat hidup lebih baik dalam bangunan yang hidup dan natural. Sehingga bagaimana cara para arsitek menerjemahkan atau mengekspresikan penghargaan terhadap alam dan manusia dalam bangunannya - terutama dalam bentuk dan unsur-unsurnya - layak untuk dipelajari.
Arsitektur organik bukanlah gaya, melainkan pandangan yang menghargai manusia dan alam secara mendalam. Setiap arsitek mengekspresikan penghargaan itu dalam cara yang berbeda melalui bentuk bangunannya. Ragam bentuk bangunan organik terbentang mulai dari bentuk yang serba melengkung dan ekspresif hingga bentuk kotak. Pada keragaman ini tersirat adanya penekanan yang berbeda dalam mengungkapkan pandangan organik ke bentuk bangunan. Pembahasan ini mencari bagaimana arsitek organik mengungkapkan pandangan organiknya ke dalam bentuk bangunan, serta mencari letak penekanan organik Makovecz dan Frank L. Wrighl.
Dengan memahami cara arsitek organik mengekspresikan alam dan letak penekanannya dalam bentuk arsitektur, kita mengerti betapa eratnya hubungan manusia dan arsitektur dengan alam, dan betapa ulam adalah sumber inspirasi yang lak ada habisnya bagi ekspresi arsitektur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Degus Rustianto
"ABSTRAK
Sistem biner Organic Rankine Cycle (ORC) adalah sistem yang cara kerjanya menggunakan siklus rankine dengan fluida organic sebagai fluida kerja dan menggunakan sumber panas yang dikategorikan bertemperatur rendah seperti yang bersumber dari hotspring dimana untuk di Indonesia kebanyakan bertemperatur disekitar 51-99°C. Dalam penelitian ini, sistem biner Organic Rankine Cycle (ORC) dengan menggunakan fluida kerja organik tertentu dianalisa performanya dalam berkontribusi untuk menghasilkan listrik berskala kecil. Fluida kerja organik yang dipilih mewakili ketiga jenis fluida berturut turut adalah R152a dan Propyne untuk jenis "wet fluid", R600a dan Isobutene untuk jenis "dry fluid" dan R142b dan R124 untuk jenis "isentropik fluid". Simulasi sistem biner ORC dengan variabel bebas tekanan fluida kerja, temperatur hotspring dan laju alir hotspring dilakukan dengan menggunakan software Unisim Design untuk mendapatkan nilai kerja bersih (Wnet), produksi listrik (Wgen) dan LCOE. Simulasi sistem biner yang dilakukan dengan kisaran temperatur 49-99°C menunjukan bahwa fluida kerja yang dianalisis mampu menghasilkan energi listrik. Untuk semua fluida kerja yang dianalisis, hubungan perubahan tekanan fluida kerja dengan energi listrik yang didapat tergantung kepada properties dari setiap fluida. Pada temperatur sumber panas tertentu didapat tekanan fluida kerja maksimum untuk dapat menghasilkan energi listrik yang paling optimum. Hasil analisa menunjukan bahwa hubungan faktor perubahan LCOE terhadap perubahan temperatur hotspring untuk kisaran 49-99°C tidak tergantung kepada jenis fluida kerja. Pada temperatur yang lebih tinggi, perbedaan nilai LCOE yang didapat dari setiap fluida kerja yang dianalisis semakin kecil. Pada temperatur hotspring tertentu dikisaran 49-99°C, hubungan perubahan nilai LCOE terhadap perubahan laju alir hotspring juga tidak tergantung kepada jenis fluida kerja.

ABSTRACT
The binary Organic Rankine Cycle (ORC) system is a system that works using a rankine cycle with an organic fluid as its working fluid and using low temperature heat source as coming from hotsprings which in Indonesia, the most temperatures are around 51-99°C. In this study, the binary Organic Rankine Cycle (ORC) system using a certain organic working fluids to be analyzed its performances in contributing to produce small-scale electricity. The selected organic working fluids representing the three consecutive fluid types are R152a and Propyne for "wet fluid", R600a and Isobutene for "dry fluid" and R142b and R124 for "isentropic fluid" types. The binary ORC system simulation with independent variables as working fluid's pressure, hotspring's temperature and the hotspring's flow rate is performed by using Unisim Design software to obtain nett working value (Wnet), electricity production (Wgen) and LCOE. Binary system simulations performed with the 49-99°C temperature range indicate that the working fluid being analyzed is capable of generating electrical energy. For all working fluids analyzed, the relation of the working fluid pressure changes to the electrical energy obtained depends on the properties of each fluid. At a certain heat source temperature the maximum working fluid pressure is obtained to produce the most optimum electrical energy. The result of analysis shows that the relation of LCOE change factor to hotspring temperature change to 49-99°C range does not depend on the type of working fluid. At higher temperatures, the difference in LCOE values obtained from each of the analyzed working fluids is smaller. At certain hotspring temperatures of 49-99°C, the relation of LCOE values to changes in hotspring flow rate is also independent of the working fluid type."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barkah Raharjo
"Arsitektur merupakan suatu karya yang perlu untuk dikomunikasikan kepada orang lain yang butuh informasi tentangnya. Fotografi merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengkomunikasikan arsitektur. Dengan fotograti suatu karya arsiteklur dapat diinformasikan apa adanya sesuai dengan realitas sesungguhnya. Dengan kata lain, fotograti memiliki kemampuan untuk merekam suasana pada suatu momen tertentu secara natural.
Dibalik keberhasilan suatu karya fotograli arsitektur adalah peran dari fotografernya. Untuk menjadi seorang fotografer arslteklur yang balk, bisa memotret saja belum cukup. la juga harus mengerti apa dan bagaimana seluk beluk pekerjaannya. Informasi apa yang panting dan harus ditangkap dalam fotonya.
Ekspresi bentuk bangunan merupakan bagian penting yang dapat diinformasikan melalui media fotografi. Tetapi terdapat kekhawatian apakah ekspresi tersebut dapat keluar sesuai dengan keinginan sang arsitek sebenamya Hal ini tergantung dari seorang fotografer dalam mengambil keputusan. Dan salah satu keputusan seorang fotografer sebelum memotret adalah mengambil sudut perspektif yang tepat. Pengambilan sudut perspektif ini akan menentukan bagaimana ekspresi bentuk bangunan yang dihasilkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Brigitta Vimala Dewi
"Seiring dengan perkembangan zaman dimana kebutuhan manusia semakin meningkat dan semakin kompleks, teknologi merambat ke semua bidang ilmu pengetahuan, termasuk arsitektur. Ironisnya, kemajuan teknologi justru seperti menarik manusia menjadi semakin jauh dari alam, seperti apa yang terjadi pada masa Revolusi Industri, dimana semua terlihat sama dan diproduksi secara massal, semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia tidak lagi memikirkan cara agar dapat hidup harmonis dengan alam seperti yang dilakukan oleh para leluhur mereka dahulu. Arsitektur dapat menjadi salah satu wadah yang memfasilitasi manusia agar dapat kembali dekat dengan alam, yang seringkali dilakukan oleh para arsitek dengan cara mengambil bentuk atau material yang ada di alam. Inilah asal mula munculnya gagasan tentang arsitektur organik. Terdapat berbagai unsur yang dapat membuat arsitektur disebut sebagai arsitektur organik, dimana unsur yang dominan adalah bentuk dan material yang organik. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pergeseran dominansi unsur dalam arsitektur organik.

Throughout the progress of time where human needs are increasing and becoming more complex, technology propagates all field of knowledge, including architecture. Ironically, technological development seems to pull humans further from nature, just like what happened during the Industrial Revolution, which all objects looked the same and were mass produced, for the sole purpose of fulfilling human needs. People have no longer thought about ways to live in harmony with nature as their ancestors did. Architecture can become the vessel that facilitates people to return to nature, by taking the form of objects that are found in nature or using materials that are also found in nature. This is how the idea of organic architecture originated. There are various elements that can make an architecture to be referred as organic architecture, where the dominant elements are organic form and organic material. However, throughtout the progress of time, there is a shift in elemental dominance in organic architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sutrisno
Jakarta: Gramedia, 1983
724.9 SUT b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agust Danang ismoyo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ching, Francis D.K., 1943-
JAkarta: Erlangga, 1985
720.2 chi c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatussadiyah
"Mesjid dan umat Islam, adalah dua hal yang tidak terlepaskan. Kewajiban bagi setiap muslim untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu dalam sehari sema|am. mendorong umat Islam senantiasa mendirikan mesjid-mesjid untuk memenuhi kebutuhan tempat ibadah tersebut. Disamping juga, sebagai pemenuhan kebutuhan tempat ibadah kolektif bagi suatu lingkungan. Dalam perkembangannya, mesjid hadir dalam lingkungan yang beraneka ragam. Tidak hanya mendominasi dalam lingkungan yang agamis saja. tapi juga merambah dalam lingkungan yang lebih bersifat sekuler, misalnya dalam lingkungan pendidikan, lingkungan perkantoran, lingkungan pasar, dan lainnya.
Jika pada awalnya, pemenuhan fungsi sebuah mesjid hanya ditentukan oleh kebutuhan ibadah semata, tidak demikian yang terjadi pada masa selanjutnya. Mesjid terus berkembang dan menjadi bagian dari karya arsitektur, perwujudan fisiknya tidak semata ditentukan oleh fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sarat dengan pemikiran ideologi, situasi dan kondisi kekinian lingkungan yang melahirkannya. Sehingga, pendekatan arsitektural yang diterapkan pada mesjid pun terus meningkat. Karena setiap lingkungan mempunyai kebutuhan berbeda, disamping kebutuhan utama sebagai tempat ibadah kolektif, terhadap keberadaan mesjid, begitupun sebaliknya, mesjid memiliki potensi yang khas terhadap lingkungannya. Dan lingkungan memiliki kekuatan aspek fisik dan nonfisik untuk memberi bentuk kepada mesjid. Menyoroti perkembangan mesjid yang berada dalam lingkungan pendidikan modern, khususnya lingkungan perguruan tinggi atau lingkungan kampus, dapat diamati sebagai pencerminan meningkatnya kebutuhan religius lingkungan kampus atau bisa juga sebagai simbolisasi eksistensi kehadiran komunitas muslim dalam lingkungan tersebut atau fungsi dan peranan mesjid lainnya yang dihadirkan melalui bentuk arsitekturalnya. Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah, fungsi dan peranan yang manakah yang diekspresikan pada arsitektur mesjid dalam lingkungan kampus?.
Mencari jawaban atas pertanyaan ini akan membawa kita pada penelusuran lebih jauh tentang mesjid dan arsitekturnya, kampus dan lingkungannya, hingga arsitektur mesjid dalam lingkungan. Tiga mesjid Kampus yang menjadi studi kasus dalam penulisan ini, akan melengkapi kebutuhan analisis teori yang disajikan dan diharapkan dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan menjawab pertanyaan di atas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
White, Edward T.
Bandung: Intermatra, 1987
720 WHI bt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>