Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bima Ario Bagaskoro
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina
"Keterkaitan antara arsitektur dan fesyen merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Akan tetapi, pembahasan mengenai keterkaitan antar keduanya relatif belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Arsitektur dan fesyen merupakan perwujudan gaya yang berkembang pada suatu zaman. Keduanya akan terus berubah dan digantikan oleh gaya yang baru. Gaya dapat dicerminkan dalam wujud dan bentuk, maupun elemen lain yang menciptakan karakteristik berbeda antara gaya satu dengan yang lainnya. Saat ini, bentuk bangunan menjadi lebih dinamis, sedangkan fesyen justru berkembang menurut prinsip arsitektonik, karena perkembangan teknologi. Hal tersebut menunjukkan perkembangan terhadap gaya keduanya.
Menoleh ke masa sebelumnya, perkembangan arsitektur dan fesyen menciptakan gaya yang berbeda dalam suatu masa. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, dan menciptakan ciri pada gaya dalam kurun waktu tertentu. Dengan menelaah perkembangan arsitektur dan fesyen dari masa lampau, hingga masa kini, dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara gaya keduanya serta dampak signifikan akibat keterkaitan tersebut sebagai perwujudan dari kebudayaan masyarakat.

The relations between architecture and fashion are interesting topics to be studied. However, the discussion on the relationship between the two, relative has not been carried out by researchers. Architecture and fashion are embodiment of style which grow at a time. Both will always and replaced by new style. Style can be reflected in object and form, also in another element which creating different character between one style with another. Currently, building forms become more dynamic, while fashion grows according architectonic principal because of technological development. It shows the developments of both styles.
Turned to the past, the development of architecture and fashion was creating different style in period. There are factors which affect its development, and create characteristic of style within certain time. By examining the development of architecture and fashion from the past until the present, we can conclude there is correlation between their style as well as significant impacts due to these linkages as reflection of social culture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haritsya Putri
"ABSTRACT
A Fashion set is very vital in order to support the concept of a private fashion show. However, to gain more attention, the set is getting closer to the public by its presence in public open space. As the set is intended to be built for temporary use, it has several impacts on the placemaking. This thesis, discusses about how ephemeral architecture can redefine certain places in order to support placemaking. This thesis aims to find the relation between Ephemeral Architecture and placemaking in the Fashion Set and how the principle of ephemeral architecture works to create a new experience and leads to placemaking. Two case studies are chosen because of two different contexts, which are Dior Spring Summer 2016 Fashion Set in Paris and JNBY COTTON USA 2016 Fashion Set in Shanghai.

ABSTRACT
Set fesyen sangat penting untuk mendukung sebuah konsep dalam Fashion show yang bersifat privat. Namun, untuk lebih mencuri perhatian, set fesyen mulai ditempatkan dekat dengan masyarakat umum dengan cara menghadirkan set pada ruang terbuka umum. Dengan fungsi fesyen set yang diharapkan untuk memenuhi fungsi temporer, Set mempunyai kelebihan dan pengaruh terhadap placemaking. Dalam skripsi ini, dijelaskan mengenai bagaimana cara ephemeral architecture bisa mengartikan kembali tempat dimana set fesyen diletakkan, dan juga elemen-elemen dari ephemeral architecture dalam set fesyen yang bisa kita temukan untuk mendukung placemaking. Skripsi ini bertujuan untuk mencari keterhubungan antara ephemeral architecture dan placemaking dalam set fesyen dan bagaimana prinsip dari ephemeral architecture bekerja untuk menghadirkan experience baru yang bisa menuntun ke cara dalam placemaking. Studi kasus dipilih berdasarkan perbedaan pada dua konteks tempat yang berbeda, yakni Set Fesyen untuk Dior musim semi panas tahun 2016 di Paris, dan JNBY Cotton USA tahun 2016 di Shanghai."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Graciella Florensa Tani
"Fesyen memiliki kaitan yang luas dengan simbol visual, terutama di era ekonomi digital. Penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara persepi simbol visual digital dengan kehadiran sosial, kegembiraan kolektif, identitas budaya, dan niat pembelian ulang, serta pengaruh moderasi dari identitas budaya dan melihat perbandingan hasil penelitian pada merek fesyen lokal dan merek fesyen global. Survei dilakukan secara daring terhadap 210 responden yang berdomisili di Indonesia dan memenuhi kriteria. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan PLS-SEM. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan tingkat signifikansi antara faktor-faktor yang mempengaruhi merek fesyen lokal dan merek fesyen global. Penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi symbol visual digital mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kehadiran social dari kedua merek, diikuti dengan kehadiran social yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kegembiraan kolektif dan niat pembelian ulang.

Fashion has a wide range of connections with visual symbols, especially in the digital economy era. This study explores the interaction between digital visual symbol perception, social presence, collective excitement, cultural identity, and repurchase intention, as well as the moderating effect of cultural identity and compares the research results on local fashion brands and global fashion brands. An online survey was conducted on 210 respondents who reside in Indonesia and meet the criteria. The data obtained were analyzed using PLS-SEM. This study shows that there are several differences in significance levels between the factors that influence local fashion brands and global fashion brands. The study also shows that the perception of digital visual symbols has a significant positive effect on the social presence of both brands, followed by social presence having a significant positive effect on collective excitement and repurchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Fajar Riska
"ABSTRAK
Di beberapa kata ferutama Jakarta, kita dapat menamukan baberapa bangunan yang memiliki nilai histons dan monumental. Salah satunya adafah Masjid Sunda Kelapa di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Siapakah Arsileknya?
Sang arsitek temyata juga merupakan salah satu generasi awal arsitek Indonesia yang menempuh pendidikan arsitektur secara formal. Bersama dengan rekan-rekan sejamannia, tanpa terasa ia telah benkiprah di dunia afsitektur sefma hampir setengah abad dan ratusan karyanya yang tersebar di berbagai daerah te!ah menorehkan wama tersendiri bag! karya arsitektur modem di Indonesia.
Masjid Sunda Kelapa adalah safahsatu karyanya yang terkenal. Apa keistimewaan Masjid Sunda kelapa dan beberapa karyanya yang lain ?
seperti apakah karakteristik perancangan sang arsiteK, GOESTAF ABAS?

"
2001
S48271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Mira Mariah Melati
"Fesyen dan remaja hampir tidak dapat dipisahkan. Ketika penulis sedang berjalan-jalan di mal, sering terlihat remaja-remaja yang jalan atau duduk kelompok, dan umumnya mereka mengenakan pakaian yang sejenis. Sehingga timbul pertanyaan dibenak penulis, mengapa mereka berpakaian seperti itu? Apakah mereka menunjukkan perilaku konform? Kalau tidak mungkinkah mereka semua memiliki selera berpakaian yang sama? Apakah karena usia mereka yang masih remaja? Apakah ada hubungannya dengan perkembangan identitas dan diri mereka? Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini, untuk, melihat apakah ada hubungan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja.
Untuk melihat hubungan tersebut, digunakan dua alat ukur berbentuk kuesioner, yaitu kuesioner harga diri yang merupakan adaptasi dari Self Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967), dan kuesioner konformitas yang disusun sendiri oleh penulis untuk melihat tingkat konformitas remaja dalam hal fesyen. Sebelum digunakan, alat tersebut diujicobakan dahulu, dan diperoleh koefisien alpha sebesar 0,7655 untuk SEI dan 0,7719 untuk kuesioner konformitas. Untuk meningkatkan reliabilitas alat, beberapa item dieliminir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling dengan teknik incidental sampling. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 165 subyek yang berusia antara 16 sampai 20 tahun.
Dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja, sehingga Ho diterima. Disimpulkan juga bahwa remaja memang konformis, dalam hal ini, konformis salam hal fesyen, tanpa ada hubungan dengan tingkat harga dirinya.
Hasil ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti; kurang sempurnanya alat ukur yang tidak mencakup seluruh aspek-aspek konformitas, atau harga diri yang belum stabil dari subyek penelitian sehingga gambaran harga diri yang didapat kurang sempurna. Sebaiknya dilakukan beberapa perbaikan pada alat ukur jika hendak mengadakan penelitian lanjutan. Juga dapat dikaitkan dengan beberapa variabel lain yang mungkin mempunyai hubungan dengan konformitas dalam hal fesyen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fatahillah Dudayev
"This Is England 2006 adalah sebuah film inggris yang mengungkapkan permasalahan terhadap apayang dipercayai orang banyak mengenai cabang kebudayaan skinhead. Film ini sendiri berceritamengenai anak berumur 12 tahun bernama Shaun yang bergabung ke beberapa kelompok skinhead.Tidak seperti film bertema rasis kebanyakan, This Is England 2006 tidak hanya menampilkan satutipe kelompok. Film ini mempermasalahkan kepercayaan tentang seperti apa skinhead itu denganmerepresentasikan dua kelompok yang berbeda dalam cabang kebudayaan tersebut. Dengan melakukananalisis tekstual dan menggunakan beragam kerangka konsep, makalah penelitian ini bertujuan untukmenjawab pertanyaan terhadap apakah identitas cabang kebudayaan skinhead bersifat tunggal, danbagaimana film tersebut merepresentasikan hal ini. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa tidaksemua anggota skinhead berbagi identitas tunggal yang sama, dimana identitas ini biasanya mendapatpengasosiasian dengan stereotip penampilan fisik, tendensi rasis mereka, dan pandangan merekamengenai politik.

This Is England 2006 is a British film that discloses the problematization of what many believe theskinhead subculture is. The film itself tells the story of 12-year-old Shaun who joins several skinheadgroups. Unlike most racism-themed films, This Is England 2006 does not only shows one kind ofgroup. The film problematizes the belief of what skinhead is by representing two different kinds ofgroups within the subculture. By doing textual analysis, and using various conceptual frameworks, thisresearch paper aims to achieve the answer on whether skinhead subculture rsquo;s identity is singular, andhow the movie represents this. The findings of this research show that not all skinhead members sharethe same singular identity, in which identity commonly associated with stereotypical physicalappearances, their racist tendencies, and their views on politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Meyrasyawati
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan maraknya busana pengantin Jawa yang dimodifikasi kearah religi. Perubahan desain dari busana pengantin yang murni bernuansa budaya lokal Jawa dan kemudian dipadupadankan dengan gaya berbusana muslim ini mengalami proses keberterimaan yang luar biasa sebagai trend fesyen dikalangan masyarakat Indonesia tak terkecuali masyarakat perkotaan seperti halnya Surabaya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan simbolisasi dan pemaknaan budaya (budaya Jawa) dan agama (Islam) yang terdapat pada busana pengantin tersebut. Dengan menggunakan teori fashion system, peneliti mengungkap simbol yang terdapat di balik busana pengantin Jawa Muslim yang menampakkan dua sisi busana, yaitu busana dari budaya Jawa dan busana bernuansa Islami sebagai sebuah sistem yang saling berkelindang. Hasil penelitian terhadap simbolisasi budaya dan agama dalam busana pengantin Jawa Muslim menunjukkan bahwa busana pengantin Jawa Muslim diproduksi oleh para perias pengantin sebagai bentuk kapitalisme yang menawarkan gaya hidup konsumerisme. Hal ini menunjukkan pula adanya pergeseran pemaknaan dalam busana pengantin Jawa Muslim dari budaya lokal asli Jawa menjadi budaya Jawa kontemporer. Hal menarik lainnya adalah bahwa pilihan dalam memakai busana pengantin Jawa Muslim ini tidak hanya karena alasan agama tetapi juga karena popularitas. Konsep busana muslim dalam busana pengantin Jawa Muslim tidak lagi terkait dengan pemenuhan akidah Islam melainkan sebuah trend fesyen yang hanya merujuk pada tertutupnya aurat.

This study is conducted to investigate a popular practice of modifying Javanese bridal costumes based on religious considerations. Transformation from purely traditional Javanese bridal costumes to those with some application of Islamic clothing style is gaining rapid acceptance and begins to be considered as a popular fashion style by a great number of Indonesians, especially in urban areas like Surabaya. The purpose of this study is to discover cultural (Java) and religious (Islam) symbolisms implied in the modification and to examine the signification involved in the process. By applying the fashion system theory, this paper seeks to unravel the symbolisms in modern Javanese-Moslem bridal costumes which reveal a thought system built of two intertwining aspects: Javanese culture and Islamic religious principles. Deep observation into the cultural and religious symbolisms reveals that the modern Javanese-Moslem bridal costumes are actually invented by bridal stylists as a form of capitalism which benefits from a consumerist lifestyle. This fact reflects a shift in the way people signify modern Javanese-Moslem bridal costumes from Javanese local culture to contemporary Javanese culture. Another interesting finding shows that people choose this Javanese-Moslem style for their bridal costumes because of not only religious considerations but also its popularity. The application of Islamic fashion style in the Javanese-Moslem bridal costumes is no longer associated with the obedience to Islamic teachings but is a mere reflection of a growing trend towards more extensive body coverage."
Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Budaya, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Meyrasyawati
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan maraknya busana pengantin Jawa yang dimodifikasi kearah religi. Perubahan
desain dari busana pengantin yang murni bernuansa budaya lokal Jawa dan kemudian dipadupadankan dengan gaya
berbusana muslim ini mengalami proses keberterimaan yang luar biasa sebagai trend fesyen dikalangan masyarakat
Indonesia tak terkecuali masyarakat perkotaan seperti halnya Surabaya. Penelitian ini berusaha mengungkapkan
simbolisasi dan pemaknaan budaya (budaya Jawa) dan agama (Islam) yang terdapat pada busana pengantin tersebut.
Dengan menggunakan teori fashion system, peneliti mengungkap simbol yang terdapat di balik busana pengantin Jawa
Muslim yang menampakkan dua sisi busana, yaitu busana dari budaya Jawa dan busana bernuansa Islami sebagai
sebuah sistem yang saling berkelindang. Hasil penelitian terhadap simbolisasi budaya dan agama dalam busana
pengantin Jawa Muslim menunjukkan bahwa busana pengantin Jawa Muslim diproduksi oleh para perias pengantin
sebagai bentuk kapitalisme yang menawarkan gaya hidup konsumerisme. Hal ini menunjukkan pula adanya pergeseran
pemaknaan dalam busana pengantin Jawa Muslim dari budaya lokal asli Jawa menjadi budaya Jawa kontemporer. Hal
menarik lainnya adalah bahwa pilihan dalam memakai busana pengantin Jawa Muslim ini tidak hanya karena alasan
agama tetapi juga karena popularitas. Konsep busana muslim dalam busana pengantin Jawa Muslim tidak lagi terkait
dengan pemenuhan akidah Islam melainkan sebuah trend fesyen yang hanya merujuk pada tertutupnya aurat
This study is conducted to investigate a popular practice of modifying Javanese bridal costumes based on religious
considerations. Transformation from purely traditional Javanese bridal costumes to those with some application of
Islamic clothing style is gaining rapid acceptance and begins to be considered as a popular fashion style by a great
number of Indonesians, especially in urban areas like Surabaya. The purpose of this study is to discover cultural (Java)
and religious (Islam) symbolisms implied in the modification and to examine the signification involved in the process.
By applying the fashion system theory, this paper seeks to unravel the symbolisms in modern Javanese-Moslem bridal
costumes which reveal a thought system built of two intertwining aspects: Javanese culture and Islamic religious
principles. Deep observation into the cultural and religious symbolisms reveals that the modern Javanese-Moslem bridal
costumes are actually invented by bridal stylists as a form of capitalism which benefits from a consumerist lifestyle.
This fact reflects a shift in the way people signify modern Javanese-Moslem bridal costumes from Javanese local
culture to contemporary Javanese culture. Another interesting finding shows that people choose this Javanese-Moslem
style for their bridal costumes because of not only religious considerations but also its popularity. The application of
Islamic fashion style in the Javanese-Moslem bridal costumes is no longer associated with the obedience to Islamic
teachings but is a mere reflection of a growing trend towards more extensive body coverage."
Universitas Airlangga. Fakultas Ilmu Budaya, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ifo Dio Dihandono
"ABSTRAK
Perkembangan fesyen streetwear di Jakarta membuat beberapa anak muda dalam komunitas North Sneakers Squad mulai mengkoleksi beberapa pakaian bertema fesyen streetwear. Mereka mengoleksi beberapa pakaian dari merek dagang internasional. Dari berbagai macam merek dagang tersebut anggota komunitas North Sneakers Squad hanya mengoleksi tiga merek dagang yang dianggap sebagai merek dagang eksklusif. Bagi anggota komunitas tersebut, pakaian bertema fesyen streetwear ini memiliki makna tersendiri yang mana antar setiap anggota memiliki pemaknaan yang berbeda dengan yang lainnnya. Pemaknaan tersebut berkaitan dengan pengalaman pribadi yang dialami oleh aktor dalam komunitas tersebut. Adanya pengetahuan baru tidak lepas dari proses pembelajaran terjadi dalam komunitas North Sneakers Squad dalam pemilihan style dalam fesyen streetwear.

ABSTRACT
The development of Streetwear fashion industry in Jakarta made some young people in North Sneakers Squad community start collecting streetwear labels of fashion industry. They collect some clothing from international brands. Of the various clothing brands, members of the North Sneakers Squad community only collect three brands that are considered to be exclusive brands. For members of the community, this streetwear clothing has its own meaning which between each member has a different meaning from the others. This streetwear fashion context exhibits how the actors in the community give meaning of their highly individual experience. The existence of their knowledge is also cannot be separated from the learning process occurs in the North Sneakers Squad community in the selection of styles in streetwear fashion. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>