Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wynda Priesa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S41864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Putra Sonsang
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S41859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti W. Budi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S41828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setyawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Kusumayanti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Seorang ahli arsitektur Belanda N.P. van der Wall di dalam sebuah bukunya mengenai keberadaan bangunan-bangunan perumahan di Indonesia pada abad ke-17 - ke-18, mengemukakan bahwa bangunan-bangunan perumahan tersebut dibangun dengan gaya neo-klasik, baik neo-klasik Yunani maupun neo-klasik Romawi. Penelitian terhadap bangunan Gedung Kesenian Jakarta, sebagai salah satu bangunan dari abad ke-19 di Batavia terbatas pada penelitian terhadap unsur-unsur arsitektural dan ornamental secara deskriptif. Tiga topik yang menjadi tujuan utama adalah; (1) mengetahui aspek-aspek fungsi beberapa komponen arsitektural, dan mengidentifikasi pemakaian unsure-_unsur ornamental yang variatif, (2) mengidentifikasi pengaruh gaya seni bangunan pada bangunan GKJ, dan (3) mengetahui pengaruh bangunan tambahan terhadap bangunan lama. Cara atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian arkeologis yang terdiri atas tiga tahapan kerja, yaitu(l) pengumpulan data, (2) pengolahan data, dan (3) penafsiran data. Pada tahap pengumpulan data, yang dilakukan adalah observasi data kepustakaan dan observasi data lapangan yang meliputi perekaman data secara verbal dan piktorial. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan dengan melakukan analisis fungsional dengan maksud untuk mangungkapkan fungsi beberapa komponen bangunan arsitektural dan ornamental. Pengolahan data juga menggunakan teknik analogi, yaitu suatu proses penyamaan (mencari kesamaan) antara data-data penelitian dengan data-data visual di dalam kepustakaan, terutama penyamaan dalam hal atribut-atribut langgam bentuk (form;., langgam (style) dan teknologi (technology). Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi eksistensi bangunan GKJ secara keseluruhan, terutama mengenai langgam atau gaya dan makna seni dekoratifnya, serta pengaruh gaya seni bangunannya dengan indikator berupa unsur-unsur bangunan yang dianalisa. Setelah melalui suatu proses analisa (analisis), maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa selain komponen-komponen bangunan yang berfungsi teknis, terdapat juga komponen-_komponen ornamental yang selain berfungsi sebagai unsur estetika bangunan juga berfungsi sebagai simbol aktivitas bangunan. Berdasarkan atas analisa komponen-komponen arsitektural dan ornamental menunjukkan adanya percampuran gaya yang terdapat pada bangunan Gedung Kesenian Jakarta, yaitu gaya neo-klasik Yunani dan neo-klasik Romawi (Greco-Roman). Pengaruh gaya seni bangunan Romawi atau neo-klasik Romawi lebih dominan, baik untuk komponen arsitektural maupun komponen ornamentalnya. Munculnya bangunan baru di bagian belakang yang menempel bangunan lama secara teknis tidak mempengaruhi bentuk bangunan lama. Dibuatnya bangunan baru ini hanya karena, pada bangunan lama tidak memungkinkan untuk dibuat ruang baru untuk tempat penyimpanan peralatan. Selain itu juga mengingat masalah keaslian ruangan bangunan lama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Hastuti
"ABSTRAK
Masalah pelestarian cagar budaya terutama di kota besar seperti Jakarta memang merupakan masalah yang rumit dan relatif sulit ditanggani kerena banyakny pihak yang berkepentingan atas bangunan cagar buday. Untuk mengatasi berbagai kepentingan itu maka perlu diambil sautu jalan tengah atau kompromi yang berdasarkan pada berbagai disiplin ilmu dengan memperhatikan berbagai kepentingan. Penyelesaian kompromistis diperlukan agar bangunan cagar budaya dapat dilestarikan sekaligus dimanfaatkan, sesuai dengan tujuan perlindungan benda cagar budaya dan situs yang memuat dalam fasal 2 Undang-undang Benda Cagar Budaya, sehingga pada dasrnya bangunan cagar budaya adalah milik masyarakat sehingga masyarakat harus dapat merasakan manfaat pelestariannya...

"
1996
S12130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Aj. Siti Nurchaerani Kusumastuti
"Perkembangan signifikan koreografi di Indonesia, termasuk karya tari kontemporer, terjadi sejak berdirinya Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki PKJ-TIM tahun 1968 hingga batas temporal penelitian ini yakni tahun 1987.Di Indonesia, ditinjau dari sejarah penciptaannya, karya tari baru pengembangan dari tradisi, modern, dan kontemporer cenderung bertolak dari karya-karya yang sudah ada. Selanjutnya, mengikuti gagasan artistik atau gagasan ideal sang seniman, karya-karya yang sudah ada diolah hingga terwujud kebaruan dengan segala kekhasannya bahkan jejak karya lama bisa sama sekali tak terlihat.
Merunut ke belakang, para seniman tari termotivasi menciptakan kebaruan pada karya-karya tari yang didorong oleh kebijakan kebudayaan Presiden Soekarno 1950-1959, yang menggariskan keindonesiaan yang juga berlaku pada kesenian, termasuk seni tari.Di era kepemimpinan Presiden Soeharto 1966-1998, para seniman mengharapkan adanya kebebasan berekpresi dan tersedianya fasilitas pertunjukan yang memadai. Hal tersebut ditanggapi oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dengan membangun PKJ-TIM yang diresmikan pada tahun 1968 dan membentuk Dewan Kesenian Jakarta DKJ dengan komite-komitenya, termasuk Komite Tari, dan menyediakan anggaran yang diperlukan.Berdasarkan analisis sepintas tampaknya ada keterkaitan antara dukungan pemerintah, kreativitas dan produktivitas seniman, kehadiran penonton, media massa.
Pertanyaan mendasar adalah kebijakan dan langkah apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung seniman dalam upaya kreatif penciptaan karya tari baru dan kontemporer; bagaimana para koreografer memformulasikan gagasan yang berasal dari pergumulan pemikiran tentang kebaruan karya tari; bagaimana upaya PKJ-TIM menyediakan sarana untuk hadirnya input eksternal yang kemudian bersinergi dengan daya kreatif pada diri seniman tari; tindakan apa yang dilakukan oleh Komite Tari DKJ, pengelola PKJ-TIM, seniman tari dan media massa untuk mendatangkan penonton sehingga pertunjukan karya tari baru dan kontemporer bisa berkelanjutan.Kajian ini mengungkapkan peran individu, kelompok individu dan institusi, sebagai faktor determinan dalam mentransformasi dan mereproduksi perubahan struktur sosial yang bisa disebut sebagai agen-agen perubahan agents of change . Dengan demikian pendekatan strukturistik menjadi tepat digunakan.
Melalui metodologi tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa telah terjadi perkembangan pemikiran, proses kreatif dan penataan koreografi sehingga karya-karya baru bermunculan. Sebagian adalah karya baru pengembangan dari tradisi dan di antara itu ada yang melakukan eksplorasi lebih jauh lagi untuk mencapai level kontemporer. Gairah penciptaan muncul karena didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Di luar itu terdapat sebuah lembaga pemasok dana jangka panjang yakni Pemerintah Daerah Pemda DKI Jakarta. Melalui manajemen yang baik berdasarkan visi dan misi yang padu, bermunculanlah karya-karya tari yang menarik minat penonton. Dari sana terbentuklah segi tiga ideal: seniman dan DKJ, pemerintah, penonton yang di dalamnya juga terdapat media massa, pengamat dan kritikus.

The significant development of modern dance, including contemporary dance, has started from the establishment of the PKJ TIM Pusat Kesenian JakartaTaman Ismail Marzuki Jakarta Arts Center Taman Ismail Marzuki in 1968 until the temporal limit of this research, in 1987. In Indonesia, looking at the history of its creation, some new works developed from tradition, and there are modern or contemporary dances which tends to embark from existing or old works. Then, following the artist's artistic ideas or ideals, the old works go through a process until some sort of newness emerge, with all its unique elements so much so that the traces of the old works are no longer detectable.
In hindsight, dance artists have been motivated to do these rejuvenations since the first decade after the Independence 1950 ndash 1959 through President Soekarno's policies on culture, championing elements of Indonesia, which also applied to arts, including dance. In the era of President Soeharto 1966 ndash 1998 , artists were hoping for freedom of expression and adequate performance facilities. The governor of Jakarta at the time, Ali Sadikin, responded by building PKJ TIM, launched in 1968 forming the DKJ Dewan Kesenian Jakarta Jakarta Arts Council with its committees, including the Dance Committee and providing the necessary budgets. An overview analysis shows that there is a connection between the government, artists'creativity and productivity, audience number, and the media.
The fundamental question is what kind of policies and actions that the government takes to support artists in their creative endeavors to create new and contemporary dance pieces how choreographers formulate ideas coming from the mixture of thoughts about the newness of dance pieces what actions PKJ TIM takes to provide facilities for external inputs that would synergice with the creative power within dance artists what actions taken by the Dance Committee of DKJ, the PKJ TIM management, dance artists, and the media to attract audiences so that new and contemporary dance performances can continue to thrive.
This study reveals the roles of individuals, individual and institutional groups, as a determinant factor in transforming and reproducing the change in social stucture that can be referred to as an agent of change. Therefore, the use of a structural approach is appropriate. With this methodology, this research comes to a conclusion that there has been a development of ideas, creative process, and choreography, which are responsible for the emergence of new works. Some are new works developed from tradition, and some explore even further to reach a contemporary level. The passion for creation emerges by being supported by facilities and infrastructure available. Without interferring the policy of Dance Committee of DKJ, the government of Jakarta gives long term funds to DKJ. With a good management based on a solid vision and mission, new dance arts will emerge and it will attract audience. Then we will achieve the ideal triangle artists, the government, and the audience, which includes the media, observers, and critics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2354
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>