Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Idayanti
"Proyek ini ditujukan untuk menyediakan sarana bagi kegiatan penyantunan anak terlantar dengan memberikan bimbingan dan pengasuhan kepada anak-anak terlantar di Jakarta, sehingga mereka dapat hidup dengan layak dan memperoleh pendidikan sebagaimana anak-anak lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Sobana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grita Anglila
"Anak usia sekolah (6-12 tahun) mengalami perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional. Pada usia ini, perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungannya baik secara fisik maupun sosial. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah institusi sekolah dasar, dimana anak pada usia 6-12 tahun mulai berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya. Anak membutuhkan ruang yang nyaman dan aman di sekolah. Perencanaan lingkungan fisik pada sekolah dasar periu disesuaikan dengan kebutuhan anak sehingga dapat mewadahi aktivitas mereka yang dapat merangsang perkembangannya. Pada lingkungan fisik sekolah dasar, perencanaan tidak hanya ditekankan pada ruang belajar saja, namun juga periu diperhatikan penyediaan ruang luar yang sesuai untuk anak. Ruang luar merupakan salah satu sarana pendukung yang memiliki interaksi dengan ruang belajar formal, sehingga kedua mang tersebut dapat saling mendukung aktivitas anak dalam belajar dan bermain.
Skripsi ini membahas mengenai sejauh mana ruang luar di sekolah dasar dapat berperan bagi aktivitas anak yang dapat merangsang perkembangannya. Pembahasan dalam skripsi ini melalui studi literatur dan studi kasus, dengan meninjau dari aktivitas anak, ruang yang dibutuhkan serta elemen-elemen pendukung ruang luar. Studi kasus yang diambil adalah sekolah alam yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di ruang luar. Dari tinjauan yang dilakukan, teriihat bahwa ruang luar sekolah dasar dapat dimanfaatkan sebagai wadah aktivitas anak dalam bermain dan belajar. Aktivitas anak yang dilakukan di ruang luar juga mengandung berbagai nilai positif bagi perkembangan fisik, kognitif, dan sosial emosional anak.

School-age children (6-12 years old), develop in physical, cognitive and psychosocial aspects. In this stage, children development influenced by their physical and social enviroment. This physical environment includes the educational institution as a place where children begin to interact and communicate with others. Children need safe and comfortable spaces to support their activities in school. The planning of physical environment in elementary school should suit the children's needs and accommodate activities that stimulate their development. The planning of physical environments in elementary school not only focuses on classrooms, but also the provision of outdoor spaces that are suitable for children. The relation between outdoor spaces and formal learning spaces can support children's activities.
This writing discusses how outdoor spaces in elementary school can support children's activities and stimulate their development. Literature and case study are used to explore children's activities, their spaces and supporting elements in outdoor spaces. The case study was conducted in Sekolah Alam that mainly has outdoor activities. The case study indicates that outdoor spaces in elementary school can be used as children's activity spaces in learning and playing. Children's activities in outdoor spaces has positive values in their physical, cognitive, and social emotional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Madeira
"Sekolah bukan hanya berperan sebagai lembaga pendidlkan formal, namun juga wadah untuk berinteraksi bagi pelajar, khususnya usia remaja. lnteraksi sosial pun merupakan suatu pembelajaran serta sebuah tahap yang penting bagi perkembangan kognitif usla remaja yang mulai beranjak dewasa. Lingkungan di mana interaksi tersebut terjadi dapat berpengaruh pada perilaku dan gejala-gejala sosial yang muncul. Pada remaja, yang menghabiskan sebagian besar wakunya di lingkungan sekolah, tidak jarang perilaku perilaku yang muncul merupakan cerminan lingkungan di mana ia berada atau beradaptasli dalam hal ini adalah sekolah itu sendiri. Dengan demikian, perilaku sosial yang negatif akan dapat dilacak dari ketidakcocokan indivldu dengan lingkungannya. Lingkungan memiliki arti yang luas. Pemilihan lingkungan sekolah untuk me!acak perilaku-perilaku sosial remaja dilatarbelakangi oleh kedekatan hubungan antara remaja dan !ingkungan seko!ah, di mana mereka mengalami interaksi social yang intensif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sugiharto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Wasono Sukmo Wijoyo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Charisa
"Bangunan memiliki potensi untuk berubah. Namun, tidak semua bangunan dapat mengakomodir perubahan guna. Bangunan ruko adalah contoh bangunan yang dianggap fleksibel terhadap perubahan guna. Fenomena maraknya pembangunan ruko dipicu oleh anggapan bahwa ruko dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan. Ruko yang semula digunakan sebagai rumah dan toko, kini didesain agar dapat mengakomodir berbagai macam guna bangunan.
Tiap bangunan dengan kegunaan yang berbeda tentunya memiliki kriteria bangunan yang berbeda pula, sehingga bentuk bangunan yang dihasilkanpun berbeda. Namun, dalam bangunan ruko, keberagaman guna bangunan diupayakan agar dapat diakomodir dalam bentuk bangunan yang serupa. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah keberagaman guna yang ditawarkan ruko dapat benar mengakomodir kebutuhan-kebutuhan penghuni yang berbeda. Skripsi ini akan membahas sejauh mana tingkat fleksibilitas bangunan dapat mengakomodir perubahan guna pada bangunan.
Fenomena berkembangnya ruko dengan berbagai kegunaan ini mengantarkan pada tindakan-tindakan penghuni ruko untuk menyesuaikan ruko sesuai dengan kebutuhannya. Perubahan-perubahan terhadap bangunan dilakukan sebagai upaya menyelaraskan hubungan antara bentuk bangunan dengan kegunaan yang harus diakomodirnya.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan terhadap kompleks ruko di wilayah Cinere dapat disimpulkan bahwa tidak mudah untuk menemukan bentuk bangunan yang benar-benar fleksibel. Untuk mencapai bangunan yang fleksibel, maka diperlukan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan dengan kegunaan bangunan yang dipilih. Tingkat fleksibilitas suatu bangunan dapat diamati melalui struktur, tampak luar bangunan, area servis, layout ruang, dan interior bangunannya. Semakin banyak perubahan yang terjadi maka menandakan tingkat fleksibilitasnya semakin kurang.

Building has the potentials to change. However, not all buildings could accommodate the change of building uses. Shophouse is an example of buildings that are regarded as flexible towards the change of building use. The rapid development of shophouses was triggered by the view that shophouses could accommodate various sorts of building uses. Shophouse that was originally used just as a house and a shop has recently been designed in order to accommodate all various sorts of building use.
With the different uses of each building there is also a different building criteria for each, so is the fo rm of the building that was produced. In the case of shophouses the various sorts of uses was striven so that could be provided in the form of the similar building. This matter raised the question whether the various uses that are offered by shophouses could truly accommodate the occupants? different requirements. This writing will discuss the extent to which building flexibility could accommodate the change in building uses.
The expansion of shophouses with various uses generates occupants? actions to adapt shophouses in accordance with their requirements. These changes were carried out as the efforts in balancing the relations between the form of building and its uses.
Based on the case study that was carried out towards the complex of shophouse in Cinere, it could be concluded that it is not easy to find the form of building that is really flexible. In order to reach flexible building, changes are needed to adapt the building to the chosen uses. The level of flexibility of a building could be observed through the structure, skin of the building, the area of the services, layout spaces, and the interior of the building. The more the changes that happened indicated the less amount in flexibility level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48398
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arthur Widjaja Karyanto
"Masa kanak-kanak, terutama masa usia prasekolah, yaku usia 2 - 6 tahun merupakan masa yang penting dan menentukan bagi perkembangan anak di masa depan. Pada masa ini anak-anak berada dalam masa eksplorasi dan selalu mencoba berbagai macam cara dalam mengekspresikan did, baik secara fisik, emosional maupun secara estetik. Maka, proses eksplorasi dan ekspresi did anakanak itu hares bedangsung di tempat yang aman dan nyaman.
Di masa usia prasekolah ini, anak-anak memulai pendidikan formal pertamanya di sebuah institusi prasekolah, institusi ini memiliki berbagai macam bentuk, seperti nursery school ,Taman Kanak-kanaklKindergarten, Kelompok bermainlplaygroup, dsb. Pada institusi prasekolah ini, anak-anak belajar melalui permainan kreatif, kontak social dan ekspresi alami. Dengan menekankan pada proses belajar tersebut, dapat terpenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dan emosional anak.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, lingkungan fisik juga sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia prasekolah. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan institusi prasekolah, atau dengan kata lain adalah bangunan institusi prasekolah, tempat dimana anak usia prasekolah mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam dirinya dengan bimbingan orang dewasa.
Lingkungan institusi prasekolah haruslah aman, baik secara psikologis maupun secara fisik agar proses eksplorasi dan ekspresi dalam pendidikan bagi anak usia prasekolah dapat berhasil. Lingkungan yang aman dapat diperoleh dengan sebuah perancangan arsitektur. Diharapkan dengan tulisan ini, perancang bangunan mulai memikirkan aspek keamanan secara khusus dalam merancang sebuah institusi bagi anak-anak usia prasekolah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hergiawan
"Perguruan Tinggi yang mengkhususkan untuk memberikan pelajaran mengenai ilmu seni termasuk perancangan (disain) di Indonesia belum terlalu banyak dari segi kuantitas. Hal ini memang disebabkan karena apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni masih belum antusias. Namun akhir-akhir ini gejala apresiasi masyarakat terhadap seni sudah mulai terlihat meningkat. Pertunjukkan Teater Koma selalu dipenuhi penonton, masyarakat sudah mulai bisa menilai film-film yang bagus dan layak ditonton hal ini berimbas kepada mulai hidup lagi kondisi perfilman Indonesia. Dan mereka berupaya menghasilkan film yang berkualitas yang mampu menarik perhatian masyarakat. Dunia musik merupakan bidang seni yang paling mudah meningkatkan apresiasi seni masyarakat Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari semakin maraknya penyanyi dan grup musik baru yang bermunculan dan banyak penjualan kaset mereka yang mencapai angka 500.000 copy. Mereka pun mulai melakukan konser musik karena mereka yakin banyak pengunjung yang akan datang. Seni lukis merupakan bidang seni yang mungkin masih tergolong paling sulit membangkitkan apresiasi masyarakat, masih belum banyak masyarakat menghadiri pameran lukisan karena mereka tidak mengerti maknanya. Begitu juga seni pahat.
Sementara ilmu perancangan atau disain justru sudah mulai bergairah, walaupun sempat diterpa badai krisis moneter. Arsitektur yang merupakan ilmu teknik yang mengandung unsur seni paling merasakan dampak krisis moneter tersebut. Namun apresiasi masyarakat untuk mempelajari arsitektur dan menghargai karya arsitektur sudah mulai membaik walaupun belum dalam taraf yang cukup apresiatif. Ilmu perancangan lainnya lebih mudah diterima masyarakat, disain produk adalah bidang ilmu yang paling mampu menjaring konsumen. Begitu pula disain grafis.
Perkembangan apresiasi masyarakat terhadap bidang seni dan perancangan ini harus ditunjang oleh pembekalan ilmu seni dan perancangan yang memadai dan mampu mengikuti perkembangan zaman bagi para pelakunya. Terutama menghadapi era globalisasi yang memberikan kebebasan persaingan dengan skala intemasional. Siapa yang tidak memiliki bekal yang cukup tidak akan mampu bersaing di tingkat persaingan tersebut. Pendidikan seni dan perancangan ditunutut mampu memberikan bekal yang menjadi dasar siap untuk dikembangkan ke dalam persaingan di tingkat profesional tersebut. Kebutuhan akan peningkatan kemampuan tersebut berhubungan dengan kebutuhan akan suatu lembaga pendidikan seni dan perancangan.
Keberadaan suatu Akademi Seni dan Disain menjadi suatu topik proyek yang diajukan berdasarkan dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas. Sebelum mulai ke tahap perancangan, penulis mencoba mengamati dan menganalisis sistem pendidikan di Indonesia terutama yang berhubungan dengan ilmu seni dan perancangan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>