Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andre Wirasakti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadea Jovitasari
"ABSTRAK
Shopping street merupakan pertokoan deret sepanjang satu atau dua sisi jalan. Landmark adalah sebuah penanda yang membantu mengenali suatu tempat. Shopping street berperan sebagai landmark kota, didasari oleh pembentukan identitas. Shopping street mempunyai ciri khas dan potensi untuk membuat kota menjadi hidup. Kawasan Malioboro merupakan tempat belanja oleh-oleh yang didatangi oleh banyak wisatawan dan terjadi pengulangan berbelanja terus setiap tahunnya, sehingga Malioboro dikenal oleh banyak orang. Malioboro merupakan satu-satunya shopping street di Yogyakarta. Kuatnya identitas Malioboro sebagai tempat belanja menjadikan Malioboro sebagai landmark tempat belanja di kota Yogyakarta sehingga terciptanya power dan identitas.

ABSTRAK
Shopping street is a line of shopping complex either one side or both side of the road. Landmark is a sign that is created to identify places. Shopping street has a role as cities? landmark with a foundation of creating identities. Shopping street has a particular characteristic and potential to make cities more alive and has a role as Cities? landmark. Malioboro complex is a shopping place that provides a traditional gift for tourist and most of the tourists frequently visit this site every time they visit Jogjakarta and tend to make repeat purchase on this shopping street and as the result, a lot of people know about Malioboro. Furthermore, Malioboro is the only one shopping street Jogjakarta City has. And lastly the strength of Malioboro identity as shopping street makes Malioboro become a landmark in Jogjakarta and it creates power and identity."
2016
S63678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anita Setyawati
"Kota Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki situs-situs bersejarah yang menjadi sumber daya dalam pariwisata. Terdapat sembilan objek wisata sejarah di Yogyakarta, yaitu Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Tamansari, Benteng Vredeburg, Museum Sasmitaloka, Museum Sonobudoyo, Museum Dewantara Kirti Griya dan Museum Perjuangan. Dalam menentukan perkembangan objek wisata sejarah dan hubungannya dengan kegiatan ekonomi disekitarnya digunakan analisis spasial dan statistik. Hasil yang didapatkan yaitu Puro Pakualaman dan Museum Sasmitaloka berada pada perkembangan tahap tiga; Kraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg dan Museum Sonobudoyo berada pada perkembangan tahap lima; sedangkan sisanya berada dalam tahap empat. Hubungan antara perkembangan objek wisata sejarah dengan kegiatan ekonomi sekitar yang berupa perhotelan, rumah makan dan toko cinderamata tidak berkorelasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ananda Radya Mikola
"Pedagang kaki lima merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh sebagian besar orang dalam mencari rejeki untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menjadi destinasi wisata favorit yang ada di Indonesia karena beragamnya objek wisata yang menarik. Kawasan Malioboro merupakan kawasan inti dengan pusat keramaian dan jumlah wisatawan terbesar di kota Yogyakarta, yang terdiri dari Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo dimana terdapat pedagang kaki lima yang berjualan. Adanya relokasi yang diberlakukan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta berdampak pada pedagang kaki lima terutama terhadap pendapatan mereka. Dampak tersebut tentunya membuat pedagang kaki lima harus melakukan strategi penghidupan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan memanfaatkan aset-aset yang dimiliki. Penelitian ini berisfat kualitatif dengan metode studi literatur, observasi, dokumentasi, wawancara kuesioner, dan wawancara mendalam untuk menganalisis dampak terhadap pendapatan pedagang kaki lima malioboro dengan melihat perbedaan karakteristik tempat berdagang sebelum dan sesudah relokasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya relokasi tersebut memberikan dampak yang besar yaitu penurunan pendapatan yang didapatkan oleh pedagang kaki lima. Adapun pedagang kaki lima melakukan strategi penghidupan yang beragam berdasarkan kondisi aset-aset mereka. Sebagian besar pedagang dalam merespon terhadap dampak yang timbul dengan melakukan strategi konsolidasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Street vendors are one of business that made by most people who are searching for profits to fulfill their daily lives. Yogyakarta city is one of the cities which has become a favorite tourist destination in Indonesia because of its various interesting tourist objects. The Malioboro area is the core area with the center of the crowd and the largest number of tourists in Yogyakarta city, which consists of Jalan Malioboro and Jalan Margo Mulyo, places for some street vendors selling. The relocation imposed by the Governor of the Special Region of Yogyakarta has some impacts on street vendors, especially on their income. This impact certainly makes street vendors have to carry out livelihood strategies to fulfill their daily needs by utilizing the assets they have. This research is qualitative in nature using literature study methods, observation, documentation, questionnaire interviews, and in-depth interviews to analyze the impact on the income of street vendors in Malioboro by looking at the differences in the characteristics of places to trade before and after relocation. The results of this study indicate that the relocation has a big impact, namely a decrease in the income earned by street vendors. The street vendors carry out various livelihood strategies based on the condition of their assets. Most street vendors respond to the impact that arises by carrying out a consolidation strategy to fulfill their daily needs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Puspitasari
"Dalam upaya pembangunan yang bet-vawasan identitas, banyak aspek yang sering terlupakan oleh karena banyaknya pertumbuhan perkembangan suatu kota tanpa lebih memperhatikan awal mulanya suatu kota terbentuk. Identitas suatu kawasan yang ada, seharusnya dipehhara dengan baik sehingga dalam pengembangan kota selanjutnya, masa lalu dapat tetap hidup berkesinambungan dan terns menerus ada dalam diri kita baik sekarang maupun yang akan datang. Archeologi, arsitektur dan kualitas visual dari kota historis dapat dipertimbangkan sebagai keterlibatan dalam penambahan kualitas identitas lingkungan, jika kita menyadari nilai dan mulai melestarikannya. Kawasan Kota Lama Semarang, adalah contoh kawasan yang memiliki degradasi kualitas dikarenakan kurangnya penghargaan atas potensi yang ada. Oleh karena itu, pemeliharaan potensi perlu dilakukan untuk menyehatkan kembali kawasan tersebut sehingga identitasnya tidak hilang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Untari Meistuti
"Dominasi pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Malioboro menjadikan kawasan ini lebih dikenal sebagai kawasan berbelanja dibandingkan kawasan bersejarah. Kepadatan pedagang kaki lima menjadi penyebab terjadinya perubahan identitas kawasan tersebut. Pemerintah Yogyakarta bersama para pedagang melakukan revitalisasi dalam usaha mengembalikan kembali identitas sebagai kawasan bersejarah dengan melakukan penataan instalasi temporal para pedagang kaki lima. Skripsi ini menganalisis sejauh mana instalasi temporal tersebut berperan dalam terbentuknya identitas kawasan Malioboro. Skripsi berfokus pada menggali bagaimana visual, fungsi dan dampak pengaplikasian instalasi temporal terhadap lingkungan sekitar berdasarkan hasil subjective interpretation saat berjalan di sepanjang koridor jalan Malioboro. Dengan begitu dapat diketahui peran pengaplikasian instalasi temporal pedagang kaki lima mempengaruhi perbedaan suasana yang dirasakan pengunjung pada kawasan sehingga berdampak pada terbentuknya identitas kawasan Malioboro sebagai kawasan berbelanja menjadi lebih kuat dibandingkan sebagai kawasan bersejarah.

The dominance of street vendor makes Malioboro famously known as a shopping area than a historical area. Overcrowded with street vendors might be the main factor that had changed the image of Malioboro. The government and the vendors finally agreed to made revitalization along Malioboro street through arranging the temporary installation for all of the vendors to bring back the historic value around the area. For this reason, this paper will discuss the role of street vendors’ temporary installation to create the image of Malioboro. This thesis will focus on visual, function and impact of the temporal installation to the historical environment by subjective interpretation when walking along the corridor of the Malioboro street. So we can find out the temporary installations’ street vendors affect to the atmosphere of Malioboro that creating the image of Malioboro as a shopping area more stronger than as a historical area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudit Wahyudi
"Tesis ini tentang sistem pengamanan yang dilakukan oleh Satuan Samapta Poltabes Yogyakarta dan warga komuniti lainnya di kawasan Malioboro. Perhatian utama tesis ini adalah mengenai corak kegiatan pengamanan dengan pendekatan pemolisian komuniti, terhadap komuniti-komuniti yang melakukan sistem pengamanan secara swakarsa di kawasan Malioboro. Dalam kajian ini menekankan kepada tindakan pengamanan dan penerapan konsep pemolisian, bertujuan adanya kemitraan, pemberdayaan, dan peran serta warga komuniti untuk membantu Polri melaksanakan fungsi kepolisian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamanan terlibat dan wawancara dengan pedoman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan pengamanan belum menunjukan adanya suatu keterpaduan dalam satu sistem, antara pengamanan formal oleh polisi maupun pengamanan swakarsa oleh warga komuniti. Petugas Sat Samapta mengalami kesulitan dalam menerapkan gaya pemolisian untuk mendekatkan diri dengan warganya, sehingga tujuan pemolisian belum mendapat respon warga. Beberapa faktor yang mempengaruhi gaya pemolisian petugas dilapangan adalah faktor konsep pemolisian komuniti (community policing) yang diterapkan, kebijaksanaan pimpinan kesatuan, sumber daya personal, budaya polisi, dan budaya warga komuniti setempat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi tidak berjalannya pengamanan dalam satu sistem karena masing-masing pelaksana pengamanan belum memahami peran masing-masing dalam melaksanakan fungsi kepolisian.
Fungsi kepolisian menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi kepolisian tidak hanya diemban oleh Polri semata, tetapi Polri dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan atau bentuk-bentuk pengamanan swakarsa sebagai mana diamanatkan dalam pasal 3 UU Polri. Satuan Samapta Poltabes Yogyakarta adalah salah satu kesatuan yang berperan melakukan fungsi tersebut di kawasan Malioboro Yogyakarta.
Kawasan Malioboro adalah salah satu tujuan wisata dan perdagangan yang paling ramai dikunjungi para wisatawan dalam dan luar negeri. Sehinggga citra baik dan buruknya Yogyakarta dilihat dari aman dan nyamannya para wisatawan tersebut. Warga Paguyuban Pedagang Kakilima (PKL), Paguyuban Pengusaha Malioboro (PPM), dan Paguyuban Petugas Parkir, adalah komunitikomuniti yang melakukan pengamanan secara swakarsa untuk melindungi diri dan lingkungannya dengan melibatkan warga sendiri, menggunakan Satpam, maupun dengan membayar penjaga malam.
Satuan Samapta bertugas mengamankan dan menertibkan kawasan Malioboro melalui kegiatan patroli, penjagaan, pengaturan, pengawalan dan pengendalian massa di beberapa sasaran yaitu pengamanan terhadap individu, komuniti maupun lembaga negara yang ada di kawasan Malioboro. Bersamaan dengan itu juga melaksanakan kegiatan pemolisian terhadap warganya agar dapat bekerjasama dengan polisi untuk bersama-sama merencanakan dan memutuskan cara mengatasi masalah warga oleh mereka sendiri. Kehadiran polisi di tengah-tengah warganya berpengaruh terhadap gaya pemolisian yang diterapkan dan keberhasilan pemolisian terhadap warga komuniti setempat.
Kegiatan community policing yang dilakukan oleh personal Sat Samapta dipengaruhi oleh gaya pemolisian yang masih bersifat reaktif dan formalitas. Faktor yang mempengaruhi gaya pemolisian tersebut adalah konsep community policing yang diterapkan, kebijaksanaan pimpinan, sumber daya personelnya, budaya polisi dan budaya warga setempat. Oleh sebab itu sistem pengamanan di kawasan Malioboro belum terwujud dan sesuai dengan konsep pemolisian komuniti. Pengamanan dan penertiban, berjalan menurut program kegiatan masing-masing instansi, tidak menyertakan warga komuniti sebagai pelaksana pengamanan swakarsa dalam menentuan kebijakan serta mengambil keputusan yang sesuai aspirasi warga sendiri.
Daftar Kepustakaan: 42 Buku, dan 9 Dokumen"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Dewita
"Bangunan membutuhkan identitas agar dikenal dan dipahami masyarakat. Maka untuk menyampaikan identitas tersebut bangunan menggunakan bahasa arsitektur tertentu yang dapat mengungkapkan ekspresi dan karakter yang diinginkan melalui pemakaian kata-kata atau kalimat berupa elemen-etemen dan unsur-unsur pembentuk bangunan yang dikombinasikan dengan metode dan gaga tertentu.
Penulis mengkaji pemakaian bahasa arsitektur untuk mengungkapkan identitas pada bangunan bank, karena bank sangat membutuhkan identitas agar dikenal, terutama identitas bagi usahanya. Bangunan bank ini ingin memiliki karakter dengan kesan tertentu sehingga bangunan mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan bangunan bank lainnya, dengan kata lain memiliki identitas pada bangunannya.
Hasil kajian ini adalah agar kita dapat mengetahui katakata, kalimat, metode dan gaya yang dipakai sebagai identitas pada bangunan bank itu sehingga kits dapat menyimpulkan apakah bahasa yang digunakannya sudah mampu menjadi identitas bagi bangunan tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arneta Iftita Pramadhani
"Penelitian ini membahas implementasi teori lanskap linguistik dan fenomena multibahasa dalam lanskap linguistik yang ada di salah satu kawasan wisata Kota Malang, yaitu kawasan Kayutangan. Kayutangan adalah kawasan yang memiliki bangunan-bangunan kuno di pusat Kota Malang. Lanskap linguistik yang ditemukan di Kawasan Kayutangan berupa papan nama toko, papan nama bangunan, papan penunjuk jalan, spanduk iklan, poster, rambu lalu lintas, grafiti, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teori lanskap linguistik yang digunakan adalah teori Landry dan Bourhis (1997). Data dikumpulkan dengan memotret lanskap di lokasi penelitian dan didukung dengan wawancara. Berdasarkan hasil identifikasi 178 data lanskap, diketahui bahwa lanskap linguistik di kawasan Kayutangan menunjukkan adanya fenomena multibahasa, meliputi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, bahasa Belanda, dan bahasa Arab. Lanskap bersumber dari dua sumber, yaitu tanda pemerintah dan tanda privat. Lanskap mengandung fungsi informasional dan fungsi simbolis. Melalui penelitian ini pula dapat diketahui bahwa lanskap linguistik dapat menunjukkan identitas masyarakat suatu wilayah.

This study discusses the implementation of linguistic landscape theory and multilingual phenomena in the linguistic landscape in one of the tourist areas of Malang City, namely the Kayutangan area. Kayutangan is an area that has ancient buildings in the center of Malang City. Linguistic landscapes found in the Kayutangan area include signboards, road signs, advertising banners, posters, traffic signs, graffiti and others. This research uses a qualitative approach with a case study method. The linguistic landscape theory used is the theory of Landry and Bourhis (1997). Data were collected by photographing the landscape at the research site and supported by interviews. Based on the identification of 178 landscape data, it is known that the linguistic landscape in the Kayutangan area shows a multilingual phenomenon, including Indonesian, English, Javanese, Dutch, and Arabic. Landscapes come from two sources, the government and private communities. The landscape contains an informational function and a symbolic function. Through this research, it can also be seen that the linguistic landscape can show the identity of the people of a region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>