Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada proses pembakaran, semua bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi yang pada umumnya beracun seperfi CO, SO2; dan NOx dan harus diperhitungkan juga efisiensi pembakaran dan efisiensi termal dari bahan bakar. Dalam penelitian ini digunakan batubara (briket batubara) dan LPG untuk dibandingkan tentang efisiensi pembakaran, efisiensi termal dan emisi gas beracun hasil pembakaran. Briket balubara dibuat dengan teknik pembuatan tanpa karbonisasi dan berbentuk sarang tawon silinder bulat. Komposisi briket batubara (dalam 15 kg bahan baku) adalah : 90% batubara Adaro-Kaltim, 10% clay, 2.7% tapioka dan 25% air. Hasil analisa kimia briket batubara : moisture = 8.7770%, volatile matter - 39.1708%, abu = 13.7654% dan fixed carbon = 38.2868% (analisa proksimat), kandungan C 53.92%, H = 4.879 dan N = 0.515% (analisa ultimat), nilai kalor = 5107.1 kka1/kg, berat rata-rata = 674.0 gr.
LPG yang digunakan adalah LPG yang ada di pasaran dengan kamposisi 60% propana dan 40% butana. Berat bersih LPG adalah 12.0 kg. Parameter yang dibuat sama untuk emisi gas beracun dan efisiensi pembakaran adalah jumlah/kuantitasb bahan bakar dan parameter yang dibuatsama untuk efisiensi termal adalah jumlah/kuantitas bahan bakar, jum1ah/kuantitas air yang dipanaskan serta suhu akhir pemanasan (100°C). Parameter yang dibandingkan untuk emisi gas beracun adalah emisi gas CO, SO2 dan NOx hasi1 proses pembakaran, untuk efisiensi pembakaran adalah emisi gas CO yang dihasilkan selama proses pembakaran dan untuk efisiensi termal adalah jumlah kemampuan bahan bukar untuk memanaskan air hingga suhu akhir pemanasan untuk sejumlah/kuantitas buhan bakar yang dipakai dan efisiensi termal yang dihasilkan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk emisi gas beracun, pembakaran briket batubara menghasilkan emisi CO = 2979 ppm (max), SO2 = 0 ppm dan NOx = 61 ppm (max) sedangkan pembakaran LPG menghasilkan emisi CO, SO2 dan NOx = 0 ppm. Untuk efisiensi pembakaran didapatkan efisiensi pembakaran briket batubara adalah < 100% dan dan efisiensi pembakaran LPG adalah 100%. Dari percobaan efisiensi termal didapatkan dalam waktu yang sama yaitu 230 menil, pembakaran briket batubara dapat memanaskan air sebanyak 8 kali dengan waktu pemanasan rata-rata 28.75 menit dan efisiensi termal = 54.67% dan pembakaran LPG dapat memanaskan air sebanyak 12 kali dengan waktu pemanasan rata-rata 19.25 menit dan efisiensi termal = 22.06%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Bestar
"ABSTRAK
Sampah rumah tangga memerlukan penanganan khusus agar tidak menjadi masalah. Pelayanan persampahan Kota Depok baru mencapai 36,4% (2010), sehingga kegiatan pembakaran sampah rumah tangga secara terbuka masih dilakukan. Berdasarkan penelitian U.S. EPA, 2001, ditemukan bahwa dampak kegiatan ini adalah lepasnya emisi pencemar udara. Tujuan penelitian ini untuk memprediksi beban emisi total dari CO, CH4, NOx, SOx yang dihasilkan Kota Depok. Metode penghitungan beban emisi dengan data sekunder faktor emisi, mengambil 30 sampel secara acak untuk pengukuran komposisi dan timbulan sampah di Kota Depok, serta 100 kuisioner untuk penghitungan kuantitas dan frekuensi pembakaran sampah. Berdasarkan penghitungan yang didapatkan, nilai frekuensi pembakaran sampah dan persentase penduduk membakar sampah berdasarkan luas lantai kelompok rumah adalah sebesar 1,467 kali per minggu dan 30% untuk kelompok rumah A, 1,022 kali per minggu dan 28,26% untuk kelompok rumah B, serta 0,417 kali per minggu dan 12,50% untuk kelompok rumah C. Beban emisi CO dan CH4 di Kota Depok berdasarkan penghitungan dengan faktor emisi U.S. EPA dan Swesty sebesar 307,125 dan 1.838,592 ton/tahun, 46,972 dan 92,085 ton/tahun. Untuk emisi NOx, SOx dengan faktor emisi U.S. EPA dan Yudison masing-masing adalah 21,679 dan 25,225 ton/tahun, 3,613 dan 66,519 ton/tahun.

ABSTRACT
Domestic waste needs specific handling in order to prevent any problems. Total waste service in Depok has only reached about 36.4% (2010). Consequently, some households burn their waste to solve the problem. U.S. EPA found that the effects from this activity can release some pollutants to ambient. The purpose of this research is to predict total emission of CO, CH4, NOx, SOx, in Depok. The method based on emission factors secondary data, random sampling from 30 houses to measure the composition and waste generation in Depok, then 100 questionnaires to obtain the percentage and frequency from open burning of household solid waste. It obtained that the percentage and frequency from open burning of household solid waste is 1.467 per week and 30.00% for home group A, 1.022 per week and 28.26% for home group B, then 0.417 per week and 12.50% for home group C. Total emission of CO and CH4 in Depok based on calculation with U.S. EPA and Swesty emission factors are : 307.125 and 1,838.592 ton/year, 46.972 and 92.085 ton/year. Total emission of NOx and SOx based on calculation with U.S. EPA and Yudison emission factors are : 21.679 and 25.225 ton/year, 3.613 and 66.519 ton/year."
2012
S42156
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Sukardi
"ABSTRAK
Program konversi minyak tanah tanah ke Liquefied Petroleum Gas LPG sejak 2007 telah berhasil dilakukan, indikasinya adalah tren penggunaan LPG semakin meningkat setiap tahunnya hingga saat ini. Dibalik kepopulerannya LPG terdapat kelemahannya antara lain sering tejadinya kasus ledakan tabung gas, kelangkaan pasokan, serta sebagian besar LPG di impor dari luar negri. Program Jaringan gas kota yang dicanangkan pemerintah dalam hal ini kementrian ESDM bertujuan salah satunya adalah dapat menggeser penggunaan konsumsi LPG. Sehingga bukan hanya pengurangan impor LPG tapi melainkan subsidi LPG juga dapat ditekan. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai konsumsi bahan bakar untuk memanaskan air hingga mencapai suhu tertentu. Didapat bahwa bahan bakar yang paling cepat dan biaya paling murah adalah dengan menggunakan bahan bakar gas kota, yaitu 186 detik dengan biaya Rp. 68 . Selain itu dianalisis juga penerapan bahan bakar jika dimanfaatkan untuk daerah DKI Jakarta.

ABSTRACT
Kerosene conversion program to Liquefied Petroleum Gas LPG since 2007 has been successfully carried out, the indications are the trend of the use of LPG has increased every year until now. Behind the popularity of LPG there are disadvantages include frequent case of occurrence of gas cylinder explosion, scarcity of supply, as well as most of LPG imported from abroad. City gas network programs launched by the government in this case the Ministry of Energy and Mineral Resources aims is able to shift the use of LPG consumption. So that not only a reduction in imports of LPG, but also reducing LPG subsidies. In this research, analyzed the fuel consumption to heat the water until it reaches a certain temperature. Found that fuel the fastest and most inexpensive cost is to use city gas fuel, ie 186 seconds at a cost of Rp. 68. In addition it also analyzed the application of fuel when used for the Jakarta area."
2016
T46907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Pariaman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini pembakaran katalitik telah banyak dikembangkan umuk menjadi salah satu altematif bagi penurunan emisi polutan gas buang. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan pernbakaran katalitik pada kompor gas LPG dengan tujuan peningkatan efisiensi termal yang diikuti dengan rendahnya emisi polutan yang dihasilkan.
Sintesis top burner katalitik dilakukan dengan teknik preparasi katalis menggunakan metode sol-gel dan pelapisannya pada top burner dengan menggunakan teknik spray-coming. Variasi dilakul-can terhadap siklus penyemprotan untuk memperoleh loading katalis yang diinginkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa top burner telah berhasil clicoaling dengan loading bervarinsi mulai 1.25% - 4.5%. Hasil lcarakterisasi katalis menunjukkan luas permukaan kalalis sebesar 2.44 mzfgram dengan ketebalan berkisar 22 pm - 34 pm.
Kinerja top burner katalitik ditinjau dari scgi elisiensi termal menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 4.28%, 7.25% dan 8.72% untuk masing-musing loading katalis 1.25%, 2.19% dan 3.7% dibandingkan dengan burner bunsen biasa. Sedangkan uji aktifltas katalis terhadap konsentrasi CO2 menunjukkan peningkatan sebesar 3.38%, 9.84% dan 13.26% untuk loading katalis l.9l%, 2.65% dan 4.5% dibandingkan dengan bunsen dengan top burner non-katalitik
Hal tersebut nwnunjlnkkan bahwn varinsi loading katalis uncrnlmcriknn pcngaruh positif terhadap aktivitas katalis yaitu dengan nieningkatkan elisiensi termal dan meningkatkan konsentrasi CO2. Peningkatan konsentrasi CO3 ini juga diikuti dengan reduksi emisi hidrokarbon tidak terbnkar (UHC) C3 dan C4 yang mengindikzlsikan peran katalis dalam meningkatkan selektivitas pembakaran terhadap CO2 sekaligus mencegah terbentuknya produk samping hasil pembakaran."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herliati
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek katalitik dari katalis jenis perovskite (LaMnO3, LaCrO3, LaCoO3) yang dilapisi (coating) di atas permukaan material stainless steel (AISI 301) pada proses pembakaran kompor gas katalitik berbahan bakar LPG, sehingga emisi NOx, CO dan hidrokarbon tak terbakar hampir nihil dan efisiensi energi lebih tinggi dibandingkan kompor gas konvensional (tanpa katalis).
Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah penelitian laboratorium yang dilakukan adalah preparasi dan karakterisasi top burner katalitik serta uji kinerja kompor gas LPG yang meliputi uji efisiensi termal dan emisi polutan dengan variasi laju alir 700, 900, 1100 dan 1300 ml/menit untuk setiap jenis katalis yang dipilih.
Preparasi katalis dilakukan dengan metode sitrat sedangkan pelapisan katalis di atas permukaan substrat menggunakan metode dip-coating berulang. Pada penelitian ini, tahap pelapisan katalis perovskite LaCrO3 LaMnO3 dan LaCoO3 di atas permukaan stainless steel yang mengalami pre-heating pada suhu 900°C telah berhasil dilakukan dengan loading 2,01 % (w/w) untuk tiga kali pencelupan dan ketebalan lapisan 26-29 gm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa top burner yang dilapisi katalis LaCrO3 memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan katalis LaMnO3 dan LaCoO3 baik dari aspek efisiensi termal kompor gas maupun dari aspek reduksi polutan CO dan UHC. Dengan katalis LaCrO3 efisiensi termal kompor gas dapat meningkat sebesar 22,5 % sementara itu reduksi emisi polutan UHC yang dicapai adalah sebesar 18,25 ppmv (reduksi 50,23 %) untuk C3 dan sebesar 12,65 ppm (32,66 %) untuk C4. Sayangnya penambahan top burner katalitik pada kompor gas belum dapat mereduksi emisi gas CO yang justru meningkat sebesar 13,09 ppm (29,08 %) dibandingkan dengan kompor konvensional selain itu juga meningkatkan konsentrasi emisi gas NOx, sebesar 4,5 ppmv (naik 128,6 %)."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T2932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Bagus Wijaya Kusuma
"Penggunaan kendaraan bermotor perlu diikuti dengan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup, karena gas buang dari hasil proses pembakaran sangat nyata pengaruhnya terhadap pencemaran udara dan lingkungan. Satu metoda untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pencemaran udara telah dilakukan dengan menggunakan suatu alat tambahan, yang dirancang di Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana. Berdasarkan pada data pengujian yang telah dilakukan terhadap alat tambahan tersebut, tampak dengan jelas bahwa alat tambahan yang telah dirancang mampu mengurangi emisi gas CO secara signifikan, hingga batas paling minimum, serta secara rata ? rata mampu dikurangi hingga di atas 54 %. Selain mampu mengurangi emisi gas buang CO2 dan HC, juga mampu meningkatkan kandungan O2. Alat tambahan tersebut tidak berpengaruh terhadap unjuk kerja kendaraan saat beroperasi. Satu keuntungan lainnya adalah alat tambahan juga mampu mengurangi tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh motor.

Emission gas reducer on motor vehicle, automobile, light engine of boat and stationary combustion engine. The use of motor vehicle should be followed by protection against damages on the environment, since the exhaust gas from combustion engine has significantly affect on air and environmental pollution. One method to solve the problems in air pollution has been done by using a re-heater designed in Mechanical Engineering Department, University of Udayana. In accordance to the test on the re-heater, it can be seen very clear that the re-heater has significantly reduce the CO emission of about 54%. It also reduces the CO2 dan HC emission, and in the other side increases the number of O2. The re-heater has no significant effect to engine performance during the operation and also reduces the noise of motor."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Nomora Trilecky
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA1318
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>