Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92332 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Minyak nabati merupnkan mlnyak lumas attematif pengganti minyak mineraL
Penggunaan minyak nabati sebagai bahan dasar minyak lumas membutuhkan investasi yang sangat mahal sehingga harganya jualnya tidak dapat bersaing di pasaran.
Analisis terhadap minyak biji kepoh menmUukk:an bahwa mlnyak ini memHiki
kara11eristik sebagai bahan dasar minyak lumas. Uji keausan menggUJlakan minyak biji kepoh sebagai bahan dasar minyak 1umas mcnunjukkan kcmampuan rnengurangl keausan lebib balk dibandingkan mlnyak mineraL Akan tetapi mlnyak biji kepoh memiliki ketahan oksidasi lebih jelek dibandingkan rninyak mineral. Pada penehtian ini minyak biji kepoh digunakan sebagai aditif antiweur pada minyak mineral dengan konsentrasi 1%, 2% dan 5%, kemudian diiakukan uji keausan menggunakan alat jOur ball wear lest dan uji oksidasl dengan menggunakan alat microvxidation tester. Penggunaan minyak biji kepoh sebagai aditlf sangat efektif men&rurangi keausan sclama l-2 jam waktu pcngujian dan berapapun konsentrnsl yang digunakan. Akan tetapi semakin lamanya waktu pengujinn (3-Sjam), menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan rninyak mincraltanpa aditif.
HasH uji ketabanan oksidasi minyak. mineral dengan aditif mltlyak bUi kepoh menghasilkan massa deposit lebih banyak dengan semakin besar konsentrasi yang ditambahkaR Minyak min¢ral dengan a.ditif mlnyak biji k poh
tcrcva.porasi 1cbih sediJ...it dihandingkan mmy3k mincmt tanpa aditif Semak:ln lama waktu
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak nabali memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas yang dapat menggantikan peranan minyak mineral yang semakin lama makin berkurang jumlah bahan bakunya. Suatu minyak dapat dijadikan minyak lumas bi1a memiliki
sifat-sifat fisika, kimia dan mekanis yang sesuai. Anahsis terhadap sifat-sifat minyak biji kepoh menunjukkan bahwa minyak ini memiliki potensi sebagai bahan dasar minyak lumas. Untuk menguji performa ketahanan keausan suatu minyak dapat menggunakan metode four hall wear test, yaitu salah satu metode untuk mengetahui performa minyak lumas dalam mengurangi keausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi kausan. Untuk menjelaskan seberapa baik minyak biji kepoh dalam mengurangi friksi maka sebagai pembanding digunakan minyak mineral HVI 60 dan minyak jarak. Hasil uji keausan denpan metode four ball wear test terhadap minyak biji kepoh, minyak minera1 HVI 60 dan minyak jarak menunjukkan bahwa minyak biji kepoh lebih baik dalam mengurangi keausan dibandingkan kedua minyak pembanding tersebut pada beban II kg, 25 kg dan 46 kg. Penambahan aditif antiwear ZnDTP ke dalam minyak lumas sebanyak 2 % berat dapat meningkatkan ketahanan keausan minyak lumas. Efektivitas tertinggi dari penambahan ZnDTP dimiliki minyak mineral diikuti minyak jarak dan terakhir minyak biji kepoh. Efektivhas aditif ZnDTP meningkat seiring dengan beban pengujian yang meningkat pula, ditandai dengan pengurangan jumlah keausan yang bertambah besar
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Minyak mineral paling banyak digunakan sebagai minyak dasar (base oil)
untuk minyak lumas karena harganya yang murah, tersedia cukup banyak, dan
memenuhi persyaratan pelumasan seperti memiliki sifat ketahanan oksidasi yang
cukup baik.
Beberapa penelilian menyatakan bahwa minyak nabati juga dapat digunakan sebagai minyak dasar. Namun, minyak nabati memiliki sifat ketahanan oksidasi yang rendah. Pada penelitian ini, penulis menguji ketahanan oksidasi minyak biji kepoh dengan menggunak an micrnoxidarion tester.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji lcepoh menghasilkan
massa deposit yang lebih besar dibandingkan dengan minyak jarak (castor oil) dan
minyak mineral HVI 160 S. Hasil analisis F'1 juga menunjukkan hal yang sama
dimana rasio luas peak antara gugus C=O dan C-H minyak biji kepoh adalah yang
paling besar. Sedangkan untuk massa terevaporasi minyak biji kepoh lebih kecil
dibandingkan dengan minyak jarak dan minyak mineral HVI 160 S. Penambahan
aditif anti oksidan (ZnDTP) sebanyak 2 % pada ketiga sampel menunj ukkan bahwa
penurunan massa deposit minyak biji kepoh 43,42 %, minyak jarak 42,55% dan
minyak mineral HV! 160 S 26,67 %. Hasil analisis PTIR menunjulrkan penurunan
jumlah senyawa karbonil (C=O) yang terbenmk pada minyak biji kepoh 15,34%,
minyak jarak 14,77 % dan minyak mineral HVI 160 S 11,25 %, sedangkan
penurunan massa terevaporasi minyak biji kepoh 52,29 %, minyak jarak 45,89 %
dan minyak mineral HW 160 S 33,51 %. Pengaruh aditif yang begitu besar dalam
memperbaiki ketahanan oksidasi minyak biji kepoh temyata tidak bisa menyamai
ketahanan oksidasi minyak mineral HVI 160 S."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Anggraini
"Lateks Karet Alam yang merupakan poliisoprena diharapkan mampu untuk digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan aditif minyak lumas mengganti poliisoprena sintesis yang selama ini digunakan pada skala industri, terlebih karena Indonesia adalah negara penghasil karet terbesar di dunia. Lateks Karet Alam dicangkok dengan metil metakrilat (100: 50 massa) dengan menggunakan irradiasi sinar y dari Co-60 dengan dosis 10 kGy sehingga terbentuk Kopolimer LKA-g-MMA 50, KOLAM 50. Untuk membuat aditif peningkat viskositas indeks KOLAM 50 ini sebanyak 10% dilarutkan kedalam base oil HVI 60, waktu pelarutan 12 jam. Untuk memperkecil waktu pelarutan, KOLAM 50 diekstraksi menggunakan aseton dan kloroform baru kemudian dilarutkan dalam HVI 60. Selain itu dengan menggunakan campuran xilena dan HVI 60 sebagai pelarut. Aditif ini selanjutnya ditambahkan ke dalam base oil HVI 60 dan base oil HVI 95 dengan variasi konsentrasi 2% - 7%, lalu dilakukan pengukuran viskositas indeks, titik nyala, dan ketahanan stabilitas shear. Pada penelitian ini didapatkan, bahwa KOLAM 50 mampu meningkatkan viskositas indeks minyak lumas, mempunyai stabilitas shear yang sama baiknya dengan aditif lain dipasaran serta mempunyai titik nyala yang memenuhi standar. Campuran xi lena dan HVI 60 dapat digunakan sebagai pelarut yang baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizi Mardiansyah
"Sebagian besar gemuk yang dijual di pasaran menggunakan bahan base oil minyak mineral dan thickening agent sabun lithium. Aplikasi gemuk dijumpai pada sistem pelumasan yang sederhana seperti pelumasan ball bearing pada as roda dan lain-lain. base oil EFAMEGLI dan mineral oil. Gemuk yang dibuat ini diharapkan mempunyai sifat biodegradability dibandingkan dengan gemuk dengan bahan base oil minyak mineral, dikarenakan gemuk bio menggunakan base oil minyak nabati. Bahan thickening yang digunakan adalah sabun kalsium dan litium, dimana gemuk kalsium diperuntukkan pada gemuk foodgrade sedangkan gemuk litium untuk gemuk tahan panas. Pembuatan gemuk bio dan semi bio dibuat dengan autoclave (reaktor tertutup), dengan temperatur pemasakan 160-200_C. Kemudian dilakukan pendinginan dan homogenisasi. Adapun uji karakteristik yang dilakukan diantaranya penetration, dropping point dan four ball test. Dari hasil pengamatan secara visual warna yang dihasilkan putih dan bentuknya halus (homogen). Dari hasil uji pada gemuk semi bio dengan komposisi sabun litium 15% menunjukkan bahwa dengan pengaruh komposisi EFAMEGLI dapat menaikan dropping point dan memperbaiki anti keausannya. Sedangkan untuk penetrasi dengan NLGI # 2 dan 3 terdapat pada komposisi EFAMEGLI 20-40%.

Most of grease that sold in the market is using base oil made form mineral oil and thickening agent from lithium soap, Grease application, it is use don simple lubrication system such as ball bearing on axle Wheel and etc. In this experiment the grease had been made from mixing base oil from EFAMEGLI and mineral oil. The thickening material that had been used are calcium soap and lithium soap. The grease that had been made are expected to have a better biodegrability and stability compared to grease with mineral oil as base oil. This could be happened because of usage of vegetable oil as base oil, which has an edible and biodegradeble char_cter compared to mineral oil. Bio and semi bio grease production wih autoclave (close reactor) with heater temperatur at 160-200 OC. After that cooling and homogenisation. The test characteristic such as penetration, dropping point dan four ball test. By using vegetable oil and mineral oil in biogrease production we could know that the grease are made with autoclave (close reactor) which has a whiter color and more refined (homogen). The test result shown that to obtain biogrease 15 % lithium with a base oil from EFAMEGLI and mineral oil with a better penetration, dropping point and anti wornout stability compared to grease with base oil from mineral oil need much more composition of vegetable oil (EFAMEGLI) 20-40% to have NLGI number 2-3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Arbianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans
"Biodiesel adalah bahan bakar nabati sebagai alternatif bahan bakar fosil yang mengandung metil ester asam lemak dan memiliki banyak keunggulan. Akan tetapi, biodiesel memiliki kelemahan yaitu rentan terhadap oksidasi karena adanya ikatan rangkap pada struktur asam lemak penyusunnya. Salah satu aditif antioksidan biodiesel yang paling efektif adalah pyrogallol. Akan tetapi, pyrogallol memiliki kelemahan yaitu kelarutan yang rendah dalam minyak. Untuk itu telah dikembangkan turunan pyrogallol melalui reaksi antara pyrogallol dan methyl linoleate dengan menggunakan radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa methyl linoleate dan pyrogallol bereaksi membentuk turunan pyrogallol yang lebih larut dalam biodiesel. Akan tetapi,
penggunaan methyl linoleate murni tidak ekonomis karena memiliki harga yang tinggi. Pada penelitian ini, biodiesel minyak biji bunga matahari dengan 54.13% methyl linoleate yang telah diuji oleh GCMS digunakan untuk mensintesis turunan
pyrogallol dengan rasio 10 ml biodiesel, 5 ml DPPH, dan 5 ml pyrogallol. TLC, FTIR, dan LCMS/MS digunakan untuk menentukan keberadaan senyawa turunan pyrogallol. Pada hasil TLC terdapat spot baru yang memiliki perbedaan ketinggian spot antara senyawa turunan pyrogallol dengan pyrogallol yang menunjukkan
perbedaan polaritas dari keduanya. FTIR menunjukkan adanya pergeseran peak pada 1240 cm-1 yang menunjukkan terbentuknya senyawa turunan pyrogallol. LCMS/MS menunjukkan adanya senyawa dengan berat molekul yang terdiri dari methyl linoleate dengan pyrogallol. UV-Vis dari senyawa turunan pyrogallol
menunjukkan bahwa senyawa tersebut lebih larut dalam biodiesel dibandingkan
dengan pyrogallol. Karakteristik stabilitas oksidasi diuji dengan bilangan iodin dan
periode induksi. Penambahan turunan pyrogallol sebanyak 2000ppm ke dalam
biodiesel dapat menghambat penurunan bilangan iodin dan meningkatkan periode
induksi sebesar 0,75 jam.

Biodiesel is renewable plant-based fuel as an alternative for fossil fuel containing
fatty acid methyl esters and also has many advantages. However, biodiesel has the
disadvantage of oxidation instability because of the double bonds in the constituent
fatty acid structures. One of the most effective antioxidant for biodiesel is
pyrogallol. Unfortunately, pyrogallol has a low solubility in biodiesel. Subsequent
research was developed by synthesizing pyrogallol derivative through the reaction
between pyrogallol and a pure methyl linoleate using 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
or DPPH as catalyst. The results showed that the pyrogallol derivative formed was
more soluble in biodiesel. However, the use of pure methyl linoleate is not
economical because it has a high selling price. In this research, sunflower oil
biodiesel with 54.13% methyl linoleate which has been tested by GCMS used to
synthesize pyrogallol derivative with ratio of 10 ml biodiesel, 5 ml DPPH, and 5 ml
pyrogallol. TLC, FTIR, and LCMS/MS were used to determine the presence of
pyrogallol derivative compounds. TLC shows a new spot marked by the difference
of height between pyrogallol and pyrogallol derivative which has a different
polarity. FTIR shows a different peak at 1240 cm-1 which shows the formation of
pyrogallol derivative. LCMS-MS indicates a possible molecular weight consisting
of methyl linoleate and pyrogallol. UV-Vis of the derivatives in biodiesel shows
that the derivative is more soluble in biodiesel in comparison with the solubility of
pure pyrogallol. Iodin number and Rancimat were also tested to find out the
oxidation stability. Addition 2000ppm pyrogallol derrivative to biodiesel can
inhibit the decrease on iodine number and increase the induction period up to 0.75
hours.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaenudin
"Senyawa Zn-dialkilditiofosfat banyak digunakan sebagai aditif minyak lumas. Permasalahannya adalah tidak diketahui dengan jelas jenis gugus alkil yang terdapat dalam aditif yang digunakan. Dalam penelitian ini disintesis sejenis dialkilditiofosfat, yang diperkirakan merupakan salah satu aditif pada minyak lumas otomotif, yaitu dengan jenis gugus alkilnya adalah isobutil. Bahan dasar yang digunakan adalah fosfor pentasulfida, isobutanol dan Zn-asetat.
Cara yang dilakukan adalah melalui reaksi langsung, tanpa pembentukan garam amonium dan tanpa pemurnian asam terlebih dahulu. Sintesis dilakukan dengan dua tahap reaksi, yaitu reaksi pembentukan asam dan reaksi pembentukan Zn-diisobutilditiofosfat, dalam atmosfer nitrogen, yang dibuat dengan pengaliran gas nitrogen terus menerus, pada suhu sekitar ± 700
Pemurnian dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan kloroform sebagai pelarut dan rekristalisasi pada pelarut n-heksana. Senyawa yang terbentuk berupa kristal putih bening, dengan titik leleh 106-108° C dan mempunyai Mr 548.
Berdasarkan anailsis dengan menggunakan FT-1R, GC-MS, MS, UV-Vis,dan analisis unsur, dapat diperkirakan senyawa itu mempunyai struktur
Senyawa mempunyai kelarutan yang kecil pada minyak lumas dasar yaitu kurang dari 5 % berat minyak lumas dasar, jenis minyak lumas HVI 160'S, dengan pemanasan pada suhu f 500 C.
Pengujian kinerja dengan mesin Four Ball, menunjukkan bahwa penambahan Zn-ddf menyebabkan adanya peningkatan pada kinerja minyak lumas dalam hal Seizure Load, Weld Point dan Load Wear index dibandingkan dengan minyak lumas dasar tanpa Zn-ddf. Akan tetapi perbedaan jumlah penambahan Zn-ddf kurang menunjukkan peningkatan yang berarti pada kinerja minyak lumas tersebut.

Lot of Zn-diallcylditiophosphate compounds are used as lubricant additive. The problem is, the type of alkyl group found in the additive used is not clearly known. In this research a kind of diallcylditiophosphate, which is considered to be one of additive in automotive lubricant, is synthesized with its alkyl group type, that is isobutyl. The raw materials used are phospor pentasulfide, isobutanol, and Zn-acetate.
The metod used is through direct reaction, without ammonium salt formation and without prior acid purification. The syntheses are conducted in two phases of reactions, those are acid formation reaction and Zn-diisobutylditiophosphate formation reaction, under nitrogen atmosphere, which is made by continuously flowing nitrogen gas, at temperature of ± 70° C.
The purification is conducted by extraction method using chloroform as the solvent and recrystallization in n-hexane solvent. The formed compound is a clear white crystal, with melting point of 106 - 108° C and it has Mr 548.
Based on analysis using FT-IR, GC-MS, MS, UV-Vis, and element analysis, it can be estimated that the compound has a structure
The compound has a little solubility in base lubricant, that is less than 5% weight of base lubricant, the lubricant type is HVI 160'S, with the heating at temperature of± 50° C.
Performance test using Four Ball machine, indicates that the addition of Zn-ddf causes the increase of the performance with regard to Seizure Load, Weld Point, and Load Wear Index of the lubricant compared to base lubricant without Zn-ddf. However the difference in amount of Zn-ddf addition does not sufficiently indicate a significant increase in the performance of the lubricant.
Reference 27 (1978 - 1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal
"ABSTRAK
Pemakaian aditif minyak pelumas telah dimulai sejak permulaan abad ke-20. Aditif yang paling banyak digunakan saat mi adalah senyawa logam dialkil ditiofosfat dan diaril ditiofosfat, khususnya Seng dialkil ditiofosfat.
Penelitian ini mencoba mempelajari pembuatan salah satu jenis aditif Seng dialkil ditiofosfat, yaitu Seng dietil ditiofosfat. Pembuatan Seng dietil ditiofosfat dilakukan melalui 2 tahapan reaksi dengan menggunakan atmosfer nitrogen selama reaksi berlansung . Tahapan pertama melalui pembuatan asam dietil dtiofosfat yang berasal dari reaksi antara etanol dengan fosfor pentasulfida, kernudian pada tahapan kedua asam dietil ditiofosfat direaksikan dengan Zn asetat membentuk Seng dietil ditiofosfat. Variasi suhu reaksi yang dilakukan adalah 300C,400C, 500C, 600C, dan 700C. Dengan komposisi reaktan 25 mL etanol dan 2,8 g P2S5 serta 2 g Zn asetat, menghasilkan produk Seng dietil ditiofosfat ( hasil percobaan ) pada
masing-masing suhu reaksi adalah 2,92 g; 3,73 g; 1,61 g; 0,98 g; dan 0,68 g. Berdasarkan perhitungan secara teoritis hasiJ yang di peroleh seharusnya adalah 5,49 g, sehingga produk optimum Seng dietil ditiofosfat adalah pada suhu 400C sebanyak 3,73 g dengan persen hasil 67,89 %.
Seng dietil ditiofosfat yang diperoleh dari penelitian ini mempunyai titik Ieleh antara 87,2 °C - 89,7oC. Hasil analisis Seng dietil ditiofosfat pada masing-masing suhu reaksi dengan spektrofotometer FT-JR menghasilkan pita-pita serapan yang mirip, dengan pita-pita serapan yang terletak pada bilangan geiombang antara 2981,42 Cm' s/d 539,97 Cm". Sementara analisis dengan spektrofotorneter GC-MS diperoleh pada spectrogram massanya informasi fragmen-fragmen ion antara m/z: 45 s/d m/z :186."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>