Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emilius Sudirjo
"Perkembangan industri petrokimia yang sangat pesat dewasa ini selain membawa dampak positif bagi kehidupan manusia juga menimbulkan dampak negatif. Diantara dampak lingkungan yang di timbulkan dari industri jenis ini adalah kandungan senyawa BTX pada limbah keluarannya.Bertolak dari permasalahan inilah maka dalam penelitian ini penulis ingin melakukan pendekatan pengolahan limbah dengan menerapkan metode adsorpsi multikomponen dengan menggunakan adsorbent karbon aktif. Dalam penelitian yang merupakan bagian dari perancangan alat Bioregenerator ini larutan sampel yang akan di teliti adalah sistem benzena-toluena -air dengan konsentrasi masing-masing 500 ppm volume. Adsorpsi dilakukan dalam kolom unggun tetap dengan tinggi bed 20 cm dan diameter kolom 2 cm. Larutan sampel akan dialirkan ke dalam bed dari bagian bawah dengan menggunakan pompa peristaltik dengan laju alir 0.3 nl/detik sehingga akan terjadi penyerapan senyawaan benzena dan toluena oleh karbon aktif yang bersifat hidropobik. Larutan keluaran dari bed akan diambil dengan rentang waktu tertentu sebagai data penelitian. Keluaran ini akan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri UV untuk mengetahui konsentrasi benzena dan toluena pada keluaran. Dari hasil yang diperoleh akan di buat kurva breakthrough antara waktu terhadap konsentrasi akhir dari penyerapan komponen sampel oleh adsorben. Dengan analisa grafik dari hasil penelitian ini di peroleh bahwa kuantitas adsorpsi pada karbon aktif granular bratachem untuk benzena turun sebesar 18% dari kuantitas teoritis 1600 mg dan untuk toluena turun sebesar 45% dari teoritis 2400 mg. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan model persamaan Freundlich, Langmuir dan Jain-Snoeyink. Namun pendekatan yang memuaskan diperoleh dari modifikasi persamaan Langmuir dengan faktor koreksi sebesar 1.5(l/n)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, William
"Benzena dan toluena merupakan dua senyawa yang sering digunakan sebagai pelarut dalam industri kimia. Namun, di lain sisi dua senyawa tersebut merupakan limbah yang sangat berbahaya bila mengkontaminasi air. Bertolak dari permasalahan inilah maka penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode adsorpsi multikomponen dengan menggunakan adsorben karbon aktif untuk pengolahan air bersih. Dalam penelitian, yang merupakan bagian dari perancangan alat bioregenerator ini, larutan sampel yang diteliti adalah sistem benzena-toluena-air. Konsentrasi larutan sampel divariasikan dari 0, 50, 100, 200, 500 dan 1000 ppm benzena dan/atau toluena. Adsorpsi larutan dilakukan dalam gelas erienmeyer 100 ml berisi karbon aktif dengan massa 0,25 gram. Larutan sampel digoyang secara kontinu dengan autoshaker selama 48 jam dengan kecepatan 20 rpm sehingga akan terjadi penyerapan senyawa benzena dan toluena yang merata oleh karbon aktif. Konsentrasi akhir larutan diambil setelah adsorpsi mencapai kesetimbangan sebagai data penelitian. Keluaran ini dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui konsentrasi akhir benzena dan toluena. Panjang gelombang yang digunakan adalah 254 nm untuk benzena dan 266 nm untuk toluena. Selain itu dilakukan analisa BET untuk mengetahui karakteristik karbon aktif yang digunakan. Dari data yang diperoleh untuk adsorpsi komponen tunggal tadi dibuat kurva linearisasi isoterm Langmuir dan Freundlich. Dengan analisa grafik dari hasil penelitian ini ditemukan nilai parameter-parameter adsorpsi benzena-toluena, yaitu nilai konsentrasi maksimum fasa solid, qm, dan konstanta, b, dari persamaan Langmuir serta koefisien distribusi adsorpsi, KF, dan koefisien spesifik kimia, 1/n, dari persamaan Freundlich. Untuk benzena didapat nilai qm = 87,72 mg/g , b = 20,408 , KF = 16,59 dan 1/n = 0,2824. Untuk toluena didapat nilai qm = 99,010 mg/g, b = 8,928 , KF = 22,59 dan 1/n = 0,2782. Hasil yang diperoleh dari percobaan adsorpsi ini dijadikan dasar untuk melihat perilaku kompetisi antara benzena dan toluena dan mencari model adsorpsi multikomponen yang tepat oleh saudara Emilius Sudirjo."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Putri Widyanti
"Maraknya permasalahan limbah logam berat dan organik yang tidak tertangani dengan baik, membuat dibutuhkannya suatu metode efektif untuk mengurangi jumlah limbah tersebut secara signifikan, untuk kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Limbah cangkang rajungan dan limbah nikel hasil industri, akan sangat berbahaya terhadap manusia apabila kadarnya melebihi ambang batas. Untuk itu, perlu dikembangkan metode pengolahan limbah yang mampu menyelesaikan kedua permasalahan tersebut, yakni metode adsorpsi-desorpsi menggunakan kitosan berbahan dasar cangkang rajungan sebagai adsorben logam nikel, yang dilanjutkan dengan electrowinning untuk memperoleh padatan nikel. Adsorpsi nikel oleh kitosan yang memiliki derajat deasetilasi 50,2% berlangsung optimum pada kondisi pH 3, perbandingan solid/liquid 1:150, dan waktu kontak 30 menit. Sementara itu, desorpsi berlangsung optimum pada pH 2 selama 60 menit. Rapat arus 150 mA/cm2 dan waktu 60 menit merupakan kondisi optimum untuk electrowinning nikel.

Nowadays, one of the most critical problems is about environmental pollution due to heavy metal and organic waste. For solving these problem, we should have an effective methods to reduce those wastes significantly and change them into something that more useful and have an economical value. Crab shells and nickel waste are very dangerous to human. So, we need to develop a waste treatment method, which could solve both problems. One of the methods is adsorption-stripping method using chitosan from crab shell waste as a nickel adsorbent. Electrowinning is the last process in nickel recovery for getting nickel in the solid phase. Nickel adsorption which was used chitosan with deacetylation degree 50,2%, have the optimum condition at pH 3, ratio solid/liquid 1:150, and adsorption time 30 minutes. Meanwhile, the optimum condition for stripping process was reached at pH 2 during 60 minutes. Finally, electric current 150-mA/cm2 and electrowinning time 60 minutes is the required condition for getting the optimum nickel recovery in electrowinning process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52238
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mashadi
"Telah berhasil dibuat Sistem Instrumentasi untuk pengujian Sifat Elektrik suatu bahan. Sistem instrumentasi ini dikembangkan dengan menghubungkan LCR HiTESTER HIOKI 3522 dengan personal komputer dengan LabView sebagai bahasa pemprogramannya. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur sifat listrik suatu bahan karbon yang dapat diaplikasikan untuk kapasitor. Bahan Karbon ini difungsikan sebagai bahan dielektrik pada kapasitor. Bahan karbon yang memiliki struktur porous, dengan menggunakan teknologi High Energy Milling (HEM) dapat berubah sampai ke ukuran nano porous.
Tujuan dari persiapan bahan nano karbon menggunakan HEM juga sebagai langkah awal untuk memproduksi CNT secara sederhana. Bahan Karbon yang merupakan campuran serbuk Fe dan C hasil milling ini masing-masing ditimbang sebanyak 0,5 gram, kemudian dibuat menjadi bentuk pelet menggunakan mesin press ENERPAC sampai tekanan 5000 psi (400 kg/cm2), yang terdapat di BKAN, PTBIN-BATAN. Pelet yang terbentuk berukuran diameter 1,5 cm dan tebal sekitar 1 mm.
Bahan kapasitor Fe-C yang sudah berbentuk pelet, akan dilakukan pengukuran nilai kapasitansi dan konduktansinya dengan parameter frekuensi antara 1 kHz sampai 100 kHz, pada tegangan potensial V = 1 Volt serta pada temperatur ruang, menggunakan LCR Meter HIOKI yang sudah dikembangkan menjadi sistem instrumentasi pengukur sifat elektrik dengan pemprograman Labview. Data-data hasil pengukuran ini dikirimkan ke komputer melalui GPIB, sehingga didapatkan hasil pengukuran yang cepat, tepat dan akurat. File data pengukuran dapat tersimpan dalam bentuk File SpreedSheet sehingga memudahkan untuk analisa.

Instrumentation Systems has successfully created for testing electric properties of a material.Instrumentation system was developed by linking HiTESTER HIOKI 3522 LCR with a personal computer with LabView as pemprogramannya language. This tool can be used to measure the electrical properties of a carbon material that can be applied to the capacitor. Carbon materials are used as dielectric material in capacitors. Carbon material which has a porous structure, using the technology High Energy Milling (HEM) can be changed up to the size of the nano-porous.
The purpose of the preparation of carbon nano materials using the HEM as well as an initial step to produce CNTs in a simple. Carbon materials which is a powder mixture of Fe and C is the result of milling each weighed as much as 0.5 grams, and then made into pellets using a press machine ENERPAC until pressure 5000 psi (400 kg/cm2), contained in BKAN, PTBINBATAN. Formed pellets 1.5 cm diameter and thickness of about 1 mm.
Capacitor materials Fe-C, which has the form of pellets, will be measured capacitance values and parameters konduktansinya with frequencies between 1 kHz to 100 kHz, the voltage potential V = 1 volt and at room temperature, using HIOKI LCR Meters that have been developed into a system of measuring instruments electrical properties with LabVIEW programming. Measurement result data is transmitted to a computer via GPIB, so we get the measurement results fast, precise and accurate. Measurement data files can be stored in the form of files SpreedSheet making it easier to analyze.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T28845
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah Harfah
"

Kami telah melakukan studi ab-initio pada hexagonal boron nitride (hBN) yang disisipkan antara lapisan-lapisan Ni(111) untuk menyelidiki antarmuka dari struktur bahan ini. Dalam studi ini, kami menggunakan sebanyak tiga lapisan atom Ni dalam satu bagian lempeng Ni dalam Ni(111)/hBN/Ni(111) untuk menentukan susunan atom yang tepat di daerah antarmuka. Perhitungan density functional theory untuk 36 struktur, menjadi dua kali lipat bergantung pada arah momen magnetik, yaitu konfigurasi paralel (PC) dan konfigurasi anti-paralel (APC), menunjukkan bahwa jumlah ikatan kimia lemah yang terbentuk dalam hibridisasi pd antara atom N dan Ni memiliki peranan yang sangat penting. Sebanyak maksimum dua ikatan hibridisasi pd menstabilkan struktur ini, dengan APC terbukti sebagai konfigurasi yang sangat stabil dan sesuai dengan hasil eksperimen terdahulu. Pada keadaan energi terendah, momen magnetik terinduksi pada atom N muncul ketika atom N digeser mendekati salah satu dari atom-atom N. Menariknya, arah momennya diubah oleh posisi lapisan N dan menghasilkan keadaan bi-stable dengan cara polarisasi elektrik ketika APC dipilih. Perhitungan probabilitas transmisi Ni/hBN/Ni yang telah memiliki struktur antarmuka yang tepat pada pusat persambungan, menunjukkan efek spin-filtering dimana arus dengan spin terpolarisasi dikontrol dengan medan listrik ketika pembalikan yang diinduksi sebuah medan diberikan.


We undertook an ab-initio study of hexagonal boron nitride (hBN) sandwiched between Ni(111) layers to examine the interface of this material structure. We considered Ni(111) /hBN/Ni(111) with a slab with three Ni atomic layers to determine the exact atom arrangement at the interface. The density functional theory calculations for 36 stacking arrangements, which are doubled with respect to the magnetic alignment of slabs in an anti-parallel configuration (APC) and parallel configuration (PC), revealed that the number of formed weak chemical bonds, in the pd-hybridization between the N and Ni atoms, is decisive. A maximum of two pd-hybridization bonds stabilized the structure, with APC proving to be the most favorable magnetic alignment, in line with the results of previous experimental studies. In the lowest energy state, an induced magnetic moment at an N site appears when N is moved closer to one of the Ni atoms. Interestingly, the moment direction is switched by the position of the N layer in the resulting bi-stable state with electrical polarization when APC is chosen. The transmission probability calculation of Ni/hBN/Ni having the determined interface structure at the center of the junction exhibits a spin-filtering effect where the spin-polarized current is controlled by the electric field when a field-induced reversal of the polarization is realized.

"
2019
T54296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Salmadewi
"Pada perkembangan teknologi terbaru dilakukan penambahan nanopartikel ke dalam media quench untuk meningkatkan konduktivitas termal dalam perpindahan panas yang disebut sebagai nanofluida. Pembuatan nanofluida diawali dengan milling partikel biomassa karbon batok kelapa selama 15 jam dengan kecepatan 500 rpm untuk mereduksi ukuran, kemudian nanopartikel tersebut dengan konsentrasi 0,1%w/v, 0,3%w/v dan 0,5%w/v didispersikan ke dalam fluida dasar oli 5W-40 menggunakan ultrasonikasi, baik tanpa penambahan surfaktan maupun dengan penambahan surfaktan Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS), Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB), atau Polyethylene glycol (PEG) sebanyak 3%w/v untuk meningkatkan stabilitas. Proses perlakuan panas dilakukan dengan memanaskan baja karbon S45C hingga suhu 900 ̊C kemudian di quench menggunakan media quench berupa nanofluida karbon batok kelapa. Karakterisasi nanopartikel dilakukan dengan SEM, EDS dan PSA, selanjutnya karakterisasi nanofluida dilakukan dengan pengujian zeta potensial, viskositas dan konduktivitas termal, sedangkan Baja S45C dikarakterisasi dengan OES, kekerasan dan struktur mikro. Secara garis besar terjadi penurunan konduktivitas termal nanofluida dengan meningkatnya konsentrasi nanopartikel. Konduktivitas termal tertinggi dimiliki oleh nanofluida dengan konsentrasi 0,3%w/v dengan penambahan surfaktan CTAB dengan nilai 0,173 W/mK. Setelah dilakukan heat treatment pada baja S45C menggunakan media quench nanofluida dapat diamati peningkatan kekerasan, namun penggunaan konsentrasi nanopartikel yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya aglomerasi sehingga saat nanofluida tersebut digunakan sebagai media quench dapat menurunkan kekerasan baja S45C. Kekerasan tertinggi dimiliki oleh baja S45C yang di quench menggunakan nanofluida dengan konsentrasi 0,1%w/v serta penambahan surfaktan SDBS maupun PEG dengan nilai kekerasan keduanya 0,36 HRC. Nanofluida dengan konduktivitas termal tertinggi sebagai media quench tidak menunjukan hasil kekerasan yang tertinggi pada baja S45C.

In the latest technological developments, nanoparticles are added to the quench media to increase thermal conductivity in heat transfer, which is known as nanofluid. The fabrication of nanofluids starts with milling coconut shell carbon biomass nanoparticles for 15 hours at 500 rpm to reduce their particle size, then the nanoparticles with concentrations of 0.1%w/v, 0.3%w/v, and 0.5%w/v respectively are dispersed into 5W-40 as base fluid using ultrasonication, either without the addition of surfactants or with the addition of the surfactant Sodium Dodecylbenzene Sulfonate (SDBS), Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB), Polyethylene glycol (PEG) with a concentration of 3%w/v to increase the stability. The heat treatment process is carried out by heating S45C carbon steel to a temperature of 900°C and then quenched with coconut shell carbon nanofluid as a quench media. Nanoparticles are characterized with SEM, EDS, and PSA, then the nanofluids are characterized by testing the zeta potential, viscosity, and thermal conductivity, while S45C steel was characterized by OES, hardness and microstructure observations. In general, the thermal conductivity of nanofluids decreases with the increasing concentration of nanoparticles. The highest thermal conductivity value was obtained by nanofluids with a concentration of 0.3%w/v with the addition of CTAB surfactant, which the value is 0.173 W/mK. After heat treatment of S45C steel using nanofluid as media quench, an increase of hardness in S45C steel can be observed, but the use of an excessive concentration of nanoparticles can cause agglomeration of nanoparticles in nanofluid so that when nanofluid is used as a quenching medium it can reduce the hardness of S45C steel. S45C steel which is quenched using nanofluid with a concentration of 0.1% w/v with the addition of SDBS or PEG surfactants has the highest hardness and the value is 0.36 HRC. The highest thermal conductivity in nanofluid didn’t show the highest hardness value of S45C steel after quench."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Naufalino
"Fluida terdispersi partikel mikro merupakan salah satu metode terbaru yang digunakan sebagai media pendingin. Fluida ini dikenal memiliki keunggulan dibandingkan dengan media pendingin lainnya, diantaranya adalah memiliki nilai konduktivitas termal yang tinggi. Nilai konduktivitas termal yang tinggi dapat digunakan sebagai media pendingin dalam proses rekayasa mikrostruktur material. Fluida terdispersi partikel mikro adalah fluida dasar yang di dalamnya terdispersi partikel berskala mikrometer. Fluida terdispersi partikel mikro dapat diproduksi dengan mendispersikan partikel logam maupun non-logam berukuran mikrometer ke dalam fluida dasar. Partikel berukuran mikrometer digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan konduktivitas termal dengan memanfaatkan luas permukaan partikel itu sendiri. Pada penelitian ini, menggunakan grafit lab-grade sebagai partikel yang didisperdikan ke fluida. Proses mereduksi ukuran grafit agar mencapai skala mikrometer dilakukan dengan menggunakan metode mechanical milling. Proses mechanical milling menggunakan alat berupa planetary ball-mill dengan durasi penggilingan selama 15 jam pada kecepatan 500 rpm serta dengan menambahkan polyvinyl alcohol (PVA) sebagai milling additive sebanyak 5 ml. Surfaktan polyethylene glycol (PEG) digunakan pada penelitian ini untuk membantu partikel grafit dapat terdispersi dengan baik. Penelitian ini menggunakan variabel berupa kandungan grafit dan surfaktan. Variabel kandungan karbon menggunakan variasi partikel 0,1; 0,3; dan 0,5%. Variabel surfaktan menggunakan konsentrasi berupa 0, 10, atau 20%. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa Field-Emission Scanning Electron Microscope (FESEM), dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) digunakan untuk menganalisis komposisi partikel, morfologi partikel, dan perubahan permukaan. Particle Size Analyzer (PSA), Zeta Potensial, dan Uji Konduktivitas Termal digunakan untuk menganalisis ukuran partikel, konduktivitas termal fluida, dan stabilitas dari fluida

Microparticle dispersed fluid is one of the newest methods used as a cooling medium. This fluid is known to have advantages compared to other cooling media, including having a high thermal conductivity value. High thermal conductivity values can be used as a cooling medium in the microstructure engineering process of the material. Microparticle dispersed fluids are basic fluids in which micrometer-scale particles are dispersed. Microparticle dispersed fluids can be produced by dispersing micrometer-sized metal and nonmetallic particles into the base fluid. Micrometer-sized particles are used in order to increase the ability of thermal conductivity by utilizing the surface area of the particles themselves. In this study, using lab-grade graphite as particles dispersed into the fluid. The process of reducing the size of graphite to reach a micrometer scale is carried out using the mechanical milling method. The mechanical milling process uses a tool in the form of a planetary ball-mill with a grinding duration of 15 hours at a speed of 500 rpm and by adding polyvinyl alcohol (PVA) as a 5 ml milling additive. Polyethylene glycol (PEG) surfactant was used in this study to help graphite particles be well dispersed. This study uses variables in the form of graphite and surfactant content. Variable carbon content using particle variations of 0.1; 0.3; and 0.5%. The surfactant variable uses a concentration of 0, 10, or 20%. Characterization carried out in this research in the form of Field-Emission Scanning Electron Microscope (FESEM), and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) is used to analyze particle composition, particle morphology, and surface changes. Particle Size Analyzer (PSA), Zeta Potential, and Thermal Conductivity Test are used to analyze particle size, fluid thermal conductivity, and stability of the fluid"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ekaditya Albar
"Pelat bipolar merupakan komponen penting di dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memindahkan elektron dari anoda ke katoda. Pelat bipolar berbasis komposit terdiri dari grafit sintetis (MERCK) dan carbon black sebagai filler serta resin epoksi dan hardener sebagai binder. Carbon black dibuat dari pembakaran serabut kelapa pada suhu 500°C dan 900°C dalam kondisi inert. Pembahasan utama pada penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variasi komposisi ukuran partikel carbon black sebagai variabel pertama dan lama pencampuran grafit dan carbon black dalam media air sebagai variabel kedua, terhadap distribusi sifatsifat pelat bipolar PEMFC berbasis komposit epoksi/grafit. Komposisi ukuran partikel carbon black hasil milling dengan rotary ball mill selama 2 hari berbanding 4 hari pada penelitian ini, yaitu 5:95, 10:90, 15:85 dan 20:80. Lama pencampuran antara grafit dan carbon black divariasikan dari 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam dengan alat hand mixer di dalam media air. Pelat bipolar dicetak dengan metode compression molding dengan tekanan 55 MPa selama 4 jam pada suhu 100oC. Karakterisasi pelat bipolar meliputi pengujian konduktivitas listrik, pengujian fleksural, pengujian densitas, pengujian porositas, analisis gugus fungsional dengan FTIR dan pengamatan permukaan patahan fleksural menggunakan FE-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimal ukuran partikel carbon black hasil milling 2 hari dan 4 hari dengan perbandingan 15:85 pada lama pencampuran 3 jam dalam media air menghasilkan pelat bipolar dengan karakteristik nilai konduktivitas tertinggi sebesar 1.06 S/cm, kekuatan fleksural 48.38 MPa, densitas 2.50 gr/cm3 dan porositas 0.70%.

Bipolar plate is one of main components in Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) that collects and transfers electron from anode to cathode. Bipolar plate composites consist of syntetic graphite (MERCK) and carbon black (CB) as filler material. Epoxy resin and hardener was used as binder material of the composite. Carbon black was prepared from combustion of palm fiber in 500 and 900°C through inert atmosphere. The main discussion in this research is to investigate the influence of variations in composition of carbon black particle size and mixing time of graphite and carbon black to the distribution of properties of PEMFC bipolar plates based on graphite/epoxy composite. Particle size composition ratio of milled carbon black in 2 days and 4 days are 5:95, 10:90, 15:85 and 20:80. Variation in mixing time of graphite and carbon black are 1 hour, 2 hours, 3 hours and 4 hours with water as mixing media. Characterization of bipolar plate material includes electrical conductivity test. flexural test, density and porosity measurement, functional groups analysis using FTIR and fracture surface examination using FE-SEM. The optimum composition was obtained in ratio of 2 days milled-CB : 4 days milled-CB in range of 15:85 and 3 hours mixing time using water. The optimum electrical conductivity, flexural strength, density and porosity were respectively: 1.06 S/cm, 48.38 MPa, 2.50 gr/cm3 and 0.70%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Rachmat Tayubi
"Sebagai bahan semikonduktor. CuInSe2 yang berbentuk serbuk ( powder ) telah dibuat menjadi lapisan tipis dengan menggunakan metode evaporasi thermal. Lapisan yang dihasilkan, didapat dari dua kali evaporasi dengan temperatur substrat yang berbeda masing-masing 150 °C dan 200 °C. Untuk lapisan tipis dengan temperature substrat 150 °C diannealing pada atmosfir Selenium. sedangkan lapisan tipis dengan temperatur substrat 200 °C diannealing dalam ruang vakum selama 10 menit pada temperatur 200 °C.
Selanjutnya pengukuran sifat optik dan sifat listrik dilakukan terhadap ketiga bagian sampel. antara lain; sampel lapisan tipis yang belum diannealing dalam ruang vakum/diannealing pada atmosfir Selenium, yang diannealing dalam ruang vakum dan yang diannealing pada atmosfir Selenium yaitu untuk dikarakterisasi.
Dari hasil pengkarakterisasian dilaporkan bahwa, dengan proses annealing pada atmosfir Se dan ruang vakum bentuk spektrum transmisi dan reflektansi terlihat lebih halus. Kedua lapisan tipis ini baik yang diannealing dalam ruang vakum maupun diannealing pada atmosfir Selenium memiliki resistivitas sekitar ( 2.2 s/d 2.5 ) ohm cm dengan type konduktivitasnya cenderung lebih banyak type - N dari pada type - P."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T9321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Raditya Putra
"Ice slurry merupakan media yang tepat dalam proses pendingan untuk menjaga kualitas hasil tangkapan ikan, karena  ice slurry dapat mendinginkan produk lebih capat dan menahan pertumbuhan bakteri tanpa merusak produk tersebut. Selama proses pengaliran ice slurry, viskositas yang rendah diperlukan agar pengaplikasian ice slurry lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa visualisasi aliran ice slurry dengan observasi rheologi pada pipa spiral yang ditambahkan dengan glycol terhadap karakterisitik aliran fluida. Konsentrasi awal food grade propylene glycol adalah 15% pada ice slurry. Kemudian fluida tersebut mengalir pada pipa spiral dengan P/D sebesar 4,3 mm, 6,7 mm dan 7,0 mm serta dibandingkan dengan pipa bulat horizontal dengan diameter 1 inch dan 1,5 inch, masing-masing pipa memiliki panjang 1,2 m. Hasilnya friction coefficient dalam pipa spiral lebih rendah daripada pipa bulat secara horizontal, sehingga viskositas yang lebih rendah terjadi di dalam pipa spiral. Sebagai tambahan, visualisasi menunjukkan bahwa aliran ice slurry akan homogen pada Froud number tinggi.

Ice slurry is the right medium to maintain the quality of fish catches for cooling process, because ice slurry can cool the product faster and the growth of bacteria becomes slower without damaging the product. During the flow process of ice slurry, the lower viscosity is needed so that the application of ice slurry more efficient and easier to flow. This research aims to analyze the visualization of ice slurry flow with observing rheology in a spiral pipe which is added by glycol toward the characteristics of the fluid flow. The initial concentration of food grade propylene glycol was 15% on ice slurry. Then its fluid flowed on spiral pipe with 4,3 mm, 6.7 mm, and 7,0 mm of pitch per-diameter and compared to horizontal circular pipe with 1 inch and 1,5 inches of diameter, each pipe has 1.2 m of length. The result is friction coefficient in spiral pipes lower than horizontal circular pipes, so that the lower viscosity occurs on spiral pipe. In addition, visualization shows that the flow of ice slurry will be homogenous on higher Froud Number."
Depok: Universitas Indonesia,
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>