Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Luthfi Attamimi
"Telah dilakukan penelitian terhadap hubungan antara sifat dan struktur dengan aktivitas (HKSA) antioksidan terhadap 36 senyawa flavonoid dengan menggunakan metoda Regresi Multi Linear (RML).
Untuk menentukan HKSA dari senyawa flavonoid dilakukan proses optimasi geometri dan Perhitungan logaritma koefisien partisi (LogP), molar refractivity (MR), berat molekul (MW), diameter (D), Molecular Topological Index (Tindx), Polar Surface Area (PSAr), Perubahan Energi (PE) antara energi HOMO dengan energi LUMO sebagai sifat struktur dengan perangkat lunak ChemOffice for Windows versi 9.0. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid yang digambarkan melalui nilai %AA (literatur). HKSA diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metoda Analisis Regresi Multi Linier (RML) dengan perangkat lunak Matlab sehingga diperoleh suatu persamaan yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai aktivitas antioksidan suatu senyawa flavonoid secara perhitungan. Dari hasil percobaan diperoleh tiga persamaan HKSA terbaik untuk tiga golongan senyawa favonoid. Yaitu:
Untuk kelompok Flavonols & Flavones,
AA% = 64,87- 0,86455-LogF* - 0,012724PogP2 - 0,73385MR + 0,00045908.Koef Partisi +
0,016951 W + 0,017316J)iam - 0,000023175TIndx - 34,9\3.log(TIndx) +
4,5279.log(TIndx)2- 0,037056PSAr + 4,2436X«g PSAr + 0,005276P£
Dengan R2 = 0,94518.; n = 24
Untuk kelompok Flavanones, diHydroflavanols & Biflavanones:
AA% = 0,13916-LogP2 - 0,00010645.Koef Partition + 0.0075968.MW - 0,011973.Diam -
0,0001522l.TIndx + 0,0058472.PSAr + 0.26532PE
Dengan R2= L;n = 7
Untuk kelompok isoflavones,
AA% = 0,0092819. Koef Partisi + 0,0030657MW Q,Y3527.Diam - 0,00019976.TIndx +
0,009263.PSAr
Dengan R2= 1. ;n = 5"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Farhan Qudratullah
Yogyakarta: Andi, 2013
519.536 MOH a (1);519.536 MOH a (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Imam Gilang Widianto
"Sistem prediksi kadar flavonoid pada daun Bisbul (Diospyros discolor Willd.)  berbasis citra VNIR sudah terbukti dapat dilakukan dan mendapatkan hasil yang cukup baik. Hasil tersebut bisa didapat karena data citra VNIR memiliki fitur yang sangat banyak (>200 fitur) sehingga dapat memberikan banyak informasi terkait kandungan flavonoid pada daun Bisbul. Namun, banyaknya jumlah fitur akan menyebabkan proses latihan pada model prediksi cukup lama dan akan memberikan beban yang cukup besar pada proses komputasi. Penelitian ini membahas tentang proses optimasi yang dilakukan kepada model regresi PLSR dengan menggunakan algoritma koloni lebah untuk meningkatkan performa dan mengurangi waktu latihan model prediksi kadar flavonoid pada daun Bisbul. Sistem prediksi menghasilkan performa dasar (PLSR) sebesar 23,6 RMSE, 0,86 pada R2, dan waktu training selama 0,6 detik untuk PLSR dengan jumlah 35 komponen dan 23,07 RMSE, 0,87 pada R2, dan waktu training selama 0,63 detik untuk PLSR dengan jumlah 50 komponen. Peningkatan performa sistem prediksi menggunakan algoritma koloni lebah berhasil dan menghasilkan performa sebesar 22,8 RMSE, 0,87 pada R2, dan waktu training selama 13,6 detik untuk PLSR dengan jumlah 35 komponen dan 22,69 RMSE, 0,88 pada R2, dan waktu training selama 13,7 detik untuk PLSR dengan jumlah 50 komponen.

Flavonoid content prediction system in the velvet apple leave based on VNIR image (Diospyros discolor Willd.) has been proven to be able to get good results. Those results could be earned because of VNIR image contains a lot of features (>200 features) that give a lot of information to predicts flavonoid content in velvet apple leave. Unfortunately, those features also causing a long training time and put a considerable burden on the computational process. Feature selection process using random forest algorithm proven to be able to reduce the training time, but it results is still need long time to train the prediction system. This study is aim to build and optimize PLSR prediction system using artificial bee colony algorithm to get a better performace and faster training time than random forest regression. Base performance by using 35 components of PLSR is 23.6 of RMSE, 0.86 of R2, and 0,6 seconds of training time. Base performance by using 50 components of PLSR is 23.07 of RMSE, 0.87 of R2, and 0,63 seconds of training time. After using artificial bee colony algorithm to optimize the PLSR prediction models, the results are  22.8 of RMSE, 0.87 of R2, and 13,6 seconds of training time by using 35 components of PLSR and 22.69 of RMSE, 0.88 of R2, and 13,7 seconds of training time by using 50 components of PLSR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surjani Tjandra
"Telah dilakukan penelitian untuk menentukan golongan
flavonoid yang dikandung oleh daun Strobilanthes crispus Bi.
Penelitian meliputi pemeriksaan pendahuluan, kromatografi la
pisan tipis, kromatografi kertas, dan spektrofotoxnetri.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa daun Strobilanthes
crispus Bi mengandung dua senyawa flavonoid yang termasuk
golongan flavon atau flavonol.

Has been done the atudy..in classifying flavonoid cornpounds
from the leavesofStrbbilàntheS crispus Bi. The study
consists of preliminary investigations, thin layer chromatography,
paper chromatography and spectrophotometry.
From the experiment results, has been found out that
the leaves of Strobilanthes crispus Bl contain two kinds of
flavonoid compounds classified as flavofles or flavonols.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Randi
"Keji beling dikenal sebagai salah satu tanaman herbal yang memiliki beragam manfaat bagi kesehatan manusia karena adanya kandungan senyawa flavonoid dan fenolat di dalamnya. Metode ekstraksi konvensional banyak digunakan dalam mengekstraksi tanaman keji beling seperti maserasi, dekoksi, perkolasi, maupun soxhlet. Metode - metode tersebut memiliki kekurangan seperti konsumsi energi yang tinggi, selektivitas ekstraksi yang rendah, waktu ekstraksi yang lama, pelarut organik yang tidak ramah lingkungan, dan kebutuhan pelarut yang tinggi sehingga menimbulkan masalah pada lingkungan. Continuous ultrasound assisted enzymatic extraction (CUAEE) merupakan metode ekstraksi ramah lingkungan yang telah digunakan untuk mengambil berbagai jenis senyawa dari bahan alam karena memiliki berbagai kelebihan. Estimasi parameter kinetika proses dengan model difusi bola panas perlu dilakukan agar dapat digunakan untuk optimasi dan evaluasi proses ekstraksi CUAEE. Ekstraksi tanaman keji beling dilakukan selama 3 jam menggunakan sonikator 40 kHz dengan rasio enzim-padatan 0, 30, dan 50 mg/g dan suhu 30 oC. Pada ekstraksi asam fenolat, untuk masing-masing rasio enzim-padatan 0, 30 dan 50 mg/g diperoleh nilai Deff sebesar 1,075 x 10-7, 1,060 x 10-7, dan 1,055 x 10-7 m2/s, nilai hA sebesar 9,5 x 10-7, 9 x 10-7, dan 8 x 10-7 m/s, dan nilai Ea sebesar 1,96 x 104, 1,74 x 104, dan 1,70 x 104 J/mol. Pada ekstraksi flavonoid, untuk masing-masing rasio enzim-padatan 0, 30 dan 50 mg/g diperoleh nilai Deff sebesar 1,97 x 10-7, 1,92 x 10-7, dan 1,91 x 10-7 m2/s, nilai hA sebesar 7 x 10-8, 3,3 x 10-9, dan 3,3 x 10-9 m/s, dan nilai Ea sebesar 1,585 x 104, 2 x 103, dan 1,60 x 103 J/mol. Dengan nilai average absolute relative deviation (AARD) masing-masing rasio yaitu sebesar 15,54%, 4,65%, dan 4,64% pada ekstraksi asam fenolat dan 12,88%, 9,07%, dan 12,31% pada ekstraksi flavonoid, parameter proses yang diperoleh cukup akurat.

Keji beling is known as a herbal plant that has various benefits for human health because of the flavonoid and phenolic compounds it contains. Conventional extraction methods are widely used to extract vile glass plants such as maceration, decoction, percolation, and soxhlet. These methods have disadvantages such as high energy consumption, low extraction selectivity, long extraction time, organic solvents that are not environmentally friendly, and high solvent requirements which cause environmental problems. Continuous ultrasound assisted enzymatic extraction (CUAEE) is an environmentally friendly extraction method that has been used to extract various types of compounds from natural materials because it has various advantages. Estimation of process kinetic parameters using the hot sphere ball diffusion model needs to be carried out so that it can be used for optimization and evaluation of the CUAEE extraction process. Extraction of the keji beling leaves was carried out for 3 hours using a 40 kHz sonicator with an enzyme-solids ratio of 0, 30, and 50 mg/g and a temperature of 30 oC. In the extraction of phenolic acids, for each enzyme-solids ratio of 0, 30 and 50 mg/g, the Deff value was 1.075 x 10-7, 1.060 x 10-7, and 1.055 x 10-7 m2/s, so the hA value of 9.5 x 10-7, 9 x 10-7, and 8 x 10-7 m/s, and Ea values of 1.96 x 104, 1.74 x 104, and 1.70 x 104 J/mol. In flavonoid extraction, for each enzyme-solids ratio of 0, 30 and 50 mg/g, the Deff values were obtained at 1.97 x 10-7, 1.92 x 10-7, and 1.91 x 10-7 m2/ s, the hA values are 7 x 10-8, 3.3 x 10-9, and 3.3 x 10-9 m/s, and the Ea values are 1.585 x 104, 2 x 103, and 1.60 x 103 J /mol. With an average absolute relative deviation (AARD) value for each ratio, namely 15.54%, 4.65%, and 4.64% in phenolic acid extraction and 12.88%, 9.07%, and 12.31% in flavonoid extraction, the process parameters obtained were quite accurate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rizqi Nursyifa
"Litsea glutinosa merupakan tanaman bermarga lauraceae yang tumbuh di Indonesia, dan diketahui telah digunakan dalam pengobatan tradisional sejak 600 tahun sebelum masehi. Tanaman ini dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder yang tinggi yaitu alkaloid dan flavonoid, namun belum ada penelitian mengenai kadar flavonoid total, aktivitas antitirosinase, dan ekstraksi menggunkan perbandingan metode ekstraksi modern. Simplisia kulit batang L. glutinosa diekstraksi dengan menggunakan metode Ultrasound-assisted Extraction (UAE), dan Microwave-assisted Extraction (MAE). Penetapan Kadar Flavonoid Total dilakukan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar pembanding yaitu kuersetin. Uji aktivitas antitirosinase dilakukan dengan menggunakan L-DOPA (3,4-Dihidroksi-L-fenilalanin) sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol positif. Total Kadar Flavonoid yang diperoleh dari ekstrak etanol kulit batang L.glutinosa dengan metode ekstraksi UAE dan MAE berturut-turut ialah sebesar sebesar 3,57 ± 0,0269 dan 3,06 ± 0,0269 mg EK/g ekstrak. Pada uji antitirosinase, ekstrak etanol kulit batang L. glutinosa dengan metode MAE memiliki nilai IC50 sebesar 1.707, 2 µg/mL dimana asam kojat sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 5,75 µg/mL.

Litsea glutinosa is a plant surnamed Lauraceae that grows in Indonesia, and is known to have been used in traditional medicine since 600 BC. This plant is reported to have a high content of secondary metabolites, namely alkaloids and flavonoids, but there has been no research on total flavonoid content, antityrosinase activity, and extraction using comparisons of modern extraction methods. The stem bark simplicia of L. glutinosa was extracted using Ultrasound-assisted Extraction (UAE) and Microwave-assisted Extraction (MAE) methods. Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with a standard of comparison, namely quercetin. Antityrosinase activity test was carried out using L-DOPA (3,4-Dihydroxy-L-phenylalanine) as a substrate and kojic acid as a positive control. The total flavonoid content obtained from the ethanolic extract of the stem bark of L.glutinosa by the UAE and MAE extraction methods was 3.57 ± 0.0269 and 3.06 ± 0.0269 mg EK/g extract, respectively. In the antityrosinase test, the ethanolic extract of the stem bark of L. glutinosa using the MAE method had an IC50 value of 1,707, 2 µg/mL where as kojic acid as a positive control had an IC50 value of 5.75 µg/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glantz, Stanton A.
New York : McGraw-Hill, 1990
570.151 95 GLA p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Glaudio Galeno Gianova
"Manusia memerlukan tambahan antioksidan dari makanan dan suplemen untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang diakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh dan berpotensi untuk memicu patogenesis berbagai penyakit. Bagian batang dan akar dari tanaman bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) sudah terbukti sebagai sumber antioksidan alami, namun belum ada informasi terkait bagian daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat perbedaan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode Soxhlet dan MAE melalui uji DPPH dan FRAP. Selain itu, dilakukan juga penetapan kadar fenol total dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu, penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri AlCl3, serta penapisan fitokimia dari ekstrak. Rendemen yang diperoleh dari metode ekstraksi Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 7,17% dan 17,67%. Kadar fenol total yang diperoleh pada ekstrak hasil Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 85,07±0,48 dan 86,61±0,55 mgGAE/g ekstrak. Kadar flavonoid total yang diperoleh pada ekstrak hasil Soxhlet dan MAE berturut-turut sebesar 14,22±0,07 dan 14,40±0,22 mgEK/g ekstrak. Nilai IC50 dari hasil uji DPPH adalah sebesar 59,81 ppm untuk ekstrak hasil Soxhlet dan 44,03 ppm untuk ekstrak hasil MAE. Angka hasil uji FRAP yang diperoleh adalah sebesar 13,35 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak untuk ekstrak hasil Soxhlet dan 17,93 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak untuk ekstrak hasil MAE. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode MAE akan menghasilkan rendemen yang lebih banyak, kadar fenol dan flavonoid total yang lebih tinggi, serta aktivitas antioksidan yang lebih kuat daripada metode Soxhlet pada ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala.

Oxidative stress is an imbalance between the amount of free radicals and antioxidants in the human body, which can potentially trigger the pathogenesis of various diseases. Humans require foods and supplements containing antioxidants to help neutralize free radicals. The stem and root parts of the Spatholobus littoralis Hassk. have been proven to be a natural source of antioxidants, but there is no information regarding its leaves. This research aims to determine and compare the antioxidant activity of 70% ethanol extract from the leaves of Spatholobus littoralis Hassk. using Soxhlet and MAE extraction methods through DPPH and FRAP tests. In addition, determination of total phenol content were conducted using the Folin-Ciocalteu reagent, determination of total flavonoid content using the AlCl3 colorimetric method, and phytochemical screening of the extract. The yields obtained from the Soxhlet and MAE extraction methods were 7.17% and 17.67%, respectively. The total phenol content obtained from the Soxhlet and MAE extracts were 85.07±0.48 and 86.61±0.55 mgGAE/g extract, respectively. The total flavonoid content obtained from the Soxhlet and MAE extracts were 14.22±0.22 mgQE/g extract, respectively. The IC50 value of the DPPH test was 59.81 ppm for the Soxhlet extract and 44.03 ppm for the MAE extract. The FRAP test results were 13.35 g FeSO4 equivalent/100 g extract for the Soxhlet extract and 17.93 g FeSO4 equivalent/100 g extract for the MAE extract. Based on the results, it can be concluded that the MAE method produces a higher yield, higher total phenol and flavonoid content, and stronger antioxidant activity than the Soxhlet method in the 70% ethanol extract of Spatholobus littoralis Hassk. leaves."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzul Fadli
"VHR (Vaccinia H1-related phosphatase) adalah protein yang terlibat dalam kanker serviks. Dengan obat-obatan saat ini yang mahal dan menimbulkan efek samping, sehingga diperlukan pengobatan alternatif. Daun keji beling mengandung senyawa flavonoid yang merupakan senyawa fenolik alami yang berpotensi sebagai antikanker. Untuk mendapatkan senyawa aktif, metode ekstraksi yang digunakan adalah Aqueous two-phase system (ATPS) dan Ultrasound-assisted enzymatic extraction (UAEE), dimana keduanya merupakan kombinasi metode ekstraksi hijau dan pemurnian. Kondisi operasi optimal metode ATPS yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio etanol 33wt% dan ammonium sulfat 14wt% yang menghasilkan nilai recovery 98,043%, nilai K 31,179, yield kuersetin 3,504mg/g, dan konsentrasi kuersetin 44,717 mg/L. Ekstrak daun keji beling diuji dengan metode shinoda, spektrofotometri UV-Vis juga Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS), kemudian senyawa yang teridentifikasi memiliki aktivitas antikanker yaitu kuersetin, n-hexadenoic acid dan 9-dodecenoic acid, methyl ester, (E)-. Hasil uji docking molekuler memberikan docking score terbaik untuk kuersetin yaitu -6,7, diikuti oleh asam n-heksadekanoat bernilai -5,1 dan terakhir adalah asam 9-dodekenoat, metil ester, (E) - bernilai -4,2 terhadap protein 1J4X. Kuersetin merupakan senyawa dengan potensi inhibisi terbaik terhadap VHR yang ditunjukkan dengan nilai docking score terendah.

VHR (Vaccinia H1-related phosphatase) is a protein involved in cervical cancer. With current drugs which are expensive and cause side effects, an alternative treatment is needed. Keji beling leaves contain flavonoid compounds which are natural phenolic compounds that have the potential as anticancer. To obtain active compounds, the extraction methods used are Aqueous two-phase system (ATPS) and Ultrasound-assisted enzymatic extraction (UAEE), both of which are a combination of green extraction and purification methods. Optimal operating conditions for the ATPS method used in this study were 33wt% ethanol ratio and 14wt% ammonium sulfate which resulted in 98,043% recovery value, K value 31,179, quercetin yield 3.504 mg/g, and quercetin concentration 44.717 mg/L. Keji beling leaf extract was tested by the shinoda method, UV-Vis spectrophotometry as well as Gas Chromatography and Mass Spectrometry (GC-MS), then the compounds identified as having anticancer activity were quercetin, n-hexadenoic acid and 9-dodecenoic acid, methyl ester, (E-). Molecular docking test results give the best docking score for quercetin which is -6.7, followed by n-hexadecanoic acid -5.1 and finally is 9-dodecenoic acid, methyl ester, (E) - value -4.2 to 1J4X protein. Quercetin is a compound with the best inhibition potential against VHR which is shown by the lowest docking score."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Lilia Rosa
"Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.Kanker kolorektal merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi tinggi yang pengobatannya masih memiliki keterbatasan. Senyawa flavonoid terutama kuersetin dinilai memiliki aktivitas biologis sebagai antikanker, sehingga beberapa senyawa flavonoid lainnya diharapkan juga memiliki aktivitas serupa. Tujuan dari studi ini adalah melakukan analisis secara in-silico dan in-vitro terhadap beberapa senyawa flavonoid terutama kuersetin dan turunannya sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29. Metode yang dilakukan secara in-silico meliputi jejaring farmakologi dan simulasi molekuler. Senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico diuji secara in-vitro dengan menilai aktivitas sitotoksisitasnya pada sel HT-29 menggunakan metode MTT Assay dan apoptosisnya dianalisis menggunakan flow cytometry. Protein target yang memiliki interaksi dengan kuersetin dan senyawa turunannya yaitu AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 dan CASP9. Berdasarkan analisis prediksi ADMET, kuersetin dan turunannya masuk dalam kategori aman sebagai kandidat obat. Dua senyawa terbaik berdasarkan analisis in-silico yakni isoramnetin dan isokuersitrin dipilih untuk diuji secara in-vitro. Aktivitas sitotoksik kuersetin, isoramnetin dan isokuersitrin terhadap sel HT-29 dinyatakan dengan nilai CC50 berturut-turut 158,92mm + 5,4, 65,52mm + 5,0 dan 47,59mm + 2,5. Aktivitas apoptosis mencapai 16,7% hingga 62,4% jika dibandingkan dengan kontrol sel. Isoramnetin dan Isokuersitrin sebagai senyawa flavonoid turunan kuersetin berpotensi sebagai agen apoptosis sel kanker kolorektal HT-29.

Colorectal cancer is a global public health problem with a high prevalence, and its treatment still has limitations. Flavonoid compounds, especially quercetin, are considered to have biological activity as an anticancer, so several other flavonoid compounds are also expected to have similar activity. This study aimed to perform in-silico and in-vitro analysis of several flavonoid compounds, especially quercetin and its derivatives as apoptotic agents for colorectal cancer cells HT-29. The in silico method includes network pharmacology and molecular simulations. The best compounds based on in silico analysis were tested in-vitro by assessing their cytotoxic activity in HT-29 cells using the MTT Assay method. Their apoptosis was analyzed using flow cytometry. Target proteins interacting with quercetin and its derivatives are AKT1, APAF1, BCL2, CASP3, MAPK1 and CASP9. Based on ADMET prediction analysis, quercetin and its derivatives are included in the safe category as drug candidates. The best compounds based on in-silico analysis, isorhamnetin and isoquercitrin, were selected to be tested in-vitro. The cytotoxic activity of quercetin, isorhamnetin and isoquercitrin against HT-29 cells was expressed by CC50 values of 158.92 mm + 5.4, 65.52 mm + 5.0 and 47.59 mm + 2.5, respectively. Apoptotic activity reached 16.7% to 62.4% when compared to control cells. Isoramnetin and isoquercitrin, flavonoid compounds derived from quercetin, have potential apoptotic agents for HT-29 colorectal cancer cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>