Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170750 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mitterank
"Minyak kelapa tersusun atas 90% asam lemakjenuh dan 10% asam lemak tidak jenuh. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak kelapa adalah asam laurat. Kandungan asam laurat dalam minyak kelapa adalah 40 - 45%. Karena kandungan asam lauratnya yang begitu dominan maka, minyak kelapa sering disebut minyak laurat. Asam laurat sendiri telah terbukti berkhasiat untuk mengatasi obesitas, meningkatkan metabolisme tubuh serta bertindak sebagai antimikrobia pada bakteri dan virus tertentu. Metode isolasi yang digunakan adalah dengan reaksi transesterifikasi, pemisahan dengan distilasi batch, dan reaksi saponifikasi. Reaksi transesterifikasi dilakukan untuk menghasilkan metil ester minyak kelapa, dimana trigliserida diubah menjadi gliserol dan metil ester dan asam-asam lemak dengan pengaruh katalis natrium metanolat dalam suasana metanol beriebih. Metil ester lalu dipisahkan dengan menggunakan distilasi untuk mendapatkan fraksi metil lauratnya Asam laurat bebas dihasilkan dengan mengadakan reaksi hidrolisis alkaline atau yang lebih lazim disebut reaksi saponifikasi terhadap fraksi metil laurat yang dihasilkan. Asam Laurat hasil isolasi lalu dicek konsentrasinya dengan menggunakan kromatografi gas. Pada reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester diadakan dua macam variasi. Variasi yang dilakukan adalah variasi rasio mol metanol/minyak kelapa dan variasi konsentrasi katalis. Variasi rasio mol reaktan yang dilakukan adalah : (4:1), (4,5:1), (5:1), (5,5:1) dan (6:1). Sedangkan variasi konsentrasi katalis yang dilakukan adalah 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%. Variasi kondisi transesterifikasi dimaksudkan agar dapal diketahui hubungan antara kondisi reaksi transesterifikasi dengan konsentrasi asam laurat yang berhasil diisolasi. Hasil isolasi asam laurat terbesar didapatkan pada kondisi reaksi transesterifikasi : rasio mol metanol / minyak kelapa (6:1), 4,833 % dan konsentrasi katalis NaOH 2 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsy Imanda N. Raswati
"Poliester sukrosa merupakan senyawa ester karbohidrat yang memiliki berbagai fungsi. Sintesis poliester sukrosa secara kimiawi dapat dilakukan menggunakan katalis basa anorganik. Pada penelitian ini, ester sukrosa asam lemak disintesis melalui reaksi transesterifikasi antara metil ester asam lemak minyak kelapa dan minyak sawit menggunakan katalis K2CO3.di dalam pelarut DMSO. Kemudian dilakukan uji antimikroba menggunakan metode kertas cakram terhadap bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram Negatif Escherichia coli pada berbagai variasi molar ester sukrosa. Persentase hasil analisis asam lemak metil ester yang terbentuk sebesar 57,91% untuk minyak sawit dan 55,55% untuk minyak kelapa. Analisis menggunakan GC-MS terhadap metil ester menunjukkan dua puncak tertinggi untuk metil ester minyak sawit, yaitu 31,97% metil palmitat dan 52,18% metil stearat. Sementara pada metil ester minyak kelapa diperoleh satu puncak tertinggi, yaitu metil laurat sebesar 31,75%. Analisis dengan IR menunjukkan produk hasil transesterifikasi ester sukrosa memiliki gugus ester yang ditunjukkan dengan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1739/cm. Hasil pengujian aktivitas antimikroba menunjukkan hanya ester sukrosa asam lemak dari minyak kelapa yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dengan diameter zona hambat terbesar pada variasi molar sukrosa terhadap asam lemak metil ester adalah 1 : 0,78 yang mencapai 17 mm. Kedua produk ester sukrosa tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli.

Sucrose Polyester (SPE) is a carbohydrate ester compound that has diverse functions. The chemical synthesis of sucrose polyester can be carry out using anorganic base. In this study sucrose esters were synthesized by transesterification reaction between sucrose with fatty acid methyl esters from coconut and palm oil using K2CO3 in DMSO. Antimicrobial activity of sucrose esters were tested by paper disk method using Staphylococcus aureus and Escherichia coli with the ratio molar variation of sucrose esters. Yield analysis showed that the fatty acid methyl ester products were 57.91% for palm oil and 55.55% for coconut oil. Analysis of methyl products was done by GC-MS showed that the highest composition of methyl ester in palm oil were 31.97% for methyl palmitate and 52.18% for methyl stearate. The highest composition of methyl ester in coconut oil was 31.75% for methyl laurate. Identification of products using FT-IR instrument gave an ester bond at wave number 1739/cm. Test result of antimicrobial activity showed that only sucrose ester from coconut oil which has an antimicrobial activity on Gram Positive bacteria. The molar ratio of sucrose : fatty acid methyl ester 1 : 0.78 gave the largest inhibition zone diameter which reached 17 mm. Both esters do not have antimicrobial activity on Gram Negative bacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandi Iswara
"Jumlah konsumsi bensin di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, cadangan minyak bumi di Indonesia yang terus berkurang menuntut untuk ditemukannya sumber energi alternatif pengganti bensin. Telah dipublikasikan sebelumnya bahwa minyak kelapa sawit dapat direngkah menjadi senyawa hidrokarbon melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa' gas menggunakan katalis asam, namun produk yang dihasilkan memiliki yield bensin yang kecil, yaitu 4-20%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bensin dari minyak kelapa sawit melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa cair dengan jumlah yield bensin yang tinggi. Minyak kelapa sawit direaksikan dengan katalis H-Zeolit yang dipreparasi dari Zeolit Alam melalui metode pertukaran ion. Reaksi dilakukah dalam fasa cair dengan rasio berat katalis per berat umpan 1:75 di dalam reaktor tumpak berpengaduk. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 1 hingga 2 jam pada suhu 300-320°C. Reaksi yang terjadi adalah reaksi perengkahan katalitik, dimana H-Zeolit merengkah ikatan kimia minyak kelapa sawit menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Agar diperoleh yield bensin yang tinggi, produk reaksi didistilasi secara tumpak sebanyak 2-3 kali. Distilasi dihentikan apabila diperoleh produk yang memenuhi spesifikasi bensin dalam hal titik didih dan densitas. Produk yang memenuhi spesifikasi bensin ini disebut Bensin-Bio. Pada Bensin-Bio, dilakukan analisis GC-MS, angka oktana dan RVP. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimum reaksi adalah pada reaksi selama 1 jam pada suhu 320°C dan dilanjutkan dengan dua kali distilasi secara tumpak. Produk yang dihasilkan memiliki densitas 0,77 g/mL dan titik didih akhir 255°C. Komposisi Bensin-Bio adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah rantai Ci-Cn , memiliki RVP 48,23 serta angka oktana 122,24. Konversi reaksi adalah 21,56% dan yield bensin sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimaseta Rachmanda
"Biodiesel merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Biodiesel dibuat dengan minyak kelapa sawit dengan menggunakan reaktor berpengaduk dan katalis basa melalui reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi memiliki hambatan perpindahan massa akibat perbedaan viskositas antara alkohol dan minyak kelapa sawit di awal reaksi, sehingga membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama.
Reaktor jet column digunakan untuk mengatasi permasalahan perpindahan massa dengan memanfaatkan pencampuran antara fluida turbulen dan non-turbulen yang menghasilkan fenomena entrainment. Reaksi menggunakan nozzle rectangular dan sirkular. Yield biodiesel dengan menggunakan circular nozzle adalah 94.91 dan 92.00 untuk rectangular nozzle. Waktu mulainya asimptotik yield untuk reaksi transesterifikasi dengan reaktor jet column adalah 60 menit. Rasio mol yang lebih dari 6:1 tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan yield.

Biodiesel is a potential renewable energy resource which can be used to reduce dependencies on fossil fuel. Biodiesel produced by transesterification reaction in a stirred tank with base catalyst. Transesterification has an issue on mass transfer resistance due to significant viscosity difference, which resulted longer reaction time. Jet
Column reactor used to reduce mass transfer resistance by utilizing turbulent mixing of turbulent and non turbulent fluid which resulted entrainment, a small scale mixing phenomena. Transesterification reaction used rectangular and circular nozzle. Circular nozzle yields 94.91 of biodiesel while rectangular nozzle yields 92.00 of biodiesel. Asymptotic reaction time for transesterification in a jet column reactor is 60 minutes. While molar ratios more than 6 1 aren rsquo t resulting significant effect on biodiesel yield.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniessa Delima Sari
"Pada umumnya minyak nabati terdiri dari trigliserida asam lemak dan asam lemak bebas. Untuk mengkonversi trigliserida asam lemak pada minyak nabati menjadi senyawa metil ester, dilakukan reaksi transesterifikasi dilakukan reaksi esterifikasi. Pada kesempatan penelitian ini digunakan katalis padatan asam y-Al2O3 dari bahan baku tawas dan -Al2O bekas industri yang diregenerasi (regenerasi katalis) untuk melangsungkan reaksi esterifikasi sedangkan untuk reaksi transesterifikasi, digunakan katalis y-Al2O3/K2CO3 dari bahan baku tawas dan katalis y-Al2Og/K2CO3 yang dibuat dari y-Al2O3 bekas industri yang diregenerasi (regenerasi katalis). Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD, XRF, dan BET. Katalis yang telah disintesis digunakan untuk mengkatalisis reaksiesterifikasi/transesterifikasi. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu reaksi (1 dan 2 jam), dan suhu reaksi (70 - 90 °C) dengan perbandingan mol minyak dan metanol tetap sebesar diperoleh nilai persen konversi terbaik untuk reaksi esterifikasi (dihitung dengan angka asam) dengan menggunakan katalis y-Al2O3 (regenerasi katalis)sebesar 75%, sedangkan nilai persen konversi terbaik untuk reaksi."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2009
S30467
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Fadillah
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S30534
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Junie Suriawati
"ABSTRAK
Blondo basah minyak kelapa murni merupakan produk pangan tradisional di Indonesia. Berdasarkan komposisi kimiawi dapat digunakan sebagai sumber bahan tambahan untuk produk-produk makanan olahan bergizi serta mengandung bakteri asam laktat seperti Lactobacillus sp. Telah dilakukan penelitian mengenai kualitas dan karakteristik isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni sebagai probiotik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas blondo basah minyak kelapa murni dan mendapatkan isolat bakteri asam laktat dari blondo basah minyak kelapa murni yang berpotensi sebagai probiotik. Kualitas blondo basah minyak kelapa murni terbaik dari kelapa dalam Bali dengan kandungan protein (8,45%), lemak (43,2%), asam lemak (2,75%), asam laurat (38,5%), dan berwarna putih yang diterima oleh panelis. Blondo basah minyak kelapa murni yang dihasilkan tidak memiliki aktivitas antibakteri. Diperoleh dua isolat bakteri asam laktat (KDB 3 dan KDB 5) diduga berpotensi sebagai kandidat probiotik dengan ciri-ciri: mempunyai ketahanan terhadap 0,3% garam empedu dan pH 3, menghasilkan asam, memiliki sifat hidrofobisitas, dan koagreagasi. Kedua isolat BAL di identifikasi secara molekuler dengan menggunakan 16S rDNA diduga sebagai Lactobacillus.
ABSTRACT
Virgin coconut oil wet blondo (VCO wet blondo) is a traditional food product in Indonesia. Based on the nutritional composition, it can be used as an additional source for nutritious food products and it contains lactic acid bacteria such as Lactobacillus sp. Research on quality and characteristic of lactic acid bacteria as probiotics from VCO wet blondo was carried out. The objectives of this research were to determine the quality of VCO wet blondo and to obtain lactic acid bacteria isolates from the blondo which has potential as probiotic bacteria. VCO wet blondo with the best quality was the blondo of “kelapa dalam Bali” with protein (8.45%), lipid (43.2%), fatty acid (2.75%), lauric acid (38.5%), and white colour which was acceptable by panelists. Antibacterial activity was not detected in the wet blondo. Two lactic acid bacteria isolates (KDB 3 and KDB 5) indicated probiotic candidates, shown by: resistance to 0.3% bile salts and pH 3, acids production, hydrophobicity properties, and coaggregation. The two isolates of lactic acid bacteria were molecular identified using 16S rDNA as Lactobacillus candidates."
2013
T36745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilani Hamid
"Penggunaan minyak nabati secara langsung sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (biodiesel) masih menimbulkan masalah. Masalah tersebut terutama diakibatkan oleh viskositas minyak nabati yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan petrodiesel, sehingga akan menyebabkan proses pembakaran yang tidak sempurna. Untuk itu, perlu dilakukan proses konversi minyak nabati kedalam bentuk ester (metil ester) melalui reaksi transesterifikas guna menurunkan viskositasnyai.
Pada penelitian ini dilakukan proses preparasi biodiesel melalui reaksi antara minyak kelapa sawit dan metanol dengan perbandingan volume 5 : 1, serta menggunakan NaOH sebagai katalis dengan variasi 3,5 gr, 4,5 gr, 5 gr dan 5,5 gr. Reaksi berlangsung pada temperatur 60 oC dan membutuhkan waktu selama + 1 jam. Gliserin yang terbentuk dipisahkan, kemudian hasil produk metil ester (biodiesel) yang diperoleh dicuci dengan air sampai mencapai pH normal (6-7). Semakin besar jumlah katalis yang digunakan dapat menurunkan produk biodiesel yang dihasilkan, yang berarti akan meningkatkan hasil dari produk samping.
Hasil pengujian karakteristik yang diperoleh menunjukkan bahwa produk biodiesel dari penggunaan katalis (NaOH) sebanyak 3,5 gram (M3.5), 4,5 gram (M4.5) dan 5 gram (M5.0) lebih memenuhi karakteristik dari minyak diesel (untuk mesin diesel putaran rendah); sedangkan produk biodiesel dari penggunaan katalis 5,5 gram (M5.5) lebih memenuhi karakteristik dari minyak solar. Campuran antara 20 % biodiesel M5.5 dengan 80 % minyak solar (B20) mempunyai karakteristik yang lebih mendekati kondisi optimal yang dibutuhkan oleh bahan bakar mesin diesel.

Biodiesel's characteristics preparation from palm oil. Using vegetable oils directly as an alternative diesel fuel has presented engine problems. The problems have been attributed to high viscosity of vegetable oil that causes the poor atomization of fuel in the injector system and pruduces uncomplete combustion. Therefore, it is necessary to convert the vegetable oil into ester (metil ester) by tranesterification process to decrease its viscosity.
In this research has made biodiesel by reaction of palm oil and methanol using lye (NaOH) as catalyst with operation conditions: constant temperature at 60 oC in atmosferic pressure, palm oil : methanol volume ratio = 5 : 1, amount of NaOH used as catalyst = 3.5 gr, 4.5 gr, 5 gr and 5.5 gr and it takes about one hour time reaction. The ester (metil ester) produced are separated from glycerin and washed until it takes normal pH (6-7) where more amount of catalyst used will decrease the ester (biodiesel) produced.
The results show that biodiesels properties made by using 3.5 (M3.5) gr, 4.5 gr (M4.5) and 5 (M5.0) gr catalyst close to industrial diesel oil and the other (M5.5) closes to automotive diesel oil, while blending diesel oil with 20 % biodiesel (B20) is able to improve the diesel engine performances."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Agustina Rezeki
"Telah dilakukan analisis terhadap minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan virgin coconut oil berdasarkan parameter yang terdapat pada SNI minyak kelapa seperti kadar air, bilangan peroksida, bilangan iod, bilangan penyabunan, dan bilangan asam, dengan menggunakan metode titrasi. Pada pengamatan hasil analisis terhadap dua sampel virgin coconut oil dari produk yang berbeda, terdapat perbedaan kualitas berdasarkan parameter SNI. Untuk minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan virgin coconut oil, perbedaan kualitas berdasarkan parameter SNI tidak terlalu besar antara ketiganya. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap asam laurat dalam keempat sampel minyak tersebut secara kromatografi lapis tipis(KLT) densitometri, namun metode ini tidak berhasil untuk menganalisanya.
Analysis of coconut oil, palm oil, and virgin coconut oil has been carried out based on SNI parameter such as water content, peroxide value, iodine value, saponification value, and acid number by using titration method. The analysis result of virgin coconut oil from difference products has showed differences quality based on SNI parameter. For the coconut oil, palm oil, and virgin coconut oil, there were small differences among them. It was also carried out Analyzing of lauric acid for all samples by thin layer chromatography densitometry, but the method applied did not work well."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S33050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farli Faiqhaidar Farwan
"Persiapan katalis dengan pemanasan standar menghabiskan banyak energi. Sebaliknya, perangkat gelombang mikro dapat mentransfer energi panas langsung ke molekul reaktan bagian dalam. Metode microwave dapat mempersingkat waktu reaksi dari jam menjadi menit. Kalsium oksida (CaO) adalah oksida basa kuat dengan aktivitas katalitik yang cukup besar. Titanium dioksida (TiO2) sebagai pendukung katalis menawarkan kualitas unggul dibandingkan nitrida, perovskit, dan karbida karena stabilitas kimia dan termal yang kuat dari nanopartikel TiO2. Hal ini dapat dilihat sebagai dukungan katalitik heterogen, menjamin stabilitas elektrokimia dan ketersediaan komersial. Pada penelitian ini, katalis CaO/TiO2 dengan perbandingan 1:1 dibuat dengan proses poliol microwave dengan daya microwave 800 W selama 3 menit. Katalis CaO/TiO2 yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang mirip di hasil uji SEM, XRD, dan FTIR dengan proses pemanasan konvensional lainnya namun dengan waktu dan konsumsi energi yang singkat. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan katalis penelitian ini hanya 3 menit dibandingkan 5-6 jam pada proses kalsinasi. Energi yang dikonsumsi pada proses poliol gelombang mikro hanya 0,4 kWh, dibandingkan 256,80 hingga 692,14 kWh pada proses kalsinasi. Menghasilkan konversi 35,17% dan yield 12%, dengan karakteristik biodiesel viskositas 1,15 cSt, densitas 893 kg/m3, dan bilangan iodium 5,7 gI2/100g. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimal.

Catalyst preparation with standard heating consumes a significant amount of energy. In contrast, microwave devices can transfer thermal energy straight into the inner molecules of reactants. The microwave method can reduce the reaction time from hours to minutes. Calcium oxide (CaO) is a strong basic oxide with considerable catalytic activity. Titanium dioxide (TiO2) as catalyst support offers superior qualities to nitrides, perovskites, and carbides due to the strong chemical and thermal stability of TiO2 nanoparticles. It can be viewed as a heterogeneous catalytic support, assuring electrochemical stability and commercial availability. In this research, a 1:1 ratio of CaO/TiO2 catalyst was prepared by microwave polyol process with 800 W microwave power for 3 minutes. The CaO/TiO2 catalyst produced has the same characteristics in SEM, XRD, and FTIR results as other conventional heating processes but with short time and energy consumption. The time needed for this research catalyst preparation is only 3 minutes compared to 5-6 hours by calcination process. The energy consumed by the microwave polyol process is only 0.4 kWh, compared to 256.80 to 692.14 kWh in the calcination process. Resulting in 35.17% conversion and 12% yield, with biodiesel characteristics of 1.15 cSt viscosity, 893 kg/m3 density, and 5.7 gI2/100g iodine value. Further research should be conducted to obtain optimum conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>