Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Dita Agretta
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu pengekspor hasil ikan terbesar di Asia. Namun
belakangan ini timbul masalah yang menjadi tantangan ekspor komoditi udang
Indonesia yaitu adanya dugaan bakteri patogen yang terkandung di dalam udang. Dari
hasil pegujian BPPMHP 1997 dari kombinasi ikan nila dan udang positif mengandung
Salmonella. Salmonela typhimurium sangat berbahaya bagi tubuh manusia selain dapat
menyebabkan penyakit tipus, bakteri ini juga dapat menyebabkan kematian. Pada
penelitian ini penulis mencoba meneliti cara untuk mengolah air. Air yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini adalah air danau UI. Penyinaran dengan
menggunakan sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR) adalah proses utama
dalam proses pengolahan air yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efektivitas kinerja sinar Ultraviolet (UV) dan Infrared (IR) dalam
pengolahan air untuk membunuh bakteri Salmonella thypimurium. Parameter yang
diukur adalah jumlah kandungan mikroorganisme yang ada dalam air. Dalam
penelitian ini dilakukan 3 variasi laju alir yaitu: 6,55mL/s; 7,98 mL/s; dan 9,13mL/s
dengan penyinaran sinar UV, IR serta konfigurasi sinar UV dan IR.
Dari hasil penelitian untuk masing-masing laju alir diperoleh hasil mikroorganisme
yang ada dalam air danau akan mengalami penurunan pada laju alir 6,55mL/s dan akan
mengalami kenaikan pada laju alir 7,93 mL/s. Hal ini menunjukkan bahwa pad laju alir
yang kecil mikroorganisme cendrungan akan mudah dibunuh dengan penyinaran UV,
IR atau konfigurasi UV dan IR. Dari hasil perbandingan proses pengolahan air yang
digunakan, diperoleh bahwa konfigurasi sinar Ultraviolet (UV) dan sinar Infrared (IR)
memiliki Efektivitas yang paling baik jika dibandingkan dengan menggunakan
penyinaran sinar Ultraviolet dan sinar Infrared (IR) tanpa konfigurasi. Jumlah bakteri
setelah dilakukan proses penyinaran dengan konfigurasi UV dan IR
8,8 x 106; 1,0 x 105; 1,2 x 107 dan 4,5 x 106."
2007
S49718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Wulansarie
"Dalam penelitian ini limbah cair yang mengandung senyawa antibiotik penisilin diolah dengan menggunakan teknik ozonasi dengan signifikansi penggunaan Reaktor Hibrida Ozon-Plasma (RHOP) dan sinar UV. Penelitian ini dilakukan dengan variasi waktu penyisihan (15, 30, 45, dan 60 menit), konfigurasi sistem ozonasi dalam pengolahan limbah cair (pengolahan limbah cair dengan ozon, pengolahan limbah cair dengan RHOP, pengolahan limbah cair dengan ozon dan RHOP, pengolahan limbah cair dengan ozon dan sinar UV), konsentrasi awal limbah penisilin (50 ppm dan 10 ppm), pH limbah (asam, netral, dan basa), dan tegangan ozonator (75, 150, dan 225 Volt).
Hasil penelitan ini adalah konsentrasi amoksisilin yang dianalisis dengan alat spektrofotometer, ampisilin yang dianalisis dengan titrasi iodometri, dan COD yang dianalisis dengan titrasi FAS (Fero Amino Sulfat). Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk menyisihkan penisilin yang terkandung dalam limbah cair yaitu, kondisi basa dengan pH ≈10 dan sistem penyisihan limbah cair yang mengandung penisilin dengan ozon dan sinar UV, serta konsentrasi awal penisilin yang terkandung dalam limbah cair adalah 50 ppm. Persentase penyisihan yang dihasilkan mencapai 95,61% dengan konsentrasi akhir 1,90 ppm.

In this study wastewater containing penicillin antibiotic compounds was processed using ozonation technique with significance of using Ozone-Plasma Hybrid Reactor (RHOP) and UV light. The research was carried out with allowance for time variation (15, 30, 45, and 60 minutes), the system configuration of ozonation in wastewater treatment (wastewater treatment with ozone, wastewater treatment with RHOP, waste water treatment with ozone and RHOP, wastewater treatment with ozone and UV light), the initial concentration of penicillin waste (50 ppm and 10 ppm), pH waste (acidic, neutral, and alkaline), and ozonator voltage (75, 150, and 225 Volt).
The research results are amoxicillin concentration was analyzed with spectrophotometer, ampicillin was analyzed with iodometri titration, and COD was analyzed by FAS (Fero Amino Sulfat) titration. This research resulted in the best condition to set aside penicillin contained in the wastewater, alkaline conditions with pH ≈ 10 and allowance system effluent containing penicillin with ozone and UV rays, as well as the initial concentration of penicillin contained in wastewater is 50 ppm. The resulting allowance percentage reached 95.61% with a final concentration of 1.90 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Darmaningtyas
"Radiasi sinar ultraviolet dapat memberi efek negatif pada kulit manusia. Salah satu cara untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV adalah dengan menggunakan tabir surya atau produk kosmetik lain yang memiliki kandungan bahan fotoprotektif. Penggunaan produk kosmetik dengan kandungan bahan alam sebagai fotoprotektor juga semakin diminati. Dalam review artikel ini memuat tentang berbagai bahan alam yang memiliki efek fotoprotektif dan mungkin dapat digunakan dalam formulasi sediaan kosmetik. Bahan alam tersebut diantaranya adalah alga coklat, teh hijau, delima, lidah buaya, apel, anggur, kunyit, wortel, walnut, kopi, minyak biji bunga matahari, dan tomat. Bahan alam tersebut memiliki kandungan senyawa yang memiliki potensi sebagai agen fotoprotektif dan memungkinkan untuk digunakan dalam pengembangan formulasi suatu produk kosmetik.

Ultraviolet radiation can have a negative effect on human skin. One of the way to protect the skin from the dangers of UV rays is to use sunscreen or other cosmetic products that contain photoprotective ingredients. The use of cosmetic products with natural ingredients as photoprotectors is also increasingly in demand. In this review article contains various natural ingredients that have photoprotective effects and may be used in preparation of cosmetic formulations. These natural ingredients include brown algae, green tea, pomegranate, aloe vera, apples, grapes, turmeric, carrots, walnuts, coffee, sunflower seed oil, and tomatoes. These natural ingredients contain compounds that have potential as photoprotective agents and allow them to be used in the development of a cosmetic product formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Raventio Adam
"TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantargebang memiliki IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) yang dapat mengolah air lindi hingga 150 m3/hari. Air lindi yang dihasilkan IPAS III Bantargebang Bekasi mengandung zat atau kontaminan berbahaya yang perlu diolah agar memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dapat dialirkan ke badan air. Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis efektivitas proses Fenton Heterogen dan Foto-Fenton Heterogen sebagai pengolahan lanjutan (Advanced Oxidation Process - AOP) air lindi. Reaksi Fenton Heterogen yang merupakan reaksi yang menghasilkan hydroxyl radical (*OH) untuk mengoksidasi senyawa organik maupun anorganik dapat meningkat berkali lipat apabila diradiasikan dengan UV / cahaya tampak yang biasa disebut sebagai Foto-Fenton. Parameter warna meningkat setelah proses Fenton akibat leaching besi dari katalis. Desain eksperimen menggunakan analisa tren grafik digunakan untuk menganalisis pengaruh parameter operasional yaitu pH, ORP, Warna, COD, besi, dan residu H2O2. Kondisi eksperimen diatur agar pH 4, rasio konsentrasi H2O2 : COD adalah 1:1, waktu detensi 60 menit, dan rasio P/V 32 W/L. Hasil eksperimen menunjukan bahwa reaksi Fenton Heterogen (FH) memberikan penyisihan warna mencapai 43% dan penyisihan COD mencapai 69%. Reaksi Foto(UV)-Fenton Heterogen dapat memberikan penyisihan warna mencapai 33% dan penyisihan mencapai COD 84%. Reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen dapat memberikan penyisihan warna mencapai 67% dan penyisihan COD mencapai 84%. Keseluruhan hasil eksperimen menunjukan bahwa reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen dapat memiliki efisiensi penyisihan warna dan COD yang lebih tinggi dibanding reaksi Fenton lainnya. Maka dari itu, reaksi Foto(VIS)-Fenton Heterogen merupakan metode pengolahan lindi paling optimal yang dapat diterapkan di IPAS III Bantargebang.

Bantargebang TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) has an IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah, leachate water treatment plant) which treats leachate up to 150 m3/day. The leachate treated by IPAS III Bantargebang Bekasi contains hazardous substances or contaminants that must be treated to meet environmental quality standards before being discharged into water bodies. This study's main objective is to analyze the effectiveness of Heterogeneous Fenton and Heterogeneous Photo-Fenton processes as an Advanced Oxidation Process (AOP) of leachate. Heterogeneous Fenton reaction, which is a reaction that produces hydroxyl radicals (*OH) to oxidize organic and inorganic compounds, can increase many times when irradiated with UV / visible light, which is commonly referred to as Photo-Fenton. Color increase after Fenton reaction because leaching process if catalyst. The experimental design using graph trend analysis was used to analyze the effect of operational parameters, namely pH, ORP, Color, COD, iron, and H2O2 residue. The experimental conditions were set to pH 4, the concentration ratio of H2O2: COD was 1:1, the detention time was 60 minutes, and the P/V ratio was 32 W/L. The experimental results showed that the Heterogeneous Fenton reaction (FH) gave a colour removal of 43% and a COD removal of 69%. Heterogeneous Photo(UV)-Fenton reaction can provide colour removal up to 33% and removal up to 84% COD. Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction can provide colour removal of up to 67% and COD removal of up to 84%. Overall experimental results show that the Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction can have a higher efficiency of colour removal and COD than other Fenton reactions. Therefore, the Heterogeneous Photo(VIS)-Fenton reaction is the optimal leachate treatment method applied at IPAS III Bantargebang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Halim
"Permasalahan tambak udang di Indonesia saat ini cukup menyita perhatian Pemerintah. Hal ini dikarenakan kerugian yang ditimbulkan akibat penolakan ekspor udang ke berbagai negara Asia dan Amerika cukup besar dan banyak pemilik tambak mengalami kebangkrutan. Salah satu faktor penolakan tersebut adalah terdapatnya Salmonella dalam tubuh udang yang diekspor. Salmonella merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat membahayakan manusia. Pada penelitian ini, penulis mencoba menerapkan teknologi ozon dan sinar UV terhadap bakteri Salmonella typhimurium pada air tambak udang. Namun, sebagai referensi, penulis juga menerapkan kedua teknologi ini pada air danau UI yang mengandung Salmonella typhimurium. Penelitian dilakukan dengan variasi waktu disinfeksi dan laju alir air yang masuk ke dalam proses disinfeksi. Dari hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil laju alir air yang masuk ke dalam proses, semakin kecil pula bakteri yang terdapat dalam sampel setelah proses. Dari data penelitian tersebut, waktu disinfeksi gabungan ozon-sinar UV paling efektif adalah 5 menit. Penerapan teknologi ozon-sinar UV pada air tambak udang menunjukkan penurunan bakteri setelah proses cukup signifikan yaitu dari jumlah awal 5,1x106 menjadi 4x103 pada laju alir sebesar 0,39 L/menit; 8,2x104 pada laju alir sebesar 0,48 L/menit; dan 1,4x104 pada laju alir sebesar 0,5 L/menit.

Recent years, there is a problem in Indonesia's aquaculture especially on prawn's pond. This become a serious problem because of a presence of Salmonella typhimurium in prawn's body that make rejection of prawns' export to Asia, Europe and United States and this cause a great lost income for prawns' owner. Salmonella is one of pathogen bacteria that can harmfull to human. In this research, I try to apply ozone and UV light technology to disinfect Salmonella typhimurium in that pond's water. Besides that, I also apply this two technologies in UI lake water that contain Salmonella typhimurium, as reference. This research is done by varifying disinfection time and circulation rate to disinfection process. From results that I get in this research, show the smallest the circulation rate to process, the smallest the bacteria contain in water after disinfection. For disinfection using ozone and UV light, the effective time from the various time that have been done is 5 minutes. For applying ozone and UV light on pond's water shows that there has been significantly decreased in total bacteria from 5,1x106 to 4x103 for circulation rate of 0,39 L/minute; 8,2x104 for circulation rate of 0,48 L/minute; and 1,4x104 for circulation rate of 0,5 L/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Fairus
"Cedera pada Anterior Cruciate Ligament (ACL) sering terjadi pada atlet yang berpartisipasi dalam olahraga intensitas tinggi. Namun, kerusakan ACL juga bisa terjadi pada masyarakat umum. Fatigue dijelaskan oleh perubahan protein struktural utama, heliks kolagen tipe 1. Hal ini merusak ligamen dan menyebabkan kelemahan pada jaringan. Delapan puluh persen kerusakan ACL dilaporkan sebagai kerusakan tanpa kontak langsung, yang bertentangan dengan gagasan bahwa kerusakan ACL terjadi dalam kasus kelebihan beban. Chen dkk. menunjukkan bahwa tanda-tanda fatigue seperti rongga struktural, kekuatan tarik yang lebih rendah dan perubahan komposisi kimia dari heliks kolagen normal menjadi untaian terdenaturasi (1740cm-1) dapat mengurangi integritas struktural ACL yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan dini. Penelitian ini membutuhkan lebih banyak detail dalam tanda-tanda baru yang dapat menyebabkan kerusakan ACL akibat fatigue. Proyek ini menganalisis topografi, komposisi kimia, mekanika jaringan seperti kekakuan, dan perubahan sinyal autofluoresensi menggunakan Atomic Force Microscopy Infrared Spectroscopy (AFM-IR) dan endoskopi konfokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kekakuan dan kerusakan akibat kelelahan adalah semakin tinggi proporsi kolagen gangguan, semakin rendah frekuensi PLL dan semakin rendah kekakuan material. Efek kerusakan mekanis juga ditunjukkan pada salah satu fitur topografi, D-spacing. Peningkatan D-spacing dapat disebabkan oleh deformasi plastik fibril kolagen.

Injuries to the Anterior Cruciate Ligament (ACL) are prevalent in athletes who participate in high-intensity sports. However, ACL damage can also occur in the general public. Fatigue is explained by changes in the major structural protein, the type 1 collagen helix. This destroys the ligaments and causes weakness. Eighty percent of ACL damage is reported to be non-contact damage, which contradicts the notion that failure occurs in the case of a single overload. Chen et al. showed that fatigue signatures such as structural voids, lower tensile strength and change in chemical composition from normal collagen helices to denatured strands (1740cm-1) could reduce the structural integrity of the ACL ultimately leading to early failure. However, the study needs more detail in these novel signatures of fatigue damage. This project analyses topography, chemical composition, tissue mechanics such as stiffness, and changes in autofluorescence signal using Atomic Force Microscopy Infrared Spectroscopy (AFM-IR) and confocal endoscopy. Other techniques can be explored for the future but are not the focus of this project. The results show that the relationship between stiffness and fatigue damage is that the higher the proportion of disorder collagen, the lower the PLL frequency and the lower the material's stiffness. The effect of mechanical damage is also shown on one of the most critical topographical features, D-spacing. The increase in D-spacing may be due to the plastic deformation of collagen fibrils."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryati
"Besi merupakan logam penting terutama karena perannya dalam
pengangkutan oksigen (hemoglobin). MobillsasI besi membutuhkan suatu
bentuk kompleks dengan molekul biologis seperti ferrltin, transferrin dan
asam sltrat. Keterlibatan asam sitrat dibuktikan pada tanaman Rhizospere
yang mengeiuarkan asam sitrat untuk mengekstrak besi dan pada E.coli
yang mempunyai protein membran yang mampu mengenali dan mentransfer
ferri-sitrat.
Pada penelitian ini disintesis kompleks ferri-sitrat dengan variasi
counter-ion (piridin dan 2,9 dimetil 1,10 fenantrolin atau neocuproine) dan
dikarakterisasi dengan spektroskopi IR dan UV-Vis. Sintesis dilakukan dalam
aquademin dengan perbandingan mol yang sama dari.ferri-nitrat, natriumsitrat
dan couter-ion. Sintesis menghasilkan kristal seeding berwarna kuning
kehijauan (83%) dan kristal residu berwarna coklat kekuningan (116%)
f
dengan counter-ion berturut-turut piridin dan neocuproine. Penentuan kadar
Fe pada kristal dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menghasilkan
persen berat Fe-kristal 14,16 untuk kompleks ferri-sitrat-piridin dan 7,52
untuk kompleks ferri-sitrat-neocuproine. Analisis struktur kristal dengan
difraktometer sinar-X menyatakan keberadaan Fe304 dan NaNOa pada
kristal residu, sementara struktur yang lain (Fe202 dan FesOis) tidak bisa
disimpulkan keberadaannya dengan bank data mineral yang dipakai. Pembentukan kompleks pada spektra IR ditandai dengan pergeseran
vibrasi CO karboksilat dan alkohol dari sitrat. Pergeseran vibrasi C-0
karboksilat menyebabkan jarak pisah kedua uluran C-0 makin besar
sementara vibrasi C-0 alkohol bergeser ke bilangan gelombang yang lebih
, rendah. Selain itu, pada kompleks muncul vibrasi ulur Fe-0 dan Fe-0H2
pada daerah 300-600 cm"\ Counter-ion yang terprotonasi menampakkan
vibrasi ulur N-H pada 3400 cm"\
Spektra UV kompleks didominasi oleh serapan counter-ion dan
perpindahan muatan ferri atau Fe(lll). Spektra pada daerah Visible
memperlihatkan sebuah bahu pada 475 nm yang mengalami pergeseran
hipsokromik ke panjang gelombang (;.) yang lebih kecil dibanding pada
Fe(iil) bebas.
Nilai stoikiometri kompleks yang didapat dengan titrasi perbandingan
mol yaitu perbandingan mol Fe/sitrat 1,1 pada X 449,5 nm dan 490.4 nm
untuk kompleks ferri-sitrat-piridin dan 1,16 pada 467,3 nm dan 1,15 pada
449,5 nm untuk kompleks ferri-sitrat-neocuproine"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
The Royal Society of Chemistry,: 1990,
535.84 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Andhini
"Madu mengandung sejumlah vitamin yaitu tiamin (B1), riboflavin (B2), asam nikotinat (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B8 H), asam folat (B9), vitamin K, dan Vitamin. Vitamin C jumlahnya terbanyak dalam madu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mengevaluasi metode spektrofotometer Infra Merah Dekat dengan spektrofotometer UV-Visible untuk analisa kuantitatif vitamin C (Ascorbic Acid) dalam madu berkaitan dengan spektra, linearitas, presisi, batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ), penentuan kadar dengan menggunakan larutan standar Asam Askorbat. Pada penelitian ini, vitamin C dalam madu diukur dengan metode asam askorbat dengan menggunakan spektrofotometer UV Visible dan spektrofotometer Infra Merah Dekat dengan melakukan variasi konsentrasi. Spektrofotometer NIR (Near Infrared Spectrophotometer), pada konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9996, standar deviasi sebesar 0.0214. Sedangkan, spektrofotometer UV Visible, pada konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9950, standar deviasi sebesar 0.0764. Pengukuran presisi dengan Spektrofotometer Infra Merah Dekat pada rentang konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm SD dan %RSD terkecil yang dihasilkan sebesar 0.00105 dan 0.01491 serta SD dan %RSD terbesar yang dihasilkan sebesar 0.00295 dan 0.09896. Sedangkan  pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Visible pada rentang konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm SD dan %RSD terkecil yang dihasilkan sebesar 0.01242 dan 0.62945 serta SD dan %RSD terbesar yang dihasilkan sebesar 0.06507 dan 2.02710. Pengukuran LOD dan LOQ dengan spektrofotometer Infra merah dekat dengan rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 9 ppm (v/v), diperoleh nilai LOD 0.0643 ppm dan nilai LOQ adalah 0.2143 ppm. Pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 50 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.17934 ppm dan nilai LOQ adalah 0.5978 ppm. Pengukuran LOD dan LOQ dengan spektrofotometer UV-Visible dengan rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 9 ppm (v/v), diperoleh nilai LOD 0.2293 ppm dan nilai LOQ adalah 0.7643 ppm. Pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 50 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.4733 ppm dan nilai LOQ adalah 1.5776 ppm. Sedangkan, pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 30 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.2006 ppm dan nilai LOQ adalah 0.6687 ppm.

Honey contains a number of vitamins, namely thiamine (B1), riboflavin (B2), nicotinic acid (B3), pantothenic acid (B5), pyridoxine (B6), biotin (B8 H), folic acid (B9), vitamin K, and vitamins. The highest amount of Vitamin in honey is Vitamin C. This study aims to compare and evaluate the Near Infrared spectrophotometer method with a UV-Visible spectrophotometer for quantitative analysis of vitamin C (Ascorbic Acid) in honey related to spectra, linearity, precision, detection limits (LOD) and quantification limits (LOQ), determination of levels by using a standard solution of Ascorbic Acid. In this study, vitamin C in honey was measured by ascorbic acid using a UV Visible spectrophotometer and Near Infrared spectrophotometer by performing concentration variations. NIR (Near Infrared Spectrophotometer) spectrophotometer, at a concentration of 0 ppm to 9 ppm produces a determination coefficient (R2) of 0.9996, a standard deviation of 0.0214. Whereas, UV Visible spectrophotometer, at concentrations of 0 ppm to 9 ppm produces a determination coefficient (R2) of 0.9950, a standard deviation of 0.0764. Precision measurement with Near Infrared Spectrophotometer in the concentration range of 0 ppm to 9 ppm SD and the smallest% RSD produced was 0.00105 and 0.01491 and SD and the largest% RSD produced was 0.00295 and 0.09896. While the measurement with UV-Visible Spectrophotometer in the concentration range of 0 ppm to 9 ppm SD and the smallest% RSD produced was 0.01242 and 0.62945 and SD and the largest% RSD produced was 0.06507 and 2.02710. LOD and LOQ measurements with an infrared spectrophotometer close to the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 9 ppm (v / v), obtained an LOD value of 0.0643 ppm and the LOQ value was 0.2143 ppm. In the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 50 ppm (v / v), the LOD value is 0.17934 ppm and the LOQ value is 0.5978 ppm. LOD and LOQ measurements with a UV-Visible spectrophotometer with a concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 9 ppm (v / v), obtained a LOD value of 0.2293 ppm and a LOQ value of 0.7643 ppm. In the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 50 ppm (v / v), the LOD value is 0.4733 ppm and the LOQ value is 1.5776 ppm. Whereas, in the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 30 ppm (v / v), the LOD value is 0.2006 ppm and the LOQ value is 0.6687 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrullah Jamaludin
"Ditengah semakin meningkatnya konsumsi berbagai ragam minuman ringan berlabel minuman kesehatan oleh masyarakat, terbuka suatu peluang untuk memproduksi minuman kesehatan yang alamiah dari air kelapa muda. Minuman yang dikenal sebagai air kelapa muda kemasan ini mempunyai khasiat menyembuhkan kesulitan buang air kecil (urinary disorder). Untuk mengolah air kelapa muda tersebut, dibutuhkan suatu unit pengolahan dan pemurnian air kelapa. Namun yang paling dibutuhkan sekarang ini adalah alternatif teknologi yang harganya terjangkau. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini digunakan membran Mikrofiltrasi (MF) dan penyinaran dengan Ultraviolet (UV) untuk mengolah air kelapa muda.
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan terhadap air kelapa muda, dimana setiap dua perlakuan diganti dengan air kelapa muda berbeda yang masingmasing volumenya 7 liter. Dua perlakuan pertama yaitu perlakuan tanpa (Mikrofiltrasi dan Penyinaran Ultraviolet) dan perlakuan penyinaran Ultraviolet tanpa Mikrofiltrasi dengan kondisi awal jumlah mikrobanya sama yaitu 1890 Colony Forming Unit per ml (CFU/ml) air kelapa muda, sedangkan pH dan derajat manis masing masing sebesar 5.32 ; 5.92 % brix dan 5.42; 5.84 % brix (kondisi pH dan % brix berubah setelah melakukan proses perlakuan tanpa Mikrofiltrasi dan penyinaran Ultraviolet). Dua perlakuan selanjutnya yaitu perlakuan Mikrofiltrasi tanpa penyinaran Ultraviolet dan perlakuan dengan (Mikrofiltrasi dan penyinaran Ultraviolet) dengan kondisi awal jumlah mikrobanya sama sebesar 2300 CFU/ml air kelapa muda, sedangkan pH dan derajat manis masing-masing sebesar 5.36; 5.35 % brix dan 5.33; 5.35 % brix. Diketahui bahwa variasi waktu penyinaran dengan Ultraviolet 2, 4, dan 8 menit dengan laju alir 1; 1.5; 2 GPM.
Hasil optimum dari air kelapa muda kemasan yang diperoleh yaitu dengan laju alir 1.5 GPM melalui perlakuan dengan menggunakan Mikrofiltrasi dan penyinaran Ultraviolet selama 4 menit bersamaan dengan pH 5.38 dan derajat manis 5.35 % brix (yang cenderung sama dengan air kelapa muda segar). Namun masih mengandung jumlah mikroba sebanyak 10 CFU/ml melalui perhitungan dengan metode Pour Plate Count.

The increasing consume varians softdrink by society, there are opened opportunity to produce natural healthy drink from young coconut water. The popular drinking as young coconut water have the restorative power to cure urinary disorder. To process young coconut water needed of processing and purifying unit. However, the most needed today is alternative of technology inexpensive. Based on statement, this research used microfiltration membrane and ultraviolet illumination to process young coconut water.
The research on young coconut water consist of four item. Each two item, young coconut water are substituted with different young coconut water and each item have volume 7 liter. First two item are not use (microfiltration and ultraviolet illumination) and use ultraviolet illumination, with initial conditions are amount of microbe 1890 Colony Forming Unit per ml (CFU/ml) young coconut water, while pH and degree of sucrose each are 5.32; 5.92 % brix and 5.42; 5.84 % brix (condition pH and % brix changed after processing item not use microfiltration and ultraviolet illumination). The second two item are use microfiltration and use (microfiltration and ultraviolet illumination) with initial conditions amount of microbe 2300 CFU/ml young coconut water, while pH and degree of sucrose each are 5.36; 5.35 % brix and 5.33; 5.35 % brix. Variations time ultraviolet illumination are 2, 4, 8 minute with flow rate 1; 1.5; 2 GPM.
Yield optimum get from four item in processing young coconut water to package young coconut water are with flow rate 1.5 GPM on item use (microfiltration and ultraviolet illumination) during time 4 minute with pH 5.38 and degree of sucrose 5.35 % brix ( tendency same as initial conditions young coconut water). Yet, they are still contains amount of microbe 10 CFU/ml that can counted with pour plate count method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [2007;2007, 2007]
S49735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>