Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prabowo Nursusilo
"Logam nikel merupakan logam yang memiliki nilai komersial yang sangat tinggi baik dalam bentuk bijih maupun dalam bentuk senyawa NiSO4.6H2O. Nilai komersial yang sangat tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya kebutuhan industri terhadap logam nikel. Salah satunya ialah industri pupuk dimana logam nikel berperan sebagai katalis dalam bentuk katalis NiO/Al2O3. Katalis ini berperan dalam proses steam reforming dan metanasi. Katalis tersebut memiliki umur aktif dan setelah terdeaktivasi akan menjadi spent katalis yang tidak lagi memiliki nilai komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengambilan kembali logam nikel dari spent katalis NiO/Al2O3 dengan memanfaatkan kitosan sebagai adsorben sehingga diperoleh larutan nikel sulfat murni yang memiliki nilai komersial. Metode XRF digunakan untuk melihat kandungan logam yang terdapat dalam spent katalis NiO/Al2O3. Proses berikutnya ialah dengan melakukan leaching terhadap spent katalis NiO/Al2O3 dengan kondisi operasi konsentrasi H2SO4 50%, waktu leaching 300 menit, temperature operasi 80_C, perbandingan padatan-larutan 1:20 (g/ml) dan diberikan efek pengadukan. Pada proses adsorpsi dengan kitosan dilakukan variasi pH, waktu adsorpsi, perbandingan solid-liquid, kandungan awal logam nikel dalam larutan serta pengaruh kehadiran logam lain dalam proses adsorpsi. Kitosan yang digunakan memiliki derajat deasetilasi sebesar 52%. Pada proses desorpsi dilakukan variasi waktu dan konsentrasi H2SO4. Hasil XRF menunjukkan bahwa Al, Ni, Mg sebagai konstituen terbesar dengan persentase masing?masing 58%, 21% dan 19%. Dari hasil leaching didapat konsentrasi logam Ni, Mg dan Al berhasil terleaching masing?masing 82%, 16% dan 1.3%. Perhitungan hasil leaching dilakukan dengan metode AAS. Pada proses adsorpsi logam nikel terhadap kitosan didapatkan kondisi persentase optimum adsorpsi nikel pada pH 2.5, waktu kontak yaitu 180 menit ,perbandingan solid-liquid yaitu 1:50 g/ml dan variasi ppm larutan yaitu 1000 ppm. Dengan kondisi optimum tersebut didapat nikel yang berhasil teradsorpsi ialah sebesar 605 ppm , Mg sebesar 40 ppm dan Al sebesar 14 ppm. Dari proses adsorpsi ini terlihat bahwa kitosan selektif terhadap logam nikel. Efek dari adanya kehadiran logam lain mempengaruhi banyaknya logam nikel yang teradsorp pada kitosan. Proses adsorpsi menggunakan nikel nitrat didapat bahwa sekitar 860 ppm nikel berhasil teradsorpsi. Pada proses desorpsi logam nikel dari kitosan didapatkan kondisi desorpsi maksimum pada waktu desorpsi sekitar 40 menit dan konsentrasi H2SO4 0.5 M dengan 90% Ni dan 90% Mg berhasil terdesorpsi. Karena konsentrasi alumunium sangat kecil hasil adsorpsi dan desorpsi tidak dipertimbangkan.

Nickel is the one of precious metal in the earth which has high commercial value even as ores or compound NiSO4.6H2O. Its high value because of many idustries apply it in their process. One of example is Catalyst NiO/Al2O3 based on Fertilizer Industry who uses it in methanation and steam reforming unit. This catalyst have age of activation and if it was deactivated will be called as spent catayst and could be dangerous environment as pollutant. This study investigates the possibility recovery nickel from spent catalysts using chitosan as an adsorbent so we could add some value to those. This study using XRF methode to know what the constituent of spent catalyst. Next step is leaching it with operational condition are leaching time 300 minutes, H2SO4 concentration about 50%, temperature 80_C, ratio solid-liquid 1:20 (g/ml) and add strirring rate. In Adsorpstion process using kitosan with DD 52%, the considered parameters affecting percentage adsorpstion are pH, contact time, ratio solid-liquid, initial ppm nickel in solution and presence of another metal in solution. The last process is desorption which paramater will be test are time and concentration of H2SO4. From the XRF result, Al, Ni and Mg are the biggest three constituent form spent catalyst with percentage 58%,21% and 19%. From the leaching process, those metal recovered as sulfat compound for Ni, Mg, Al are 82%,16% and 1.3%. These calculated by AAS methode. At adsorption process discovered that the optimum percentage adsorpstion at pH 2.5, contact time 180 minutes, ratio solid-liquid 1:50 g/ml and initial ppm nickel in solution about 1000ppm. With all those condition, about 605 ppm nickel, 40 ppm Mg and 14ppm Al succesfully adsorp at kitosan. We can conclude that chitosan is selctive to which metal will be adsorp.The effect of presence another metals in solution, clearly describe with adsorption kitosan at nickel nirate solution with maximum adsorption about 860 ppm. From desorption process, optimum condition are 0.5 M H2SO and 40 minutes contact time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameria Eviany
"Limbah katalis dari proses steam reforming dimana menggunakan katalis berbasis nikel yaitu NiO/Al2O3 memiliki kandungan berbahaya karena dapat mencemarkan lingkungan dan juga bersifat karsinogenik. Oleh sebab itu, diperlukan solusi untuk menanggulangi limbah tersebut agar keberadaan kandungan nikel dalam katalis dapat diserap dan dipergunakan kembali dalam bentuk logam murni. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengambilan kembali logam nikel dari spent catalyst NiO/Al2O3 dengan menggunakan kitosan sebagai adsorben. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum proses leaching diperoleh pada konsentrasi H2SO4 1M, waktu kontak 90 menit dan temperatur 80°C. Optimum dari proses adsorpsi dengan kitosan diperoleh pada pH 4,3, waktu adsorpsi 90 menit, dan perbandingan solid-liquid 1:100. Pada desorpsi penggunaan asam H2SO4 1,5 M sebagai stripping agent dalam waktu 90 menit mampu mengekstrak logam nikel dari kitosan secara optimum. Kondisi optimum proses electrowinning diperoleh pada rapat arus 140,8 mA dalam waktu 90 menit.

Catalyst wastes from steam reforming process which use catalyst with nickel base, NiO/Al2O3, has dangerous contents which are carcinogenic and could pollutes the environment. Thus, the environment needs solutions to overcome the problems which could turn the existing of nickel from wastes to be reused as a pure nickel metals. The purpose of this research is to recovery nickel from spent catalyst NiO/Al2O3 using chitosan as the adsorbent. The results show the optimum conditions of leaching process are at concentration of H2SO4 1M, operation time 90 minutes and temperature at 80°C. Meanwhile, the optimum of adsorption process using chitosan are at pH 4.3, adsorption time 90 minutes, and ratio of solid and liquid 1:100. For stripping process, the using of sulfate acid 1.5 M as the stripping agent could optimally extract nickel metal from chitosan. The electro winning optimum conditions are at 140.8 mA and in 90 minutes as the operation time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52231
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayuningtias
"Indonesia sedang membangun pabrik katalis yang memiliki kapasitas produksi 800 ton per tahun demi memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri, di mana pembangunan pabrik katalis ini akan memberikan dampak terhadap ketersediaan sumber bahan baku. Secara umum, katalis terdiri atas logam berharga, seperti nikel yang memiliki nilai jual sebesar $22.000 per metrik ton dan dapat digunakan kembali guna menurunkan biaya produksi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan proses recovery logam nikel dari spent catalyst NiO/Al2O3 dengan efisiensi ekstraksi leaching tertinggi 76,28% pada kondisi operasi asam tartrat 1.5 M + 1% v/v H2O2, rasio S/L 20 g/L, temperatur reaksi 70 oC, waktu reaksi selama 4 jam dalam kecepatan agitasi 500 rpm, di mana proses leaching dikendalikan oleh difusi dengan energi aktivasi sebesar 2,29 kcal/mol. Kemudian, metode leaching dilanjutkan dengan ekstraksi cair-cair yang mampu mengekstrak logam nikel dari Pregnant Leach Solution (PLS) sebanyak 84,20% saat kondisi optimum Cyanex 272 1 M + 5% v/v TBP, pH fasa akuatik 9, temperatur reaksi 25 oC, waktu ekstraksi selama 1 jam dalam kecepatan agitasi 500 rpm.

Indonesia is planning to build a catalyst factory with a production capacity of 800 tons per year to meet domestic catalyst needs, however the construction of this catalyst plant will have an impact on the availability of raw material sources. In general, the catalyst contains heavy metal, such as nickel metal, which has a selling price of $22,000 per metric ton and can be reused in order to reduce costs. Therefore, in this research, the nickel metal recovery process from spent catalyst NiO/Al2O3 was carried out with the highest leaching extraction efficiency of 76.28% at 1.5 M tartaric acid + 1% v/v H2O2, S/L ratio 20 g/ L, reaction temperature 70 oC for 4 hours with an agitation speed of 500 rpm, where the leaching process is controlled by diffusion with an activation energy of 2.29 kcal/mol. Then, the leaching method was continued with liquid-liquid extraction which was able to extract nickel metal from Pregnant Leach Solution (PLS) as much as 84.20% when the optimum conditions were Cyanex 272 1 M + 5% v/v TBP, pH 9 of aqueous phase, reaction temperature 25 oC, for 1 hour at 500 rpm agitation speed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Ariyola
"Limbah katalis dari proses pengolahan minyak bumi sangat melimpah, salah satunya adalah proses sream reforming yang menggunakan katalis berbasis nikel, yaitu katalis NiO/AI2O3. Nikel adalah logam bcrharga yang merniliki nilai jual tinggi karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat digunakan dalam aplikasi yang beragam.
Penelitian dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis NiO/A1303 dengan metode leaching H2SO4 dan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ekstruktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin. Sebelum penelitian dimulai, Iimbah diidentifikasi untuk mengetahui komposisi limbah dan kuantitasnya. Variabel yang dipelajari pengaruhnya terhadap kinerja proses leaching adalah konsenlrasi leaching agent. perbandingan solid-liquid, temperatur, dan waktu. Sedangkan pada proses ekstraksi diamati pengaruh konsentrasi ekstraktan, pH limbah, dan waktu ekstraksi. Hasil proses leaching dan ekstraksi dianalisis dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching limbah katalis NiO/Al2O3 menggunakan H2SO4 mencapai nilai optimum pada konsentrasi H2SO4 sebesar 7 M. perbandingan massa solid-liquid 1:75, temperatur 8O°C, dan waktu kontak 300 menit. Dengan kondisi tersebut persentase leaching nikel mencapai 97.225%. Pada proses ekstraksi dengan ekstraktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin, persentase ekstraksi terbesar yang diperoleh adalah 94,094% nikel dan 94,472% alurnuniunm pada pH 7 dan konsentrasi Cyanex®272 0,6 M selama 60 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kristianto
"Katalis sering digunakan dalam industri pengolahan minyak bumi, terutama katalis berbasis nikel yaitu NiO/Al2O3. Setiap tahunnya limbah katalis ini dihasilkan oleh unit Hydrogen Plant UP VI Pertamina Balongan sebesar 100 ton, dengan persentase kandungan Ni sekitar 10-25%. Nikel termasuk sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, dengan fraksi nikel di dalam tambang di Indonesia hanya sekitar 1,45%.
Limbah katalis nikel termasuk dalam golongan limbah B3 karena dapat membahayakan lingkungan jika dibuang tanpa perlakuan khusus. Melihat jumlah, potensi dan berbahayanya limbah katalis nikel, perlu dilakukan suatu proses rekoveri untuk memperoleh nikel dari limbah tersebut melalui beberapa proses, yaitu leaching menggunakan amonia-amonium karbonat, ekstraksi cair-cair menggunakan ekstraktan selektif LIX® 84-ICNS, dan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum proses leaching adalah pada konsentrasi amonium karbonat 2 M, dengan suhu 600C selama 5 jam, menghasilkan persentase leaching sebesar 29,31 % untuk sistem bejana terbuka. Kondisi optimum proses ekstraksi cair-cair adalah pada konsentrasi ekstraktan 10 % (v/v) dan pH 8,5; menghasilkan persentase ekstraksi sebesar 97,15%. Proses stripping menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi 200 g/L menghasilkan persentase perolehan logam nikel total yang diperoleh adalah 15,36%

Catalyst often used in petroleum refinery industry, especially nickel based catalyst, that is NiO/Al2O3. Catalyst waste annually generated by the Pertamina Balongan Hydrogen Plant Unit UP VI in the amount of 100 tonne, with Ni percentage is around 10-25%. Nickel is a natural resource that is not renewable, with nickel fraction from mines in Indonesia is only 1,45%.
Spent nickel catalyst included in the group of hazardous waste because the waste can harm the environment if disposed of without special treatment. Consider the amount, potential, and hazardous properties of nickel catalyst, it is necessary to do a recovery process to utilize the nickel catalyst waste through several process, that is leaching with ammonia-ammonium carbonate, liquid-liquid extraction using selective extractant LIX® 84-ICNS, and stripping process.
The result showed that optimum conditions of leaching process is ammonium carbonate concentration of 2 M, temperature of 600C for 5 hour, resulting 29,31 % of leaching percentage for open vessel system. Optimum conditions of liquid-liquid extraction process is on extractant concentration of 10% (v/v) and pH 8,5; resulting extraction percentage of 97,15%. Stripping process using sulfuric acid with concentration of 200 g/L resulting the total percentage of nickel metal recovery of 15,36%
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Rifa Ramadhani
"Nikel merupakan logam yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti pada katalis proses kimia. Kebutuhan atas nikel diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan nikel, perolehan kembali logam nikel dari sumber sekunder, seperti limbah katalis dapat menjadi alternatif yang ekonomis. Limbah katalis yang mengandung logam nikel sebesar 15% berat dapat diperoleh dari proses steam reforming. Perolehan kembali logam nikel dari limbah katalis dilakukan dengan metode leaching menggunakan asam laktat sebagai leaching agent yang minim emisi gas dan H2O2 sebagai oxidizing agent. Penambahan H2O2 bertujuan meningkatkan efisiensi leaching dengan mengoksidasi logam yang terkandung di dalam limbah katalis menjadi bentuk yang lebih larut. Penelitian ini yang menggunakan 1,5 M asam laktat dan 2% volume H2O2 pada suhu operasi 80℃ selama 240 menit berhasil mencapai efisiensi leaching logam nikel sebesar 72,25%. Studi kinetika yang dilakukan pada proses leaching tersebut menunjukkan bahwa prosesnya dikendalikan oleh mekanisme difusi dengan energi aktivasi sebesar 13,56 kJ/mol. Logam nikel yang terlarutkan ke dalam larutan leaching kemudian dipurifikasi melalui ekstraksi cair-cair dengan bantuan ekstraktan Cyanex 272 untuk memisahkannya dari logam lain yang terikut dalam larutan leaching. Dengan konsentrasi Cyanex 272 sebesar 1 M pada pH fase akuatik 8 selama 60 menit, diperoleh efisiensi ekstraksi sebesar 79,57%.

Nickel is a metal that is utilized in several industries for catalyst. The demand of nickel is predicted to keep rising every year. To meet the demand, recovering nickel from secondary source, such as spent catalyst waste can be a solution. Spent catalysts containing 15%wt nickel can be obtained from steam reforming process. The recovery of nickel is done by leaching method using lactic acid as leaching agent with minimum gas emission and H2O2 as an oxidizing agent. Addition of H2O2 is expected to increase the leaching efficiency by oxidizing the nickel into a more soluble form. This research that used 1,5 M lactic acid and 2%v/v H2O2 at 80℃ for 240 minutes managed to attain 72,25% leaching efficiency. Kinetic study conducted in this leaching process showed diffusion as limiting mechanism with 13,56 kJ/mol energy activation. Dissolved nickel metal in the leach liquor is then purified through solvent extraction with the help of Cyanex 272 extractant to be separated from other undesirable metal. Under the operation condition 1 M Cyanex 272 and pH aquatic phase 8, 60 minutes extraction process resulted in 79,57% nickel extraction efficiency"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dinarti Paramita
"Indonesia sebagai negara maritim memiliki sumber bahan baku kitin yang melimpah, yaitu kulit udang. Kulit udang pada percobaan ini mengandung 41,995% mineral, 45,36% protein dan sisanya adalah kitin. Kitin, ?-(1-4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa, diisolasi dari kulit udang dengan melalui dua tahap proses, yaitu demineralisasi dan deproteinasi. Kitin yang didapat kemudian diubah menjadi kitosan melalui proses deasetilasi. Kitosan, disebut juga ?-1,4-2-amino-2-dioksi-D-glukosa, mengandung gugus amida dan hidroksil yang menyebabkan kitosan memiliki reaktifitas yang tinggi dan bersifat polielektrolit kation. Oleh sebab itu, kitosan dapat digunakan sebagai adsorben logam berat. Pada penelitian ini, proses demineralisasi menggunakan HCl 1 N dengan perbandingan solid:liquid sebesar 1:20 pada temperatur 90_C selama 60 menit. Proses deproteinasi menggunakan NaOH 3,5 N dengan perbandingan solid:liquid sebesar 1:10 pada temperatur 90_C selama 60 menit. Proses deasetilasi menggunakan NaOH pekat 80% (b/v) dengan perbandingan solid:liquid sebesar 1:10 pada temperatur 130_C selama 30 menit. Kitosan yang dihasilkan, selanjutnya akan digunakan sebagai adsorben logam Cu (II), memiliki nilai derajat deasetilasi sebesar 46,77%. Uji adsorpsi logam Cu (II) oleh kitosan dilakukan dengan empat variasi, yaitu pH, perbandingan solid:liquid, waktu kontak dan konsentrasi awal Cu (II). Kondisi optimum adsorpsi logam Cu (II) didapat pH 5 dengan perbandingan solid-liquid sebesar 1:100 selama 60 menit pada konsentrasi awal Cu (II) sebanyak 100 ppm dengan persentase adsorpsi maksimum sebesar 70,84%.

Indonesia as an maritime country has a lot of source of chitin. Prawn shell is one of the potential source of chitin. Prawn shell consist of 41.995% mineral, 45.36% protein and the rest is chitin. Chitin, ?-(1-4)-2-acetamido-2-deoxy-D-glucosamine, isolated from Prawn shell by demineralization and depretination. Isolated chitin must be converted become chitosan by deacetylation. Chitosan, ?-(1-4)-2-amino-2-deoxy-Dglucosamine, has amide and hydroxyl groups, that makes chitosan is very reactive and polyelectrolit. Because of that, chitosan can be used as an adsorbent of heavy metal. In this research, demineralization using 1 N HCl for 30 minutes at 90_C with ratio solid:liquid 1:20. Deproteinization using 3.5 N NaOH for 60 minutes at 90_C with ratio solid:liquid 1:10. Deacetylation using 80% (w/v) NaOH for 30 minutes at 130_C with ratio solid:liquid 1:10. Chitosan isolated, used as an adsorbent of metal Cu (II), has 46.77% degree of deacetylation. Adsorption Cu (II) by chitosan has four variations, which are pH, ratio solid:liquid, time contack and initial concentration of Cu (II). Optimum condition of adsorption is the highest precentage of adsorption at pH 5, ratio solid-liquid 1:100 for 60 minutes and initial concentration of Cu (II) 100 ppm. The highest precentage of adsorption is 70.84%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [2007;2007, 2007]
S49769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Risma Iwana
"

Industri pupuk dapat menjadi salah satu sektor strategis yang dapat memacu perekonomian Indonesia dikarenakan industri pupuk memegang peranan penting dalam mendorong peningkatan produksi pada sektor pertanian yang meningkat seiring dengan bertambahnya populasi di Indonesia. Oleh karena itu untuk memenuhi kapasitas produksi yang terus meningkat, PT. Pupuk Kujang menggunakan katalis nikel oksida dengan alumina yang berfungsi sebagai penyangga pada proses steam reforming. Namun dengan harga logam berharga yang terus meningkat, perlu adanya proses perolehan kembali logam berharga,  yaitu nikel, yang efektif sebagai upaya menurunkan biaya produksi dan mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah spent catalyst. Dalam penelitian ini, dilakukan upaya perolehan logam nikel pada limbah spent catalyst NiO/Al2O3 menggunakan asam asetat sebagai 3 M + 1% H2O2, rasio S/L 20 g/L, dengan temperatur 80 oC dalam waktu 120 menit, dan kecepatan agitasi sebesar 500 rpm berhasil mendapatkan efisiensi recovery logam nikel sebesar 74,63%. Studi kinetika yang dilakukan menggunakan Shrinking Core Model (SCM) menunjukan bahwa prosesnya dikendalikan oleh mekanisme reaksi kimia permukaan dengan energi aktivasi sebesar 23,28 kcal/mol. Kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi pada Pregnant Leached Solution (PLS) menggunakan LIX 84-ICNS dengan konsentrasi 40% v/v selama 120 menit pada pH fase akutik 6 dengan kecepatan 500 rpm diperoleh efisiensi ekstraksi nikel sebesar 99,56%.


The fertilizer industry can be one of the strategic sectors that can spur the Indonesian economy because the fertilizer industry plays an important role in encouraging increased production in the agricultural sector which increases along with the increasing population in Indonesia. Therefore, to meet the ever-increasing production capacity, PT. Pupuk Kujang uses a nickel oxide catalyst with alumina which functions as a buffer in the steam reforming process. However, with the price of precious metals continuing to increase, it is necessary to have an effective process for recovering precious metals, namely nickel, as an effort to reduce production costs and prevent environmental pollution caused by spent catalyst waste. In this research, efforts were made to recover nickel metal from spent catalyst NiO/Al2O3 waste using acetic acid as 3 M + 1% H2O2, S/L ratio of 20 g/L, with a temperature of 80 oC in 120 minutes, and an agitation speed of 500 rpm managed to get a nickel metal recovery efficiency of 74.63%. Kinetic studies conducted using the Shrinking Core Model (SCM) showed that the process was controlled by a surface chemical reaction mechanism with an activation energy of 23.28 kcal/mol. Then proceed with extraction in Pregnant Leached Solution (PLS) using LIX 84-ICNS with a concentration of 40% v/v for 120 minutes at pH aqueous phase 6 at a speed of 500 rpm to obtain a nickel extraction efficiency of 99.56%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Devina Ichasia Prawira
"Perkembangan industri yang pesat menjadikan katalis sebagai jawaban atas kecepatan reaksi pada suatu proses. Proses yang menggunakan katalis pada industri minyak dan gas adalah Contiunous Catalytic Cracking Platforming Unit, yang dimana proses tersebut menghasilkan limbah katalis Pt/Al2O3 sekitar 2000-3000 kg/tahun dengan kandungan platinum sebesar 3200 ppm. Hal tersebut menyebabkan metode leaching asam organik, leaching aqua regia, dan digestion aqua regia diperlukan untuk mengambil kembali logam platinum sangat diperlukan untuk menghemat biaya pembelian katalis platinum karena harganya yang sangat mahal dan limbah katalis merupakan limbah B3. Dalam penelitian ini akan dilakukan tiga metode berbeda untuk mengambil kembali logam platinum dari limbah katalis Pt/Al2O3. Metode yang digunakan adalah leaching dengan asam oksalat, leaching dengan aqua regia, dan digestion dengan aqua regia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses digestion dinilai paling efektif dalam me-recovery logam platinum dengan persentase efisiensi digestion sebesar 98,13%. Proses tersebut memiliki kondisi optimum dengan menggunakan massa padatan limbah katalis 0,1 gram pada suhu 220oC selama 60 menit.

Rapid industrial development uses the catalyst in response to reaction speed in a process. The process uses catalysts in the oil and gas industry is Continuous Catalytic Cracking Platforming Unit, in which the process produces Pt/Al2O3 catalyst waste approximately 2000-3000 kg/year and contains of 3200 ppm platinum metals. It becomes the reason why organic acid leaching, aqua regia leaching, and aqua regia digestion is needed to recover the platinum metals to save cost because its price is very expensive and spent catalyst waste is also considered as hazardous and toxic materials. In this experiment, there are three different methods used to obtain the recovery of platinum metals from spent.Pt/Al2O3 catalyst. The methods used are leaching with oxalic acid, leaching with aqua regia, and digestion with aqua regia. The experiment showed that digestion method is the most effective method in recovering platinum metals with thedigestion efficiency percentage of 98.13%. The optimum conditions for the digestion process is by using 0.1 grams of spent catalyst at 220oC.The digestion process should last for 60 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>