Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivan Virmawan
"Era globalisasi memaksa setiap perusahaan untuk dapat bertahan dan bersaing secara ketat. Salah satu caranya adalah menghasilkan produk yang berkualitas internasional. Hal ini bertujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan dan membangun kesetian pelanggan serta juga berdampak positif bagi citra perusahaan di pasar luar negeri.
Six Sigma telah menjadi fenomena dalam beberapa tahun terakhir dimana Six Sigma merupakan sebuah metodologi perbaikan kualitas secara terus-menerus yang berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada proses. Six Sigma bertujuan untuk mengurangi cacat sampai 3,4 cacat per sejuta kesemapatan melalui tahapan DMAIC (Define Measure Analyze Improve Conrrol) yang akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja bisnis.
Tulisan ini adalah sebuah studi kasus penerapan Six Sigma pada produk Alstom di PT United Tractors Pandu Engineering. Pada tulisan ini Six Sigma diterapkan sebagai metodologi DMAIC dengan berbagai alat kualitas yang dipakai. Nilai sigma Alstom ternyata baru mencapai 2 sigma. Hal ini menunjukkan kualitas Alstom masih rendah dan dibawah standar intemasional. Oleh karena itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memberikan dan menjabarkan usulan tindakan perbaikan berupa SOP, pembenahan rata letak dan lain-lain.

Globalization has force every company to survive and compete strictly. One of way to compete is produce international quality product. The purpose are to get customer satisfaction and build customer loyalty and also give a positive image for company in aboard market.
Recently, Six Sigma has been phenomenon where it is a methodology of continuous quality improvement that customer focus and process-oriented. Six Sigma has purpose to reduce defects until 3,4 Defect Per Million Opportunities through DMAIC phases (Define Measure Analyze Improve Control) so that increase business performance.
This paper is a case study of implementation Six Sigma for Alstom at PT. United Tractors Pandu Engineering. In this paper, Six Sigma was implemented as DMAIC methodology with use of quality tools. Sigma value of Alstom just reaches 2 sigma. It shows that Alstom has low quality and below international standard. Therefore, this paper also gives and explains improvement actions like Standard Operation Procedure, relay out, etc.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bahrun Afriansyah
"Tulisan ini merupakan suatu pentaburan penerapan metodologi Six Sigma dalam upaya perbaikan proses dengan studi kasus proses pemotongan material dengan mesin Eye Tracer di lini persiapan bahan PT. United Tractors Pandu. Pada psrbaikan proses ini dilakukan penggunaan tahapan Six Sigma yang dikenal sebagai DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control), dimana dalam tiap tahapannya digunakan berhagai kombinasi metode ataupun alat (tools) baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif secara feksibel dan koutekstual. Dengan penggunaan metodologi Six Sigma, dihatapkan akan terjadi perbaikan proses k arah proses tampa cacat (zero defect) atau secara realistis mencapai 3,4 cacat per juta kemuugkinan (DPMO) pada saat suatu proses telah mencapai tingkatan enam sigma (Six Sigma).
Usaha peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen dalam era yang semakin kompelitif merupakan sesuatu yang mutlak perlu untuk dilakukan oleh setiap perusahaan. Demikian pula halnya dengan kuntitas produk yang dihasilkan oleh PT. United Tractors Pandu Produk setengah jadi yang dihasilkan oleh proses pemotongan dengan mesin Eye Tracer pada Lini Persiapan Bahan di perusahaan ini baru mencapai 3 sigma, yang menandakan masih terdapat sekitar 66.800 kejadian cacat dalam satu juta kemungkinan yang ada (DPMO). Banyaknya jumlah kejadian cacat yang ditemukan pads proses pemotongan tersebut, umumnya disebabkan oleh permasalahan metode dan permasalahan permesinan.
Melalui penerapan melodologi Six Sigma, sepedi dalam penelitian ini, diharapkan akan mampu meningkatkan nilai sigma proses pemotongan menjadi 3,5 sigma, yaitu 22-800 kejadian cacat dalam satu juta kCHl H. Peningkatan tersebut dapal diwujudkan melalui pengaplikasian usulan-usulan perbaikan yang berupa pembuatan prosedur standar opcrasi (SOP), perbaikan meja polong, maupun berbagai perbaikan lain yang digabarkan dalam tulisan ini.

This writing will explain in details about the implementation of Six Sigma methodology in order to make an improvement of cutting process by using Eye Tracer cutting machine in material preparation section, PT. United Tractors Pandu. This irnprovement method are using Six Sigma improvement stem which known as DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control). In every those step, there would be a different methods and tools flexibly and eontextually used, which differ into quantitative or qualitative characteristics. By using Six Sigma methodology, we will go to achieve zero defect process or realistically 3,4 defect per million opportunity (DPMO) when the process has gain six sigma level.
All effort to increase a quality of products or services offered to customers was something really need to be done by many companies in this fast growing competitive market, including PT. United Tractors Pandu. As this far, semi finish product produced by Eye Tracer cutting machine which located in material preparation section., still only have 3 sigma in their process capability. This 3 sigma shows that there is a possibility of 66.800 defect was found in a million opportunity (DPMO) of their semi Enish product. The large number of defect found in that cutting process was identiiied mostly caused by cutting method and machinery problem.
By using Six Sigma method in this research, hopefully the company could eliminate those problems, and could increase the sigma capability into 3,5 sigma, which means there would be 22.800 defect occur in a million opportunity- This target of improvement could be realize by implementing the solutions given, like establishing a standard operating procedure (SOP) for cutting process, cutting table changing, and many other solutions proposed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellis
"Terdapat beberapa langkah dan faktor penting yang harus diperhatikan dalam implementasi Six Sigma untuk memperoleh hasil maksimal. Salah satunya adalah peranan sistem informasi manajemen. Hal ini dikarenakan banyak keputusan penting di mana melibatkan partisipasi lintas fungsional yang harus diarnbil pemimpin organisasi selama. proses implementasi Six Sigma. Sistem informasi manajemen yang baik menuntun pada proses pengambilan keputusan yang lebih mudah dan hasil keputusan yang lebih tepat Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh aktivitas-aktivitas implementasi Six Sigma yang menuju ideal dan menilai tingkat kepentingan (seberapa besar) peranan/dukungan sistem infonnasi manajernen terhadap setiap aktivitas implementasi Six Sigma tersebut.

There are a few of important steps and factors that must be considered at Six Sigma implementation for getting maximum result. One of them is the management information system (MIS) roles. It is because so many significant decisions which cross functional participation needed that must be made by organization leaders through Six Sigma implementation processes. Excellent management information system (MIS) will lead to easier decision making processes and more accurate decision. Therefore, this research is done in order to achieve Six Sigma implementation activities that reach optimisation and weight the level importance of management information system roles (MIS) for those activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsanul Khaliqin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Budiarti
"Six Sigma merupakan sualu target -yaitu 3,4 Defect Per Mi/Jion Opportunilies- yang memungkinkan karakterisasi kualitas diukur dari persfektif jumlah error atau cacat sebenarnya dibanding total kesempatan terjadinya error atau cacat. Metodologi peningkaum kualitas Six Sigma sebagai sarana untuk mencapai level kualitas Six Sigma dengan berfokus pada problem solving sebuah sistem dlsebut Six Sigma Improvement Framework yang terdiri dari 5 fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Cmurol). Six Sigma berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada proses yang berpengaruh pada hasil akhir yang diharapkan. Penelitian ini menganalisis penerapan Six Sigma pada sebuah perusahaan garment PT. X untuk mengurangi banyaknya cacat appearance (jahitan, bentuk, dan warna), dan tingginya tingkat pengerjaan ulang pada produk pakaian jadi. Pengolahan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan menggunakan beberapa fools Six Sigma pada masing-masing tahap DMAIC. Melalui penerapan Six Sigma performa proses cutting dan sewing untuk menghasilkan produk yang bebas cacat dapat terukur, Setelah itu dilakukan analisis terhadap sumber variasi dan penentuan solusi potensial untuk mcmperbaiki pcrforma proses. Penelitian dibatasi pada produk dengan nomor style 148 824 yang mcmiliki ll karakteristik kualitas yang kritis (CTQ). Nilai defect per unit (DPU) yang dihasilkan sebesar 0.608974, dan nilai sigma sebesar 3,095. Nilai throughput yiald yang dihasilkan sebesar 39,!026%. Nilai nilai ini menggambarkan kemampuan..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
"Six Sigma is a quality target of -3,4 Defect Per Million Opportunities- that allows quality characteristic being measured by perspective of total? defects compare to the total' opportunities of defect to occur. Six Sigma quality improvement methodology is coiled Six Sigma Improvement Framework which consist of 5 phases DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control. Sir Sigma focused on customer and oriented to the process which affect the final quality characteristic required on a product. This research analyzed the implementation of Six Sigma in a garment company PT X to reduced the number of appearance defect, and the high number of rework for the clothes product. Quantitative and qualitative data were processed by means of some Six Sigma tools for each phase ofDMA1C_ This research focused on the product with style number 148 824 which has I I critical quality characteristic (CTQ). Metric value acquired : defect per unit (DPDQ = Q603974, and the sigma value = 3, 095. Throughput yield = 39, 1026%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
JUTE-19-1-Mar2005-79
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asrianti Mira Anggraeni
"Dunia industri yang semakin kompetitif membuat setiap perusahaan berupaya meningkatkan kualitas produknya dengan memperhatikan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Salah satu langkah yang ditempuh dalam meningkatkan kualitas suatu produk adalah dengan melakukan proses pengembangan produk dengan metode Quality Function Deployment (QFD). Walaupun QFD memiliki beberapa kelebihan, namun metode tersebut cenderung bersifat subyektif terutama dalam penenluan target karakteristik teknis.
Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy QFD untuk menentukan nilai karakteristik teknis yang optimal bagi produk rowing tractor yang diproduksi oleh PT United Tractors Pandu Engineering dengan mempertimbangkan ketidakpastian dan kekaburan dalam penentuan tingkat kepentingan, kepuasan, hubungan antara atribut keinginan konsumen dengan karakteristik telmis dan antar karakteristik teknis. Langkah pertama adalah menentukan koefisien parameter antar atribut dengan regresi linear fuzzy. Selanjutnya koefisien tersebut akan menjadi pembatas dalam menentukan nilai karakteristik teknis yang optimal melalui multiobjective decision making beserta pernbatas-pembatas lainnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai karakteristik teknis yang optimal untuk produk towing tractor yang berfokus pada peningkatan horse power, tire size, gradeability serta penurunan height, length, width, wheelbase, tread rear, dan service weight.

The increasing competitiveness of today’s industry forced each company to improve the quality of its products by considering customer demand. One way to improve the quality is by doing a product development process using the Quality Function Deployment (QFD). Regardless of all the benehts QFD possessed, this method is subjective by nature, especially in the detemiination of technical characteristics target efforts.
This study uses lirzzy QFD method to point out the optimal technical characteristics value for towing tractor product, produced by PT. United Tractors Pandu Engineering, with special acknowledgement on uncertainties and vagueness in determining importance rating, satisfaction level, the relationship between customer atributes with technical characteristics, and technical correlation- The first step is to decide on a parameter coeficient between atributes using fuzzy linear regression technique- This coefficient will act as a boundary in determining the optimal technical characteristics value with the means of multiobjective decision making, along with other boundaries.
Consequently, technical characteristics values for towing tractor product, with the emphasis on improvement on horse power, tire size, gradeability and on the reducing height, length, width,wheelbase, tread rear, and service weight will be obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Wahyudi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
TA2315
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Hendra Wijaya
"Kualitas adalah elemen terpenting dalam parsaingan dunia bi5ni5 saat ini. Perusahaan yang mampu bersaing adalah perusahaan yang mempunyai proses bisnis yang berkualitas tinggi dan mampu memenuhi keinginan pelanggan Salah satu hal yang sangat eral kaitannya dengan kualitas adalah Six Sigma.
Six Sigma merupakan konsep peningkatan kualitas yang b_Clff0k\lS kepada pemenuhan kebutuhan kritis pelanggan dengan cara mengurangi tingkat cacat. Pemsahaan-perusahaan kelas dunia menjadikan Six Sigma sebagai suatu standar karena kemampuannya untulc mencapai 3,4 cacat per juta peluang-. Six Sigma melakukan S fasc untuk mencapai tingkat kegagalan nol, Define - Measure -Analyze - Improve - Control (DMAIC).
Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba menerapkan konsep Six Sigma melalui 5 fase DMAIC-padaproses bisnis di Departemen Weaving. Penelitian-bertujuan untuk mengurangi tingkat cacat pada kain Grey yang merupakan masalah utama yang sering terjadi pada Departemen ini.
Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa rata-rata proses di Departemen Weaving menghasilkan nilai sigma sebesar 3,71 dengan tingkat Defect Per Million Opportunity sebesar 13.655._ Hasil ini juga sebanding dengan nil i indeks kapabilitas proses sebesar 1,235. Hasil ini dapat menjadi tolak ukur untuk melakukan perbaikan hingga mencapai perusahaan kelas dunia.

In the present day, quality is the most important element in global business competition. Only company that has high quality business process and the ability to satisfy customer's needs could be compete and stay exist. One of' issue that closely related to quality is Six Sigma.
Six Sigma is a quality improvement concept that focused o_n fulfilrnent of customefs critical expectation by reducing the level of defect. Six Sigma becomes a standard for world class company, because its ability to achieve up to 3,4 non conformity per million opportunity. Six Sigma's goal is zero defect which is achieve by performing 5 phase, Define - Measure -Analyze - lm prove - Control (DMAIC).
In this research, Six Sigma will be implemented at Weaving Department by performing 5 phase of DMAIC Its goal to reduce Grey Fabric's Defect Level which are the main problem and frequently-occurred at this Department.
The results of this research pointed that process held at Weaving Department has an average sigma value of 3,71 and the average Defect Per Million Opportunity of 13.655. This result is equivalent to Process Capability Index of 1,235. Management could consider the results to be a baseline for quality improvement to achieve world class company.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S50021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nugroho Nurwidiyanto
"PT X adalab perusaahan manufaktur pembuatan peralatan musik herupa gitar akustik, gitar listrik serta perlengk:apan drum. Perusahaan ini selalu bcrorientasi ke ekspor. Pangsa pasar ekspor selalu membutuhkan produk dengan spesifikasi yang sempurna Pada PT X Jumlah produk yang setiap bulan dihancurkan masib retalive tinggi, hal ini disebabkan karena banyaknyQ. cacat atau variasi yang terjadi pada waktu proses produksi. Berdasarkan hal inilah maka metode Six Sigma layak untuk di implementasikan. Karena Metode Six Sigma secara filosofi statistic adalah bagaimana mendapatkan vatiasi sebesar 3A dari I juta peluang. Dan itu berarti metode ini dirasakan tepa.t untuk menekan variasi yang terjadi pada PT X untuk Produk gitar akustik. Denga.n menggunakan proses yang berjalan saat ini. k.hususnya pada proses wood working I~ PT X mampu mendapatkan sigma alpha sebesar 3,874. Ha1 ini berarti perusahan tersebut masih belum optimal dalam menangani variast yang terjadL Untuk perusahaan rata~rata industri yang baik harus mencapai nilai sigma minimal4. Sebagai tahapan akhir yang dicapai. terdapat beberapa solusi-oolusi potensial yang ditemukan agar PT X da.pat menekan variasi yang terjadi pada proses wood working I. Dian tara dari beberapa sotusi itu adalah penganalisaan kembali standard time pada proses Wood working L Analisa standard time ini bertujuan untuk mengetahul kapasitas produksi npakah telah sesuai dengan jumlah karyawan yang ada sekarang ini.

PT X is a musical instrumentation manufacturer. These company products are export oriented. Market compartments export always require product with perfect specification, but unfortunately the amount of defect product at PT X especially acoustic guitar type CG is still high This matter in caused by the number of variation or defect that happened when production process. Based on this, Six Sigma method is competent to implementation at this company. Because the philosophy of six sigma way is how to reduce defect to only 3,4 defect per million opportunity. By using process which walk in this lime, especially process of wood working 1, the value of sigma can be calculate. The value of this process is 3,873 alpha sigma. This value is not optimal yet, because to be an average in industrial manufacturer, the value of sigma should be above 4 sigma. Based on this research, to improve the value of sigma there are some potential solutions. One of them is to analyze again standard time of this process. Production capacity should aacording to standard lime of the process and total amount of production operator."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S50228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>