Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Armanto
"Rumah tinggal sederhana yang umumnya terdapat pada negara kita terutama pada daerah perkotaan yaitu rumah tinggal yang terbuat dari pasangan batu bata dengan perkuatan beton. Dalam pelaksanaanya pembangunan rumah tinggal sederhana ini banyak bentuk struktur bangunannya yang antara balok dan kolomnya tidak bertemu pada salah satu titik simpul. Pada penulisan ini telah dilakukan peninjauan prilaku rumah tinggal sederhana dari bentuk struktur atau pemodelan akibat terdapatnya balok dan kolom yang tidak bertemu pada salah satu titik simpul. Selain itu dinding bata dari rumah tinggal sederhana dimodelkan dan digunakan dalam perhitungan simulasi numerik.
Pada bangunan satu lantai terdapat 6 model. Model 1 sebagai model acuan dimana kolom dan balok bertemu pada satu titik simpul. Model 2 tidak bertemunya balok dan kolom pada satu titik simpul dengan adanya jarak sebesar 25 cm antara kolom K1 - dengan kolom K2 dan kolom K3 - dengan K14. Model 3 tidak bertemunya balok dan kolom pada satu titik simpul dengan adanya jarak sebesar 50 cm antara kolom K1 - dengan kolom K2 dan kolom K3 - dengan K14. Model 4 tidak bertemunya balok dan kolom pada satu titik simpul pada as A. Model 5 pemodelan dinding bata yang berjarak sebesar 25 cm dibawah ringbalok pada as B. Model 6 sama seperti model 1 tetapi tanpa pemodelan dinding bata sebagai penahan gaya lateral.
Pada bangunan dua lantai terdapat 3 model. Model pertama dimana kolom Kp 7 pada lantai 2 bertemu pada satu titik simpul. Model 2 dimana Kp 7 tidak bertemu pada satu titik simpul dengan adanya jarak sebesar 1,25 meter dengan kolom Kp 3 - , dan model 3 sama seperti model 1 tetapi tanpa pemodelan dinding bata sebagai penahan gaya lateral. Peninjauan prilaku rumah tinggal tersebut dilakukan pada elemen kolom dan balok, terdiri dari nilai daya layan dan perbandingan rasio kekuatan struktur (perbandingan antara nilai gaya dalam ultimate dengan kapasitas penampang). Rasio kekuatan struktur yang di tinjau yaitu berupa rasio kuat lentur dan normal pada kolom, rasio kuat geser pada kolom, rasio kuat lentur pada balok, dan rasio kuat geser pada balok. Untuk mendapatkan kesimpulan bentuk struktur atau pemodelan mana yang lebih baik maka nilai rasio kekuatan tiap - tiap elemen balok dan elemen kolom digunakan nilai rasio rata-ratanya. Dari nilai perbandingan rasio rata-rata kuat lentur dan normal pada kolom, rasio rata-rata kuat geser pada kolom, rasio rata-rata kuat lentur pada balok, dan rasio rata-rata kuat geser pada balok, nilainya diberikan peringkat dari tiap-tiap model. Kemudian nilai peringkat tersebut dirata-ratakan sehingga didapat kesimpulan bentuk struktur atau pemodelan mana yang lebih baik bedasarkan perbandingan rasio rata-rata kekuatan struktur.
Pada hasil perhitungan didapat nilai daya layan dari tiap-tiap pemodelan masih memenuhi syarat. Untuk bentuk struktur atau pemodelan yang paling baik berdasarkan nilai peringkat rata-rata dari rasio rata-rata kekuatan elemen yaitu : pada bangunan satu lantai untuk kombinasi pembebanan beban mati dan beban hidup yaitu model 3,1,4,2,dan 5 atau 6 ; dan untuk kombinasi pembebanan beban mati, hidup, dan gempa yaitu model 1,3,4,2,5, dan 6; pada bangunan dua lantai untuk kombinasi pembebanan beban mati dan beban hidup; maupun kombinasi beban mati, hidup, dan beban gempa yaitu pada model 2,1,dan 3. Pada bangunan satu lantai bentuk struktur yang antara kolom dan baloknya bertemu pada titik simpul nilai rasio kekuatan rata-ratanya lebih baik, sedangkan pada bangunan dua lantai bentuk struktur yang antara kolom dan baloknya tidak bertemu pada salah satu titik simpul nilai rasio kekuatan rataratanya lebih baik. Sehingga bentuk struktur yang balok dan kolomnya bertemu pada titik simpul tidak selalu mempunyai nilai rasio kekuatan rata-rata yang lebih baik dibandingkan dengan struktur yang kolom dan baloknya tidak bertemu pada satu titik simpul karena dipengaruhi pula oleh panjang bentang balok akibat jarak antara kolom.

Landed houses at our country especially at urban area are made from brick combined with reinforced concrete elements. During construction phase of those houses, it is often find that one of their beam and column are eccentrically jointed. This paper has been conducted to study the behaviour of landed houses subjected to structure form variation of beams and columns which are jointed eccentrically. Brick wall of the landed house is used as a model in calculating numerical simulation.
In this paper we define one story building that has 6 models. First model acts as reference model where the column and the beam are not jointed eccentrically. Second model is a model that beam and column where are jointed eccentrically either with both column K1' and K2 and column K3' and K14 with 25 cm in distance from those columns. Third model is a model that beam and column where are jointed eccentrically either with both column K1' and K2 and column K3' and K14 with 50 cm in distance from those columns. Forth model is about column and beam model where are jointed eccentrically at axis A. Fifth model is a brick wall model that has 25 cm distance between brickwall and beam at axis B. The last, six model is the same as first model but without brickwall as lateral force resistance.
While at a two story building, we define it into 3 models. First model is a model where column Kp 7 is not eccentrically jointed at second floor. Second model describes as a model that jointed eccentrically between both column Kp 3' and Kp 7 with 1,25 m in distance from those columns. Third model is the same as first model but without brickwall as lateral force resistance. This behaviour study of landed house consists of serviceability value and comparison of structure strength ratio that conducted at column and beam elements (comparison between internal ultimate force and cross section capacity). Furthermore, the ratio of structure strength consists of flexural and normal strength ratio at column, shear strength ratio at column, flexural strength ratio at beam, and shear strength ratio at beam. To obtain the conclusion of structure form or model, it is better therefore if the ratio of strength value from each beam and column elements is taken into average ratio of strength elements value. From comparison value of average ratio of flexural and normal strength at column, average ratio of shear strength at column, average ratio of flexural strength at beam, and average ratio of shear strength at beam, we will rank the each model and than calculate the values of rank as average value so that we may conclude the form of the structure or type of the model that is better based on the average ratio of structure strength.
Based on the result, the serviceability value from each model is still fulfil the serviceability criteria. At one story building, the rank of structure form or model (from top until bottom) based on dead load and live load combination that taken from average rank value of average ratio of strength elements are models 3,1,4,2, and 5 or 6. While for combination of dead load, live load and eathquake, the rank (from the top until bottom) are models 1,3,4,2,5, and 6. In two story building, the rank either for combination of deadload and liveload, and combination of deadload; liveload; and earthquake the models are 2, 1, and 3. For one story building, the average ratio of structure strength value is better if the beam and column are not eccentrically jointed. While at two story building, the average ratio of structure strength is better if the beam and column are eccentrically jointed. In conclusion, the structure that its beam and column are not eccentrically jointed does not always have a better average ratio of structure strength value compared with the structure that its beam and column eccentrically jointed. The value itself is influenced by the length of the beam as the effect of distance between columns.
"
2008
S35872
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Adam Zaki
"Kita semua tahu bahwa tempat tinggal adalah salah satu dari kebutuhan manusia yang paling mendasar. Dari zaman dahulu, manusia berusaha untuk melakukan sesuatu agar kebutuhan akan tempat tinggal ini terpenuhi. Mereka mulai dengan menggunakan gua-gua alam sampai dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia disekeliling mereka. Waktu terus berjalan dan manusia tetap melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang tentu saja lebih modem.
Semua manusia memerlukan tempat tinggal. Tidak ada pengecualian. Baik yang tinggal di kota-kota besar, sampai yang tinggal di tempat-tempat terpencil. Karena pentingnya masalah ini, masalah ini pun diangkat di dunia internasional sebagai masalah bersama yang harus ditangani secara bersama-sama pula.
Namun, walaupun tempat tinggal adalah kebutuhan yang penting bagi manusia, pada kenyataannya banyak yang belum memilikinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidak mampuan mereka untuk membuat atau membeli sebuah tempat tinggal. Akhirnya mereka banyak menempati tempat-tempat yang tidak layak untuk dihuni.
Rumah Sederhana merupakan sebuah rancangan tempat tinggal yang ditujukan bagi mereka yang tergolong tidak mampu atau miskin. Dengan adanya rumah ini diharapkan masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Mereka tidak perlu lagi tinggal ditempat- tempat kumuh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahmadhani
"Pemetaan rute pengendara bermotor pada salah satu titik simpul kemacetan di DKI Jakarta dilakukan untuk menunjukkan distribusi rute kendaraan yang ada pada suatu titik kemacetan. Pemetaan ini merupakan salah satu upaya untuk optimalisasi rute lalu lintas dengan mengetahui distribusi kendaraan yang ada pada titik simpul kemacetan di DKI Jakarta. Pemetaan rute yang dilakukan oleh pengendara bermotor dipetakan menggunakan model simulasi dengan software ProModel. Pemetaan rute perjalanan pengendara bermotor di salah satu titik simpul kemacetan di DKI Jakarta dilakukan di persimpangan Fatmawati dan uji skenario dalam model yang paling optimal adalah dengan melakukan pencopotan lampu lalu lintas yang ada pada persimpangan dan mengubahnya menjadi jalur satu arah.

The aim of Vehicle Drivers Route-Mapping at One of the Traffic Congestion Node in DKI Jakarta is to show the vehicle routes distribution in one of the congestion node in Jakarta area. This route-mapping is also an effort to optimize the traffic routes by acknowledging the vehicles distribution in those congestion node. This research is done using a well-known simulation modelling software called ProModel. Moreover, this research is conducted on the Fatmawati intersection, and the scenario tested in the most optimal model here is by taking off the traffic light on that intersection and change the lane direction into one-way lane direction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Anefi
"Skripsi ini membahas mengenai sebuah alternatif terjadinya fenomena kodokushidi Jepang, terutama bagi para lansia. Fenomena ini diakibatkan oleh semakin merenggangnya hubungan masyarakat Jepang dengan lingkungan sosialnya, hingga menyebabkan perasaan teralienasi atau terisolir dari lingkungannya. Hubungan dan interaksi sosial amat dibutuhkan oleh setiap individu di dunia, terutama ketika sudah menjadi lansia. Tetangga merupakan orang terdekat selain keluarga yang dapat dimintai pertolongan dikala darurat. Oleh karena itu, jika tidak membangun hubungan dengan lingkungan sosial, seseorang akan mengalami kesulitan dimasa tuanya. Berangkat dari masalah itu, penulis akan membahas mengenai collective house sebagai salah satu alternatif yang dapat diterapkan oleh masyarakat Jepang untuk memperbaiki hubungan sosial dan interaksi dengan individu selain keluarga. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam collective house juga dilakukan untuk menjaga daya ingat dan membuat mereka merasa masih berguna untuk orang lain dan tidak bergantung kepada perawatan dari keluarga. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa collective house masih belum dapat menanggulangi terjadinya kodokushi pada lansia Jepang secarqa efektif.

This thesis is about one of an alternative to prevent kodokushi phenomenon in Japan. The phenomenon was affected by loosing enchantment between Japanese and their society, finally made an alienation or isolation between the Japanese individual from the society. Social interaction and relationship was the most important thing for everyone in the world, especially for elderly. Neighbor is the nearest person in our live after family, they are the person who we could ask for help in emergency. Thus, if there is a person who did not build a relationship with them, he or she will be in trouble in their old time. For this reason, the writer wrote about collective house as an alternative prevention for kodokushi by open an opportunity for people to connected with the others. This communication build by social activity in the collective house, the tenant should have to work with the others tenant in the housing complex. Not only for open an opportunity to make friends, those activity also made for protecting elderly's memories and make them become more independence. This thesis is used cualitative data and explain the solution in description way. The result of this thesis is collective house still cannot be an effective solution to prevent kodokushi for Japan's elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Ferdiansyah
"Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki standar-standar pelayanan minimal. Salah satu dari standar pelayanan minimal tersebut adalah jenis pelayanan gizi. Sisa makanan yang tidak dimakan oleh pasien adalah salah satu indikator untuk pelayanan gizi. Agar indikator tersebut terpenuhi, maka sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien harus kurang dari 20%. Sehingga, penulis melakukan penelitian pembuatan model untuk mengklasifikasikan sisa makanan pasien untuk membantu menentukan indikator keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit. Pengembangan penelitian ini diawali dengan pengumpulan dataset makanan dengan kelas “Sisa <20%” dan “Sisa >20%”. Dataset tersebut adalah data yang akan digunakan untuk proses training dan testing model. Sedangkan untuk model yang dikembangkan pada penelitian ini adalah model yang menggunakan arsitektur CNN dengan YOLOv5 dan arsitektur Faster R-CNN dengan Detectron2. Model yang dikembangkan ada sebanyak tiga buah, yaitu YOLOv5 epochs 100 dan 200 kemudian Faster R-CNN dengan iteration 2000. Berdasarkan hasil testing menggunakan test set, dapat dilakukan analisis pada confusion matrix untuk mendapatkan metrik precision, recall, dan F1-Score untuk tiap kelas dan akurasi model. Secara keseluruhan, model yang memiliki hasil terbaik untuk semua metrik tersebut adalah model Faster R-CNN dengan Detectron2. Pada kelas “Sisa <20%” metrik precision, recall, dan F1-Score tertinggi dicapai oleh model Faster R-CNN dengan nilai 80% pada semua metrik. Begitu juga untuk kelas “Sisa >20%” metrik precision dan F1-Score tertinggi dicapai oleh model Faster R-CNN dengan nilai 86% pada keduanya. Sedangkan nilai tertinggi untuk metrik recall pada kelas “Sisa>20%” dicapai oleh model YOLOv5 epochs 200 dengan nilai 87,5%. Kemudian untuk metrik akurasi dicapai nilai tertinggi oleh model Faster R-CNN dengan nilai 83,33%. Berdasarkan penelitian ini model Faster R-CNN lebih unggul dalam kemampuannya mengklasifikasikan sisa makanan dibandingkan dengan model YOLOv5.

Hospitals in carrying out their functions as one of the health service facilities have minimum service standards. One of the minimum service standards is nutrition services. Leftover food that is not eaten by the patient is one of the indicators for nutrition services. For the indicator to be met, the remaining uneaten food by the patient must be less than 20%. Therefore, the author conducted a research to create a model to classify patient food waste to help determine the success indicators of nutrition services in hospitals. The development of this research begins with the collection of food datasets with the classes "Sisa <20%" and "Sisa >20%" which respectively means less than 20% of leftovers and more than 20% of leftovers. These datasets are the data that will be used for the model training process. As for the proposed model, it uses CNN architecture with YOLOv5 and Faster R-CNN architecture with Detectron2. There are three models developed, namely YOLOv5 with 100 and epochs and Faster R-CNN with 2000 iterations. Based on the test results using the test set, the confusion matrix can be analyzed to obtain precision, recall, and F1-Score metrics for each class and overall model accuracy. Overall, the model that produces the best result for all these metrics is the Faster R-CNN model with Detectron2. In the "Sisa <20%" class, the highest precision, recall, and F1-Score metrics were achieved by the Faster R-CNN model with 80% on all metrics. Likewise, for the class “Sisa >20%" the highest precision and F1-Score metrics were achieved by the Faster R-CNN model with a value of 86% on both. While the highest value for the recall metric in the "Sisa >20%" class was achieved by the YOLOv5 epochs 200 model with a value of 87.5%. Then for the accuracy metric, the highest value was achieved by the Faster R-CNN model with a value of 83.33%. Based on this research, the Faster R-CNN model is superior in its ability to classify food waste compared to the YOLOv5 model.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Floretta Rosari
"Dewasa ini banyak kasus yang dialami oleh Notaris terkait itikad tidak baik para pihak. Contohnya adalah adanya penandatanganan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli oleh salah satu pihak yang tidak berwenang. Penulis bermaksud mengkaji dan memahami tentang keabsahan akta dan perlindungan hukum terhadap Notaris berhubungan dengan penandatanganan akta oleh salah satu pihak yang tidak berwenang. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan tipe penelitian secara preskriptif dan dianalisa secara kualitatif.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa terlanggarnya salah satu syarat sahnya perjanjian mengakibatkan suatu akta menjadi tidak sah dan berakibat pada kebatalan akta Notaris. Dalam menjalankan jabatannya, Notaris hanya bertanggung jawab terhadap pada kebenaran formil, tidak termasuk pada kebenaran materil, sehingga Notaris dibebaskan dari tanggung jawab secara hukum.

Nowadays, many cases that experienced by Notary related to bad faith from the parties. For the example is the signing of the Deed of Conditional Sale and Purchase Agreement by one of unauthorized person. The writer intends to review and comprehend about the validity of deed and legal protection for Notary related to the signing of the deed by one of unauthorized person. This research used have the the character of normative juridical with research type is prescriptive and being analysis by qualitative methode.
From this research, we know that the violation of a condition of validity of the agreement resulted in a notary deed becomes invalid and result in the nullification notarial deed. In carrying out his profession, Notariy is solely responsible for the formal truth, excluding the material truth, so that Notary do not have the legal responsibility related to this case.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T43026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Pernando Eka Saputra
"Untuk membuat suatu akta, selain harus mematuhi syarat formal pembuatan akta sebagaimana yang diatur oleh UUJN, Notaris juga harus memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai subtansi akta tersebut agar akta tersebut terjaga keabsahannya. Selain untuk membuat akta pendirian CV, peran Notaris juga diperlukan untuk membuat akta perubahan CV apabila terdapat perubahanperubahan yang ingin dilakukan terhadap anggaran dasar atau akta pendiriannya. Misalnya dalam hal pengangkatan dan pemberhentian pengurus yang mana harus dilakukan dengan merubah anggaran dasar berupa perubahan kesepakatan siapa yang yang diangkat sebagai pengurus. Hal ini merupakan urusan internal CV yang pengaturannya dapat ditetumkan dalam anggaran dasar CV yang bersangkutan atau di dalam KUHPerdata. Permasalahan terkait dengan pengangkatan dan pemberhetian pengurus pada CV ini ditemukan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2604 K/Pdt/2019. Permasalahan terjadi karena salah satu persero hadir dalam penandatanganan akta tersebut dengan kuasa lisan. Penelitian ini mengangkat permasalahan antara lain mengenai keabsahan akta perubahan CV dengan kuasa lisan oleh salah satu persero dan tanggung jawab Notaris yang membuat akta perubahan CV tanpa dihadiri dan ditandatangani oleh salah satu persero. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan analisis kualitatif. Dari hasil penelitian, kuasa lisan yang terdapat dalam akta perubahan CV. Putra Jaya adalah tidak sah karena tidak memenuhi unsur kesepakatan. Hal ini menyebabkan Tergugat I tidak berwenang mewakili Penggugat untuk menandatangani dan hadir dalam akta, sehingga akta perubahan CV. Putra Jaya dinyatakan cacat hukum. Tanggung jawab Notaris akan hal ini adalah menghapus akta perubahan CV tersebut karena tidak memenuhi syarat sebagai akta otentik.

To make a deed, in addition to having comply with the formal requirements for making a deed as regulated by UUJN, Notary must also pay attention to the provisions of the laws and regulations governing the substance of the deed so thaht the validity of the deed is maintained. In addition to making a deed of establishment of a CV, the role of Notary is also required to make a deed of amandement to the CV if there are changes to be made to the articles of association or deed establishment. For example, in terms of the appointment and dismissal of the management, which must be done by changing the articles of association in the form of changing the agreement on who is appointed as the administrator. This is an internal matter of the CV whose arrangements can be stated in the articles of association of the relevant CV or in the Civil Code. Problems related to the appointment and dismissal of the management on this CV were found in the Supreme Court Decision Number 2604 K/Pdt/2019. The problem occurred because one of the companies was present at the signing of the deed with an oral power of attorney. This research raises issues, among others, regarding the validity of the CV amendment deed with an oral authorization by one of the companies and the responsibility of the Notary who makes the CV change deed without being attended and signed by one of thecompany. This study was analyzed using normative juridical research methods and qualitative analysis. From the research results, oral power of attorney contained in the deed of amandement to CV. Putra Jaya is invalid because it does not meet the elementof the agreement. This caused defendant I to not be authorized to represent the Plaintiff to sign and be present in the deed, so that the deed of amandement to CV. Putra Jaya was declared legally disabled. The responsibility of the Notary in this matter is to delete the deed of amandement to the CV because it does not meet the requirements as an aunthenthic deed"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Maulina
"Dalam pembangunan rumah tinggal, pekerjaan bekisting merupakan salah satu pekerjaan besar yang perlu diperhitungkan. Dengan membandingkan bekisting dari sisi metode pelaksanaan, jenis material yang digunakan dan dimensi penampang struktur, akan mendapatkan metode bekisting yang lebih effektif.
Dalam penelitian ini akan dibandingkan metode bekisting cara tradisional dimana pekerjaan pasangan dinding dikerjakan sebelum pekerjaan struktur, dan metode bekisting semi sistem dengan menggunakan material baja dimana pekerjaan struktur dikerjakan terlebih dahulu.
Analisa perbandingan tersebut terdiri dari analisa struktur, perbandingan kekuatan dan daya layan struktur, perencanaan jenis dan dimensi bekisting, desain gambar bekisting, perhitungan pemakaian material, analisa harga material dan upah pekerja dan perbandingan biaya pekerjaan bekisting.
Pada perhitungan struktur didapat perbandingan rasio keamanan yang bervariasi. Hal ini tergantung pada dimensi penampang yang menahannya. Pada rumah tinggal dengan bekisting cara tradisional dimensi lebar penampang kolom mengikuti dimensi dinding, mengakibatkan kekuatan dan kekakuan elemen kolom pada arah lebar menjadi lebih kecil.
Harga material bekisting baja lebih mahal dari bekisting cara tradisional, tetapi dengan ketahanan yang tinggi, bekisting baja dapat digunakan berulang-ulang. Pada perhitungan analisa biaya bekisting baja akan lebih ekonomis pada pemakaian berulang-ulang dengan biaya upah kecil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35731
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini mengarahkan perhatian pada masalah perubahan kebudayaan, terutama melihat perubahan yang terjadi pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Kita mengetahui bahwa kebudayaan suatu masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Pengertian perubahan kebudayaan dalam kajian ini adalah suatu proses pergeseran, berupa pengurangan, atau penambahan unsur-unsur sistem budaya karena adanya penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Ini dapat terjadi karena adanya dinamika dalam masyarakat itu sendiri, dan karena interaksi dengan pendukung kebudayaan lain. Hal ini berlaku dan terwujud pula pada Masyarakat Bali yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang selalu berubah, karena daerah tersebut cukup banyak dikunjungi wisatawan. Sehubungan dengan perubahan itu, penelitian ini terfokuskan pada arsitektur rumah tinggal tradisionalnya. Arsitektur merupakan salah satu wujud budaya yang memuat unsur-unsur sistem budaya. Arsitektur tradisional Bali amat terkait dengan sistem budayanya seperti unsur kepercayaan, pengetahuan, nilai, aturan, dan norma.
Beberapa pakar berpendapat bahwa kebudayaan Bali telah banyak berubah, perubahan itu telah sampai kepada hal-hal yang amat mendasar misalnya perubahan pada sistem nilainya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa walaupun gelombang pengaruh luar yang begitu besar melanda budaya Bali, tetapi pengikisan budaya yang dikhawatirkan itu tidak terjadi. Hubungan dengan dunia luar itu malahan menyebabkan mereka semakin bergairah mencari dan mempertahankan identitasnya. Perbedaan pandangan inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendorong penulis untuk meneliti masalah seperti berikut ini.
Masalah pokok penelitian ini telah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan (research questions). Apakah wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali di Desa Adat Kuta telah mengalami perubahan yang cukup berarti? Apakah perubahan itu terjadi pada keseluruhan unit bangunan atau hanya pada unit tertentu saja. Kalau telah terjadi perubahan, faktor-faktor apa yang telah mempengaruhinya. Apakah perubahan arsitektur itu disebabkan oleh perubahan sistem budaya secara mendasar ?
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola perubahan dan faktor yang mempengaruhi wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Variabel yang dipakai adalah variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah penentuan pola dan orientasi, bentuk dan struktur, bahan, ukuran, fungsi, upacara, nilai sakral dan nilai profan, konsultasi dengan ahli dan sembilan pendaerahan. Variabel bebas terdiri dari pendidikan, mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan.
Untuk menunjang masalah di atas, penulis berpangkal pada hipotesis berikut ini. Perubahan pada wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali dipengaruhi oleh perubahan sistem budayanya. Namun perubahan pada arsitektur itu tidak selalu sejalan dengan perubahan sistem budaya. Perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali hanya terjadi pada unit-unit tertentu saja. Faktor pendidikan, mata pencaharian, tingkat kakayaan dan luas pekarangan berpengaruh terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Lokasi penelitian adalah Desa Adat Kuta dengan melihat tiga banjar dengan ciri-ciri tersendiri yaitu dekat pantai, pusat desa dan dekat pertanian. Pengambilan sampel dengan cara sistematik sebanyak 103 responden. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara berstruktur, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Data dianalisis secara deskriptif, dan uji Chi-Square (X2).
Penelitian ini memperoleh beberapa temuan. Wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali umumnya sudah mengalami perubahan pada tingkat sedang. Berbagai aspek arsitektur mengalami perubahan mulai dari tingkat besar sampai tingkat kecil. Urutan tingkat perubahan itu mulai dari bahan bangunan, alat ukur, bentuk dan struktur, sembilan pendaerahan (Nava sanga), konsultasi dengan ahli (Tri pramana), nilai sakral dan nilai profan (Tri loka), fungsi, pola dan orientasi dan upacara. Unit bangunan yang mengalami perubahan seperti lumbung (jineng), ruang tidur kakek nenek (bale dangin), ruang tidur bujang (bale daub), dapur (paon), ruang tidur gadis (bale data), tempat upacara dan menerima tamu (bale delod), pintu gerbang (pemesuan), tempat sembahyang (meraian). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan sistem budaya pada masyarakat Desa Adat Kuta lebih lambat daripada perubahan wujud atau benda budayanya. Perubahan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Namun jika dilihat dari aspek tertentu maka faktor pendidikan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi dengan ahli (Tri pramana) dan aspek upacara. Tingkat kekayaan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi, sedang luas pekarangan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi.
Berbagai alternatif yang mungkin menunjang kelestarian wujud budaya arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah pembinaan masyarakat. Dalam pelestarian arsitektur rumah tinggal tradisional Bali tidak perlu dibedakan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan yang ditempati.
Berdasarkan temuan penelitian, kasus Bali bisa dijadikan model untuk meneliti, menyimak atau mengelola masyarakat daerah lain yang berkaitan dengan kepariwisataan.

ABSTRACT
The members of tourist coming to Bali are increasing every year. The tranquil atmosphere, the unique culture ingrained in the Balinese way of life, the white sandy beaches and of course the excellent facilities for staying, made Bali extremely attractive for travelers who either travel for pleasure or intend to combine both business and pleasure.
The relatively small size of the island is also very convenient for those who do not have much time for leisure, but are anxious to know more about other people's culture. In less than a day's sweep, with a car, one can cover almost the entire island and see that is worth seeing. It is true that tourists bring about prosperity. But with the arrival of tourist inevitably, come along ideas about life and living.
The question now arises: To what extend do these foreign ideas affect the Balinese way of life, attitudes and traditionally accepted values?
Some scholars suggested that tourism has shaken Balinese tradition to its very foundation. Changes are already there and quite obvious for every one to see. Other scholars disagreed, commenting that in spite of assaults by tourism, Bali tradition stood its ground on its solid foundation. This second group of scholars voiced the opinion the Balinese tradition and culture are almost unblemished, and is fully capable of protecting its from foreign influence.
It is in the wake of these two opposing views that this research in this thesis has been carried out. The investigation was focused on the village of Kuta, which is most frequented by foreign tourist, who are not prepared to stay in luxury hotels. They rather stay in the homes of the villagers. It is here that foreigners mixed deeply with the natives and so where exchange of ideas are expected most to occur.
The author does not pretend that she will come up with a clear-cut answer to the question of change. But if the investigation is carried out well, it is expected that it will throw some light into the problems of change in attitudes and values, which will ultimately manifest in the changes in the physical environment of the village.
The result of the investigation clearly showed that minor changes did take place, especially in the functions of the element of the Balinese home in Kuta, which is obviously due to outside influence and education.
As might have been know, a Balinese home consists of two parts. One part is the family temple and the other is the family quaters. Both parts are found on one yard surrounded by a wall. The family quater consists of six buildings, where each building is assigned a special function. One building functions as the sleeping quater of the head of the family, another building where the girls of the family spend the nights, then you have the quater for the boys; further there is the building where the family receive guests and carry out ceremonies; then there is the kitchen and finally the barn where the harvest and farming tools are stored.
With greater involvement of the villagers in Kuta with tourism more and more farmers transformed their homes into inns by altering the architectural style of the buildings to suit new demands. Separate rooms have to be constructed, complete with bath and rest rooms in order to guarantee privacy for the guests. Needless to say, that all these modifications resulted in changes in many different ways to the traditional Balinese home, because the former traditional farmer is now an innkeeper.
Changes in the style and architecture of the Balinese home come together with progress. Nobody can prevent progress from changing society. Changes that come too fast, may put society off balance, and so will cause disturbances. May the changes that take place in Balinese society do not create instabilities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noveryda Damayanti
"Pemakaian beton mutu tinggi sudah menjadi kebutuhan utama pada bangunan tinggi, jembatan serta bangunan-bangunan lainnya. Pengamatan dan penelitian terhadap penggunaan beton mutu tinggi ini masih terus dilakukan untuk mengetahui perilaku struktur beton dalam peranannya terhadap kekuatan beton.
Konstruksi-konstruksi ini juga mengalami gaya-gaya, baik secara internal maupun secara eksternal. Konstruksi bangunan umumnya dipengaruhi oleh pembebanan berulang yang diakibatkan oleh perubahan temperatur, beban angin yang besar atau yang diakibatkan beban getaran mesin.
Tegangan berulang tersebut dapat mengakibatkan tegangan bolak-balik yang menyebabkan perambatan retak, dimana penjalaran retak tersebut menghasilkan penambahan defleksi dan setelah sejumlah siklus tertentu dapat menyebabkan patah atau keruntuhan pada elemen struktur.
Pada skripsi ini pada pertengahan balok akan diberi coakan yang berfungsi sebagai perlemahan pada balok yang diharapkan nantinya retak akan terjadi pada pertengahan bentang.
Skripsi ini akan membahas tentang pembebanan berulang pada 4 jenis beton yaitu Beton Tanpa Serat (BTS), Beton Serat (BS), Beton Pratarik Tanpa Serat (BPTS) dan Beton Pratarik Serat (BPS), dimana masing-masing beton terdiri dari 3 benda uji. Serat pada beton ini berkadar 1 % dari volume total beton. Serat yang digunakan adalah staples merk max no 10 dengan panjang 20 mm dan tebal 5 mm.
Dari pembebanan berulang ini maka akan didapatkan hubungan antara frekuensi, beban terhadap fungsi waktu pada setiap benda uji.
Setelah dilakukan percobaan dan setelah dilakukan perbandingan terhadap ke 4 jenis beton ini maka didapatkan hasil BTS runtuh di tinggi palu 8 cm, BS pada tinggi palu 11 cm, BPTS di ketinggian palu 17 cm, dan BPS di tinggi palu 19 cm. Retak yang terjadi pada semua balok adalah retak lentur

The use of high quality concrete has been a primary need on high building structures, bridges, and other civil engineering constructions. Observations and researches on the use of this concrete are still being done in order to discover the behaviour of the concrete and its affect on the strength of the concrete itself.
These constructions also suffered from forces; both internally and externally, due to repeated loading which is caused by changes on temperature, high wind force, or those caused by machine vibration.
Those repeated loading can cause two-way stress that leads to crack, in which it could generates an additional deflection and after a certain cycles can cause a significant fracture or building collapse.
For this research, a calculated notch is applied in the centre of the beam in order to give the beam an impair effect which later on will generates a crack exactly in the centre of the beam.
The main subject of this research is observing the affect of repeated loading on 4 types of concretes; which are concrete without fibre (BTS), concrete with fibre (BS), prestress without fibre (BPTS) dan prestress with fibre (BPS), where each types of concrete is represented by 3 trial objects. Fibre in these concretes is 1% to total volume of the concrete. In this case use fibre metal staples no.10 with length 20 mm and thick 5 mm.
From these repeated loading, a relation between frequency, stress and time function will occur on each trial object.
After undergoing a series of tests and comparison of all 4 trial object, a conclusion is drawn, which BTS failure at 8 cm, BS at 11 cm, BPTS at 17 cm and BPS at 19 cm. It is mean pre-stress concretes are more capable in suppressing burdens compared to conventional concrete.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>