Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alwin Mulyanto Lokaria
"ABSTRAK
Proyek EPC adalah industri konstruksi yang banyak terjadi pemborosan (waste). Lean Construction dicoba untuk diterapkan di konstruksi untuk mengurangi waste. Sebelum diterapkan lebih jauh, perlu diidentifikasi penerapan prinsip-prinsip lean construction pada proyek EPC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penerapan prinsip-prinsip lean construction dan kendala saatditerapkan pada proyek EPC. Penelitian dilakukan dengan metode survey dan interview. Hasil penelitian adalah sebagian besar prinsip lean construction sering diterapkan pada proyek EPC. Aspek ?waste elimination? memiliki nilai paling kecil dan 9 dari 41 prinsip-prinsip dikategorikan jarang diterapkan. Hasil lain, diketahui kendala-kendala setiap prinsip yang dikategorikan jarang diterapkan.

ABSTRACT
EPC projectis a kind of construction industry which produces a lot of waste. Lean Construction is attempted to be applied in construction to reduce waste. Before further implementation, lean construction principles application on EPC projects should be identified. The objectives of this research are to determine the implementation level of lean construction principles and constraints of the application. Results of the study ere most of lean construction principles are often applied to the EPC project. Aspects of "waste elimination" have the smallest value and 9 of 41 principles classified rarely applied. Another result is constraints of each principle which rarely applied."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizky Tansir
"Proyek pabrik yang dikerjakan oleh PT.A berfungsi untuk menghasilkan produk yang beragam, mulai ammonium, bahan peledak, dan pupuk. Namun proyek pabrik mengalami banyak kendala, salah satunya penyimpangan jadwal atau scheduling, yang dapat terjadi akibat risiko-risiko pada tahap purchasing yang terdapat pada jalur kritis proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan risiko dominan serta komponen penyebab, dampak, tindakan pencegahan, dan tindakan koreksi dari risiko pada tahap purchasing. Pengolahan data penelitian yang dilakukan adalah uji statistik dan analisis risiko, yang terbagi atas analisis kualitatif dan penentuan penyebab, dampak, tindakan pencegahan, dan koreksi risiko pada tahap purchasing proyek pabrik pada PT.A yang divalidasi pakar. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah lima risiko dominan pada tahap purchasing. Risiko dominan tersebut adalah perubahan spesifikasi DED, mesin pabrik yang langka, ketidaksempurnaan klarifikasi, keterlambatan tender, dan keterlambatan pengiriman mesin.

Factory plant project construct by PT.A serves to produce many products like, ammonium, explosives and fertilizers. But the plant project has many obstacles, one of them is time overruns, which can occur as a result of risks at the stage of purchasing that are on the critical path of the project. The objective of this study is to find the dominant risk as well as the component causes, effects, precautions, and corrective actions of the risks involved in purchasing stage. Research method conducted statistical tests and risk analysis, which consists of qualitative analysis and determination of the causes, effects, precautions, and corrective measures of risk at this stage of the project purchasing the factory in PT.A expert validated. The results found in this study are five dominant risk in purchasing stage. There are change of DED specification, rare machinary, unperfect clarification, late bidding, & late machine delivery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banjarnahor, Artina Sanadia
"ABSTRAK
Pada proyek EPC, fase pengadaan memiliki porsi biaya yang cukup besar yaitu sekitar 50-60% dari total biaya proyek. Penggunaan sebagian besar dari total biaya pada proyek untuk pengadaan peralatan dan material menjadi suatu hal yang krusial pada proyek EPC. Salah satu cara untuk meminimalisir kesalahan pada fase pengadaan adalah dengan menerapkan manajemen rantai pasok (supply chain). Pengukuran tingkat penerapannya dilakukan untuk mengevaluasi penerapannya di setiap proyek, sehingga pada proyek selanjutnya, penerapannya dapat ditingkatkan. Kuesioner disebarkan kepada karyawan di bagian pengadaan untuk menilai penerapan manajemen rantai pasok, kemudian dianalisis dengan uji normalitas, uji homogenitas, uji validitas, uji reliabilitas, dan statistik deskriptif. Diperoleh hasil bahwa meskipun terbilang baru, penerapan manajemen rantai pasok sudah cukup baik di Indonesia.

ABSTRACT
On EPC projects, procurement phase has quite big portion of cost which is around 50-60% of the total cost of a project. Most of this portion is used to procure equipments and materials. This becomes a crucial thing on EPC project. One of the ways to reduce the mistakes on procurement phase is to apply supply chain management. The purpose of the measurement is to evaluate and improve the application for the next project. Questionnaires are given to employees in procurement phase, then the data will be analyzed with normality test, homogenity test, validity and reliability test, and descriptive analysis. The result is that eventhough this kind of management is new in construction industry, the application in Indonesia is quite good in some EPC constructor.
"
2015
S59753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yumaida
"Pemeliharaan merupakan aktifitas penting dalam suatu perusahaan, terutama perusahaan pengolahan pupuk. Pemeliharaan yang baik akan menjamin kelancaran kegiatan operasional. Namun tetap saja, setiap kegiatan operasional dan pemeliharaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan tidak akan pernah bisa lepas dari risiko yang mungkin terjadi. Untuk menghindari maupun meminimalisir terjadinya risiko tersebut maka perlu dilakukan analisis risiko. Analisis risiko yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh usulan penanganan risiko kegagalan pada pabrik pengolahan pupuk NPK Granular. Dengan menggunakan metode FMEA, diperoleh risiko kritis yang kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan FTA untuk memperoleh basic event sehingga dapat diusulkan tindakan penanganan risikonya.

Maintenance is the most important activity in a company, and also in fertilizer processing factory. Good quality maintenances will guarantee the process in right way. But the operational process and maintenance process always have risk probability. Risk analysis is needed to avoid and minimize the risk. In my research, the risk analysis is purposed to obtain options in managing risk for NPK Granular fertilizer processing factory. FMEA is used to obtain the risk crisis and FTA is used to obtain the basic event."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S658
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Oktavia Nugroho
"Pelaksanaan proyek konstruksi EPC yang dikelola oleh perusahaan jasa konstruksi tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis seperti biaya, waktu, dan ruang lingkup tetapi juga aspek manajemen proyek yang berkaitan dengan kematangan internal perusahaan dalam mengelola proyek. Seiring dengan perkembangan teori dalam bisnis konstruksi, terdapat pertimbangan aspek lainnya yaitu aspek sustainability.
Penerapan praktik sustainability dalam pelaksanaan proyek EPC menjadi tantangan bagi perusahaan mengingat aktivitas proyek dapat mempengaruhi lingkungan dalam kurun waktu jangka panjang dan menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, perusahaan berupaya menerapkan praktik ini pada aktivitas proyek yang berfokus pada tiga aspek yaitu aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi praktik sustainability pada studi kasus proyek yang dikemukakan yaitu proyek EPC Sumpal Compression.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode Distance to Ideal Maturity Level (DIML) dan Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa proyek ini sudah mencapai level kematangan ketiga dengan lima dari 20 subfaktor penilaian perlu dilakukan perbaikan agar ketercapaian level kematangan proyek meningkat jelang batas akhir kontrak pelaksanaan proyek tersebut.

The execution of EPC construction project which is managed by the construction services company is not only consider technical aspects such as cost, time, and scope but also aspects of project management related to the maturity of corporate internal in managing the project. Along with the development of theory in construction business, there is other consideration aspects in the execution of EPC construction project i.e aspects of sustainability.
The application of sustainability practices in this execution becomes a challenge for the company because the project activities can affect the environment in the long term and produce large amounts of waste. Therefore, the company strived to apply these practices into the project activities focus on three aspects, namely economic aspects, environmental, and social. This paper aims to provide recommendations on sustainability practices in case studies that addressed to EPC Sumpal Compression project.
The results of this paper using the method of Distance to Ideal Maturity Level (DIML) and Importance Performance Analysis (IPA) shows that the project has achieved the third level of project maturity with five out of the 20 indicators assessment need to improve in order to increase the achievement of project maturity level by the end of this contract.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S40658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewi Handayani Sujatno
"Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki. Kebisingan akibat kegiatan industri dan transportasi adalah hal yang lazim ditemukan, oleh karenanya seberapa tinggi nilai kebisingan serta usaha-usaha pencegahan yang berkaitan dengan pengaruh di lingkungan dan tenaga kerja adalah hal yang penting untuk dipantau dan diteliti. Seperti halnya daerah industri lainnya di sekitar Jakarta, daerah Cikampek dan sekitamya adalah daerah dengan perkembangan kawasan industri yang cukup pesat dengan arus transportasi yang cukup padat. Pihak industri di sekitar kawasan tersebut banyak yang telah memanfaatkan vegetasi bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grandis) salah satunya sebagai peredam kebisingan.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul suatu pemikiran untuk meneliti apakah vegetasi bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grand's) yang ada di sekitar kawasan industri dan tepi jalan tol Jakarta-Cikampek-Sadang dapat mereduksi kebisingan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat Hal ini didasari karena pada lokasi tersebut ditemukan kedua kelompok jenis vegetasi tersebut. Selain hal tersebut di atas diketahui juga bahwa pada umumnya kebisingan di area pabrik PT Pupuk Kujang hampir pada semua titik pemeriksaan ada di atas Nilai Ambang Batas (NAB), yaitu antara 84-113 dB(A), sedangkan pada jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Seiatan industri PT Pupuk Kujang juga di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu tingkat kebisingan pada siang hari 85,9 dB(A) dan pada malam hari 83,5 dB(A) (Widagdo, 1998). Kondisi eksisting letak populasi vegetasi tersebut diharapkan memudahkan penyusunan desain penelitian.
Melanjutkan uraian di atas maka rumusan permasalahan yang dapat disusun adalah:
1. Kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang.
2. Kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi keblsingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang.
Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Tujuan Umum:
Pemakaian vegetasi untuk meredam kebisingan.
2. Tujuan Khusus:
a. Diketahuinya seberapa besar pengaruh kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang daiam mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang.
b. Diketahuinya seberapa besar pengaruh kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dalam mereduksi kebisingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kelompok vegetasi rumpun bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grandls) di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan sebesar ±3-18%. Janis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Hasil uji t untuk tingkat reduksi kebisingan pada bambu temyata mernperlihatkan penurunan kebisingan yang signifikan (p<0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,019, sedangkan pada jati temyata memperlihatkan penurunan kebisingan yang tidak signifikan (p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,059. Seiain itu berdasarkan uji korelasi tebal kelompok vegetasi rumpun bambu dan jati pada efektivitas reduksi kebisingan memperlihatkan hasil yang sangat kuat, dengan koefisien korelasi bambu 0,975 dan koefisien korelasi jati 0,840. Hasil pengukuran kebisingan di Dusun Poponcol (Desa Dawuan Tengah) yang berjarak 180 m dari pabrik tingkat kebisingannya 57,80 dB(A), sedangkan dipermukiman karyawan yang berjarak 480 m dari pabrik tingkat kebisingannya 48,20 dB(A).
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang. Semakin tebal kelompok vegetasi rumpun bambu, semakin tinggi persentase efektivitas reduksi kebisingannya.
2. Kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi keblsingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang. Namun secara statistik reduksi kebisingan tersebut tidak signifikan.

Noise is an unwanted sounds. It has been commonly founded in industrial area and transportation, hence it is still important to be observed and researched on how high the noise level is and how to find efforts in avoiding the noise effect on environment and workers. Likely other industrial area surrounding Jakarta, Cikampek and its neighbourhood areas have become developed industrial areas with a traffic transportation flow. The industry players nearby have utilized vegetation bamboo (Bambusa sp.) and teak wood (Tectona grandis) as means of noise soundproof surrounding the area.
A thought then occurs whether natural vegetation of bamboo (Bambusa sp.) and teak wood (Tectona glandis) surrounding Cikampek industrial areas and along Jakarta-Cikampek-Sadang highways can reduce the noise or not. Location chosen is industrial area of PT Pupuk Kujang, Cikampek, West Java. Based on the existence of both vegetation bamboo and teak wood nearby location. Based on some e)aminations, it is almost found that noise level around factory area is categorized above Critical Value, which ranges between 83-113 dB(A), meanwhile, in the southern industrial area of PT Pupuk Kujang and along Jakarta-Cikampek highway, the same case is found which is both noise levels in afternoons and at nights are categorized above the normal range, each ranges 85,9 dB(A) in afternoons and 83,5 dB(A) at nights (Widagdo, 1998).The condition of where the vegetation populations are will be expected to determine research design more easily.
Some problems measured are :
1. Bamboo vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang is able to reduce noise from PT Pupuk Kujang factory.
2. Teak wood vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang is able to reduce noise from Jakarta-Cikampek highway in the southern part of PT Pupuk Kujang industrial area.
The objectives consist of 2 groups:
1. General Objective:
Vegetation utilization to soundproof noise.
2. Particular Objective:
a. To measure the effectiveness of bamboo vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang in reducing noise from PT Pupuk Kujang factory.
b. To measure the effectiveness of teak wood vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang in reducing noise from Jakarta-Cikampek highway which is located in the southern part of PT Pupuk Kujang industrial area.
Hypothesis proposed in research is bamboo (Barnbusa sp.) and teak wood (Tectona grandis) vegetation surrounding factory of PT Pupuk Kujang are able to reduce noise of t3-18%. Research type is descriptive quantitative with survey method. The design used Is cross sectional.
T -test on noise reduction level of bamboo vegetation shows the significaint noise reduction (p<0,05) with significant value of 0,019, meanwhile noise reduction level of teak wood vegetation shows the insignificant noise reduction (p>0,05), with significant value of 0,059. Correlation test on thickness of bamboo and teak wood vegetation to noise reduction effectivity shows a very strong correlation with bamboo coefficient of 0,975 and teak wood coefficient of 0,840. Noise measurement result in Dusun Poponcol (Dena Dawuan Tengah) on distance of 180 m from factory has noise level of 57,80 dB(A), meanwhile in worker residences on distance of 480 m from factory has noise level of 48,20 dB(A).
This research concludes some points, which are:
1. Bamboo vegetation surrounding PT Pupuk Kujang area is able to reduce noise sourced from PT Pupuk Kujang factory. The more thick the bamboo vegetation is, the more higher is the percentage effectivity of noise reduction.
2. Teak wood vegetation surrounding PT Pupuk Kujang area is able to reduce noise sourced from JakarEa-akampek highway in the southern part of PT Pupuk Kujang area. Statistically, noise reduction is not significant.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Kurnia Listiyanto
"Proses pengadaan material pada proyek adalah proses pengadaan material dari luar proyek guna terlaksananya proyek. Risiko-risiko yang tidak dilakukan tindakan selama proses pengadaan dapat menyebabkan penyimpangan biaya proyek sehingga kinerja biaya proyek tidak tercapai. Maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa risiko pada tahap pengadaan proyek EPC yang berpengaruh pada biaya proyek.
Dalam penelitian ini digunakan data primer hasil dari kuesioner terhadap responden yang kemudian dianalisa dengan menggunakan qualitative risk analysis untuk memperoleh risiko dengan level tertinggi untuk setiap fasenya dari 30 faktor risiko. Dari hasil penelitian ini, diperoleh 6 faktor risiko tertinggi dari 3 fase pada pengadaan proyek EPC.

Material procurement processes is the process of carry resource from outside for success of project. Unmitigated risk on the processes will result the discrepancy of Cost Performance Index. Therefore, this research will analyse all the associated risk on the Procurement Process that take effect to Cost Performance Index.
The study uses primary data from questionnaires ‎and analysed using Qualitative Risk Analysis to generate the highest level of risk for all procurement phases from 30 risk factors. Form the study, 6 highest risk factors coming from 3 phases of Procurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S67939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Framilia
"Penelitian bertujuan mengetahui faktor pola penerimaan kas yang berpengaruh dominan terhadap likuditas, dan simulasi yang tepat dalam upaya menjaga likuiditas proyek EPC. Berdasarkan analisa deskriptif dan AHP, didapat delapan variabel dominan. Sistem monthly payment, eskalasi, DP, penerbitan berita acara dan pengiriman invoice tepat waktu, kelengkapan dokumen saat invoice, batasan waktu sejak invoice diterima sampai dengan dibayarkan, merupakan variable dominan yang berpengaruh baik terhadap likuiditas. Sedangkan ketidaktepatan perencanaan progress diawal merupakan variabel dominan yang berpengaruh buruk terhadap likuiditas. Variabel ini kemudian dimasukan kedalam simulasi cash flow sehingga menghasilkan simulasi yang paling tepat yaitu dengan mengupayakan DP sebesar mungkin dengan monthly payment.

This research aimed to know the factors of cash inflow which having dominant influence to liquidity, and simulation of cash inflow to control liquidity in EPC Project. Based on descriptive analysis and AHP, resulted eight variables dominant. Monthly payment, escalation, DP, publication of progress-certificate and invoicing on-time, completeness of document when invoicing, period of time since invoice accepted up to paid, are dominant variables which having good influence. Inaccurate of planning progress early is dominant variable which having bad influence. Then variables input to simulation of cash flow to result better simulation, it is using maksimum DP and monthly payment."
2009
S50448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Nugroho
"Dalam proses produksinya, PT. Pupuk Kujang mendirikan Central Control Building sebagai pusat pengawasan proses produksi Kujang 1B. Dengan menggunakan sistem peralatan canggih dengan nama Distribution Control System (DCS) maka diperlukan kondisi ruang kerja yang khusus, yaitu harus berada dalam suhu ruangan 18°C. Keadaan itu mengakibatkan pekerja terpajan suhu dingin selama jam kerjanya. Suhu tersebut merupakan suhu yang berada di bawah nilai suhu nyaman. Hal ini mengakibatkan pekerja merasa terganggu oleh dingin tersebut yang pada akhirnya dapat berpengaruh negatif bagi kesehatan pekerja.
Penelitian ini membahas tentang gambaran pajanan suhu dingin terhadap kejadian hipotermia pada pekerja operator DCS di ruang kontrol Gedung CCB Kujang 1B PT. Pupuk Kujang Cikampek tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan disain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu control room Gedung CCB Kujang 1B berada di bawah nilai ambang batas (NAB) suhu nyaman (21?30°C) berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor SE.01/MEN/1978. Namun, nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) control room tersebut masih berada dalam batas yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep- 51/Men/1999.
Penelitian ini juga tidak menemukan adanya kasus hipotermia pada pekerja operator DCS, karena penurunan suhu tubuh yang terjadi masih berada di batas suhu normal. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyarankan agar dilakukan pengendalian engineering berupa pengaturan ulang suhu control room hingga mencapai suhu nyaman yang diperkenankan (21°C) atau pemasangan pembatas yang memisahkan antara pekerja dengan sumber pendingin (air conditioner - AC) serta memperbaiki fasilitas alat pelindung diri seperti jaket, sarung tangan dan penutup kepala. Memperbanyak aktivitas fisik saat bekerja serta lebih sering menyempatkan minum dan makan juga disarankan agar panas tubuh tidak hilang.

In the process of production, PT. Pupuk Kujang establish Central Control Building as the central control of the production process Kujang 1B. By using the system with the sophisticated equipment Distribution Control System (DCS) is required then the condition that a special work space, must be in the room temperature 18°C. Circumstances that result in workers expose to cold temperatures during work hours. That temperature is below the temperature comfortable. This resulted in the workers feel disturbed by the cold, which in turn can negatively affect the health of workers.
This study discusses illustration exposure to cold temperature incident hypothermia service workers on the DCS control room in Building CCB Kujang 1B PT. Pupuk Kujang Cikampek 2009. This research is descriptive quantitative research with cross-sectional design.
Results of research indicate that the temperature control room building CCB Kujang 1B under the threshold limit value (TLV) temperature comfortable (21-30°C) based on the Circular Letter of the Minister of Manpower and Transmigration No. SE.01/MEN/1978. However, the value of Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) control room is still in the limit permitted by the Minister of Manpower Decree No: Kep-51/Men/1999.
This study also did not find any cases hypothermia on the DCS operator workers, because a decrease in body temperature that°Ccurred was in the normal temperature limits. Based on the results, the researchers suggested that the form of engineering control be reset control room temperature to reach a comfortable temperature allowed (21°C) or the barrier that separates between the workers, the source cooling (air conditioner) equipment and improve facilities such as selfprotective jacket, gloves and headgear. Increase physical activity at work and more often to eat and drink also suggested that body heat is not lost.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>