Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dawuh Budilaksono
"Alat pendinginan sistim adsorpsi yang menggunakan karbon aktif sebagai adsorben dan metanol sebagai adsorbat merupakan alternatif sebagai pengganti mesin kompresi uap yang ada saat ini. Alat sistim adsorpsi ini terdiri dari adsorben, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Adsorber didisain dari tabung stainless berdiameter 3 inch, panjang 500 mm yang berisi kepingan karbon aktif dengan masing-masing ketebalan rata- rata 30 mm. Energi yang dibutuhkan untuk memompa refrigeran adalah energi termis dimana keuntungan dari penggunaan energi termis adalah sumber energinya bisa berasal dari panas gas buang hasil pembakaran atau panas matahari. Untuk simulasi pemanas dan pendingin adsorber saat proses desorpsi maupun adsorpsi digunakan oli dan air sebagai medianya. Tekanan didalam system saat proses berlangsung berkisar antara -97.325 kPa (gage) sampai dengan 0.147 kPa (gage). Temperatur lingkungan sekitar 300 - 303 K. Perbaikan yang dilakukan dapat mengurangi kebocoran yang ada, sehingga alat pendingin adsorpsi dapat bekerja secara penuh melakukan proses desorpsi dan adsorpsi. Temperature terendah pada cool box adalah 284 K dengan COP 0.007797, sedangkan COP terbesar yang dapat dicapai adalah 0.008962 dengan temperature cool box 291 K. Dengan demikian alat ini jika diaplikasikan dengan solar collector untuk pembuatan es adalah kurang efektif karena temperatur yang dihasilkan tidak mencapai titik beku air. Hasil percobaan yang didapat adalah dengan lama siklus yang semakin panjang, tekanan dan temperatur maksimum desorpsi yang semakin tinggi akan mengakibatkan semakin rendah temperatur di cool box."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Wendri
"Pembuatan dan pengujian alat pembuat es dengan sistim adsorpsi menggunakan karbon aktif sebagai adsorben dan metanol sebagai adsorbat merupakan alternatif sebagai pengganti mesin kompresi uap yang ada saat ini. Alat pembuat es sistim adsorpsi ini terdiri dari adsorben, kondensor dan evaporator. Adsorber didisain dari tabung stainless berdiameter 3? panjang 500 mm yang berisi kepingan karbon aktif dengan masing-masing ketebalan ratarata 30 mm. Energi yang dibutuhkan untuk memompa refrigeran adalah energi termis dimana keuntungan dari penggunaan energi termis adalah sumber energinya bisa berasal dari panas gas buang hasil pembakaran atau panas matahari. Untuk simulasi pemanas dan pendingin adsorber saat proses desorpsi maupun adsorpsi digunakan air sebagai medianya. Tekanan didalam sistem saat proses berlangsung berkisar antara 5 - 12 kPa. Temperatur lingkungan sekitar 25 - 30°C. Hasil penelitian belum menunjukan performa alat yang maksimal. Perlu dilakukan perbaikan baik didalam disain alat, penanggulangan kebocoran didalam sistem yang divakum, peningkatan kualitas padatan karbon aktif agar memiliki kemampuan yang sangat baik saat melepas maupun menyerap refrigeran. Sehingga hal ini bisa meningkatkan COP sistem pendingin adsorpsi.

Making and testing adsorption ice maker system use a pair of active carbon as an adsorbent and methanol as adsorbate/refrigerant is one of alternative that can replace a mechanical pump for compression in the common system. This adsorption ice maker device consist of it main components such as adsorbent, condenser, and evaporator. Adsorbent was designed from a stainless tube with has diameter 3? and 500 mm of length that filled active carbon fragment with 30 mm of thickness. The necessity energy for pump the refrigerant is a thermal energies which have benefit that is the energy source could be from heat of exhaust combustion or heat of solar flux. For the simulation of experiment is used heat and cold water for each process desorption and adsorption. Pressure range in system is about 5 - 12 kPa. The ambient temperature is 25 - 30°C. The result of this research hasn?t been show an optimal performance of this device. It is necessary to improve by considering a better design of device, to handle of any leakages in this vacuum system, and increase a better quality of manufacture the active carbon fragment in order to have very good capability to desorp or adsorp the refrigerant. Until this can improve COP of the adsorption refrigeration system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalif Imami
"Perbaikan alat pendingin sistem adsorpsi dengan mengunakan pasangan adsorbenadsorbat yaitu karbon aktif dan metanol. Antara lain membuat kembali karbon aktif dengan spesifikasi yang telah ditentukan untuk keperluan eksperimen serta menambahkan katup ekspansi sebagai penurun tekanan dari kondenser sebelum masuk ke evaporator. Perbaikan pada sambungan yang dahulunya menggunakan lem sekarang diganti dengan menggunakan pengelasan Kemudian dilakukan pengujian terhadap alat tersebut sekaligus pengambilan data. Untuk proses desorpsi dengan menggunakan energi termis yg berasal dari thermal bath yg dapat diatur suhunya dengan kisaran suhu 100°C - 140°C dengan media yang dipanaskan berupa oli dengan kekentalan SAE 10W - 40, sedangkan untuk proses adsorpsi menggunakan air biasa dengan suhu lingkungan 26°C - 28°C yg dialirkan pada pipa pemanas dan pendingin di adsorber secara terus menerus selama proses berlangsung. Adapun selama proses berlangsung dibatasi oleh waktu yg telah ditentukan.untuk proses desorpsi selama 1 jam dan proses adsorpsi selama 2 jam.
Hasil yang didapat dari percobaan ini terdapat perbedaan temperatur pada ice box yaitu temperatur terendah yang berhasil dicapai selama 2 jam proses adsorpsi dengan mengubah-ubah temperatur masuk pada saat desorpsi, dan juga terdapat perbedaan tekanan yg dicapai dalam waktu 1 jam selama proses desorpsi dengan perbedaan temperatur masuk pada adsorber.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perbedaan temperatur yang digunakan selama proses desorpsi untuk melepaskan metanol yang terkandung di dalam karbon aktif semakin tinggi temperatur maka semakin banyak metanol yg menguap hal ini dapat dilihat dari proses adsorpsi dimana temperatur yang didapatkan pada proses adsorpsi semakin rendah dengan beban pendinginan yang dipakai yaitu 0.35 kg air dimana temperatur yang dicapai yaitu 13.2°C

Repair of adsorbent-adsorbat. For example to remake the carbon active with the specification needed for this experiment, and also enhance Expansion valve as a way to lower pressure from condenser before stepping into the evaporator. Joints before was assembled using paste, now the paste is replaced by weld joint. Then testing of the equipment and at the same time collect data. The desorption process uses thermal energy from the thermal bath which temperature can be adjust from 100°C - 140°C with a heated media that is oil with the viscosity of SAE 10W - 40, and for the adsorption process is used water with a ambient temperature of 26°C - 28°C which flows continually at a heater and cooler pipe in the adsorber. The time process is limited for this experiment which have been set for adrsorption process is 1 hour and adsorption process is 2 hour.
The result we got from this experiment, is a diverification between temperatures at the ice box that the lowest temperature reached during the 2 hour adsorption process by changing the fluid inlet temperature at desorption, and also differences of pressure value reached in an hour during desorption process with the gradient temperature which enters the adsorber.
The result indicates that the difference in temperatures during desorption process which discharges methanol from the active carbon, the higher temperature reached the more methanol is vaporized, this matter can be oversee from the adsorption process where decreasing the temperature from adsorption process, with 0.35 kg water of cooling load used, is that the temperature can be reached to 13.2°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Usmar
"Kendala yang ada pada sistim refrigerasi kompresi uap yang banyak digunakan saat ini adalah terbatasnya ketersediaan energi dan pencemaran lingkungan karena penggunaan refrigeran yang mengandung CFC. Salah satu alternatif sistim refrigerasi yang ramah lingkungan adalah menggunakan sistim adsorpsi dimana refrigeran yang digunakan adalah refrigeran yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Perancangan dan pembuatan sistim pendingin adsorpsi pembuat es menggunakan karbon aktif-metanol sebagai pasangan adsorben adsorbat terdiri dari tiga komponen utama, yaitu adsorben, kondensor dan evaporator. Adsorben yang digunakan adalah karbon aktif yang dibuat dari tempurung kelapa dengan ukuran butiran 14-28 dan dipadatkan dengan berat total 4.7 kg. Pada saat siklus adsorpsi adsorben didinginkan dengan mengalirkan air pendingin pada temperatur 27°C dan tekanan adsorben mencapai 8 kPa. Effek refrigerasi yang dihasilkan adalah turunnya temperatur evaporator dari temperatur ruang 27°C menjadi 17.4°C.

The constraint of vapor compression refrigeration cycle commonly used today is the limitation of energy resources and environment pollution because the uses of refrigerant with CFC. One of the alternative friendly environment refrigeration system is by using adsorption system where the refrigerant of the system is a harmless refrigerant for the environment. The design and construction of adsorption refrigeration system for ice maker using active carbon-methanol as adsorben-adsrobat pair was constructed of three major components, there are adsorbent, condenser and evaporator. Adsorbent is an active carbon made of coconut shell which it size is 14-28 meshes and it has been solidified with 4.7 kg total weight. In adsorption cycle, the adsorbent was cooled by flowing water with 27°C temperature and pressure in adsorbent reaches 8 kPa. The refrigeration effect that the system could perform was the decreasing temperature of evaporator from ambient temperature 27°C to 17.4°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abiyyu
"Penelitian mengenai unjuk kerja solar termal kolektor terus mengalami kemajuan. Telah banyak inovasi dan temuan baru pada berbagai jenis kolektor non concentrating yang menyatakan peningkatan yang cukup signifikan dalam unjuk kerja solar termal kolektor.Olehkarena itu dibutuhkan suatu sistem sebagai fasilitas pengujian unjuk kerja, yang memiliki standar tertentu yang umum. Penelitian ini membahas sistem pengujian dengan standar ASHRAE-93 , yaitu meliputi perancangan fasilitas pendukung seperti frame, perhitungan instrumen-instrumen utama , dan pemilihan alat ukur yang sesuai dengan standar. Selanjutnya juga diberikan pembahasan mengenai proses assembling dan validasi alat-alat ukur.
Dilakukan pengujian dengan menggunakan kolektor jenis Evacuated Tube Sollar Collector, yang dipasang di atas gedung MRC FTUI. Pengujian dimulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB dibawah sinar matahari. Data yang diproleh yaitu temperatur inlet kolektor, temperatur outlet, temperatur ambien dan radiasi matahari setiap sepuluh menit. Diperoleh bahwa efisiensi pada pengujian ini adalah sebesar 50,7 % dengan persamaan garis karakteristik efisiensi y = -3.1836x + 0.057.

Research on the solar thermal collector performance continues to progress. There have been many innovations and new findings on various types of non-concentrating collectors which state a significant increase in the performance of solar thermal collectors. Therefore, a system is needed as a performance testing facility, which has certain common standards. This study discusses the testing system with the ASHRAE-93 standard, which includes the design of supporting facilities such as frames, calculation of main instruments, and selection of measuring instruments according to standards. Furthermore, it is also given a discussion about the assembling process and validation of measuring instruments.
The test was carried out using the Evacuated Tube Sollar Collector , which is installed on the rooftop of the MRC FTUI building. The experiment was carried out at 09.00 WIB to 15.00 WIB under the sun . The data obtained are collector inlet temperature, collector outlet temperature, ambient temperature and solar radiation every ten minutes. It was found that the efficiency of Evacuated Tube Sollar Collector was 50.7% with the efficiency characteristic line equation y = -3.1836x + 0.057.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donni Redford
"Penggunaan sistem refrigerasi cascade memungkinkan untuk mencapai temperatur yang sangat rendah. Pada dasarnya temperatur akan semakin rendah jika tekanan pada sistem lebih rendah. Namun pada temperatur yang lebih rendah tersebut, kinerja yang dihasilkan belum tentu yang terbaik.
Untuk mengetahui kinerja dari sistem refrigerasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan simulasi dan melalui eksperimen. Simulasi digunakan untuk memperkiraan kinerja sistem dengan membandingkan kinerja sistem yang menggunakan refrigeran yang berbeda. Sedangkan hasil aktual dari performa sistem diketahui melalui eksperimen yang akan dilakukan, namun dibatasi oleh jenis refrigeran yang digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan refrigeran R22 pada high-stage dan R404A pada low-stage.
Untuk mengetahui apakah suatu sistem sudah bekerja optimal atau tidak, perlu dilakukan variasi terhadap salah satu atau lebih variabel yang berhubungan. Salah satunya adalah dengan melakukan variasi terhadap tekanan. Variasi tersebut cukup dilakukan pada sistem low-stage dengan acuan pada tekanan discharge line. Pengujian dilakukan dengan 7 variasi dimulai dari 10,4 bar hingga 16,4 bar dengan selisih tiap 1 bar. Variasi ini dapat dilakukan dengan cara mengubah jumlah massa refrigeran, dengan tekanan yang berubah, maka parameter lain seperti temperatur, laju aliran massa, selisih entalpi kompresi, kapasitas refrigerasi mengalami perubahan. Temperatur low-stage evaporator akan menjadi lebih rendah pada tekanan yang lebih rendah, dan mencapai -35°C ketika tekanan lowstage discharge line mencapai 10,4 bar. Sementara nilai COP cenderung naikturun perlahan, dan nilai COP paling tinggi adalah 1,697, terjadi pada saat tekanan pada low-stage discharge line 13,4 bar.

The use of cascade refrigeration system make very low temperature is possible to reach. Basically, the temperature would be lower if the pressure in the system is lower. But at the lower temperature, the performance result is unsure to be the best.
To know the performance of refrigeration system can be done by two ways, that is with simulation and with experiment. Simulation used to predict the performance system by compare the system performance using different refrigerant. Whereas actual result of system performance known by doing experiment, but limited by the type of refrigerants which would be used. This test done by used refrigerant R22 in the high-stage and R404A in the low-stage.
To know if the system already optimal or not, variation is needed to one or more relative variable. One of them is to do variation toward pressure. That variation only need to be apply on low-stage system using discharge line pressure as a reference. The test done with using 7 variation start from 10,4 bar until 16,4 bar with a gap 1 bar each other. This variation can be done by change the amount of refrigerant mass, with different pressure, the other parameters like temperature, difference of compression entalphy, refrigeration capacity would be changed too. That changes make the system performance at different pressure would become different. The low-stage evaporator temperature would become lower at lower pressure, and reach -35°C when low-stage discharge line pressure reach 10,4 bar. Whereas COP value disposed to increase-decrease slowly, and the highest COP value is 1,697, it happened when the pressure of low-stage discharge line 13,4 bar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37325
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Ariyono
"Krisis energy dan pemansan global telah menjadi dua masalah besar bagi manusia. Sistem pendingin kompresi uap merupakan sistem yang membutuhkan banyak energy. Salah satu pengganti sistem tersebut adalah sistem pendingin adsorpsi yang menggunakan energy panas gas buang atau sinar matahari.
Sistem pendingin adsorpsi yang sedang dikembangkan oleh Departeman Teknik Mesin Universitas Indonesia menggunakan pasangan karbon aktif - methanol. Dalam pengujiannya terdapat banyak kebocoran terutama pada bagian adsorber. Sehingga efek pendinginan pada evaporator tidak terlalu baik. Untuk mengetahui dimana letak kebocoran, maka dilakukan langkah forensic dengan membongkar adsorber.
Kebocoran yang terjadi pada sistem pendingin adsorpsi ini meningkatkan tekanan kerja pada sistem. Akibat kurang rendahnya tekanan sistem, mengakibatkan methanol sebagai refrigerant dalam evaporator tidak dapat menyerap panas dari air yang akan didinginkan dengan baik. Sehingga penurunan temperatur dalam evaporator sangat rendah.

Energy crisis and global warming have been two major problems for human being. Vapor compression system refrigerator needs a lot of energy. One substitute is adsorption system refrigerator using waste heat or solar system.
Adsorption system refrigerator is developed by Department of Mechanical Engineering, University of Indonesia using activated carbon - methanol. During the experiment, there is lots of leakages, especially on the adsorber section. It causes refrigeration effect is not too good. To find out where is the leakages, we do some forensic steps by dissemble the adsorber.
The leakages cause pressure rising in the system. Because of this, methanol as refrigerant can?t adsorb heat from the water in the evaporator well. So, the decreasing in evaporator?s temperature is so low.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38230
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
David Wibawa Aji
"Pemanasan global diakibatkan oleh adanya polusi dari penggunaan bahan bakar fosil. Metana (CH4) yang merupakan komponen utama dalam gas alam, dapat menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Kendala dalam pengembangan energi ini yaitu adanya masalah dalam sisi penyimpanannya. Adsorpsi gas metana dalam Carbon Nanotube merupakan teknik penyimpanan gas metana yang efektif dan sangat menjanjikan untuk diaplikasikan pada sistem Adsorptive Storage. Pada penelitian ini, diuji kemampuan adsorpsi dan desorpsi adsorben jenis purified MWCNT (lokal) dan ACNT (komersil) terhadap gas metana pada 3 temperatur isotermal dan tekanan dengan rentang 0-1000 psi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi tekanan maka semakin besar gas metana yang terserap ke dalam adsorben baik untuk adsorben komersil maupun adsorben lokal, sampai pada suatu titik tekanan dimana kemampuan adsorpsi adsorben sudah mencapai maksimum dan kemudian tren yang terjadi akan menurun. ACNT komersil mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan purified MWCNT lokal. Kapasitas adsorpsi maksimum purified MWCNT lokal sebesar 0.94%-wt pada tekanan 700 psi-dan temperatur isotermal 10 oC sedangkan ACNT komersil sebesar 3.06%-wt pada tekanan 600 psi-dan temperatur isotermal 10 oC. Mekanisme adsorpsi yang terjadi pada kedua adsorben didasarkan pada interaksi fisik. Secara umum, data adsorpsi metana dari kedua adsorben dapat direpresentasikan dengan baik oleh permodelan Langmuir, dengan % AAD di bawah-10.
Dari hasil data dinamika dapat diketahui bahwa proses adsorpsi dan desorpsi pada kedua adsorben berlangsung sangat cepat. Pada tekanan tertinggi (950 Psia), kesetimbangan adsorpsi pada ACNT komersil tercapai mendekati waktu-16 detik, sedangkan pada purified MWCNT lokal tercapai pada waktu 24 detik. Waktu pencapaian kesetimbangan pada proses adsorpsi dan desorpsi baik pada purified MWCNT lokal maupun ACNT komersil pada tekanan tinggi lebih cepat dibandingkan pada tekanan rendah. Secara keseluruhan dinamika adsorpsi dan desorpsi yang terjadi pada kedua adsorben baik pada tekanan rendah sampai tekanan tinggi dapat direpresentasikan dengan baik oleh model dinamika Gasem dan Robinson dengan % AAD di bawah 10.

Global warming caused by pollution from the use of fossil fuel. Methane (CH4) as main component of natural gas, can be alternative energy source that is environmentally friendly. Constraint in this energy development is problems within the sides of storage. Adsorption of methane gas in carbon nanotube is storage technique of methane gas that effective and very promising to be applied on a adsorptive storage system. In this research, would be tested the ability of adsorption and desorption of purified MWCNT (local) and ACNT (commercial) of the methane gas in 3 isothermal temperature variation and 0-1000 psi of pressure range.
The results showed that higher the pressure, the greater the methane adsorbed into the both adsorbent, until the point where the pressure of the adsorbent adsorption capability has reached a maximum and then the trend will decrease. Commercial ACNT has a higher adsorption capacity than the purified local MWCNT. The maximum adsorption capacity of purified local MWCNT is 0.94% -wt at pressure of 700 psi and isothermal temperature of 10 oC while the commercial ACNT is 3.06% -wt at pressure of 600 psi and isothermal temperature of 10 oC. The adsorption mechanism that occurs in two adsorbents based on physical interaction. In general, the methane adsorption data from both the adsorbent can be represented well by the Langmuir modeling, with AAD% under 10.
From the result of the dynamics data, it can be seen that the adsorption and desorption processes at both adsorbent are take place very quickly. At the highest pressure (950 psia), the adsorption equilibrium of commercial ACNT is reached approaching 16 seconds, while the local MWCNT purified reached in 24 seconds. Time achievement of equilibrium in the adsorption and desorption processes both at the local purified MWCNT and commercial ACNT at high pressure faster than at low pressure. The overall dynamics of adsorption and desorption occurring in the both adsorbents either at low pressure to high pressure can be represented well by the model dynamics of Gasem and Robinson with AAD% below 10.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Ferdinan Delesev
"Tugas akhir ini membahas tentang sistem pendingin adsorpsi dua adsorber dengan menggunakan pasangan karbon aktif - metanol. Pada aplikasinya sumber energi pada mesin pendingin adsopsi ini diperoleh dari panas gas buang hasil pembakaran, namun pada percobaan dipakai minyak goreng dengan temperature 150°C. Sistem ini menggunakan metanol pro-analisis (99.99%) sebanyak 1000 mL sebagai refrigeran yang memiliki karakteristik zero ozone depletion potential (ODP) dan zero global warming potential (GWP) dan karbon aktif sebagai adsorbennya. Pada Mesin pendingin adsopsi ini tidak terdapat kebocoran dan dapat dipakai pada tekanan sampai -76 cmHg. Temperatur terendah yang dapat dicapai alat ini adalah 9.6°C dari temperatur awal 20.7°C.

This final project discuss about the adsorption system with two adsorber which uses active carbon and methanol. The energy resources of this adsorption system is come from the exhoust gases resulted from a combustion engine, but in this experiment, vegetable oil is used at the temperature at 150°C. This system uses 1000 mL. Methanol proanalysis (99.99%) as the refrigrant which has zero ozone depletion potensial and zero global warming potensial and active carbon is used as the adsorbent. There is no leakage happen in this system and it can be used until the pressure -76cmHg. The lowest temperature that can be reach with this system is 9.6°C and the initial temperature is 20.7°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Husin A.
"Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sumber alam yang tidak dapat diperbaharui. Meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) tidak seimbang dengan ketersediaan bahan bakar lain padahal setiap tahun produksi kendaraan bermotor naik. Selain itu hasil pembakaran pada kendaraan bermotor menghasilkan polusi udara yang menjadi salah satu faktor pemanasan global. Masalah tersebut perlu dipecahkan dengan cara mencari energi alternatif yang lebih bersih dengan nilai oktan tinggi serta ketersediaanya di alam masih banyak dan dipilih gas alam dengan komposisi utama gas metana (CH4). Walaupun penggunaan gas alam masih sedikit disebabkan tempat penyimpanan yang memiliki tekanan besar 150 bar (CNG), keadaan masyarakat sosial yang bingung akan dalam menggunakannya dan masih jarangnya stasiun bahan bakar gas. Maka dibuatlah sistem ANG yang dianalisa lebih rendah tingkat tekanan gas yang digunakan. Metode isotermal (volumetrik) yang digunakan untuk proses adsorpsi dengan memvariasikan suhu adsorpsi yaitu 5°C, 15°C dan 15°C dengan 5-35 bar dengan menggunakan metode bertahap dalam memasukkan tekanan gas metana (interval 5 bar).

Fuel is one of non renewable resources. The consumption of fuel are not balanced with another resources. The biggest consumption of fuel is vehicle. The production of vehicles are increasing every year so that the consumption of fuel to high and longer of time, the fuel resources will be lost while the gas resources are less to use. Furthermore, the effect of fuel in combustion engine can produce CH4 and CO2 and another gases can create green house effect. From green house effect make increase temperature in the earth because the content of CO2 and CH4 are increasing. It has a dangerous impact for another life in the earth. For that we need something way to decrease the emission from the engine combustion vehicles and utilizing the gas resources. Although the gas resources are utilized by vehicle, the consumption of gas still little because the vessel to big size and has the pressure about 150 bar (CNG), that is make the people are so confuse to use it and the gas stations are rare. Adsorption is effective way to reduce pressure in vessel and gas emission which released. This study discusses the capacity adsorption CH4 (ANG) at activated carbon. In this research the activated carbon used is a commercial active carbon. Adsorption measurement use volumetric method (isothermal) at temperatures 5°C, 15°C and 15°C with 5-35 bar pressure with step-by-step method?s (interval 5 bar). The objective from this research is to get capacity data and the rate adsorption at activated carbon until several work cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>