Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161812 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Halleyan Des Alwi
"Teknologi fotokatalis TiO2 terus mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam penggunaannya yang beranekaragam. Salah satu aplikasinya ialah sebagai material anti kabut baik di kaca gedung ataupun kendaraan. Kelemahan TiO2 yang beredar dimasyarakat saat ini ialah bentuknya yang berupa serbuk, tidak berukuran nano, dan penggunaan suhu tinggi pada tahapan kalsinasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka akan dikembangkan sintesis kristal TiO2 berukuran nano dengan penambahan PEG (poly ethylene glycol) dan pemanasan pada suhu sekitar 1000C (kristalisasi dingin). Dalam skala nano tidak hanya luas permukaan partikel TiO2 yang meningkat, namun juga menunjukkan efek-efek lain pada sifat-sifat optik dan kuantum yang dapat meningkatkan kinerja material tersebut. Adanya metode kristalisasi dingin ini, selain dapat dilapisi pada material yang tidak tahan panas seperti plastik, maka akan terjadi penghematan energi yang besar terutama jika diterapkan pada skala industri.
Sol TiO2 dipreparasi dengan prekursor berupa TiCl4 dengan menggunakan metode sol gel dan kristalisasi dingin. Sol dengan penambahan PEG yang bervariasi tersebut kemudian dilapiskan pada penyangga kaca preparat dengan teknik pemusingan (spin coating) yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu sekitar 1000C dengan berbagai variasi kondisi dan lama pemanasan. Selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan XRD, EDAX , FTIR, dan BET untuk mengetahui karakteristik nanomaterial yang terbentuk. Uji hidrofilitas material fotokatalis secara kuantitatif dilakukan dengan mengukur sudut kontak tetesan air di atas film dengan menggunakan alat contact angle meter sedangkan secara kualitatif akan dilakukan pengamatan langsung.
Didapatkan bahwa tahapan yang paling mempengaruhi pembentukan kristal anatase TiO2 pada suhu rendah ialah penambahan PEG dan lama pendinginan. Kondisi optimum untuk aplikasi kaca anti kabut ialah dengan penambahan PEG 4x massa TiO2, pendinginan 16 jam, pemanasan vakum 12 jam, dan konsentrasi TiO2 0.1M. Pada komposisi dan kondisi tersebut, sudut kontak yang terbentuk antara kaca berlapis film TiO2 dengan air mencapai 00 dalam waktu 4 menit. Hal ini menunjukkan sifat hidrofilisitas yang sangat baik. Hasil karakterisasi terhadap TiO2 dalam bentuk serbuk pada kondisi yang sama menunjukkan ukuran kristal sebesar 6.6 nm dan luas permukaan 143.5 m2/g.

Photocatalyst technology of TiO2 has been having tremendous development especially in diversity of application. One of the applications is as an anti-fogging material for buildings and vehicles?s windows.The existing TiO2 has limitation in its application because of its powder form and not in nano size. The research of nano sized and the film form of TiO2 should be done to solve this problem. In this kind of size and form, the surface area and perfomance has increased. They can be seen from the optical and quantum properties. The obstacle in the preparation of the catalyst is the high calcinations temperature that will limit the applications. Cold crystallization which need lower temperature that about 1000C is utilized. Beside that, PEG is added to produce nano sized TiO2. The usage of the cold crystallization will make the TiO2 more applicable especially to material wich is unresistable to heat such as plastic, and will safe much energy if it is used in industries.
The sol of TiO2 is prepared with TiCl4 precursor and using sol gel and crystallization methods. Then, the glass is coated with the sol using spin coating method and continued with heating in 1000C. Conditions and duration of heating, and composition of PEG are variated . The properties of catalysts were characterized using XRD, EDAX, FTIR, and BET. The hydrophilic properties of material in film form is known by using the contact angle meter for quantitatively, and using camera for qualitatively.
The results show that the addition of PEG and cooling period affect the formation of anatase crystal in low temperature the most. The result conclude that the optimum conditions for anti fogging application in the glass is the addition of PEG in four times of TiO2 mass, 16 hours of cooling period, 12 hours of vacuum heating period, and 0.1 M of TiO2 concentration. This condition can make 00 of contact angle between glass and water in just 4 minutes that shows very hydrophilic properties of TiO2. In its powder from, the crystals size are about 6.6 nm with 143.5 m2/gr of surface area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49815
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Viriya
"Aplikasi fotokatalis TiO2 mengalami perkembangan yang signifkan beberapa tahun ke belakang ini. Fotokatalis merupakan suatu katalis yang teraktifkan ketika mendapat sinar UV. Sinar UV yang diterima akan menyebabkan terjadinya eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi sehingga katalis siap mereduksi dan mengoksidasi material yang teradsorp pada permukaan. Sifat fotokatalitik sekaligus hidrofilisitas yang dimiliki TiO2 ini menjadikannya banyak digunakan baik sebagai material anti-fogging maupun self cleaning. Aplikasi TiO2 akan menjadi lebih praktis apabila dijadikan dalam bentuk film dan dilapisi pada support/media tertentu seperti plastik.
Dalam eksperimen ini, sebelum dilakukan pelapisan pada permukaan dengan menggunakan spin coating, dilakukan surface treatment pada plastik dengan sinar UV-C. Preparasi fotokatalis dilakukan melalui metode sol-gel dan kristalisasi dingin yang menggunakan suhu 100_C dengan variasi berat molekul aditif PEG. Preparasi fotokatalis film pada support plastik dilakukan melalui dua cara yaitu (1) melapiskan sol TiO2 dan (2) melapiskan serbuk TiO2 pada permukaan support. Sebagai pembanding, juga dilakukan preparasi fotokatalis film dengan kedua metode pada support lain yaitu kaca preparat.
Untuk mengetahui secara kuantitatif hidrofilisitas yang dihasilkan dilakukan pengukuran sudut kontak dengan alat contact angle meter yang ditunjang dengan data dari karakterisasi FT-IR, UV-Vis DRS dan TEM. Plastik yang telah disinari menunjukkan perubahan kepolaran yang bagus sehingga permukaan plastik menjadi memungkinkan untuk dilapisi. Sudut kontak yang terukur pada plastik yang dilapisi dengan sol TiO2 masih besar. Variasi kondisi pemanasan vakum juga tidak menghasilkan sifat yang lebih baik, walaupun hasil TEM dan UV-Vis DRS menunjukkan pengurangan ukuran partikel dan band gap. Diperkirakan pada preparasi dengan pelapisan sol, radikal yang terbentuk akibat sinar UV-C mengganggu kestabilan ikatan TiO(NO3)2.H2O dengan PEG, sehingga proses pembentukan TiO2 menjadi tidak sempurna.
Hasil FT-IR menunjukkan bahwa hidrofilisitas tidak dipengaruhi oleh meningkatnya kadar - OH dari PEG yang ditambahkan, sehingga diduga penambahan PEG dengan berat molekul yang lebih besar menyebabkan transformasi ke TiO2 yang lebih baik. Untuk plastik yang dilapisi dengan serbuk TiO2, hidrofilisitas yang ditunjukkan lebih baik walaupun menunjukkan transparansi yang lebih rendah. Pengurangan konsentrasi akan menyebabkan penurunan hidrofilisitas tapi menghasilkan transparansi yang lebih baik.

Application of TiO2 has undergone a tremendous developments in the past few years. Photocatalyst is a catalyst that will become active when it is exposed to UV. The UV absorbed will trigger the excitation of electrons from valence band to conduction band, therefore, catalyst will be ready to oxidize and reduce the adsorbed materials. The TiO2's photocatalytic and hidrophilicity properties have made it suitable as anti fogging and self cleaning material. The application of TiO2 will become more practical if it is coated on a support such as plastic.
In this reseach, prior to spin coating of TiO2 sol to plastic, surface treatment with radiation of UV-C method was conducted. Sol-gel method followed by cold crystalization at 100_C was applied to prepare the catalyst which was added by different molecular weight of PEG. The photocatalyst film was prepared in two different ways: (1) coating of TiO2 sol directly to support and (2) coating of TiO2 powder to the support. As a comparison, different kind of support such as soda lime glass was used.
To know the hidrophilicity of prepared catalyst quantitatively, contact angle meter was utilized to measure the contact angle generated, supported by data from FT-IR, UV-Vis DRS and TEM characterization. Exposed plastic had shown a significant changes of polarity, therefore, the coating process was enabled. Contact angle measured from TiO2 sol coated plastic still gave a high result. Variation of vacuum condition did not give a better result either, despite the fact that TEM and UV-Vis DRS indicated that there was a decrease of particle size and band gap. It is believed that in direct method of preparation in which sol solution was coated to the plastic support, the radicals occured dued to exposure of plastic to UV-C had caused some disturbances to the stability of TiO(NO3)2.H2O and PEG bond formed. The distubance then would cause the imperfect transformation to TiO2 crystals.
FT-IR result showed that the hidrophilicity was not effect by the higher content of 'OH but it was mere because of better tranformation to TiO2 by addition of PEG with higher molecular weight. For plastic which was coated by TiO2 powder, the measured hidrophilicity was a lot better, even though deprivation of transparency occured. Lowering the concentration would slightly decrease the hydrophlicity but increase the transparency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ferdiansyah Putra
"

Pencemaran air merupakan isu permasalahan lingkungan yang krusial karena berbagai dampak yang timbulkan, salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah pewarna yang merupakan polutan organik. Upaya pengurangan limbah tersebut dianggap masih belum optimal sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut. Prinsip fotokatalisis merupakan metode yang efektif untuk dikembangkan, penelitian ini bertujuan mempelajari dan menganalisis komposisi unsur kimia, ukuran partikel, tingkat kristanilitas, energi celah pita, serta performa fotokatalisis nanopartikel TiO2 yang disintesis dari mineral ilmenite melalui metode pelindian dengan jalur asam sulfat dan metode pendidihan serta menggunakan larutan prekursor komersial Tt-iP melalui metode sol-gel. Perbedaan komposisi, ukuran partikel, tingkat kristalinitas, dan energi celah pita dari variasi jenis prekursor menyebabkan performa fotokatalisis nanopartikel TiO2 memiliki perbedaan yang signifikan, di mana nanopartikel TiO2 dari larutan TiOSO4 memiliki persentase degradasi yang rendah sebesar 18,48%, nanopartikel TiO2 dari larutan komersial Tt-iP sebesar 83,11%, dan nanopartikel TiO2 dari residu sebesar 77,03%. Apabila hasil dibandingkan dengan hasil nanopartikel TiO2 dari komersial Tt-iP, nanopartikel TiO2 dari TiOSO4 memiliki tingkat efisiensi 4 kali lebih rendah dan nanopartikel TiO2 dari residu memiliki tingkat efisiensi yang cukup sama.


Water pollution is a crucial environmental issue due to various resulting impacts, and one of the causes of water pollution is dye waste, which is organic pollutant. Reducing such waste is regarded as a substandard effort that requires improvement. The development of the photocatalysis principle is an effective approach. This study aims to investigate and analyze the chemical composition, particle size, crystallinity level, bandgap energy, and photocatalytic performance of TiO2 nanoparticle synthesized from ilmenite mineral using leaching with sulfuric acid and boiling method. Additionally, commercially available Tt-iP precursor solution via the sol-gel approach. Variations in precursor types resulted in significant differences in the chemical composition, particle size, crystallinity level, and bandgap energy of TiO2 nanoparticle, leading to varied photocatalytic performances. The deterioration percentage of TiO2 nanoparticles from the TiOSO4 solution is low at 18.48%, whereas the commercial Tt-iP solution has a degradation percentage of 83.11%. TiO2The residue's nanoparticles show a degradation percentage of 77.03%. TiO2 nanoparticles from TiOSO4 have an efficiency rate that is four times lower than that of the commercial Tt-iP, whereas those from the residual have an efficiency rate that is equivalent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bugi Setiadi
"Film nanokristalin TiO2 telah berhasil dibuat dengan metode sol-gel bersuhu rendah yang dikombinasikan dengan penambahan aditif TBA(OH) dan mendapatkan perlakuan ultrasonikasi atau microwave. Sejumlah uji kinerja, seperti uji sifat anti kabut, uji degradasi senyawa organik, transparansi, dan uji kekuatan daya lekat film, dilakukan pada film yang dihasilkan. Film dengan perlakuan ultrasonikasi dan microwave terbukti mampu bersifat super hidrofilik (0o) dan memiliki aktivitas fotokatalisis yang mampu bersaing dengan film TiO2 Degussa P-25. Karakterisasi katalis dilakukan dengan XRD, FTIR, dan SEM-EDS. Hasil uji XRD menunjukkan ultrasonikasi dan microwave mampu mendorong kristalisasi TiO2, sementara hasil uji FTIR menunjukkan bahwa gugus hidroksil yang teradsorp berperan di balik sifat super hidrofilik film.

Nanocrystalline TiO2 thin films have been successfully made by low temperature sol-gel method which is combined with TBA(OH) additive and ultrasonic or microwave treatment. Several tests have been conducted to investigate hydrophilic, photocatalytic activity, transparency, and mechanical resistance property. Ultrasonic treatment and microwave treatment TiO2 thin films are super hydrophilic and have good photocatalytic property relatively compared with Degussa P-25. Characterization were done by XRD, FTIR, and SEM-EDS. XRD pattern showed that ultrasonic and microwave are able to enhance crystallization of TiO2, while infra red spectra proved that hydroxyl groups adsorbed have significant role to improve hydrophilic property of films."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51954
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwita Suastiyanti
"Salah satu material multi fungsi adalah material multiferroic yang memiliki 2 atau lebih sifat seperti ferromagnetism, ferroelectric, ferroelasticity,ferrotoroidicity yang muncul secara simultan di dalam sebuah material. Penelitian Disertasi Doktor ini difokuskan pada sintesa material nanokomposit melalui penggabungan material feromagnetik barium hexaferrite (BHF) dengan material feroelektrik barium titanate (BTO) untuk diaplikasikan sebagai material multiferroic.Sintesa masing-masing material dasar penyusun material nanokomposit menggunakan metode sol-gel yang merupakan metode yang sederhana, murah, serta mampu melahirkan sistem fasa tunggal, nanopartikel dan nanokristalin. Penerapan metode sol-gel pada sintesa material nanokomposit sistem bulk merupakan kebaharuan dari penelitian ini dan sangat strategis untuk diterapkan di industri. Tingkat keberhasilan sintesa material diukur dengan beberapa pengujian seperti X-Ray Diffraction (XRD), Transmission Electron Microscope (TEM), sifat elektrik, sifat magnetik, pengukuran besar partikel (particle size) dan penentuan magnetoelektrik (ME) output. Alat ukur loop histeresis elektrik dan ME output didisain dan dirakit sendiri oleh Tim Multiferroic Laboratory. Kondisi proses yang paling optimum untuk menghasilkan material nanopartikel barium hexaferrite adalah temperatur sinter 850oC 10 jam, rasio mol Ba2+:Fe3+ = 1:11,5, sedangkan untuk menghasilkan material nanopartikel barium titanate adalah temperatur sinter 700oC 2 jam dan rasio berat citric acid/barium titanate = 2:1. Kondisi-kondisi proses tersebut menghasilkan material dasar BHF dan BTO dalam ukuran partikel dan kristalit nano. Sistem nanokomposit untuk semua fraksi berat BTO:BHF = 1:1, 1:2 dan 1:3 pada semua waktu sinter 5, 10 dan 15 jam dengan temperatur 925oC menunjukkan sifat multiferroic karena memunculkan efek tegangan listrik dan ME output ketika sampel dikenakan medan magnet luar. Umumnya sifat multiferroic yang kuat timbul pada fraksi berat BTO:BHF= 1:1 untuk semua waktu sinter. Komposit yang paling baik diaplikasikan sebagai material multiferroic adalah komposit dengan kondisi proses temperatur sinter 925oC selama 5 jam dan fraksi berat BTO:BHF = 1:1 (sampel S115). Hal ini disebabkan karena kondisi proses tersebut menghasilkan material komposit dalam ukuran partikel nano, tidak mengandung residual phase, micro strain yang sangat kecil, sifat magnetik dan partikel yang umumnya baik serta menghasilkan nilai tegangan listrik dan ME output yang paling besar.

Multiferroic Material is a class of materials with coupled electric, magnetic and structural order parameters that yield simultaneous effects of ferroelectric, ferromagnetism and ferroelasticity in the same material. This research was focused at synthesis of nanocomposite material based on ferromagnetic material (barium hexaferrite/BaFe12O19/BHF) and ferroelectric material (barium titanate/BaTiO3/BTO) for multiferroic material application. The method was sol-gel that is a simple method which could produce single phase, nanoparticle and nanocrystalline powder. For characterization it was used X-Ray Diffraction (XRD), Transmission Electron Microscope (TEM), Particle Size Analyzer,permagraph and electric hysteresis loop instruments. The optimum of process conditions for producing BHF nanoparticle powder are sinter temperature 850oC for 10 hours, mole ratio of Ba2+:Fe3+ = 1:11,5 and for producing BTO are sinter temperature 700oC for 2 hours and weight fraction of citric acid/BTO = 2:1. Nanocomposite systems for all weight fraction of BTO:BHF = 1:1, 1:2 and 1:3 at 5, 10 and 15 hours sintering (925oC) show multiferroic properties due to showing electric voltage effects and MagnetoElectric (ME) output when systems are applied magnetic field. Generally strong multiferroic properties are belonged to nanocomposite with weight fraction BTO:BHF = 1:1 for all sinter time. The best nanocomposite system which could be as a multiferroic material application is system with weight fraction BTO:BHF = 1:1 at sinter temperature 925oC for 5 hours (S115) due to having nanoparticle, no residual phase, little micro strain, good magnetic, good electric properties and maximum electric voltage and ME output.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
D1505
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasriardy Dharma
"Pada penelitian ini, ZnO nanorods telah berhasil disintesis menggunakan metode sol-gel dengan campuran (Zn(NO3)2.4H2O), NH4OH, dan Polyethylene glycol (PEG). Variasi pada konsentrasi PEG dan penahanan laju evaporasi pada larutan dilakukan dan ZnO nanorods yang dihasilkan selanjutnya dikarakterisasi dengan XRD dan SEM untuk menginvestigasi perbedaan pada diameter nanorods, morfologi dan tingkat nanokristalinitasnya. Penambahan PEG sebanyak 1, 2 dan 3 gr pada larutan meningkatkan ukuran diameter nanorods masing-masing dari 157.70, 300.60, dan 464.30 nm. Selain itu, penambahan PEG juga meningkatkan kristalinitas nanorods yang diindikasikan dengan menurunnya rata-rata nilai full width at half maximum (FWHM) dari 0.28176 menjadi 0.25299. Pada variasi waktu tahan kondensasi amonia selama 2, 3, dan 4 jam, juga meningkatkan kristalinitas dengan penurunan nilai FWHM masing-masing 94.77, 123.49, dan 166.59, serta besar kristalitnya dari 94.77, 121.49, dan 166,59 nm.

In this research, ZnO nanorods has been synthesized using sol-gel method with a mixture of (Zn(NO3)2.4H2O), NH4OH, and Polyethylene glycol (PEG). Variation in PEG concentration and condensation holding time on the solution were carried out, and the resulting ZnO nanorods were characterized by XRD and SEM to investigate the difference in nanorods diameter, morphology and nanocrystallinity. The addition of PEG from 1, 2, and 3 gr into the solution has increased the diameter of ZnO nanorods from 157.70, 300.60 and 464.30 nm. This also increases the crystallinity of the nanorods as indicated by the decrease in the average of full width at half maximum (FWHM) from 0.28176 to 0.25299. The variation in condensation holding time for 2, 3, and 4 hours, has also increased the crystallinity from 0.25299, 0.22342, to 0.21753 as well as its crystallite size from 94.77, 121.49, to 166,59 nm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51480
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"Modifikasi zeolit alam Lampung (ZAL) dengan fotokatalis TiO2 melalui metode sol gel telah dilakukan dan diuji kinerjanya untuk penyisihan fenol. ZAL yang sudah mengalami pemurnian awal dilapisi dengan sol TiO2 yang dibuat dari prekursor titanium isopropoxide bis acetil acetonate [Ti(OPr)4 AcAc], sehingga diperoleh material adsorben-fotokatalis terintegrasi (AFT). Uji kinerja material AFT dalam menyisihkan fenol dilakukan dalam fotoreaktor batch yang dilengkapi dengan 6 lampu UV jenis black light (@ 10 watt) dan pengaduk mekanik. Perubahan konsentrasi fenol dianalisis menggunakan UV-Vis Spectrophotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi TiO2 dalam AFT yang optimum sebesar 15 % berat, yang dapat menyisihkan fenol 10 ppm hingga 88% pada konsentrasi AFT (dalam limbah fenol) optimum sebesar 5 g/l. Dengan menggunakan adsorben (zeolit) sebagai penyangga fotokatalis (AFT), maka diperoleh penyisihan fenol yang lebih besar daripada penyisihan fenol oleh zeolit saja, TiO2 saja dan penyangga fotokatalis yang tidak memiliki daya adsorpsi (quartz-TiO2). Laju reaksi fotodegradasi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi awal fenol, yang dapat dimodelkan menggunakan kinetika Langmuir Hinselwood.

Lampung`s natural zeolite (ZAL) has been modified with TiO2 photocatalyst through sol-gel method to produce the integrated adsorbent-photocatalyst material (AFT), and then evaluated to remove phenol.Pre-treated ZAL was coated with TiO2 sol that prepared using the solution of titanium isopropoxide bisacetyl acetonate [Ti(OPr)4AcAc] as precursor. Performance tests of the AFT in phenol removal were carried out using a batch photo-reactor equipped with 6 UV black light lamps (@ 10 watt) and mechanic stirrer. Phenol concentrations were analyzed with UV-Vis spectrophotometer. The experimental results show that the optimum TiO2 loading in AFT is 15 %wt, which can remove 88% of 10 ppm phenol in the optimum AFT concentration of 5g/l. By using zeolite adsorbent as photocatalyst support (AFT), the elimination of phenol is more effective than zeolite, bare-TiO2 and inert quartz-TiO2. The reaction rate of phenol degradation increases with increasing the phenol initial concentration, which can be formulated by Langmuir-Hinselwood kinetic model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stein, Oscar Hammer
"ZnO berbentuk batang nano dengan ukuran dan bentuk yang cukup seragam dibuat dengan membuat lapisan tipis dari benih nano ZnO sebagai bibit di atas kaca ITO TCO untuk dilakukan proses hidrothermal. Sampel dikarakterisasi dengan scanning electron microscopy (SEM). Benih nano disintesis dengan menggunakan zinc acetate dihydrate, 2-methoxyethanol dan ethanolamine. Larutan yang berisi benih nano di diamkan dalam waktu 2, 4, dan 6 hari, sehingga menghasilkan besar benih nano yang bervariasi dengan ukuran diameter rata-rata yaitu sebesar 82,33; 332,39; dan 1384,78 nm. Besar ukuran benih nano akan menentukan ukuran dan bentuk dari batang nano yang akan terbentuk setelah proses hidrothermal. Batang nano yang terbentuk dirakit menjadi rangkaian sel surya tersensitasi zat pewarna organik. Sel surya diuji coba untuk mengetahui tegangan terbuka yang dihasilkan dengan perbedaan ukuran batang nano yang berasal dari perbedaan waktu tahan pembuatan benih nano dan menghasilkan tegangan terbuka pada waktu penahanan larutan masing-masing 2, 4, dan 6 hari, yaitu sebesar 341,83; 270,93; dan 256,20 mV pada kondisi cahaya ruang, sedangkan 397,67; 486,03; dan 456,10 mV pada kondisi cahaya yang terfokus.

ZnO nanorod arrays with quite homogeneous size and shape were fabricated by applying ZnO seed-layer as nucleation on the ITO TCO glass to the hydrothermal reaction. The samples were characterized by scanning electron microscopy (SEM). Nanoseed were synthesized by using zinc acetate dihydrate, 2-methoxyethanol and ethanolamine. Solution that contains nanoseed were held 2,4, and 6 days until produced nanoseeds with different size and diameter of nanorod are 82,33; 332,39; dan 1384,78 nm . Nanoseed size determined the shape and size of nanorod that would be formed after the hidrothermal process. Dye sensitized solar cell were fabricated by using nanorod that were formed before. Dye sensitized solar cell were tested to examine the open circuit voltage that were produced by dye sensitized solar cell with different holding time of nanoseeds and produced open circuit voltage with each holding time of 2, 4, and 6 days, are 341,83; 270,93; and 256,20 mV respectively at room lightning, whereas at focused lightning, DSSC produced 397,67; 486,03; and 456,10 mV."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Fadillah
"Telah dilakukan penelitian terhadap bahan ZnO dengan doping Litium dan Nikel menggunakan metode Sol-Gel. Prekusor yang digunakan adalah Zinc Acetate dengan 2-Propanol sebagai bahan bakar. Nikel acetate dan Litium acetate digunakan sebagai bahan dopan. Temperatur proses sol-gel dijaga tetap 70-80oC. Proses kalsinasi dilakukan pada temperatur 300oC selama 2 jam. Sedangkan proses sintering dilakukan pada temperatur 600oC selama 4 jam. Material ZnO dan ZnO dengan doping Litium menghasilkan fasa tunggal, sedangkan ZnO dengan doping Nikel menghasilkan fasa lain yaitu NiO. Semua material yang dihasilkan meiliki sifat ferroelektrik. Kurva P-E hysterisis menunjukkan bahwa ZnO memiliki polarisasi remanen 0.032 ?C/cm2dan medan koersivitas listrik 0.88 kV/cm. ZnO doping Litium dengan berbagai konsentrasi terjadi peningkatan nilai polarisasi remanen dan penurunan medan koersivitas listrik. ZnO doping Nikel dengan konsentrasi at 1 dan 3 terjadi kenaikan remanen dan penurunan medan koersivitas namun pada ZnO doping Nikel dengan konsentrasi at 6 nilai polarisasi remanen menurun dan nilai koersifitas meningkat. Pada ZnO doping Nikel dan Litium dengan konsentrasi yang sama mengalami kenaikan remanen dan penurunan koersifitas, sedangkan pada ZnO doping Nikel dan Litium dengan konsentrasi berbeda mengalami penurunan remanen dan koersifitas meningkat dibandingkan dengan didoping dengan satu pendopingan.

Synthesis Li Ni co doped ZnO have been done with Sol Gel method. Zinc Acetate used as percussors materials and 2 propanol as fuel. Nickel Acetate and Lithium acetate used as dopant. Temperature Sol Gel process has been maintained between 60 80oC. The calcination process was performed at temperature 300oC for 2 hours and sintering process was performed at 600oC for 4 hours. The resulting materials ZnO and Li doped ZnO result single phase materials, but Ni doped ZnO has secondary phase NiO. All Synthesis materials has ferroelectric properties. P E loop hysteresis shows that ZnO have remnant polarization of 0.032 C cm2 and coercive field of 0.88 kV cm. Li doped ZnO showed an increase in the polarization remnant and a decrease in the coercive field. Ni doped ZnO on 1 at 3 at concentration showed an increase in the polarization remnant and decerease in the coercive field, howerver 6 at Ni doped ZnO showed an decrease in the polarization remnant and a increase in the coercive field. Li, Ni co doped ZnO with same concentration showed an increase in the polarization remnant and decerease in the coercive field, however Li, Ni co doped ZnO with different concentration showed a decreased in the polarization remnant and increaed in the coercive field compared by single doped ZnO."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novita Lestari
"Fotokatalisis merupakan metode alternatif untuk pengolahan air limbah dan fotokatalis TiO2 adalah katalis yang banyak digunakan, karena inert, tidak bersifat toksik, dan murah. Namun, celah energi (bandgap) yang lebar pada TiO2 yaitu sekitar 3.2 eV, setara dengan cahaya UV dengan A 388 nm, membatasi aplikasi fotokatalitiknya nanya pada daeran UV, tapi tidak pada daerah cahaya tampak (visible). Padahal canaya tampak tersedia melimpah sebagai cahaya matahari yang sampai ke bumi. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi fotokatalitik TiO2 yaitu dengan menyisipkan dopan pada matrik Kristal TiO2, di mana elemen dopan menjadikan matrik katalis baru yang memiliki energi celah lebih kecil, yang setara dengan energi canaya tampak. Salah satu dopan paling menjanjikan adalah nitrogen. Pacla penelitian ini dilakukan sintesis dan karakterisasi dari TiO2 yang di doping dengan nitrogen (N-TiO2) serta dibandingkan aktivitasnya baik secara fotokatalitik maupun fotoelektrokatalitik dengan TiO2 yang tidak di beri dopan. Karakterisasi bahan hasil preparasi menunjukkan bahwa N-TiO2 memiliki energi celan lebih kecil yaitu sebesar 3.0169 eV dibandingkan TiO2 yang tidak didoping dengan nitrogen yaitu sebesar 3.2861 eV. lndikasi keberhasilan penyisipan nitrogen juga diperolen clari profil puncak serapan infra merah dan spektrum Energy Dispersive Xray (EDX), yang jelas mengindikasikan kenadiran nitrogen dalam matrik N-TiO2. Pengujian aktifitas fotokatalisis dan fotolektrokatalis, baik menggunakan sinar UV dan sinar tampak, menunjukkan bahwa, dilihat dari tetapan Iaju reaksinya, N-TiO2 mampu mendegradasi zat warna Congo Red dan asam benzoat Iebih cepat dibandingkan TiO2 tampa doping."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30482
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>