Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118622 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dadang Suganda
"Wayang golek adalah suatu karya sastra lisan yang hidup dan berkembang di Jawa Barat, khususnya pada suku Sunda. Wayang golek yang hidup dan berkembang sekarang, mulanya berasal dari wayang Jawa. Hal ini sejalan dengan pendapat Hazeau (1977)yang mengatakan bahwawayang berasal dari Jawa. Argumentasinya ialah pertama, struktur lakon wayang digubah menurut model yang amat lama. Kedua, cara bercerita ki dalang (bahasanya) mengikuti tradisi yang amat tua. Ketiga, teknis gaya dan susunan lakon-lakon ini juga bersifat khas Jawa (dalam Amir, 1991:27). Namun demikian, dalam wujudnya yang sekarang wayang golek sudah jauh berbeda dari wayang Jawa. Dalam berbagai segi sudah mengalami perubahan dan modifikasi sesuaidengan budaya Sunda. Dapat dikatakan bahwa wayang golek sudah merupakan ciri khas wayang Sunda. Penampilan wayang golek didukung oleh berbagai unsur seni, di antaranya, seni tari, seni suara, seni musik, dan seni pahat. Unsur-unsur ini diikat dalam satu kesatuan yang utuh menjadi karya seni drama tradisional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T41366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Fatimah Djajasudarmi
"Disertasi ini mengkaji sebanyak 421 'kecap anteuran (selanjutnya disebut KA) bahasa Sunda. Unsur ini telah diakui kehadirannya di dalam bahasa Sunda sejak Rigg (1862). Rigg menyebut KA dengan idiomatic expressions di dalam kamusnya. Kehadiran kamus Rigg (1862) dianggap sebagai langkah awal bagi ilmu bahasa Sunda.
Istilah KA bermacam-macam, ada yang menyebut
(1) idiornatische uitdrukking (Uilkens, 1875),
(2) tusschenwerpsel (Coolsma, 1873; Oosting, 1884; Lezer, 1931), (3) kecap pangariteur pagawean (Ardiwinata, 1916; Wirakusumah
dan Djajawiguna, 1969),
(4) umpak basa (Kern, 1943),
(5) kecap anteuran (Satjadibrata, 1944; Adiwidjaja,1951; Fokker, 1952; Nataprawira, 1953);
(6) morfem anteuran (Sukanda, 1979);
(7) morfem inkoatif (Djajasudarma, 1980."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
D100
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks merupakan alih aksara ketikan dari FSUI/WY.63-65, memuat tiga lakon, yaitu: Lampahan Lairipun Umar lan Amir, Lampahan Rabinipun Umarmaya lan Dewi Ambarwulan, Lampahan Jayengrana Ngaji lan Umarmaya dhateng Pratapan Bleki. Pengalihaksaraan sebanyak empat eksemplar, dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan September 1932 di Yogyakarta. FSUI menyimpan tiga eksemplar (B 35.04a-c), hanya ketikan asli (B 35.04a) yang dimikrofilm. Keterangan selengkapnya lihat FSUI/WY.63."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.66-B 35.04a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan alih aksara dari naskah FSUI/WY.67, WY.73, dan WY.74, yang dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan Oktober 1932 di Yogyakarta. Naskah ada dua eksemplar. Naskah berisi teks Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa. Hanya ketikan asli (B 39.04a) yang dimikrofilm. Keterangan lebih lanjut tentang Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa lihat deskripsi naskah-naskah tersebut di atas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.72-B 39.04a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi kisah kelahiran Semar (= Umar) dan perkawinan Hyang Guru dengan Dewi Umayi. Teks kemungkinan cuplikan dari Serat Pustakaraja. Naskah dibeli Pigeaud di Yogyakarta pada 19 November 1932. Mandrasastra telah membuatkan ringkasannya pada bulan Juli 1933. Keterangan penulisan/ penyalinan naskah tidak dijumpai dalam teks. Namun demikian, berdasarkan kertas yang digunakan untuk menyalin naskah ini, yaitu kertas folio bergaris, penyunting memperkirakan naskah disalin di sekitar awal abad 20. Sedangkan menilik jenis aksara Jawa yang digunakan, yaitu menampilkan gaya Yogyakarta, penyunting menduga tempat penyalinan naskah adalah di Yogyakarta. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) asmarandana; (3) pangkur; (4) sinom; (5) durma; (6) maskumambang; (7) durma; (8) pucung; (9) pangkur; (10) gambuh; (11) sinom; (12) girisa; (13) durma; (14) pangkur; (15) pucung; (16) dhandhanggula; (17) asmarandana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.119-NR 226
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks Wajang Verhalen ini berisi beberapa cerita, antara lain: 1. Cerita tentang upaya Durna dan Kurawa memperalat Pandawa yaitu dengan cara, Durna berpura-pura menjadi guru mereka (Werkudara, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Dewi Kunti, serta Gatotkaca). Gatotkaca disuruhnya mencari orang yang tengah menggembala kerbau berwarna merah; Nakula Sadewa diminta mencari bunga Trimala Kusuma; Werkudara disuruh mencari Tirta Pawitra hingga bertemu dengan Dewaruci; Dewi Kunti diminta mencari Gandawida. Disambung dengan kisah peperangan Arjuna melawan para dewa di kahyangan. Raja Dwarawati mengetahui segala tipu muslihat Durna dan berniat menghentikannya, akibatnya terjadi peperangan di antara mereka; 2. Uraian genealogi menurut Sajarah Panengen dan Sajarah Pangiwa; 3. Kisah Kadanapati dari Lokapala yang berniat mengikuti sayembara di Alengka untuk memperebutkan Dewi Sukeksi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran ayahandanya, Begawan Wisrawa, sehingga beliau berangkat ke Alengka untuk merundingkan jalan terbaik dan bertemu dengan Prabu Sumali. Raja Sumali memmta diwejang Sastrajendra, akhirnya Dewi Sukeksi diberikan kepadanya. Batara Guru murka setelah mengetahui Sastrajendra diajarkan kepada Sumali dan kemudian menyusup ke tubuh Wisrawa, sedangkan Dewi Uma menyusup ke tubuh Sukek: Kadanapati segera mengirim pasukan ke Alengka begitu mendengar perilaku ayahandanya, terjadi peperangan antara bala tentara Alengka dengan Lokapala. Sementara itu Dewi Sukeksi melahirkan putra bernama Rahwana, Kumbakarna dan Kunta Wibisana, serta seorang putri bernama Sarpa Kanaka; 4. Kisah tentang Subali, Sugriwa dan Astagina dalam memperebutkan Cupu Manik Astagina. Cupu tersebut akhirnya dibuang oleh pemiliknya semula, yaitu Dewi Windradi, dan jatuh di Ayodya menjadi telaga Nirmala, sedangkan tempat cupu jatuh di hutan menjadi telaga Sumala. Subali, Sugriwa dan Anjani berusaha mengejarnya sampai di telaga Sumala, akhirnya mereka bertiga berubah rupa menjadi kera. Mereka kemudian meminta kepada ayahandanya yaitu Bagawan Gotama untuk diruwat. Teks diakhiri dengan kisah peperangan antara Rahwana dengan Subali-Sugriwa. Naskah dibeli Pigeaud di Yogyakarta pada tanggal 8 September 1932, kemudian dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan April 1933. Pada h.i terdapat catatan mengenai upacara mitoni untuk isteri Sumadi dan upacara nyelapani bagi Ngatija, yang dilakukan pada malam Sabtu Legi tanggal 18 Nopember 1951. Kurang jelas maksud dari catatan ini, penyunting menduga bahwa teks ini dipakai/ditembangkan pada waktu upacara-upacara tersebut. Pada kolofon depan terdapat keterangan penulisan (penyalinan?) naskah, yaitu: hari Rabu Legi, jam 09.00, tanggal 23 Mulud Jimakir, dengan sebuah sengkalan nembah hing hyang naganing bumi atau 3 Februari 1813. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) asmarandana; (4) pangkur; (5) sinom; (6) kinanthi; (7) dhandhanggula; (8) asmarandana; (9) sinom; (10) dhandhanggula; (11) duduk; (12) pucung; (13) durma; (14) gambuh; (15) sinom; (16) dhandhanggula; (17) durma; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) sinom; (21) durma; (22) dhandhanggula; (23) asmarandana; (24) mijil; (25) dhandhanggula; (26) pangkur; (27) sinom; (28) dhandhanggula; (29) sinom; (30) dhandhanggula; (31) kinanthi; (32) asmarandana; (33) pangkur; (34) dhandhanggula; (35) asmarandana; (36) kinanthi; (37) sinom; (38) dhandhanggula; (39) durma; (40) asmarandana; (41) durma; (42) pangkur; (43) asmarandana; (44) pangkur; (45) sinom; (46) asmarandana; (47) pangkur; (48) sinom; (49) dhandhanggula; (50) durma. (Dalam naskah tidak ada, kemungkinan hilang darijilidan, namunpada uittreksel ada disebutkan tentangpupuh ini)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.127-NR 213
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid pertama dari satu seri Lampahan Wayang Golek lman Suwangsa, yaitu lakon Iman Suwangsa Nyumbang dhateng Medayin. Iman Suwangsa diutus ke Medayin mengantarkan pakaian pengantin untuk Adiningrat dan Irman, putra Nursewan yang harus diserahkan kepada Dewi Marpinjung. Di Medayin, Nursewan menginginkan kematian Jayengrana, Raja Puserbumi. Beliau mengutus Lokayanti, Raja Dhulang Mas untuk membunuh Jayengrana. Lalu Lokayanti mengutus Patih Lokantara dan Patih Bestak pergi untuk memenuhi tugasnya. Sesampai mereka di hutan bertemu dengan Iman Suwangsa dan Marmadi. Kemudian terjadilah pertempuran yang seru di antara mereka. Iman Suwangsa memenangkan pertempuran dan melanjutkan perjalanannya. Di Medayin ia berhasil menyerahkan pakaian pengantin kepada Dewi Marpinjung. Raja Kelan dari Koparman menginginkan Adiningrat. Ia bersedia dengan cara apapun untuk mendapatkan Adiningrat. Suatu hari Raja Kelan menghadap Nursewan di Medayin dan mengutarakan maksud hatinya. Kemudian terjadilah pertempuran dengan kekalahan di tangan Raja Kelan. Keterangan lebih lanjut tentang seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa ini lihat deskripsi naskah FSUI/WY.67. Naskah ini dibeli oleh Pigeaud dari Atmareja dari desa Banaran, Kulon Praga pada tanggal 20 Agustus 1932."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.73-B 39.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid kedua dari satu seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa, yaitu lakon Iman Suwangsa Katundhung sangking Puserbumi. Diceriterakan Dewi Adiningrat jatuh sakit setelah melihat kedatangan Iman Suwangsa yang mengantarkan pakaian pengantin ke Medayin. Keadaan ini menimbulkan kesedihan yang mendalam di hati Raja Nursewan. Diceritakan Iman Suwangsa tiba kembali di Puserbumi dari perjalanannya ke Medayin, akan tetapi tiba-tiba datang utusan dari Medayin mengembalikan pakaian pengantin dengan membawa surat tantangan untuk berperang. Hal ini mengakibatkan kemarahan Jayengrana dan kemudian mengusir putranya, Iman Suwangsa. Peperangan antara negara Puserbumi dan negara Medayin tak dapat dicegah. Keterangan lebih lanjut tentang seri Lampahan Wayang Golek Iman Suwangsa dapat dilihat pada deskripsi naskah FSUI/WY.67. Naskah ini bersama seri-seri yang lain dibeli oleh Dr. Pigeaud dari Atmareja, desa Banaran, Kulon Progo pada tanggal 20Agustus 1932."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.74-B 39.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan uittreksel (ringkasan) dari naskah FSUI/CH.17. Ringkasan dibuat oleh Mandrasastra dengan kode naskah NR.283, namun penomoran ini rupanya salah karena tidak sesuai dengan kode naskah asli dari FSUI/CH.17, yaitu NR.183. Oleh karena itu penyunting mengadakan pembetulan penomoran yang sesuai dengan nomor naskah asli, yaitu menjadi NR.183. Keterangan isi lebih lanjut, lihat CH. 17. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.122-NR 183
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Pakem ringkas wayang golek (cerita Menak) untuk lakon Lampahan Lairipun Umar lan Amir. Teks memuat instruksi dalang, petunjuk iringan gamelan dan antawacana. Naskah ini adalah jilid pertama dalam seri tiga jilid (FSUI/WY.63-65). Semuanya memuat teks lakon wayang Menak. Lakon ini menceritakan kisah peperangan antara negeri Kalkarip dengan Mekah, dan peperangan antara negeri Madajin dengan Mekah. Peperangan terjadi karena kedua negeri tersebut hendak menaklukkan Mekah. Negeri Kalkarip akhirnya dapat dikalahkan. Sementara itu, Dewi Kamijah (permaisuri raja Mekah) melahirkan putra kembar yang kemudian diberi nama Umar dan Amir. Setelah beranjak dewasa, mereka berdua turut membantu ayahnya memerangi orang-orang Madajin yang pada waktu itu datang menyerbu Mekah. Akhirnya Madajin dapat ditaklukan. Naskah merupakan salinan dari naskah induk yang diperoleh Pigeaud pada tanggal 3 September 1932 dari Atmareja, di Banaran, Kulonpraga. Penyalinan dikerjakan pada bulan yang sama dengan bulan penerimaan naskah (h.i). Keterangan penulis/penyalin maupun keberadaan naskah induk tidak diketahui secara pasti. Naskah telah dibuatkan salinan alihaksara oleh staf Panti Boedaja, lihat FSUI/WY.66, jilid I: 1-14, II: 15-30, III: 31-39."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.63-B 35.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>